Anda di halaman 1dari 12

REFARAT

MIOSITIS

DISUSUN OLEH:
TRI WAITUL NOFRI SANDI (102119008)

PEMBIMBING
dr. Julia Evalina Ginting, Sp, S

KKS ILMU KESEHATAN NEUROLOGI RSUD Dr. RM,


DJOELHAM
BINJAI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2020
Kata Pengantar

  Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
referat ini yang berjudul Miositis.

            Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan referat ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

           Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan referat ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

            Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Binjai, januari 2020

 
 
Penulis
PENDAHULUAN

1. DEFENISI

Miositis adalah suatu peradangan pada otot yang dapat

disebabkan oleh infeksi, cedara, obat-obatan tertentu, olahraga

dan penyakit kronis. Pada myositis inflamasi menyerang serabut-

serabut otot. Myositis dapat mengenai satu atau seluruh otot.

2. EPIDEMIOLOGI

Myositis merupakan kondisi yang sangat umum terjadi. Pada jenis-

jenis tertentu, seperti polymyositis dan dermatomyositis, penyakit ini lebih banyak

ditemukan pada pasien berjenis kelamin perempuan dibanding dengan pria

(rasio 2:1).

Meskipun demikian, jenis dermatomyositis banyak ditemukan pada anak-anak

berusia 5-14 tahun. Pada kasus peradangan otot jenis inclusion body,

sebanyak 80% pasiennya berusia 50 tahun ke atas.

Penyakit ini dapat dikendalikan dan diatasi dengan cara mengenali faktor-

faktor risiko yang ada..

3. ETIOLOGI
1. INFLAMSI

peradangan di seluruh tubuh dapat mempengaruhi otot-otot, sehingga

menyebabkan myositis. beberapa penyebab inflamasi adalah karena auto

imun, dimna tubuh menyerang jaringannya sendiri. Proses inflamasi

menyebabkan myositis berat meliputi Dermatomyositis, polymyositis,

inclusion body myositis. Peradangan yang sering menyebabkan myositis

berat, membutuhkan pengobatan jangka panjang. Proses inflamasi lainya

yang menyebabkan myositis ringan, meliputi lupus, scleroderma,

rheumatoid arthritis.

2. INFEKSI

infeksi virus adalah infeksi yang paling umum menyebabkan myositis.

Bakteri, jamur, atau organisme lainya juga dapat menyebabkan myositis.

Virus atau bakter dapat menyerang jaringan otot secara langsung, atau

mengeluarkan zat yang merusak serabut otot, beberapa virus penyebab

myositis meliputi : influenza A dan B, hepatitis B, coxsackevirus, rubla

echovirus, HIV, bakteri penyebab myositis staphylococcus, streptococcus,

clostridium, mycobacterium tuberculosa atau mycobacterium laprae.

Parasite penyebab myositis adalah trichinosis dan toksoplasmosis.

3. OBAT-OBATAN

berbagai pengobatan dan jeni obat-obatan dapat menyebabkan kerusakan


otot sementara. Peradangan pada otot sering tidak teridentifikasi,

sehingga masalah pada otot sering disebut miopati dari pada myositis,

obat-obatan yang dapat menyebabkan myositis meliputi : statins,

colchicine, plaquenil.

JENIS-JENIS MIOSITIS

Secara umum, terdapat 5 jenis myositis  yang meliputi:

 Polymyositis

Jenis myositis  ini menyerang banyak otot yang berbeda, terutama otot

bahu, pinggul, dan paha. Polymyositis  paling sering dialami oleh wanita

berusia 30 hingga 60 tahun.

 Dermatomyositis

Pada  dermatomyositis, peradangan yang terjadi pada otot menimbulkan

ruam berwarna merah keunguan dan berbentuk seperti bunga. Selain

ruam, perubahan warna kelopak mata menjadi keunguan atau kulit

bersisik pada buku-buku jari juga dapat terjadi.

Penyakit ini dapat diderita oleh siapa saja tanpa memandang umur.

Namun dermatomyositis lebih sering menyerang wanita. 


 Juvenile myositis

Juvenile myositis banyak dialami oleh anak-anak berusia 18 tahun ke

bawah. Selain itu, penyakit ini lebih sering dialami oleh anak

perempuan dibandingkan anak laki-laki.

 Toxic myositis

Penyakit ini diyakini disebabkan oleh obat-obatan tertentu, seperti

obat penurun kolesterol. Apabila konsumsi obat tersebut dihentikan,

gejala toxic myositis  akan membaik.

 Inclusion body myositis (IBM)

Tidak seperti jenis myositis  yang lain, IBM lebih sering menyerang pria

daripada wanita. Penyakit ini biasanya diderita oleh pasien berusia di

atas 50 tahun.

Kelemahan otot pada IBM dimulai dari pergelangan tangan, jari-jari

tangan, dan paha. Gejala ini biasanya dialami oleh satu bagian otot saja.

4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala utama miositis adalah memiliki otot yang lemah dan membengkak.

Kondisi seperti ini mempersulit gerakan sehari-hari. Miositis dapat terjadi

secara mendadak atau perlahan dalam beberapa minggu, bahkan bulan.

Terkadang, ini terjadi setelah berkembang dalam beberapa tahun.


Jenis miositis yang berbeda menyebabkan tanda-tanda yang berbeda pula.

Di antaranya:

 Polimiositis - Menyerang kedua sisi tubuh. Polimiositis menyerang otot-

otot di sekitar paha, punggung, dan pinggang. Ini juga memengaruhi

bagian leher dan bahu. Tanda dari kondisi ini berkembang secara perlahan

dalam beberapa minggu atau bulan. Risiko penyakit ini meningkat seiring

usia yang menua. Umumnya, jenis ini terjadi pada kelompok usia 35-44

tahun dan 55-64 tahun. Pasien akan merasa kesulitan menaiki tangga dan

bangun dari posisi duduk. Bila tidak diobati, kondisi ini dapat

menyebabkan masalah menelan dan bahkan gagal jantung. Pria dan wanita

dapat terserang kondisi ini, namun umumnya wanita dua kali lebih rentan

daripada pria.

 Dermamiositis - Ditandai dengan kelemahan otot yang disertai dengan

keropeng pada kulit. Keropeng berwarna ungu dan merah muncul pada

otot-otot yang biasa digunakan untuk memperkuat atau meregangkan

sendi. Ini termasuk jemari kaki, lutut, siku, dan buku jari. Jenis miotosis

ini dapat menyerang orang dewasa dan anak -anaknya, serta umumnya

lebih rentan pada wanita. Selain lemah otot dan keropeng, gejala lainnya

adalah demam rendah dan sensitif terhadap cahaya. Ini pun dapat

menyebabkan penumpukan kalsium di bawah kulit atau otot.


 Miositis reaktif pascainfeksi (PIRM) - Ini terjadi setelah terdapat

beberapa jenis infeksi virus. Bila dibandingkan dengan dua jenis miositis

sebelumnya, ini bersifat lebih ringan. Ini tak perlu dikhawatirkan. Sebab,

miositis ini dapat membaik dengan sendirinya dalam beberapa waktu.

 Miositis inklusi tubuh (IBM) - Ini seringkali menyerang pria lansia

berusia 50 tahun atau lebih. Ini dapat melemahkan otot pergelangan

tangan dan jemari. Kondisi ini juga memengaruhi otot paha utama dan otot

di bawah lutut. Ini ditandai dengan otot yang makin terasa letih selama

beberapa tahun. Tanda-tandanya berupa pasien yang lebih sering terjatuh

dan tersandung, serta masalah menelan. Pasien juga akan kesulitan

menggenggam suatu benda.

5. DIAGNOSIS MIOSITIS

Mendiagnosis miositis dimulai dengan anamnesa pemeriksaan fisik dan tes

darah. Tujuannya untuk mengukur kekuatan otot dan kadar antibodi serta

enzim dalam darah. Tes lain yang juga digunakan adalah pencitraan

resonansi magnetik (MRI) dan elektromiografi (EMG). MRI adalah alat

pemindai modern yang dapat memperlihatkan keparahan dan perluasan

penyakit. Sedangkan EMG untuk memeriksa cara sinyal listrik melintas

dari ujung saraf menuju otot. Biopsi otot dapat dilaksanakan untuk
mempertegas diagnosis. Prosedur ini memanfaatkan jaringan otot untuk

menemukan tanda-tanda peradangan atau kerusakan otot.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. MRI

Scanner yang menggunakan magnet berkekuatan tinggi dan komputer

yang menghasilkan gambar dari otot. Scan MRI dapat membantu

mengidentifikasi area otot yang terdampak dan perubahan pada otot

sepanjang waktu.

2. EMG

Dengan memasukan jarum elektroda pada otot, dokter dapat menguji

respon otot terhadap sinyal saraf elektrik. EMG dapat mengidentifikasi

otot yang lemah atau rusak akibat peradangan.

3. BIOPSI OTOT

Hal ini merupakan tes yang paling akurat untuk mendiagnosis penyakit

ini. Dokter mengidentifikasi otot yang lemah, membuat sayatan kecil dan

mengangkat sampel kecil dari jaringan otot untuk diuji’

4. TES DARAH

Kadar tinggi dari enzim otot, seperti kreatin kinasi, dapat berarti terdapat

peradangan otot. Tes darah lainnya melihat antibodi abnormal yang dapat

mengidentifikasi kondisi autoimun.


7. PENATALAKSANAAN MIOSITIS

Perawatan peradangan otot bervariasi tergantung dari penyebabnya.

Kondisi peradangan yang menyebabkan penyakit ini memerlukan perawatan

dengan obat penekan sistem imun, seperti:

 Prednisone

 Azathioprine (Imuran)

 Methotrexate

Radang otot yang disebabkan infeksi biasanya disebabkan virus dan tidak ada

perawatan spesifik yang diperlukan. Peradangan otot yang disebabkan bakteri

jarang terjadi dan biasanya memerlukan antibiotik untuk mencegah kondisi

yang berbahaya menyebar.

Walau rhabdomyolysis jarang disebabkan dari radang otot, kondisi ini dapat

menyebabkan kerusakan ginjal permanen. Orang dengan rhabdomyolysis

memerlukan rawat inap untuk mendapatkan infus dalam jumlah yang banyak.

Peradangan pada otot yang terkait obat dapat diatasi dengan menghentikan

pengobatan. Pada kasus yang disebabkan oleh obat statin, peradangan otot

biasanya akan membaik dalam beberapa minggu setelah menghentikan

pengobatan.
8. KOMPLIKASI

Sebagian besar penyakit autoimun adalah kondisi kompleks dan beragam

yang tidak memiliki solusi sederhana. Selain gejala dermatomiositis,

polimiositis, miopati nekrotikans, miositis badan inklusi sporadis, atau

miositis remaja, setiap pasien miositis mungkin mengalami gejala lain yang

tampaknya bukan bagian dari penyakit itu sendiri.

Ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi bersamaan dengan atau

karena myositis:

 Sindrom antisynthetase

 Calcinosis

 Myositis terkait kanker

 Penyakit kardiovaskular

 Disfagia

 Infeksi

 Penyakit Paru Interstitial

 Penyakit autoimun yang tumpang tindih

 Rhabdomyolysis

DAFTAR PUSTAKA
Genetic and environmental risk factors. http://myonet.eu/myositis/genetic-and-enviro

nmental-risk-factors/. Accessed August 29, 2019.

Myositis (polymyositis and

dermatomyositis). https://www.nhs.uk/conditions/myositis/. Accessed 13 januari,

2020.

What Is Myositis and How Can It Be

Treated?. https://www.healthline.com/health/myositis accses 13 januari 2020

Myositis. https://www.health.harvard.edu/a_to_z/myositis-a-to-z. Accessed 13

januari 2020.

Myositis. https://www.versusarthritis.org/about-arthritis/conditions/myositis/.

Accessed 13 januari 2020.

Myositis. https://www.arthritis.org/about-arthritis/types/myositis/. Accessed januari

2020

Myositis. https://medlineplus.gov/myositis.html#cat95. Accessed 13 januari 2020.

Polymyositis. https://emedicine.medscape.com/article/335925-overview#a1.

Accessed januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai