Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun oleh :
MARISA SAHARA 102119049
DHIYA MARIYAH 102119026
AGUSRIMA KURNIATI .L 102119074
FITRATUL AZNI 102119010
TRI WAITUL NOFRI SANDI 102119008

Pembimbing :
dr. Sukma Sahreni, M.Gizi
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DINAS KESEHATAN KOTA BATAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga refarat ini dapat diselesaikan pada waktunya sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Batam Fakultas Kedokteran Universitas
Batam . Makalah ini menyajikan suatu pembahasan yang diuraikan secara singkat
mengenai “Surveilans Kesehatan Masyarakat”.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing
yaitu dr. Sukma Sahreni, M. Gizi atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota
Batam Fakultas Kedokteran Universitas Batam. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Batam, Agustus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................2

A. Definisi Surveilens...................................................................................................2

B. Jenis Surveilans........................................................................................................2

C. Tujuan Surveilans.....................................................................................................5

D. Ruang Lingkup Surveilans Kesehatan Masyarakat..................................................5

E. Langkah-Langkah Surveilans Kesehatan Masyarakat.............................................7

F. Manfaat Hasil Surveilens dalam Pengambilan Keputusan ...................................11

BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun
2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
menyebutkan bahwa surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta melakukan penyebaran
informasi kepada unit yang membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan atau kebijakan (Akbar P.S, dkk. 2019).
Surveilans epidemiologi merupakan pemantauan secara terus menerus terhadap
faktor-faktor yang menentukan kejadian dan distribusi penyakit dan keadaan kesehatan
yang lain. Kegiatan ini dipandang penting bagi tindakan pengendalian dan pencegahan
yang berhasil guna (Arfan Iskandar, dkk. 2017)
Surveilans epidemiologi dilaksanakan dengan dua cara yaitu pasif dan aktif.
Surveilans pasif merupakan pengumpulan keterangan tentang kejadian penyakit dalam
masyarakat yang dilakukan oleh unit surveilans mulai dari tingkat puskesmas sampai ke
tingkat nasional. Sementara aktif merupakan pengumpulan data terhadap satu atau lebih
penyakit tertentu, dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan yang telah ditugaskan
untuk hal tersebut (Arfan Iskandar, dkk. 2017)
Surveilans Epidemiologi atau Surveilans Kesehatan Masyarakat merupakan salah
satu fungsi utama epidemiologi, sebagaimana menurut Crooker(2014) terdapat enam
fungsi utama epidemiologi yaitu: 1) Surveilans kesehatan masyarakat; 2) Investigasi
lapangan; 3) Studi analitik; 4) Evaluasi; 5) Membuat hubungan antar data kesehatan
(record linkages); dan 6) Pengembangan Kebijakan. Lebih lanjut dikatakan oleh
Crooker (2014) bahwa surveilans merupakan “batu loncatan” dalam kegiatan kesehatan
masyarakat. Karena dengan surveilans kita akan mendapatkan data yang akurat tentang
kejadian kesehatan di masyarakat (Ade Heryana, 2015).

1
BAB II
TINJAU PUSTAKA

A. Defisini Surveilans Kesehatan Masyarakat


Surveilans kesehatan masyarakat merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai
dari pengumpulan, pengolahan, penyajian, analisis data penyakit/masalah kesehatan dan
penyebarluasan informasi kepada pihak lain yang membutuhkan secara terus menerus
dan tepat waktu, untuk kepentingan pengambilan keputusan. World Health Organization
(WHO) menjelaskan definisi surveilans sebagai aplikasi metodologi dan teknik
epidemiologi yang tepat untuk mengendalikan penyakit (Rokhmayanti. Dkk, 2020).
Maksud utama surveilans adalah untuk mendeteksi perubahan pada trend atau
distribusi penyakit dalam rangka memulai penyelidikan atau melakukan tindakan
pengendalian. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (Kementerian Kesehatan),
mendefinisikan surveilans epidemiologi sebagai suatu rangkaian proses pengamatan
yang terus menerus dan berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisis, dan
interpretasi data kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau suatu
peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan efisien
terhadap masalah kesehatan masyarakat. (Rokhmayanti. Dkk, 2020).

B. Jenis Surveilans Kesehatan Masyarakat


Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit;
(3) Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5) Surveilans terpadu;
(6) Surveilans Kesehatan (Ridwan Amiruddin, 2013).

1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-
individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang

2
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular.
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit,
bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya
didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans
tuberkulosis, program surveilans malaria.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-
masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator
kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang
suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal,
regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional
terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan
laporan berkala praktik dokter di AS.
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan
seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih
segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari
klinik-klinik
5. Surveilans Terpadu

3
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakit-penyakit tertentu Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services)
2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk
3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan structural
4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni,
pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen
sumber daya)
5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang
penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda.

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat


Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia
dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti,
pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (new
emerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans

4
global yang komprehensif melibatkan faktor-faktor baru, termasuk pemangku
kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi.

Disamping itu menurut intervensinya ke masyarakat, surveilans kesehatan


masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu: (Ade Heryana, 2015)
1. Active surveillance (surveilans aktif) yaitu pemerintah melalui petugas
kesehatan secara aktif mengumpulkan data kejadian kesehatan di masyarakat
atau komunitas
2. Pasive surveillance (surveilans pasif) yaitu pemerintah melalui biro kesehatan
(dinkes) menerima laporan penyakit secara reguler dari pelayanan kesehatan
sesuai dengan aturan yang berlaku.

C. Tujuan Surveilans Kesehatan Masyarakat


Adapun tujuan khusus diselenggarakannya surveilans kesehatan masyarakat dari
berbagai sumber dan literatur adalah sebagai berikut: (Ade Heryana, 2015).
1. Mendeteksi wabah
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan penyebaran penyakit
3. Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan
4. Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara geografis dan
demografis
5. Mengevaluasi cara pengawasan
6. Membantu dalam pengambilan keputusan
7. Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik
8. Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit
9. Membuat hipotesis dalam rangka pengembangan penelitian epidemiologi
10. Memonitor perubahan agen infeksi dan
11. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.

D. Ruang Lingkup Surveilans Kesehatan Masyarakat


Ruang lingkup subsistem surveilans epidemiologi kesehatan menurut
(Rokhmayanti, 2020) terdiri dari:

5
1. Surveilans penyakit menular, merupakan analisis terus menerus dan sistematis
terhadap penyakit menular dan faktor risiko, untuk mendukung upaya
pemberantasan penyakit menular seperti Penyakit Menular yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I), Acute Flaccid Paralysis (AFP), penyakit potensial
wabah/KLB penyakit menular dan keracunan, Demam Berdarah Dengue
(DBD)/Dengue Shock Syndrome (DSS), malaria, zoonosis (antraks, rabies,
leptospirosis), filariasis, tuberculosis (TBC), diare, tifus perut, kecacingan, penyakit
perut lain, kusta, HIV/AIDS, pneumonia (termasuk SARS).
2. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular, merupakan analisis terus menerus
dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung
upaya pemberantasan penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, Penyakit
Jantung Koroner (PJK), Diabetes Mellitus (DM), neoplasma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), gangguan mental, dan masalah kesehatan akibat
kecelakaan.
3. Surveilans epidemiologi lingkungan dan perilaku, merupakan analisis terus
menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk mendukung
program penyehatan lingkungan, meliputi: Sarana Air Bersih (SAB),
TempatTempat Umum (TTU), pemukiman dan lingkungan perumahan, limbah
Industri dan rumah sakit, vektor penyakit, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
rumah sakit dan pelayanan kesehatan lain termasuk Infeksi Nosokomial (INOS).
4. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan, merupakan analisis terus menerus
secara sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung
program kesehatan tertentu, seperti gizi mikro (kekurangan yodium, anemia zat
besi, dll), gizi lebih, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), usia lanjut, penyalahgunaan
NAPZA, penggunaan sediaan farmasi, obat kimia, obat tradisional, bahan
kosmetika dan alat kesehatan, kualitas makanan dan bahan tambahan makanan.
5. Surveilans epidemiologi kesehatan matra, merupakan analisis terus-menerus dan
sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung
program kesehatan matra seperti surveilans epidemiologi

6
E. Langakah-Langkah Surveilans Kesehatan Masyarakat
Menurut WHO (1999) serta Myrnawati (2001) langkah-langkah surveilans
kesehatan masyarakat meliputi: Pengumpulan data, Pengolahan Data, Analisis data; dan
Penyebarluasan informasi (Ade Heryana, 2015).
1. Pengumpulan data
Tahap ini merupakan permulaan kegiatan surveilans yang sangat penting untuk
menghasilkan data kejadian penyakit yang baik. Kegiatan pengumpulan data dapat
dilakukan secara aktif dan pasif (lihat sub bab tentang jenis surveilans).
Tujuan spesifik dari pengumpulan data epidemiologi adalah (Rokhmayanti,
2020):
a. Untuk menentukan golongan/kelompok populasi yang mempunyai risiko terbesar
untuk terserang penyakit (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan)
b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit, dan karakteristiknya
c. Untuk menentukan reservoir dari penyakit infeksi
d. Untuk memastikan keadaan-keadaan bagaimana yang menyebabkan
berlangsungnya transmisi penyakit
e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan

Sumber data diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data primer yang dikumpulkan
secara langsung oleh petugas surveilans tanpa perantara, dan data sekunder yang sudah
tersedia atau sudah dikumpulkan oleh orang lain maupun lembaga tertentu sehingga
perlu dipastikan ketepatan dan validitasnya. Prosedur pengumpulan data dibagi menjadi
dua, yaitu surveilans aktif dan surveilans pasif. Menurut Langmuir dalam Amiruddin
(2013), data-data yang dikumpulkan dalam suatu kegiatan surveilans epidemiologi
dapat berasal dari berbagai sumber, selain itu berbeda juga tiap jenis penyakitnya.
Sumber-sumber data tersebut antara lain:
a. Pencatatan kematian Beberapa daerah di Indonesia sudah menjalankan pencatatan
kematian dengan baik.
b. Laporan penyakit Laporan ini merupakan sumber data yang terpenting dalam
surveilans. Data yang diperlukan meliputi: nama penderita, nama orangtua (jika

7
penderita masih anank-anak), umur, jenis kelamin, alamat lengkap (termasuk RT,
RW, desa, kelurahan, kecamatan), diagnosis, dan tanggal mulai sakit diketahui.
c. Laporan KLB Terdapat beberapa penyakit menular yang sulit diketahui. Jika ada,
biasanya terjadi secara perorangan tetapi dalam bentuk wabah yang dengan segera
dapat dikenal, misalnya DBD dan keracunan makanan.
d. Pemeriksaan laboratorium Hasil dari pemeriksaan laboratorium biasanya dapat
digunakan sebagai penunjang sumber data lain.
e. Penyelidikan peristiwa penyakit Untuk memastikan diagnosis penyakit dari
penderita yang dilaporkan dan untuk mengetahui banyak hal lainnya perlu diadakan
penyelidikan lengkap dari satu peristiwa penyakit. Penting juga diadakan pencarian
kasus lainnya di tempat peristiwa kejadian tersebut terjadi. Kadang dari suatu
peristiwa penyakit yang dilaporkan, sesudah diadakan checking on the spot
ditemukan banyak kasus lain. Peristiwa tersebut dapat dikatakan yang terjadi
sebenarnya adalah KLB, bahkan wabah tetapi tidak diketahui atau “KLB
tersembunyi”.
f. Penyelidikan wabah Penyelidikan wabah meliputi semua bidang, baik klinis,
laboratoris, maupun epidemiologis.
g. Survei Survei merupakan cara aktif dan cepat untuk mendapatkan keterangan
mengenai keadaan suatu penyakit di masyarakat.
h. Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan Sumber
data ini diperlukan jika surveilans dilakukan terhadap penyakit bersumber binatang
(zoonosis).
i. Penggunaan obat-obatan dan vaksin data yang tersedia biasanya meliputi jenis,
jumlah, dan waktu yang digunakan.
j. Keterangan mengenai penduduk serta lingkungannya.

Untuk melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit, maka


diperlukan keterangan-keterangan mengenai penduduk serta faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan penyakit yang sedang terjadi, termasuk keadaan lingkungan
hidup.

8
2. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan penyusunan data yang sudah dikumpulkan
ke dalam format-format tertentu, menggunakan teknik-teknik pengolahan data yang
sesuai. Dalam pengolahan data, dua aspek perlu dipertimbangkan yaitu ketepatan
waktu dan sensitifitas data (lihat sub bab tentang Atribut Surveilans). Dalam
pengolahan data, terdapat langkah yang penting yaitu Kompilasi Data, yang bertujuan
untuk menghindari duplikasi (doble) data dan untuk menilai kelengkapan data. Proses
kompilasi data dapat dilakukan secara manual (dengan kartu pengolah data atau master
table), atau komputerisasi (dengan aplikasi pengolah data, misalnya Epiinfo). Variabel
yang dikompilasi meliputi orang, tempat, dan waktu. Pengolahan data yang baik
memenuhi kriteria antara lain:

1. Selama proses pengolahan data tidak terjadi kesalahan sistemik


2. Kecenderungan perbedaan antara distribusi frekeuensi dengan distribusi kasus
dapat diidentifikasi dengan baik
3. Tidak ada perbedaan atau tidak ada kesalahan dalam menyajikan
pengertian/definisi; dan
4. Menerapkan metode pembuatan tabel, grafik, peta yang benar.

3. Analisis data
Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk membantu dalam
penyusunan perencanaan program, monitoring, evaluasi, dan dalam upaya pencegahan
serta penanggulangan penyakit. Penganalisis data harus memahami dengan baik data
yang akan dianalisa. Data yang telah diolah dan disusun dalam format tertentu
umumnya lebih mudah dipahami. Beberapa cara berikut biasanya dilakukan untuk
memahami data dengan baik, antara lain:
1. Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup dengan
mempelajari tabel saja
2. Pada data yang kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi dengan peta dan
gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk mempermudah pemahaman akan trend,

9
variasi, dan perbandingan. Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa
data surveilans, seperti:
a. Analisis univariat, yaitu teknik analisis terhadap satu variable saja dengan
menghitung proporsi kejadian penyakit dan menggambarkan deskripsi penyakit
secara statistik (mean, modus, standar deviasi);
b. Analisis Bivariat, yaitu teknik analisis data secara statistik yang melibatkan dua
variable. Untuk menggambarkan analisis ini bisa digunakan tools seperti Tabel
(menghitung proporsi dan distribusi frekuensi), Grafik (menganalisis
kecenderungan), dan Peta (menganalisis kejadian berdasarkan tempat dan waktu);
dan
c. Analisis lebih lanjut dengan Multivariat, yaitu teknik analisis statistik lanjutan
terhadap lebih dari dua variable, untuk mengetahui determinan suatu kejadian
penyakit.

3. Penyebarluasan informasi
Tahap selanjutnya adalah menyebarluaskan informasi berdasarkan kesimpulan yang
didapat dari analisis data. Penyebaran informasi disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan program kesehatan, seperti Pimpinan program, Pengelola
program, atau Unit-unit kerja yang kompeten di lintas program atau sektoral. Menurut
Noor (2008) informasi surveilans sebaiknya disebarkan kepada tiga arah yaitu:

1) Kepada tingkat administrasi yang lebih tinggi, sebagai tindak lanjut dalam
menentukan kebijakan;
2) Kepada tingkat administrasi yang lebih rendah atau instansi pelapor, dalam
bentuk data umpan balik; dan
3) Kepada instansi terkait dan masyarakat luas. Kapan informasi disebarkan?
Penyebaran dapat memanfaatkan waktu-waktu atau kegiatan yang
memungkinkan berkumpulnya para pemangku kepentingan, misalnya pada
rapat rutin, rapat koordinasi, atau pertemuan rutin warga masyarakat. Selain
berbentuk laporan, media untuk penyebaran informasi dapat berupa bulletin,
news letter, jurnal akademis, website, dan media sosial.

10
F. Manfaat Hasil Surveilens dalam Pengambilan Keputusan
Informasi kesehatan yang berasal dari data dasar pola penyakit sangat penting
untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir dari intervensi yang
telah dilakukan. Semakin kompleksnya proses pengambilan keputusan dalam bidang
kesehatan masyarakat, memerlukan informasi yang cukup handal untuk mendeteksi
adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data
(angka). Keuntungan dari kegiatan surveilans epidemiologi disini dapat juga diartikan
sebagai kegunaan surveilans epidemiologi, yaitu :
1) Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung yang dapat dikaitkan
dengan tindakantindakan/intervensi kesehatan masyarakat. Dalam rangka
menguraikan pola kejadian penyakit yang sedang berlangsung, contoh kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
b) Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
c) Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperi vektor yang dapat
menyebabkan sakit dikemudian hari
d) Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
2) Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis.
3) Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit,
khususnya untuk mendeteksi adanya KLB/wabah Melalui pemahaman riwayat
penyakit, dapat bermanfaat sebagai berikut :
a) Membantu menyusun hipotesis untuk dasar pengambilan keputusan dalam
intervensi kesehatan masyarakat
b) Membantu untuk mengidentifikasi penyakit untuk keperluan penelitian
epidemiologi
c) Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian penyakit

4) Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan


pelayanan kesehatan dimasa mendatang. Data dasar sangat penting untuk
menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir intervensi yang

11
diberikan. Dengan semakin kompleksnya pengambilan keputusan dalam bidang
kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang cukup handal untuk mendeteksi
adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data
(angka).
5) Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus
dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan
program
6) Membantu menetapkan masalah kesehatan dan prioritas sasaran program pada
tahap perencanaan program. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membuat prioritas masalah dalam kegiatan surveilans epidemiologi adalah :
a) Frekuensi kejadian (insidens, prevalens dan mortalitas)
b) Kegawatan/ Severity (CFR, hospitalization rate, angka kecacatan)
c) Biaya (biaya langsung dan tidak langsung)
d) Dapat dicegah (preventability)
e) Dapat dikomunikasikan (communicability)
f) Public interest
7) Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal
dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke
waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika penularan penyakit
menular.

12
BAB III
KESIMPULAN

Surveilans kesehatan masyarakat merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai


dari pengumpulan, pengolahan, penyajian, analisis data penyakit/masalah kesehatan dan
penyebarluasan informasi kepada pihak lain yang membutuhkan secara terus menerus
dan tepat waktu, untuk kepentingan pengambilan keputusan. World Health Organization
(WHO) menjelaskan definisi surveilans sebagai aplikasi metodologi dan teknik
epidemiologi yang tepat untuk mengendalikan penyakit (Rokhmayanti. Dkk, 2020).
Maksud utama surveilans adalah untuk mendeteksi perubahan pada trend atau
distribusi penyakit dalam rangka memulai penyelidikan atau melakukan tindakan
pengendalian. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (Kementerian Kesehatan),
mendefinisikan surveilans epidemiologi sebagai suatu rangkaian proses pengamatan yang
terus menerus dan berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisis, dan interpretasi
data kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau suatu peristiwa kesehatan
agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap masalah
kesehatan masyarakat. (Rokhmayanti. Dkk, 2020).
Adapun tujuan khusus diselenggarakannya surveilans kesehatan masyarakat dari
berbagai sumber dan literatur adalah sebagai berikut: (Ade Heryana, 2015).
1. Mendeteksi wabah
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan penyebaran penyakit
3. Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan
4. Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara geografis dan
demografis
5. Mengevaluasi cara pengawasan
6. Membantu dalam pengambilan keputusan
7. Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik
8. Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit
9. Membuat hipotesis dalam rangka pengembangan penelitian epidemiologi
10. Memonitor perubahan agen infeksi dan
11. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.

13
Informasi kesehatan yang berasal dari data dasar pola penyakit sangat penting
untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir dari intervensi yang
telah dilakukan. Semakin kompleksnya proses pengambilan keputusan dalam bidang
kesehatan masyarakat, memerlukan informasi yang cukup handal untuk mendeteksi
adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Akbar, P.S dkk. 2019. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi di Rumah


Sakit Umum Daerah Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2018
2. Arfan Iskandar, dkk. 2016. Analisis Surveilans Epidemiologi Kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Puskesmas Se-Kota Pontianak Tahun 2016.
Universitas Muhammad Pontianak.
3. Amiruddin Ridwan, 2013. Mengembangkan Evidence Based Public Health (EBPH)
HIV dan AIDS Berbasis Surveilans. Universitas Hassanudin
4. Dr.Masdalina Pane dan Dr.Cicilia Windyaningsih, 2020. Pedoman Teknis
Surveilans Epidemiologi di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Dalam Pengendalian
Pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2020.
5. Heyana Ade, 2015. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Universitas Esa
Unggul Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai