Anda di halaman 1dari 5

Rima Linmonda Hidayat 61115008

Putri Murni Yulianti 61115026


Andhika Wahyu Pratama 61115043
Dwi Costarica Sawitri 61115045
Hardian Saputra
Janvier

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak sekali teori yang mengemukakan tentang kepribadian, akan tetapi dalam
pembahasannya, makalah ini hanya akan membahas mengenai teori kepribadian
Humanistic. Dalam pandangan Humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka. Aliran Humanistik menyumbangkan arah
yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai yang
mengembalikan hakikat psikologi sebagai ilmu tentang manusia. Carl Roger
merupakan tokoh Teori Kepribadian Humanistik, Ia Lahir di Illinois (1902 – 1988) Ia
adalah salah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia, yang
menekankan perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok
pertemuan, dan latihan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang agar memiliki
pribadi yang sehat.

Pendekatan Rogers terhadap terapi dan model kepribadian sehat yang


dihasilkan,memberikan suatu gambaran tentang kodrat manusia yang disanjung-
sanjung dan optimis. Tema pokoknya adalah seseorang harus bersandar pada
pengalamanya sendiri tentang dunia karena hanya itulah kenyataan yang diketahui
oleh seorang individu. Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered
sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar
dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang
khusus dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan yang akan dilakukan
oleh klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya.Perkembangan pendekatan
client-centered disertai peralihan dari penekanan pada teknik terapi kepada
penekanan pada kepribadian, keyakinan dan sikap ahli terapi, serta pada hubungan
terapeutik.Salah satunya adalah person-centered.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana biografi Carl Ransom Rogers?
2. Bagaimana pengertian Person Centered Therapy (Rogers)?
3. Bagaimana tujuan Person Centered Therapy?
4. Bagaimana fungsi dan peran Terapis?
5. Bagaimana pengalaman klien dalam Terapi?
6. Bagaimana konsep dasar Person Centered Therapy?
7. Bagaimana proses Terapeutik?
8. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan Person-Centered Therapy?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui biografi Carl Ransom Rogers.
2. Mengetahui pengertian Person Centered Therapy (Rogers).
3. Mengetahui tujuan Person Centered Therapy.
4. Mengetahui fungsi dan peran Terapis.
5. Mengetahui pengalaman klien dalam Terapi.
6. Mengetahui konsep dasar Person Centered Therapy.
7. Mengetahui proses Terapeutik.
8. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan Person-Centered Therapy.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Carl Ransom Rogers

Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12
tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada
pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada
tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah
menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union
Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal
dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia,
disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis
dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan
doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama
diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya
Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak
cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan
pemikiran menurut aliran Thorndike.

Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester
Guidance Center dan kemudian menjadi pemimpinnya. Selama masa ini Rogers
dipengaruhi oleh Otto Rank, seorang psychoanalyst yang memisahkan diri dari
Freudian yang ortodok.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di
Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini
dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena rangsangannya Rogers merasa
terpaksa harus membuat pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini
dikerjakannya pada 1942 dalam buku Counseling and Psychotheraphy.
Pada tahun 1945 Rogers menjadi mahaguru psikologi di Universitas of Chicago,
yang dijabatnya hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi presiden the American
Psychological Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987 karena
serangan jantung.

Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun
keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik
Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi
(person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada
murid (student-centered),  teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan
person to person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori
Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan
putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang
memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan
dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang
sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada
umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang
menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan,
harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.

2.2 Pengertian Person Centered Therapy (Rogers)

Psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan dalam
proses terapi, tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting
seperti dalam masyarakat. Dengan meningkatkan keterlibatan hubungan personal
dengan klien, terapis lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh
lingkungan.

2.3 Tujuan Person Centered Therapy

Diharapkan dapat membantu individu dalam menemukan konsep dirinya sesuai


dengan medan fenomenalnya, individu tidak lagi menolak atau mendistorsi
pengalaman – pengalaman sebagaimana adannya. Terbuka terhadap
pengalamannya, adanya kepercayaan terhadap organismenya sendiri, kehidupan
eksistensial yaitu sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, perasaan bebas dan
kreatif.

2.4 Fungsi & Peran Terapis

1. Terapis dan klien berada dalam hubungan psikologis.


2. Terapis adalah benar – benar dirinnya sejati dalam berhubungan dengan klien.
3. Terapis merasa atau menunjukan unconditional positive regard untuk klien.
4. Terapis menunjukkan rasa empati serta memahami tentang kerangka acuan klien
dan memberitahukan pemahamannya kepada klien.
5. Klien menyadari usaha terapis yang menunjukkan sikap empati berkomunikasi
dan menunjukkan unconditioning positive regard kepada klien.

2.5 Pengalaman Klien dalam Terapi

1. Klien datang ke konselor dalam kondisi tidak kongruensi, mengalami kecemasan.


Atau kondisi penyesuaian diri yang tidak baik.
2. Saat klien menjumpai konselor dengan penuh harapan dapat memperoleh
bantuan, jawaban atas permasalahn yang sedang dialami dan menemukan jalan
atas permasalahanya. Perasaan yang dialami klien adalah ketidakmampuan
mengatasi kesulitan hidupnya.
3. Pada awal proses konseling , klien menunjukkan perilaku, sikap, dan perasaanya
yang kaku. Dia menyatakan permasalahan yang dialami kepada konselor secara
permukaan dan belum menyatakan pribadi yang dalam. Pada awal – awal ini klien
akan cenderung mengeksternalisasikan perasaan dan masalahnya dan mungkin
bersifat defensif.
4. Konselor menciptakan kondisi yang ondusif dengan sikap empati dan
penghargaan, konselor terus membantu klien untuk mengeksplorasi dirinya secara
lebih terbuka.

2.6 Konsep Dasar

1. Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu
yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
2. Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
3. Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa
lampau.
4. Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam
perkembangan individu yang bersangkutan.

2.7 Proses Terapeutik

Terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal – hal yang ada di balik
topeng yang dikenakanya. Klien mengembangkan kepura – puraan dan bertopeng
sebagai pertahanan diri terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien
menghambatnya untuk tampil utuh dihadapan oranglain.

Rogers menguraikan ciri- ciri orang yang bergerak ke arah individu yang
teraktualkan sebagai berikut :

1.    Keterbukaan pada pengalaman


Individu memiliki kesadaran atas diri sendiri pada saat sekarang dan kesanggupan
mengalami dirinnya dengan cara – cara yang baru.

2.    Kepercayaan terhadap organisme sendiri


Klien diarahkan untuk mengarahkan hidupnya sendiri. Dengan meningkatkan
keterbukaan klien pada pengalaman – pengalamannya sendiri, kepercayaan klien
kepada dirinnya pun mulai timbul.

3.Tempat evaluasi internal


Individu menetapkan standar – standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinnya
sendiri dalam membuat keputusan – keputusan dan pilihan – pilihan bagi hidupnya.

4.Kesediaan untuk menjadi suatu proses


Para klien dalam terapi berada dalam proses pengisian persepsi – persepsi dan
kepercayaan – kepercayaan serta membuka diri bagi pengalamn – pengalaman
baru.
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Person-Centered Therapy

Kelebihan pendekatan Person-Centered:


1.    Pemusatan pada klien dan bukan pada terapis.
2.    Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah
kepribadian.
3.    Lebih menekankan pada sikap terapi dari pada teknik.
4.    Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan
kuantitatif.
5.    Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi.
6.    Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam
menyelesaiakan masalahnya.
7.    Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika
mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi

Kekurangan Pendekatan Person Centered:


1.    Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana.
2.    Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan.
3.    Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan
umum sehingga sulit untuk menilai individu.
4.    Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang
kecil tanggungjawabnya.
5.    Sulit bagi terapis untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6.    Terapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif.
Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup.
7.    Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah.
8.    Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai