Anda di halaman 1dari 25

MEMASUKI DUNIA USAHA DAN

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan

Dosen Pengampu: Putri Hervina Daulay, MM

Disusun Oleh: Kelompok 2


M. Aulia Rahman Ritonga (0801171037)
M. Zulfadly Lubis (0801171050)
Rahmia Yunita Sari Sihombing (0801171064)
Siska Alviani (0801171040)
Sri Wahyuni Hsb (0801173421)
Tengku Zihan Fahira (0801171068)

SEMESTER V KELAS AKK B


FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kami ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai proses memasuki dunia usaha dan pengembangan kewirausahaan
ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah kewirausahaan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. kami menyadari bahwa
masih ada kekurangannya baik dari segi penulisan maupun penataan bahasanya.
Untuk itu kami dengan sangat terbuka menerima segala kritik dan saran dari para
pembaca untuk memperbaiki makalah ini.

Medan, 24 September 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Cara Memasuki Dunia Usaha.....................................................................3

2.2 Profil Usaha Kecil Dan Usaha Besar Yang Akan Dilakukan dan Modal
Pengembangannya......................................................................................13

2.3 Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Yang Akan Direncanakan......19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................21

3.2 Saran...........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kewirausahaan adalah suatu proses untuk mengembangkan,


mengindentifikasi, dan mewujudkan visi dan misi dalam kehidupan. Kata
“Kewirausahaan” berasal dari kata wira dan usaha. Kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengambilan risiko dari
suatu usaha bisnis. seorang wirausaha atau kewirausahaan yang sukses tidak hanya
mempunyai keterampilan di bidang usaha tertentu akan tetapi juga mempunyai
kemauan dan kemampuan (Jiwa Kewirausahaan). Mampu dalam menangkap ide,
peluang bisnis dan manajerialnya, cakap untuk bekerja, mengorganisir, kreatif serta
mempunyai kemampuan yang kuat untuk konsisten dan tidak mudah menyerah
(menyukai tantangan).

Kewirausahaan mengalami perkembangan yang cukup pesat di berbagai


negara. Kewirausahaan tidak hanya berperan dalam meningkatkan output dan
pendapatan per kapital, namun melibatkan pengenalan atau penerapan perubahan
dalam struktur bisnis maupun masyarakat (Slamet et.al, 2014). Kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan ikut memiliki andil dalam mendorong praktik-praktik
kewirausahaan yang pada akhirnya memunculkan berbagai penemuan-penemuan
produk dan jasa baru bagi konsumen. Hal ini tentunya membuka peluang kerja baru,
membuka pasar baru, dan dalam jangka panjang akan mampu menciptakan
pertumbuhan usaha di berbagai sektor.

Untuk sebagian pengelola dan pemilik usaha atau yang baru memasuki dunia
usaha, ada beberapa jenis kemampuan yang harus dipersiapkan dan dimiliki, antara
lain kemampuan teknik, kemampuan pemasaran, kemampuan finansial, dan
kemampuan hubungan. Pada saat memasuki dunia usaha, ada tiga cara yang dapat

1
dilakukan oleh seseorang apabila ingin memulai suatu usaha yaitu : merintis usaha
baru, membeli perusahaan orang lain, dan kerjasama manajemen atau waralaba.

Bagi wirausahawan baru yang ingin terjun ke dalam dunia wirausaha,


setidaknya ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan
baru, diantaranya: bidang dan jenis yang dimasuki, bentuk usaha dan bentuk
kepemilikan perusahaan, tempat usaha yang akan dipilih, organisasi usaha yang akan
digunakan, serta jaminan usaha yang akan diperoleh.

Adapun lingkungan usaha yang akan berpengaruh dalam jalannya suatu


usaha, seperti lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosiopolitik,
dan lingkungan demografi serta gaya hidup. Terkait dengan pokok persoalan ini,
maka dalam makalah ini akan menjelaskan beberapa pokok persoalan tentang cara
memasuki dunia usaha, profil usaha kecil dan usaha besar yang akan dilakukan dan
model perngembangannya serta kerangka hipotesis pengembangan usaha yang akan
direncanakan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara memasuki dunia usaha?


2. Bagaimana profil usaha kecil dan usaha besar yang akan dilakukan dan
bagaimana modal pengembangannya?
3. Bagaimana kerangka hipotesis pengembangan usaha yang akan direncanakan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara memasuki dunia usaha.


2. Untuk mengetahui profil usaha kecil dan usaha besar yang akan dilakukan dan
modal pengembangannya.
3. Untuk mengetahui kerangka hipotesis pengembangan usaha yang akan
direncanakan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Cara Memasuki Dunia Usaha

Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau yang baru memasuki dunia usaha,
harus memiliki jiwa kewirausahaan, karena wirausahawan adalah orang yang
mengorganisasikan, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi risiko. Sebagai
pengelola dan pemilik usaha atau pelaksana usaha, ia harus memiliki kecakapan
untuk bekerja, mengorganisasikan, kreatif, dan lebih menyukai tantangan. Adapun
tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang apabila ingin memulai suatu usaha atau
memasuki dunia usaha yaitu :

1) Merintis usaha baru


2) Membeli perusahaan orang lain
3) Kerjasama manajemen atau waralaba

2.1.1 Merintis Usaha Baru

Merintis usaha baru dilakukan dengan membentuk dan mendirikan usaha baru
dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang
sendiri. Menurut lambing (2000), ada dua pendekatan utama yang digunakan
wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru. Pertama,
pendekatan inside-out atau disebut dengan idea-generation, yaitu pendekatan
berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Kedua,
pendekatan outside-in yang disebut juga opportunity-recognition, yaitu pendekatan
yang menekankan pada basis ide bahwa perusahaan akan berhasil apabila
menanggapi atau menciptakan kebutuhan di pasar.

Menurut lambing, keunggulan dari pendatang baru di pasar adalah mampu


mengidentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan “kemampuan pesaing”. Identifikasi

3
pelanggan dan kemampuan pesaing sangat membantu dalam menentukan posisi
bisnis yang akan dijalankan dan bagaimana strategi yang harus dilakukan untuk
mempertahankan posisi tersebut di pasaran, karena pesaing juga memiliki strategi
untuk mempertahankan posisinya. Menurut Norman Scarborough, kompetensi
usaha yang diperlukan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi


barang dan jasa serta cara menyajikannya.
2) Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menentukan
pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.
3) Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh
sumber-sumber dana dan cara menggunakannya.
4) Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari,
memelihara, dan mengembangakan relasi serta kemampuan komunikasi dan
negosiasi.

Dalam memasuki area bisnis atau memulai usaha baru, seseorang tidak hanya
dituntut untuk memiliki kemampuan tapi juga ide dan kemauan. Usaha diawali
dengan sebuah ide, setelah ide kita harus mencari sumber dana dan fasilitas, baik
barang, uang, maupun sumber daya manusia. 1 Dalam merintis usaha baru juga ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu mencakup hal-hal berikut ini:

1) Bidang dan jenis usaha yang dimasuki

Dalam bidang dan jenis usaha ini, ada beberapa bidang usaha yang mencakup
bidang-bidang berikut:

- Pertanian, meliputi usaha pertanian, kehutanan, perikanan, dan


perkebunan.
- Pertambangan, meliputi usaha galian pasir, galian tanah, batu, dan bata.
- Pabrikasi/manuafakturing, meliputi usaha industri, perakitan, dan sintesis.
1
Brillyanes Sanawiri, Kewirausahaan, (Malang: UB Press, 2018), hal 56-60.

4
- Konstruksi, meliputi usaha konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, dan
jalan raya.
- Perdagangan, meliputi usaha perdagangan kecil (ritel), grosir, agen, dan
ekspor-impor.
- Jasa keuangan, meliputi usaha perbankan, asuransi, dan koperasi.
- Jasa perorangan, meliputi usaha potonh rambut, salon, laundry, dan
ketring.
- Jasa umum, meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel dan
distribusi.
- Jasa wisata, meliputi berbagai kelompok.2
2) Bentuk usaha dan kepemilikan yang dipilih

Setelah menentukan bidang dan jenis usaha yang akan dipilih, langkah
selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha. Pemilihan bentuk
kepemilikan badan usaha ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha dan sumber
daya yang dimiliki. Ada beberapa bentuk kepemilikan usaha yang bisa dipilih,
yaitu sebagai berikut:

- Perusahaan perorangan, yaitu perusahaan yang hanya dimiliki dan


diselenggarakan oleh satu orang.
- Persekutuan, yaitu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang
menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan.
- Perseroan, yakni perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang
saham, yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang
perusahaan sebesar modal disetor.
- Firma, yaitu persekutuan yang menjalankan perusahaan dibawah nama
bersama. bila untung, keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi

2
Edward Zebua, Buku Ajar dan Perangkat Pembelajaran Kewirausahaan, (Padang Panjang: INSTITUT SENI
INDONESIA PADANGPANJANG, 2017), hal 48.

5
ditanggung bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab renteng antar
anggota.
3) Tempat usaha yang akan dipilih

Pemilihan tempat usaha harus mempertimbangkan aspek efisiensi dan


efektivitas. Dalam menentukan tempat usaha harus dipertimbangkan beberapa hal
berikut:

- Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen,


pelanggan, atau pasar? Bagaimana akses pasarnya?
- Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga kerja?
- Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya, seperti
alat pengangkut dan jalan raya?

Dalam menentukan tempat usaha, perlu dipertimbangkan aspek efisiensi dan


efektivitas. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan efisien, baik bagi
perusahaan maupun konsumen. Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha,
terdapat beberapa alternatif yang bisa kita pilih, yaitu mencakup alternative
berikut:

- Membangun bila ada tempat yang strategis


- Membeli dan menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan
- Kerja sama bagi hasil bila memungkinkan
4) Organisasi usaha yang akan digunakan

Organisasi usaha merupakan perpaduan dari fungsi kewirausahaan dan


manajerial. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi,
sedangkan manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Kompleksitas
organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala usaha.
Semakin besar lingkup usaha, semakin komplek organisasinya. Sebaliknya
semakin kecil lingkup usaha, maka semakin sederhana organisasinya.

6
Pada lingkup atau skala usaha kecil, organisasi usaha pada umumnya berperan
sebagai small business operator. Dalam perusahaan yang lebih besar seperti
Perseroan Terbatas (PT) dan (CV), maka organisasi perusahaan lebih kompleks
lagi. Umumnya secara hierarkis, organisasi perusahaan dalam skala besar terdiri
dari beberapa tingkatan, yaitu rapat umum pemegang saham, dewan komisaris,
dewan direktur, dan tim manajer.

5) Jaminan usaha yang mungkin diperoleh

Jaminan usaha ini bisa berupa asuransi maupun jaminan dari pemerintah,
seperti insentif usaha. Adanya jaminan usaha ini dapat memberikan kepastian
bagi seorang wirausahawan untuk memulai kegiatan bisnisnya, terutama dalam
mengantisipasi perubahan secara mendadak dari lingkungan usaha.

6) Lingkungan usaha yang mungkin berpengaruh

Dalam memulai usaha perlu dilakukan pengamatan lingkungan yang


merupakan proses dimana semua sektor kritis lingkungan diamati, dievaluasi, dan
diuji untuk menentukan pengaruh perubahan lingkungan terhadap perusahaan.
Lingkungan usaha juga dapat menjadi pendorong ataupun penghambat jalannya
perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan
adalah lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro dan makro
berpengaruh terhadap kegagalan dan keberhasilan suatu usaha.berikut
penjelasannya:

- Lingkungan mikro
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan
operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham,
majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Lingkungan mikro adalah pemangku kepentingan yang berhubungan
langsung dengan perusahaan, terutama dalam mengambil keputusan.
- Lingkungan makro

7
Lingkungan makro adalah pemegang saham di luar perusahaan yang
berpengaruh tidak langsung terhadap jalannya perusahaan. Lingkungan
makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi
daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi hal-hal
lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosiopolitik, dan
lingkungan demografi serta gaya hidup.

Menurut Peggy Lambing (2000:95,) ada beberapa hambatan untuk memasuki


industri baru, yaitu yang mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Sikap dan kebiasaan pelanggan, loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru


masih kurang. Sebaliknya, perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan
karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan pelanggannya.
2) Biaya perubahan, yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para
karyawan dan penggantian alat serta sistem yang sama.
3) Respons dari pesaing yang secara agresif akan mempertahankan paksa pasar
yang ada.3

2.1.2 Membeli Perusahaan Orang Lain

Membeli perusahaan orang lain adalah membeli perusahaan yang telah


didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dan
organisasi usaha yang sudah ada. Banyak alasan mengapa seseorang memilih
membeli perusahaan yang sudah ada dari pada mendirikan atau merintis usaha baru,
antara lain risiko yang lebih rendah, mudah, dan memiliki peluang untuk membeli
dengan dengan harga yang bisa ditawar. Membeli perusahaan baru memiliki risiko
yang sedikit karena kemungkinan gagal lebih kecil, waktu lebih sedikit, dan tenaga
yang diperlukan. Disamping itu, membeli perusahaan yang sudah ada juga memiliki
peluang harga yang relative lebih rendah dibanding dengan merintis usaha baru.

3
Suryana, Kewirausahaan kiat dan proses menuju sukses, (Jakarta: salemba empat, 2014), hal 127-138.

8
Namun demikian, membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung kerugian
dan permasalahan, baik eksternal maupun internal.

1) Masalah eksternal, yaitu lingkungan seperti banyaknya pesaing dan ukuran


peluang pasar. Beberapa pertanyaan mendasar dalam menghadapi lingkungan
eksternal ini, misalnya: apakah perusahaan yang dibeli memiliki daya saing
harga dipasar? Khususnya dalam harga dan kualitas? Bagaimana segmen
pasarnya? Sejauh mana agresivitas pesaingnya? Apakah ada industri yang
dominan? Bagaimana ukuran dan pertumbuhan pasarnya? Apakah ada
perubahan teknologi yang dapat memengaruhi perusahaan yang dibeli? Setiap
pembelian perusahaan harus diperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya.
2) Masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan,
misalnya masalah citra atau reputasi perusahaan, seperti masalah karyawan,
konflik antara manajemen dan karyawan yang sukar diselesaikan oleh pemilik
yang baru, masalah lokasi, dan masalah masa depan perusahaan lainnya.

Sebelum melakukan kontrak jual beli, terdapat aspek yang harus


dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Menurut Zimmerer (1996), aspek-
aspek tersebut meliputi hal-hal berikut:

1) Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan tersebut?


2) Mengapa perusahaan tersebut berhasil, tetapi kritis?
3) Dimana lokasi perusahaan tersebut?
4) Berapa harga yang rasional untuk membeli perusahaan tersebut?
5) Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan dari pada
merintis sendiri usaha baru?

Maka dari itu, tidaklah mudah untuk membeli perusahaan-perusahaan yang


sudah ada. Seorang wirausahawan yang akan membeli perusahaan selain harus
mempertimbangkan berbagai keterampilan, kemampuan, dan kepentingan

9
pembelian, juga harus memperhatikan sumber-sumber potensial perusahaan yang
akan dibeli, diantaranya mencakup hal-hal berikut:

1) Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan dibeli.


2) Bank investor yang melayani perusahaan.
3) Kontak-kontak perusahaan, seperti pemasok, distributor, pelanggan, dan
lainnya yang erat kaitannya dengan kepentingan perusahaan yang akan dibeli.
4) Jaringan kerja sama bisnis dan sosial perusahaan yang akan dibeli.
5) Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan oleh perusahaan yang
akan dibeli.

Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam membeli perusahaan,


yaitu alasan pemilik untuk menjual perusahaan, potensi, aspek legal, dan kondisi
keuangannya. Zimmerer tampak lebih eksplisit dari pada Lambing mengenai
alasan mengapa seseorang membeli perusahaan. Menurutnya, ada lima hal kritis
untuk menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu mencakup hal-hal berikut:

1) Alasan pemilik menjual perusahaan. Apakah kekayaannya berwujud


(tangible) atau takberwujud (intangible)? Apakah masih prospektif dan layak
digunakan (up-to-date) serta efisien? Ada beberapa jenis kekayaan yang harus
diperhatikan, misalnya aset berwujud (tangible asset: peralatan daftar piutang,
susunan leasing, business record), dan aset takberwujud (intangible asset:
merek dagang, paten, hak cipta, goodwill), lokasi, dan penampilan.
2) Potensi produk dan jasa yang dihasilkan. Potensi pasar apa yang dimiliki
barang dan jasa yang dihasilkan? Ada dua aspek yang harus dianalisis, yaitu:
- Komposisi dan karakreristik pelanggan
- Komposisi dan karakteristik pesaing yang ada
3) Aspek legal yang dimiliki perusahaan. Aspek legal yang harus
dipertimbangkan, yaitu menyangkut prosedur pemindahan kekayaan dan
berbalik nama dari penjual ke pembeli.

10
4) Kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual. Bagaimana kondisi keuangan
perusahaan yang akan dijual tersebut, apakah “sehat” atau tidak? Bagaimana
potensi keuntungan yang akan diperoleh? Bagaimana laporan rugi labanya
selama lima tahun terakhir? Bagaimana pajak pendapatannya? Bagaimana
kompensasi laba bagi pemilik?

Setelah menganalisis perusahaan yang akan dibeli, langkah-langkah yang


harus diambil dalam pembelian suatu perusahaan mencakup hal-hal berikut:

1) Yakinlah bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkan alasan
membeli perusahaan dari pada merintis usaha-usaha baru atau Franchising
(waralaba).
2) Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu
mengelolanya. Teguhkan kekuatan, kelemahan, tujuan,dan kepribadian anda.
3) Pertimbangkan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan dari
perusahaan tersebut : uang, kebebasan, atau fleksibilitas?
4) Pertimbangkan lokasi yang diinginkan. Tempat seperti apa yang anda
inginkan?
5) Pertimbangkan kembali gaya hidup. apakah anda ingin memiliki perusahaan
ini selama-lamanya atau untuk kesenangan saja.
6) Jejaki penyandang dana sebelumnya.
7) Persiapkan bahwa anda akan menjadi pedagang.
8) Tetapkan perusahaan yang ingin anda beli.
9) Pilihlah penjual terbaik.
10) Adakan penelitian sebelum anda menyetujuinya.
11) Buatlah surat perjanjian dalam bentuk yang spesifik, misalnya jangka waktu
pembayaran berakhir.
12) Jangan lupa untuk menilai karyawan.
13) Yakinlah bahwa harga yang ditawarkan ini mencerminkan nilai perusahaan.4
4
Suryana, Kewirausahaan kiat dan proses menuju sukses, (Jakarta: salemba empat, 2014), hal 139-140.

11
2.1.3 Kerjasama Manajemen Atau Waralaba

Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/3/2006


Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha
Waralaba, Waralaba (franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan
penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan
usaha dengan memanfaatkan dan menggunakan hak kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan
sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang
berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba.

Dari definisi Keputusan Menteri Perdagangan di atas, maka unsur-unsur yang


dapat dirumuskan dari waralaba yaitu: adanya perikatan, adanya hak dan
pemanfaatan dan penggunaan, adanya objek yaitu hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan baru atau ciri khas usaha, adanya imbalan atau jasa dan adanya
persyaratan dan penjualan barang. Adapun sifat perjanjian waralaba sebagai berikut
:

1) Suatu perjanjian yang dikuatkan oleh hukum (legal agreement).


2) Memberi kemungkinan pewaralaba/franchisor tetap mempunyai hak atas
nama dagang dan atau merek dagang, format/pola usaha, dan hal-hal khusus
yang dikembangkannya untuk suksesnya usaha tersebut.
3) Memberikan kemungkinan pewaralaba/ franchisor mengendalikan sistem
usaha yang dilinsensikannya.
4) Hak, Kewajiban, dan tugas masing-masing pihak dapat diterima
pewaralaba/franchisee.5

5
Sri Redjeki Slamet, “WARALABA (FRANCHISE) DI INDONESIA”, Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 2, April 2011, hal
129-132.

12
Selain unsur-unsur dan sifat perjanjian waralaba, adapun Jenis-jenis waralaba
dibawah ini:

1) Waralaba yang bersifat kerjasama distribusi: Dalam hal ini penerima waralaba
berperan sebagai distributor penjualan daripada produk yang dihasilkan oleh
perusahaan induk. Sistem ini biasanya terjalin oleh perusahaan yang bergerak
dibidang manufaktur kendaraan bermotor seperti Toyota, Honda, Isuzu,
Subaru dll.
2) Waralaba yang bersifat kerjasama gaya berantai: Bentuk waralaba inilah yang
paling sering dijumpai dan paling berekembang, pada sistem ini penerima
waralaba berhak menggunakan merek dagang perusahaan induk, menjual
produk perusahaan induk dan wewenang lainnya tetapi sistem manajemen
baik itu masalah harga, promosi, sistem keuangan, serta sistem lainnya diatur
oleh perusahaan induk.
3) Waralaba yang bersifat generalisasi ide: Dalam bentuk waralaba ini
perusahaan induk memberikan beberapa kemampuannya menghasilkan
produk, baik itu resep, teknik, dan tata cara lainnya kepada suatu pihak dan
pihak itu boleh menggunakannya untuk menciptakan suatu produk baru.6

2.2 Profil Usaha Kecil dan Usaha Besar Yang Akan Dilakukan dan Model
Pengembangannya

2.2.1 Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya

1) Laundry

Jasa laundry pakaian adalah salah satu bisnis yang tidak ada matinya.
Semakin hari, semakin ada saja alasan untuk tidak mencuci pakaian sendiri.
Misalnya tidak ada waktu yang bisa diluangkan karena terlalu sibuk, malas, atau
cuaca yang tidak mendukung seperti musim hujan.

6
Raja Bongsu Hutagalung & Syafrizal Helmi Situmorang, Pengantar Kewirausahaan, (Medan: USU Press, 2008),
hal 64-66.

13
Target pasar bisnis laundry sangat luas, apalagi jika laundry yang kita
jalankan berada disekitar kos-kosan mahasiswa dan karyawan. Kita tidak perlu
memulai seperti laundy ternama yang mahal. Jika modal terbatas kita bisa mulai
dengan laundry kiloan yang harganya juga terjangkau oleh pelanggan. Kita bisa
menyediakan menu-menu tertentu sesuai kebutuhan pelanggan seperti: cuci
basah, cuci kering, cuci+setrika, setrika saja. Adapun beberapa hambatan dan
tantangan untuk memulai dan menjalankan bisnis laundry yaitu :

- Pesaing: Bisnis laundry terus menjamur seiring meningkatnya gaya hidup.


Maka, kita harus waspada akan adanya pesaing, dan kreatif menjaring
pelanggan.
- Kualitas pengerjaan yang harus dijaga, maksudnya kita harus menjaga
kepercayaan pelanggan dengan menyediakan pelayanan yang berkualitas
secara konsisten.
- Ketepatan waktu: Kita harus berkomitmen berapa lama waktu pengerjaan
kita, misalnya maksimal tiga hari sudah selesai.
2) Jual kerupuk

Kerupuk menjadi salah satu makanan yang tidak boleh dilewatkan saat
bersantap. Kerupuk memiliki rasa gurih dengan tekstur yang sangat renyah saat
digigit. Peluang bisnis kecil seperti kerupuk ini sangat menguntungkan.

- Memulai usaha kerupuk


Ketika menjalankan usaha kerupuk memang dapat dimulai dengan
langkah mudah. Dalam menjalankan usaha kerupuk bisa dijalankan
dengan kebutuhan modal kecil, yang mana berkecinampungan usaha
kerupuk bisa dilakukan dengan skala rumahan menggunakan modal yang
tidak besar.
- Konsumen usaha kerupuk

14
Konsumen kerupuk memang tidaklah sulit, suguhan sensasi nikmat yang
disajikan kerupuk mampu memikat banyak orang. Konsumen kerupuk
cukup besar dan tak terbatas mulai kalangan anak-anak hingga orang
dewasa.
- Bahan-bahan usaha kerupuk
Dalam menjalankan usaha kerupuk memerlukan bahan baku yakni tepung
tapioka, tepung sagu, ketumbar, bawang putih, penyedap rasa dan lain-
lain. Untuk mencari bahan-bahan untuk membuat kerupuk tidak sulit
didapat karena semua bahan yang ada bisa dijumpai di pasar terdekat.
- Harga jual kerupuk
Patokan harga untuk membuat kerupuk dapat dihitung dalam kemasan
dimana harga mulai Rp 8.000 hingga sampai Rp 15.000 perbungkusnya.
3) Menjual Kue

Salah satu usaha kecil dengan modal kecil tetapi menguntungkan yaitu
menjual kue, usaha menjual kue penjual bisa balik modal dalam waktu sehari
saja, tidak seperti usaha lainnya. Membuat kue tidak perlu membuatnya di
tempat-tempat seperti restaurant karena dirumah sendiri juga bisa membuatnya.
Langkah memulai usaha menjual kue. Berikut ini cara memulai usaha kue dengan
modal kecil:

- Memulainya dengan menentukan siapa target konsumen


- Tentukan kue apa yang ingin dibuat
- Tentukan bagaimana cara menjualnya
- Tentukan bahan apa saja yang diperlukan untuk membuat kue
- Tentukan bagaimana cara menarik pembeli
- Tentukan langkah apa saja yang harus dilakukan jika pelanggan sepi

2.2.2 Profil Usaha Besar dan Model Pengembangannya

Kafe dengan konsep (CO-WORKING SPACE)

15
Tentunya kita pernah melihat orang yang sibuk dengan laptop-nya di restoran
cepat saji atau kafe kopi premium. Jangan berpikir negatif dulu, orang itu bukan
mengisi waktu nganggurnya dengan nge-gem atau hal lainnya. Terkadang orang
seperti itu sibuk dengan pekerjaannya dan selalu berkutat dengan laptop. Mereka
butuh tempat yang cozy sebagai pemantik inspirasi agar ide kreatif pun bermuculan.
Oleh karena itu, mereka betah lama-lama disana meski uang habis. Tapi jika setiap
hari demikian, bisa-bisa jadi boros karena uang habis untuk beli makan dan kopi
yang mahal.

Kehadiran tempat berkonsep Co-working space dapat mengatasi


permasalahan tersebut. Co-working space adalah suatu konsep kerja baru yang
bersifat open spcace dan memiliki nilai kolaborasi. Jadi, dalam suatu ruangan
masing-masing. Orang-orang tersebut tidak saling kenal dan punya pekerjaan yang
berbeda. Konsep ini digunakan pertama kali di amerika tahun 1995.

Co-working space terus terjamur. Di singapura ada Co-working sapace the


hub. Di jakarta salah satu yang terkenal adalah comma. Maka ini lah peluang bagi
kita untuk berinisiatif menghadirkan co-working space untuk yang membutuhkan.
Kisaran harga co-working space adalah Rp 50.000/jam, semakin lama semakin
murah karena kita bisa ambil menu paketan. Di kota yang lebih kecil atau masih
bersifat baru, co-working space biasanya ditawarkan dengan harga yang lebih
murah, misalnya Rp15.000/jam seperti di surabaya.

Kita bisa menjaring wirausahawan, start-up worker, freelancer, self-employee,


pekerja kantoran yang bosan dengan suasana tempat kerjanya,dan aktivitas lembaga
swadaya masyarakat untuk menyewa co-working space kita. Mereka biasanya
butuh tempat yang dapat mengakomodasi kebutuhan kerja mereka tapi tetap
nyaman seperti cafe yang tidak terlalu formal. Sedangkan bekerja di rumah kadang
cepat bosan, atau mudah terganggu konsentrasi karena kurang fokus ke pekerjaan
(biasanya disambi pekerjaan rumah juga).

16
1) Tantangan dan Hambatan
a) Konsep Co-Working speace belum terlalu familir di telingan masyarakat
Keberadaan co-working speace belum terlalu dicari. Tetapi jika
masyarakat mengetahui ada tempat yang nyaman seperti ini dan bisa
digunakan untuk bekerja, niscaya mereka membutuhkan. Apa yang harus
kita lakukan? Tentunya sosialisasi dan edukasi tentang keberadaan bisnis
kita dan bagaimana pentingnya co-working speace.
b) Butuh modal besar
Kita butuh modal yang cukup untuk membeli tempat kerja, seperti ruko
atau rukan. Butuh 1-2 milyar untuk membeli dan merenovasi tempat yang
cazy. Untuk mencobanya, kita bisa menyewanya terlebih dahulu.
2) Bagaimana Menjalankannya?

Kita tidak bisa sembarangan menjalankan bisnis co-working speace. Hal-hal


yang harus di perhatikan untuk mendukung kesuksesan bisnis ini adalah :

a) Pahami konsep co-working speace


Co-working speace bukan hanya tentang menjual tempat untuk bekerja
dengan fasilitas internet didalamnya. Kehidupan di dalamnya lah yang
turut mendukung bisnis ini. Adanya komunitas dan interaksi yang akrab
antara member, dapat menambah rasa nyaman dan betah. Mereka tidak
hanya bekerja tetapi juga dapat bertukar pikiran satu sama lain.
b) Memilih lokasi dan tempat
Dalam memilih tempat untuk co-working speace, hendaknya pilih tempat
yang strategis, tidak terlalu jauh di pinggiran kota. Semakin dekat dengan
daerah bisnis, maka prospek bisnis kita ini akan semakin cerah.
Selain itu tempat memadai, tidak rusak jika beli bekas, karena renovasi
juga butuh biaya. Pilihlah tempat berupa ruko atau rukan. Jika kita
memilih rumah, pastikan lokasinya terletak di pinggiran atau tidak jauh

17
dari jalan raya, bukan rumah yang aksesnya rumit. Jangan lupa perizinan
dari lingkungan sekitar kita urus juga.
c) Buat desain Interior yang apik.
Desain co-working speace yang dibutuhkan adalah desain yang
memberikan suasana nyaman, casual, cazy. Perhatikan sudut-sudut
ruangan, beri furnitur-furnitur yang unik.
d) Buat daftar layanan
Kita bisa berikan tempat multi layanan, tidak hanya untuk co-working
speace saja misalnya :
- Seminar
- Talkshow
- Meeting
- Presentasi dan Investor
- Launching produk
- Kegiatan komunikasi
- Dan Lainnya
e) Buat Daftar fasilitas
Fasilitas apa yang akan kita sediakan untuk membuat member tertarik
untuk menyewa tempat kita ? Untuk menentukannya, kita harus
mengetahui profil calon konsumen kita. Apa yang merekan inginkan saat
menggunkan co-working speace kita. Berikut bisa menjadi pertimbangan.
- Ruang kerja yang full AC
- Internet tanpa kabel (Wifi) super cepat
- Wireless printer yang bisa digunkan untuk encetak tanpa
menyambung kabel, langsung dari leptop konsumen.
- Scenner, Fax, copy
- Air minum
- Snakcks
- Mushalla

18
- Toilet
- Tempat parker
- Tempat merokok khusus
- Pojok perpustakaan
- Gemes corner dan lainnya7

2.3 Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha

Menurut Lambing (2000:43) ada dua keterampilan yang sangat diperlukan


oleh pemilik perusahaan dalam rangka pengembangan perusahaan, yaitu manajemen
personal dan menejemen keuangan. Banyak konsep yang di kemukakan oleh para ahli
ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha dalam
mempetahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi
bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan saangat tergantung
padaa kemaampun internal.

Hasil studi yang dilakukan oleh John Eggers dan kim Leahy yang diikuti oleh
Lambing mengidentifikasi enak tahap pengembangan bisnis, yaitu sebagai berikut:

1) Konsepsi (conception)
2) Survival
3) Stabilitas
4) Orientassi pertumbuhan
5) Pertumbuhan yang cepat
6) Kematangan

Banyak konsep yang di kemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern
tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya
secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemukakan bahwa
keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan internal yang

7
Arini Tathagati, Bisnis-bisnis Keren Masa depan, (Jakarta: Progressio,2016), Hal 115-118.

19
meliputi kompetensi khusus. Sementara itu Michael Porter dalam teori competitive
statregy nya mengemukakan bahwa untuk mencapai daya saing khusus, perusahan
harus menciptakan keunggulan melalui strategi generik yaitu strategi yang
menekankan pada low cost strategi differentiation dan fokus. Dengan strategi ini
perusahaan akan mempunyai daya tahan hidup secara berkelanjutan (sustainability).

Dalam konteks persaingan bebas yang semakin dinamis seperti sekarang ini,
menurut D’Aveni (1987), perusahaan harus menekankan pada strategi pengembangan
kompetensi inti (building core-competency), yaitu pengetahuan dan keunikan untuk
menciptakan keunggulan seperti yang telah diungkapkan. Keunggulan tersebut
diciptakan melalui “The New 7-S’strategy(The New 7-S’s)’ yaitu:

1) Superior stakeholder satisfaction, yaitu mengutamakan kepuasan pemangku


kepentingan (stakeholder).
2) Strategic sooth saying, yaitu merancang strategi yang membuat kejutan atau
yang mencengangkan.
3) Position for speed, yaitu posisi untuk mengutamakan kecepatan.
4) Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan.
5) Shifting the role of the game, yaitu strategi untuk mengadakan perubahan atau
pergeseran peran yang dimainkan.
6) Signaling stragtegic intent, yaitu mengindikasikan tujuan dari strategi.
7) Simultaneous and sequential strategic thrusts, yaitu membuat rangkaian
penggerak/pendorong strategi secara simultan dan berurutan.

Berdasarkan pada pandangan para ahli tersebut, jelaslah bahwa kelangsungan


hidup perusahaan, baik kecil maupun besar pada umumnya sangat bergantung pada
strategi manajemen perusahaan dalam memperdayakan sumber daya internalnya.8

BAB III

8
Sahirul Alim, “Hipotesis Model Pengembangan dan Strategi Pemasaran Usaha Mikro”, Jurnal El-Hikam, Volume
VIII, Nomor 1 Januari-Juni 2015, hal 168-169.

20
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seorang wirausaha atau kewirausahaan yang sukses tidak hanya mempunyai


keterampilan di bidang usaha tertentu akan tetapi juga mempunyai kemauan dan
kemampuan (Jiwa Kewirausahaan). Untuk sebagian orang yang baru ingin memasuki
dunia usaha harus memiliki kecakapan untuk bekerja, mengorganisasikan, kreatif,
dan lebih menyukai tantangan. Adapun tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang
apabila ingin memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha yaitu merintis usaha
baru, membeli perusahaan orang lain, dan kerjasama waralaba.

Adapun unsur yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, diantaranya
menentukan bidang dan jenis usaha, menentukan bentuk usaha dan kepemilikan
perusahaan, tempat usaha, organisasi usaha, jaminan usaha, dan lingkungan usaha.
Serta pada saat merintis usaha kita perlu membuat profil usaha yang kita dirikan dan
model pengembangan usaha kita dan juga membuat kerangka hipotesis untuk
pengembangan usaha kita dengan cara melakukan 6 tahapan dari hasil studi yang
dilakukan oleh John Eggers dan kim Leahy yang diikuti oleh Lambing.

3.2 Saran

Dari kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat pemakalah sampaikan


bahwa apapun jenis usaha atau bidang usaha dan bagaimana cara kita memasuki
dunia usaha, pastilah kita mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan
suatu usaha yang kita dirikan. Maka dari itu kita harus menentukan terlebih dahulu
bidang dan jenis usaha apa yang akan kita mulai dan apakah kita mempunyai keahlian
di bidang usaha yang akan kita buat, agar tidak mengalami kejadian yang tidak
diinginkan dikemudian hari yang dikarenakan kita tidak mempunyai kompetensi di
bidang usaha yang kita mulai.

DAFTAR PUSTAKA

21
Alim, Sahirul. 2015. “Hipotesis Model Pengembangan dan Strategi Pemasaran
Usaha Mikro”, Jurnal El-Hikam, Volume VIII, Nomor 1, Januari-Juni.

Hutagalung Bongsu Raja dan Helmi Syafrizal Situmorang. 2008. “Pengantar


Kewirausahaan”. Medan: USU Press.

Sanawiri, Brillyanes. 2018. “Kewirausahaan”. Malang: UB Press.


Slamet, Sri Redjeki. “Waralaba (Franchise) Di Indonesia”, Lex Jurnalica Volume 8
Nomor 2, April 2011, hal 129-132.

Suryana. 2014. “Kewirausahaan kiat dan proses menuju sukses”. Jakarta: salemba
empat.

Tathagati, Arini. 2016. “Bisnis-bisnis Keren Masa depan”. Jakarta: Progressio.

Zebua, Edward. 2017. “Buku Ajar dan Perangkat Pembelajaran Kewirausahaan”.


Padang Panjang: INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG.

22

Anda mungkin juga menyukai