Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan
keagungan cinta dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Merintis usaha dan cara pengembangannya dengan lancar, singkat, dan Insya Allah dapat
bermanfaat bagi si pembaca dan kalangan umum.
Makalah ini disusun agar pembaca lebih mendalami tentang Merintis usaha dan cara
pengembangannya. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat penulis gunakan sebagai
masukan untuk perbaikan makalah ini. Dan semoga semua usaha yang kita lakukan dapat
bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari.

Bukittinggi, 22 Agustus 2019

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Paradigma pembangunan yang berorientasi pada kewirausahaan adalah suatu keniscayaan


yang harus menjadi dasar dalam pengembangan program dan pelaksanaan kegiatan
pembangunan. Dengan demikian kegiatan pembangunan mulai dari proses perencanaan sampai
dengan pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi harus diwarnai oleh karakter kewirausahaan.
Demikian besar peran yang dapat disumbangkan oleh wirausaha terhadap pembangunan
bangsa, namun masih saja orang kurang berminat menekuni profesi tersebut. Hal ini
dikarenakan latar belakang pandangan yang negatif dalam masyarakat terhadap profesi
wirausaha. Wirausaha ini kegiatannya banyak bergerak dalam bidang bisnis. Dalam kegiatan
bisnis termasuk kegiatan perdagangan.

Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka
kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain bersaing, egois, tidak jujur, sumber
penghasilan tidak stabil, pekerjaan rendah, kurang terhormat dan sebagainya. Pandangan
semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik Mereka tidak
menginginkan anak-anaknya menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak
untuk menjadi pegawai negeri, apalagi bila anaknya sudah bertitel lulus perguruan tinggi.
Landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia
bisnis, sehingga tertinggal jauh dari negara tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi
dalam profesi bisnis. Di negara tetangga, mereka dapat mengembangkan bisnis besar-besaran
mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan
besar (grosir), perdagangan eceran besar (departemen store, swalayan), eceran kecil (retail),
eksportir, importir dan berbagai bentuk usaha lainnya dalam berbagai jenis komoditi.

Hal inilah yang merupakan salah satu ketertinggalan kita dalam mengarungi kancah
bisnis, yang harus kita kejar, mengingat potensi baik alam maupun sumberdaya manusia amat
berlimpah di negeri ini.

Berawal dari pemikiran ini, perlulah kita menggali potensi yang ada, yang akan
menghidupkan dunia kewirausahaan kita, sebagai negeri pemberi kerja bukan pencari kerja bagi

2
masyarakatnya. Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah
maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa
jumlah wirausaha Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa optimal, sehingga persoalan
pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya
pembangunan.

Untuk menjadi seorang wirausaha atau kewirausahaan yang sukses tidak hanya
mempunyai keterampilan di bidang usaha tertentu akan tetapi juga mempunyai kemauan dan
kemampuan (Jiwa Kewirausahaan). Mampu dalam menangkap ide peluang peluang bisnis dan
manajerialnya, cakap untuk bekerja, mengorganisir, kreatif serta mempunyai kemamuan yang
kuat untuk konsisten dan tidak mudah menyerah (menyukai tantangan).

Selanjutnya adalah tahap memasuki dunia usaha, ada tiga cara untuk memulai atau
memasuki dunia usaha atau kewirausahaan yaitu merintis usaha baru, membeli perusahaan yang
sudah ada di pasar dan kerja sama manajemen.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana cara memasuki dunia usaha?


2. Bagaimana profil usaha kecil dan modal pengembangannya?
3. Bagaimana karangka hopitesi pengembangan usaha kecil?

C. Tujuan

1. Tujuan untuk mengetahui bagaimana cara memasuki dunian usaha


2. Tujuan untuk mengetahui bagaimana profil usaha kecil dan modal pengembangannya
3. Tujuan untuk mengetahui bagaimana kerangka hipotesi pengembangan usaha kecil

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. CARA UNTUK MEMASUKI DUNIA USAHA


Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia
usaha:
1. Merintis usaha baru (starting):
a. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki dan
dikelola sendiri oleh seseorang.
b. Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau lebih yang
secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.
c. Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas dasar
badan hukum dengan modal saham-saham.
2. Dengan membeli perusahaan orang lain (buying)
3. Kerjasama manajemen (franchising)

1) MERINTIS USAHA BARU


Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki
keberanian menghadapi resiko.
Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana
usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki:
a. Kecakapan untuk bekerja
b. Kemampuan mengorganisir
c. Kreatif
d. Lebih menyukai tantangan
Menurut hasil survei Peggy Lambing:
Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang
diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya.
Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya
dengan lebih baik. Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk
memenuhi peluang pasar, sedangkan 46% lagi karena hobi.
Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk
mencari peluang dengan mendirikan usaha baru:
1. Pendekatan ”in-side out” atau ”idea generation” yaitu pendekatan berdasarkan
gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
2. Pendekatan ”the out-side in” atau “opportunity recognition” yaitu pendekatan
yang menekankan pada basis ide merespon kebutuhan pasar sebagai kunci
keberhasilan.
Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seseorang calon
wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi
usaha yang diperlukan meliputi:
1. Kemampuan teknik
2. Kemampuan pemasaran

4
3. Kemampuan finansial
4. Kemampuan hubungan
Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:
a) Bidang usaha pertanian (pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan).
b) Bidang usaha pertambangan (galian pasir, galian tanah, batu, dan bata).
c) Bidang usaha pabrikasi (industri perakitan, sintesis).
d) Bidang usaha konstruksi (konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan raya).
e) Bidang usaha perdangan (retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor).
f) Bidang jasa keuangan (perbankan, asuransi, dan koperasi).
g) Bidang jasa perseorangan (potong rambut, salon, laundry, dan catering).
h) Bidang usaha jasa-jasa umum (pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi).
i) Bidang usaha jasa wisata (usaha jasa parawisata, pengusahaan objek dan daya tarik
wisata dan usaha sarana wisata.
Dalam menentukan tempat usaha ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya:
1. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan maupun
pasar?
2. Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
3. Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat pengangkut
dan jalan raya
a) Organisasi usaha yang akan digunakan.
b) Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala
usaha. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan
manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan maka
semakin besar fungsi kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang
dimilikinya.
c) Lingkungan usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya
perusahaan.Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah
lingkungan. Lingkungan Mikro dan Lingkungan Makro.
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan
operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer,
distributor.
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi,
lingkungan teknologi, lingkungan sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi
dan gaya hidup.

2) MEMBELI PERUSAHAAN YANG SUDAH DIDIRIKAN


Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada
daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain:
1. Resiko lebih rendah
2. Lebih mudah

5
3. Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar. Membeli
perusahaan yang sudah adaa juga mengandung permasalahan, yaitu:
4. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran
peluang pasar. Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam
perusahaan, misalnya image atau reputasi perusahaan.

3) KERJASAMA MANAJEMEN.
a. Franchising (Kerjasama Manajemen/Waralaba)
b. Franchising adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan
cabang/penyalur. Inti dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.
c. Franchisor adalah (perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi,
sedangkan franchise adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).

B. PROFIL USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA


Tahap Studi Kelayakan Studi kelayakan usaha secara umum dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap Penemuan ide. Pada tahap ini wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha
barunya. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi. Misalnya peluang bisnis
apa saja yang paling memberikan keuntungan, yaitu: bisnis industri, perakitan,
perdagangan, usaha jasa, atau jenis usaha lainnya yang dianggap paling layak.
2. Memformulasikan Tujuan. Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi bisnis. Apa
visi dan misi bisnis yang hendak diemban setelah jenis bisnis tersebut diidentifikasi?
Apakah misinya untuk menciptakan barang dan jasa yang sangat diperlukan masyarakat
sepanjang waktu ataukah untuk menciptakan keuntungan yang langgeng?
3. Tahap Analisis. Proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah
bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini dilakukan seperti prosedur
proses penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah,
menganalisis, dan menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya
dua, yaitu dilaksanakan (go) atau tidak dilaksanakan (no go).
4. Tahap Keputusan. Langkah berikutnya adalah tahap mengambil keputusan apakah bisnis
layak dilaksanakan atau tidak. Karena menyangkut keperluan investasi yang mengandung
risiko, maka keputusan bisnis biasanya berdasarkan beberapa kriteria investasi, seperti
Pay Back Pe¬riod (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan
sebagainya. Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah membuat perencanaan.
Perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis (blue-print) yang berisikan
tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha,
peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan
pengelolanya. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua fungsi penting,
yaitu :
a. Sebagai pedoman mencapai keberhasilan manajemen usaha
b. Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dan luar.
6
Beberapa unsur penting dalam perencanaan usaha, yaitu :
1. Ringkasan eksekutif (executive summary)
2. Pernyataan misi (mission statement)
3. Lingkungan usaha (business environment)
4. Perencanaan pemasaran (marketing plan)
5. Tim manajemen (management team).
6. Data finansial (financial data).
7. Aspek-apek legal (legal consideration).
8. Jaminan asuransi (insurance requirements).
9. Orang-orang penting (key person).
10.Pemasok (supliers).
11.Risiko (risk).
Di Indonesia sendiri belum ada batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha
kecil, Berbagai instansi menggunakan batasan dan knitenia menunut fokus penmasalahan
yang dituju. Dalam Undang-undang No. 9/1995 Pasal 5 tentang usaha kecil disebutkan
beberapa kriteria usaha kecil sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar
rupiah).
Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS) mendefinisikan usaha kecil dengan ukuran
tenaga kerja, yaitu 5 sampai dengan 19 orang yang terdiri (termasuk) pekerja kasar yang
dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. Perusahaan industri yang memiliki tenaga
kerja kurang dan 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga (home
indus¬tri). Berbeda dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Stanley dan Morse, bahwa
industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan numah tangga.
Industri kecil menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan industri
besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih.
Pada usaha kecil, manajer yang mengoperasikan perusahaan adalah pemilik,
majikan, dan investor yang me-ngambil berbagai keputusannya secara mandiri. Jumlah
modal yang diperlukan juga biasanya relatif kecil dan hanya dari beberapa sumber saja.
Karena permodalan nelatif kecil dan dikelola secana mandiri, maka daerah operasinya
juga adalah lokal, majikan dan karyawan tinggal dalam suatu daerah yang sama, bahan
baku lokah dan pemasarannyapun hanya pada lokasi/daerah tertentu. Akan tetapi, secara
keseluruhan meru-pakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lokal yang cukup
besar dan tersebar.
Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Commity for Economic Development—
CED), mengemukakan kriteria usaha kecil sebagai berikut:
a) Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik.
b) Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.
c) Daerah operasi bersifat lokal.
d) Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil.

7
C. Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil
Hasil studi yang di lakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi enam
tahap pengembangan bisnis yaitu tahap konsepsi (conception) , survival , stabilitasi ,
orientasi pertumbuhan , pertumbuhan yang cepat dan kematangan. Banyak konsep yang di
kemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan
usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis.
Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu
perusahaan sangat tergantung pada kemampuan internal yang meliputi kompetensi khusus.
Sementara itu Michael Porter dalam teori competitive statregy nya mengemukakan bahwa
untuk mencapai daya saing khusus, perusahan harus menciptakan keunggulan melalui strategi
generic yaitu strategi yang menekankan pada low cost strategi differentiation dan focus.
Dengan strategi ini perusahaan akan mempunyai daya tahan hidup secara berkelanjutan
(sustainability).
Menurut pendapat Mahoney dan Pandian strategi yang dikemukakan dan bersifat
statis,menurut mereka yang lebih penting adalah strategi jangka panjang dan dinamis. Dengan
demikian perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan
sumberdaya internal secara superior untuk menciptakan kompetensi inti (care
competency)seperti yang di syarankan oleh Mintzberg.
Dalam praktek persaingan bebas yang semakin bebas yangdinamis seprti sekarang ini,
menurut D’Aveni perusahaan harus menekankan pada setiap pengembangan kompetensi inti
yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan dimana keunggulan tersebut
dapat di ciptakan melalui “the new 7-s strategy yaitu:
1. Superior stakeholder satisfaction (mengutamakan kepuasaan stakeholder)
2. Strategic sooth saying (strategi yang membuat mencengangkan)
3. Position for speed (posisi mengutamakan kecepatan)
4. Position for surprise (posisi untuk membuat kejutan)
5. Shitif the role of the game (strategi mengadakan perubahan peran yang di
mainkan)
6. Signating strategic (mengindikasikan tujuan dari strategi)
7. Simultainous dan sequential strategic thrust (membuat rangkaian penggerak atau
pendorong strategi secara simultan dan berurutan\
Dari gambaran di atas jelaslah bahwa kelangsungan hidup perusahaan kecil
maupun perusahan besar,pada umumnya tergantung pada strategi manajemen perusahaan
dalam memberdayakan sumberdaya manusia.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Bagaimana cara dan apapun bidang/jenis usaha yang akan kita masuki pastilah memiliki
kelebihan dan kelemahan. Untuk itu kita harus dapat menentukan bidang dan jenis usaha apa
yang akan kita mulai, apakah kita mempunyai keahlian di bidang usaha yang akan kita masuki
tersebut, agar tidak mengalami kejadian yang fatal dikemudian hari, yaitu usaha yang kita
dirikan hancur atau berhenti begitu saja karena kita tidak memiliki kompetensi di bidang usaha
yang kita mulai.

Tiga cara memasuki dunia usaha, ada 3, yaitu;


1. merintis usaha baru,
2. membeli perusahaan dari orang lain, dan
3. kerjasama manajemen.

Unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru, diantaranya, adalah;
1. bidang dan jenis usaha,
2. bentuk usaha dan kepemilikan perusahaan,
3. tempat usaha,
4. organisasi usaha,
5. jaminan usaha, dan
6. lingkungan usaha.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mardiyatmo. 2006, KEWIRAUSAHAAN. Jakarta: Yudhistira.

Suryana. 2006, KEWIRAUSAHAAN. Jakarta: Salemba Empat.

Budiarta, Kustoro, dkk. 2007, PENGANTAR BISNIS. Medan.

Manurung. 2005, KEWIRAUSAHAAN. Medan

Achmad Kardimin, 2005. Menumbuhkan Jiwa Wirausaha; Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Buchari Alma, 2005. Kewirausahaan; Bandung: Alfabeta.

Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, 2004. Kewirausahaan, Suatu Pendekatan

Kontemporer. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Suryana, 2001, Kewirausahaan, Jakarta: PT Salemba Empat.

Wasty Sumanto, 1984. Pendidikan Wiraswasta, Jakarta: Bumi Aksara

10

Anda mungkin juga menyukai