Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN BENCANA

SURVEILANS BENCANA KASUS BANJIR BANDANG

Disusun oleh:
Kelompok II
1. M. Arifin Nur P072202002111. Siti Lestari P0722020031
2. M. Fahmi P072202002212. Siti Rohani P0722020032
3. M. Imadudin P072202002313. Sudiharjo P0722020033
4. Mukhtar P072202002414. Susi Wulandari P0722020034
5. Ovita Mulya P072202002515. Tanti Niati P0722020035
6. Ratnawati P072202002616. Wahyu Titik H P0722020036
7. Rida Rahmayanti P072202002717. Wilmina Suitela P0722020037
8. Rinta Cintia P072202002818. Winarti P0722020038
9. Septi Rusmiani P072202002919. Yunisa Ekawanti P0722020039
10. Siti Jumainah P072202003020. Yusty Amelia P0722020040

MAHASISWA TINGKAT IV SEMESTER VIII


PROGRAM ALIH JENJANG KELAS A
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN
KEPERAWATAN PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini yang berjudul “Survailans Bencana Kasus Banjir Bandang”. Maksud dan tujuan

penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan

Bencana sebagai laporan hasil diskusi hasil diskusi kelompok.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak hambatan dan kesulitan yang kami

temui, namun  berkat bimbingan, tuntunan yang diberikan, serta dukungan dari

berbagai pihak yang terlibat maka makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan mungkin

masih terdapat banyak kesalahan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan sekali adanya kritik dan saran yang

sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan

datang. Akhirnya Kami mengharapkan semoga apa yang kami tuangkan dalam

makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan sejawat, khususnya penulis sendiri dan

pembaca pada umumnya.

Bontang, 20 Januari 2021

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………….……………………………………………….. 1


Kata Pengantar …………………………………………………………… 2
Dafttar Isi …………………..…………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah……….…………………………………………. 5
C. Tujuan …………………..…………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Surveilans Bencana ………………………………………………... 6
1. Pengertian Surveilans
2. Tujuan Surveilans
3. Jenis – jenis Surveilans
4. Surveilans Bencana
5. Sistem Pelaporan Surveilance Bencana
B. Dokumentasi dan Pelaporan Penilaian Hasil Bencana…………….. 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………… 21
B. Saran ………………………………………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001) bencana

adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan

ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan

pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa

dari pihak luar.

Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap

kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa

manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada

skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang

terkena.

Di Indonesia, banjir adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal

ini karena letak Indonesia pada daerah tropis yang memungkinkan curah hujan

yang tinggi setiap tahunnya. Banjir di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis,

yaitu : Banjir bandang, Banjir Hujan Ekstrim, Banjir Luapan Sungai / Banjir

Kiriman, Banjir Pantai (ROB), Banjir Hulu

Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan

berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan

berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan

4
debit sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi di daerah dengan

sungai yang alirannya terhambat oleh sampah.

Terjadinya bencana alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu di

butuhkan surveilans untuk meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans

bencana dilakukan sebelum bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya

bencana.

Selain surveilans bencana , di butuhkan pula penilaian mengenai dampak

yang mungkin di timbulkan oleh bencana sehingga dapat dapat melakukan

dokumentasi dan pelaporan dari kejadian suatu bencana.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :

1. Apa yang di maksud dengan surveilans bencana ?

2. Bagaimana dokumentasi dan pelaporan hasil penilaian bencana ?

C. Tujuan

Tujuan pada makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud surveilans bencana

2. Untuk mengetahui bagaimana dokumentasi dan pelaporan hasil penilaian

bencana

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Surveilans Bencana

1. Pengertian Surveilans

Surveilans adalah proses pengamatan secara teratur dan terus

menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan

maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk

kepentingan pencegahan dan penanggulangan.

Definisi lain secara lengkap menjelaskan bahwa surveilans

adalah suatu rangkaian proses yang sistematis dan

berkesinambungan dalam pengumpulan, analisa dan interpretasi

data kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau

suatu peristiwa kesehatan.

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan

kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak

pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis

pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans

menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan

agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan

pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang digunakan istilah

surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat

6
maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab

menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah

untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga

epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat

(core science of public health).

Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk

memimpin dan mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan

masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini  bagi

pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah

kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans

kesehatan masyarakat merupakan instrumen  penting untuk

mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons

segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans

juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian keuangan,

dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani

dengan baik.

2. Tujuan Surveilans

Tujuan surveilans menurut WHO adalah :

a. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi

b. (outbreak/wabah)

7
c. Memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program

pencegahan dan pengendalian penyakit.

d. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan

kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya

kesehatan.

e. Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan

mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.

f. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

3. Jenis – jenis Surveilans

a. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi

dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak

dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis,

tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu

memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera

terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat

dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi

institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-

orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh

suatu kasus penyakit menular selama periode menular.

8
Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit

selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).

Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul

AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1)

Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total

membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar

penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah

kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial

membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif,

berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya

transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk

mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa

diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan

pada pos tertentu dicutikan, sedang di  pospos lainnya tetap

bekerja. Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas,

sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan

filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas

langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan

kesehatan masyarakat.

b. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan

9
pengawasan terus- menerus terhadap distribusi dan

kecenderungan insidensi penyakit, melalui  pengumpulan

sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan

penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya.Jadi fokus

perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.

Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya

didukung melalui program vertikal (pusat-daerah).Contoh,

program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.

Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif,

tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan

akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.

Banyak program surveilans penyakit vertikal yang

berlangsung  paralel antara satu penyakit dengan penyakit

lainnya, menggunakan fungsi  penunjang masing-masing,

mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan

memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan

inefisiensi.

c. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance)

melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma

(kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing  penyakit.

10
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator

kesehatan individualmaupun populasi yang bisa diamati

sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati

indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-

gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri

dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium

tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat

dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.

Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention

(CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala

nasional terhadap  penyakit-penyakit yang mirip influenza

(flu-like illnesses) berdasarkan laporan  berkala praktik dokter

di AS.

Dalam surveilans tersebut, para dokter yang

berpartisipasi melakukan skrining  pasien berdasarkan definisi

kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan

membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah

kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan

jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna

untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza,

termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan

11
peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk

memonitor krisis yang tengah  berlangsung.Suatu sistem yang

mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari

fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada

lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel

melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik

untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan

sumber daya yang terbatas.

d. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk

mendeteksi dan menonitor  penyakit infeksi. Sebagai contoh,

pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti

salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk

mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi

outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada

sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-

klinik.

e. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan

memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah

yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah

12
pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan

struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi

mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan

pengendalian penyakit.

Pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan

perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu.

Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang

surveilans sebagai pelayanan bersama (common

services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3)

Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4)

Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,

pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi

pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi,

penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber

daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan

pengendalian  penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan

terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang

berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda.

f. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern,

migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan

13
transmisi penyakit infeksi lintas negara.Konsekunsinya,

masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan

negara maju di dunia makin serupa dan bergayut.Timbulnya

epidemi global (pandemi) khususnya menuntut

dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang

manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan

organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-

kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.

Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala

global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-

emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru

muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu

burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang

komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku

kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi.

4. Surveilans Bencana

Surveilans bencana ialah kegiatan surveilans atau pengumpulan

data yang terkait dengan kejadian bencana. Tujuan dibangunnya

surveilans pada situasi bencana yaitu mendukung fungsi pelayanan

bagi korban bencana secara keseluruhan untuk menekan dampak

14
negatif yang lebih besar. Karakteristik sistem surveilans yang

dibangun pada situasi bencana ialah sistem harus sederhana,

mencakup yang sangat prioritas, dilakukan secara aktif dan intensif,

melibatkan semua pihak, mengutamakan unsur kecepatan, dan

didukung juga adanya respon yang cepat.

Surveilans bencana adalah upaya untuk mengumpulkan data

pada situasi bencana, data yang dikumpulkan berupa jumlah korban

meninggal, luka sakit, jenis luka, pengobatan yang dilakukan,

kebutuhan yang belum dipenuhi, jumlah korban anak-anak, dewasa,

lansia. Surveilans sangat penting untuk monitoring dan evaluasi dari

sebuah proses, sehingga dapat digunakan untuk menyusun kebijakan

dan rencana program.

Surveilans berperan dalam :

a. Saat Bencana : Rapid Health Assesment (RHA), melihat

dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan oleh bencana,

seperti berapa jumlah korban, barang-barang apa saja yang

dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan, berapa banyak

pengungsi lansia, anak-anak, seberapa parah tingkat kerusakan

dan kondisi sanitasi lingkungan.

b. Setelah Bencana: Data-data yang akan diperoleh dari kejadian

bencana harus dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa

15
bencana kerja atau kebijakan, misalnya apa saja yang harus

dilakukan masyarakat untuk kembali dari pengungsian,

rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.

c. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai

keberhasilan respon/evaluasi

Surveilans bencana meliputi:

a. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama

penyakit menular.

Di lokasi  pengungsian korban bencana, sangat perlu

dilakukan survey penyakit-penyakit yang ada, terutama

penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada

tindakan  penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi

penyakit tersebut. Ada 13 besar  penyakit menular dan

penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare berdarah, diare

biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria,

penyakit kulit, pneumonia,tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.

b. Surveilans data pengungsi.

Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan

kepadatan di tempat pengungsian, data pengungsi menurut

lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data dikumpulkan

setiap minggu atau bulanan.

16
c. Surveilans kematian.

Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat

atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis,

gejala, identitas pelapor.

d. Surveilans rawat jalan.

e. Surveilans air dan sanitasi

f. Surveilans gizi dan pangan.

g. Surveilans epidemiologi pengungsi.

Surveilas epidemiologi yang dikembangkan pada pengungsi

pada periode emergensi merupakan Sistem Kewaspadaan Dini

KLB penyakit dan keracunan. Sistem yang akan dikembangkan

harus selalu didahului dengan kajian awal. Kajian awal harus

dapat mengidentifikasi prioritas-prioritas penyakit penyebab

kesakitan dan kematian, faktor-faktor yang berpengaruh, serta

program intervensi yang mungkin dapat dilakukan, terutama

penyakit potensial KLB. Prioritas-prioritas penyakit tersebut

nantinya menjadi prioritas upaya perbaikan-perbaikan kondisi

rentan pada kelompok pengungsi, agar kejadian luar biasa

penyakit dan keracunan dapat ditekan frekuensi atau

beratnya kejadian, atau bahkan dapat dihindari sama sekali.

Prioritas-priotas penyakit penyebab kesakitan kematian pada

17
pengungsi tersebut juga menjadi dasar  perumusan terhadap

kemungkinan penyelenggaraan surveilans kesehatan

masyarakat dalam bentuk sistem kewaspdaan dini KLB dan

keracunan. Model surveilans yang akan dikembangkan juga

perlu menjadi salah satu sasaran kajian awal. Prioritas-

prioritas penyakit penyebab kesakitan dan kematian pada

pengungsi tersebut, juga menjadi dasar dari prioritas

kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya kejadian

rawan atau KLB penyakit menular dan keracunan.

Kesiapsiagaan diarahkan pada kesiapsiagaan tenaga dan tim

penanggulangan gerak cepat, sistem konsultasi ahli,

komunikasi, informasi dan transportasi, serta kesiapsiagaan

penanggulangan KLB, baik dalam teknisk penanggulangan, tim

maupun logistic.

Jadi Surveilans bencana sangat penting karena secara garis besar

dapat disimpulkan manfaatnya adalah:

a. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air,

sanitasi, kepadatan, kualitas tempat penampungan.

b. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian

sehingga dapat diupayakan pencegahan.

c. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-

18
anak, lansia, wanita hamil, sehingga lebih memperhatikan

kesehatannya.

d. Pendataan pengungsi diwilayah, jumlah, kepadatan,

golongan, umur, menurut jenis kelamin.

e. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi

f. survei Epidemiologi.

5. Sistem Pelaporan Surveilance Bencana

B. Dokumentasi dan Pelaporan Penilaian Hasil Bencana

PELAPORAN KETERANGAN
GAMBARAN TENTANG 1. Jenis Bencana 2. Waktu
BENCANA Kejadian 3. Kekeuatannya

LOKASI BENCANA 1.  Nama Desa/ Dusun, Kelurahan,


Kecamatan, Kabupaten, Provinsi
 Topografi
 Lengkapi dengan Peta

POPULASI   Perkiraan jumlah populasi


  Distribusi populasi ( sex, umur, resti)

KORBAN   Korbanmeninggal,rawatinap, rawat


jalan, pengungsi, hilang
  Penyakit terbanyak
  Penyakit berpotensi KLB
  Penyakit endemic

19
Informasi yang tepat dan akurat tergantung dari adanya data pendukung

yang terstruktur dan mudah di pahami. Informasi dalam penanggulangan bencana

dimulai sejak pengumpulan, analisis hingga diseminasi informasi yang dilakukan

secara cepat, tepat dan benar sebagai bagian dalam penanggulangan bencana.

Data dan informasi bencana dikumpulkan dari berbagai sumber media. Data di

kumpulkan baik secara langsung melalui wawancara ataupun secara tidak

langsung seperti dari internet, televise, media cetak dan sebagainya.

1. Data pra bencana merupakan basis data yang dapat digunakan

apabila diperlukan. Data ini memberikan gambaran mengenai

kondisi geografis, geologis, iklim, ketersediaan sumber daya dan

lain sebagainya. Ketersediaan data tersebut akan membantu sebagai

informasi awal dalam penanganan bencana.

a. Profil Daerah Profil Daerah berisi data kondisi geografis,

geologis, iklim, hidrologi, tata guna lahan, demografi dan lain-

lain. Formulir ini diisi oleh BPBDjOPD yang menangani

penanggulangan bencana yang bersumber dari OPD yang

mengelola data terkait dengan profil daerah denga.

b. Ketersediaan Sumber Daya Ketersediaan sumber daya

meliputi logistik (pangan, sandang, logistik lain, paket

kematian), peralatan, dan sumber daya manusia. Formulir ini

20
diisi oleh BPBD/OPD yang menangani bencana, yang

bersumber dari OPD yang mengelola data terkait dengan

ketersediaan sumber daya

1) Logistik Data dalam pra bencana meliputi :

a) Pangan, antara lain makanan pokok


(beras/sagu/jagung/ubi, dan lain-lain), lauk-
pauk, air bersih, bahan makanan pokok
tambahan seperti mi, susu, kopi, teh,
perlengkapan makan (food ware) dan
sebagainya.
b) Sandang, antara lain perlengkapan pribadi berupa

baju, kaos dan celana anak- anak sampai dewasa laki-

laki dan perempuan, sarung, kain batik panjang,

handuk, selimut, daster, perangkat lengkap pakaian

dalam, seragam sekolah laki-laki dan perempuan (SD

dan SMP), sepatu/alas kaki sekolah dan turunannya.

c) Logistik lainnya, antara lain, obat dan alat kesehatan

habis pakai, tenda gulung, tikar, matras, alat dapur

keluarga, kantong tidur (sleeping bag) dan sebagainya

d) Paket kematian, antara lain kantong mayat, kain kafan


dan sebagainya.

2) Peralatan Peralatan adalah segala bentuk alat dan

21
peralatan yang dapat dipergunakan untuk membantu
terselenggaranya suatu kegiatan penanggulangan
 bencana, sehingga dengan bantuan alat tersebut
manusia dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat
melaksanakan fungsi kehidupannya sebagai
manusia. Termasuk dalam kategori peralatan ini
misalnya peralatan kesehatan, peralatan komunikasi,
peralatan peringatan dini, peralatan teknik dan
sebagainya.
3) Sumber Daya Manusia Relawan, tenaga kesehatan (dokter,

perawat, bidan, sanitarian, apoteker, ahli gizi dan lain-lain),

TNI/Polri, tenaga SAR, desa siaga.

Petunjuk Pengisian Data Pra Bencana

Provinsi : (nama provinsi)

Kabupaten/Kota : (nama kabupaten/kota)

Sumber Data : (literatur/daftar pustaka)

Tahun : (tahun penerbitan sumber data)

22
 

23

Anda mungkin juga menyukai