Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan
keagungan cinta dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Merintis usaha dan cara pengembangannya dengan lancar, singkat, dan Insya Allah dapat
bermanfaat bagi si pembaca dan kalangan umum.
Makalah ini disusun agar pembaca lebih mendalami tentang Merintis usaha dan cara
pengembangannya. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat penulis gunakan sebagai
masukan untuk perbaikan makalah ini. Dan semoga semua usaha yang kita lakukan dapat
bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka
kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain bersaing, egois, tidak jujur, sumber
penghasilan tidak stabil, pekerjaan rendah, kurang terhormat dan sebagainya. Pandangan
semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik Mereka tidak
menginginkan anak-anaknya menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak
untuk menjadi pegawai negeri, apalagi bila anaknya sudah bertitel lulus perguruan tinggi.
Landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia
bisnis, sehingga tertinggal jauh dari negara tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi
dalam profesi bisnis. Di negara tetangga, mereka dapat mengembangkan bisnis besar-besaran
mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan
besar (grosir), perdagangan eceran besar (departemen store, swalayan), eceran kecil (retail),
eksportir, importir dan berbagai bentuk usaha lainnya dalam berbagai jenis komoditi.
Hal inilah yang merupakan salah satu ketertinggalan kita dalam mengarungi kancah
bisnis, yang harus kita kejar, mengingat potensi baik alam maupun sumberdaya manusia amat
berlimpah di negeri ini.
Berawal dari pemikiran ini, perlulah kita menggali potensi yang ada, yang akan
menghidupkan dunia kewirausahaan kita, sebagai negeri pemberi kerja bukan pencari kerja bagi
2
masyarakatnya. Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah
maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa
jumlah wirausaha Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa optimal, sehingga persoalan
pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya
pembangunan.
Untuk menjadi seorang wirausaha atau kewirausahaan yang sukses tidak hanya
mempunyai keterampilan di bidang usaha tertentu akan tetapi juga mempunyai kemauan dan
kemampuan (Jiwa Kewirausahaan). Mampu dalam menangkap ide peluang peluang bisnis dan
manajerialnya, cakap untuk bekerja, mengorganisir, kreatif serta mempunyai kemamuan yang
kuat untuk konsisten dan tidak mudah menyerah (menyukai tantangan).
Selanjutnya adalah tahap memasuki dunia usaha, ada tiga cara untuk memulai atau
memasuki dunia usaha atau kewirausahaan yaitu merintis usaha baru, membeli perusahaan yang
sudah ada di pasar dan kerja sama manajemen.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Kemampuan finansial
4. Kemampuan hubungan
Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:
a) Bidang usaha pertanian (pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan).
b) Bidang usaha pertambangan (galian pasir, galian tanah, batu, dan bata).
c) Bidang usaha pabrikasi (industri perakitan, sintesis).
d) Bidang usaha konstruksi (konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan raya).
e) Bidang usaha perdangan (retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor).
f) Bidang jasa keuangan (perbankan, asuransi, dan koperasi).
g) Bidang jasa perseorangan (potong rambut, salon, laundry, dan catering).
h) Bidang usaha jasa-jasa umum (pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi).
i) Bidang usaha jasa wisata (usaha jasa parawisata, pengusahaan objek dan daya tarik
wisata dan usaha sarana wisata.
Dalam menentukan tempat usaha ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya:
1. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan maupun
pasar?
2. Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
3. Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat pengangkut
dan jalan raya
a) Organisasi usaha yang akan digunakan.
b) Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala
usaha. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan
manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan maka
semakin besar fungsi kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang
dimilikinya.
c) Lingkungan usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya
perusahaan.Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah
lingkungan. Lingkungan Mikro dan Lingkungan Makro.
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan
operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer,
distributor.
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi,
lingkungan teknologi, lingkungan sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi
dan gaya hidup.
5
3. Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar. Membeli
perusahaan yang sudah adaa juga mengandung permasalahan, yaitu:
4. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran
peluang pasar. Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam
perusahaan, misalnya image atau reputasi perusahaan.
3) KERJASAMA MANAJEMEN.
a. Franchising (Kerjasama Manajemen/Waralaba)
b. Franchising adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan
cabang/penyalur. Inti dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.
c. Franchisor adalah (perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi,
sedangkan franchise adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).
7
C. Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil
Hasil studi yang di lakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi enam
tahap pengembangan bisnis yaitu tahap konsepsi (conception) , survival , stabilitasi ,
orientasi pertumbuhan , pertumbuhan yang cepat dan kematangan. Banyak konsep yang di
kemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan
usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis.
Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu
perusahaan sangat tergantung pada kemampuan internal yang meliputi kompetensi khusus.
Sementara itu Michael Porter dalam teori competitive statregy nya mengemukakan bahwa
untuk mencapai daya saing khusus, perusahan harus menciptakan keunggulan melalui strategi
generic yaitu strategi yang menekankan pada low cost strategi differentiation dan focus.
Dengan strategi ini perusahaan akan mempunyai daya tahan hidup secara berkelanjutan
(sustainability).
Menurut pendapat Mahoney dan Pandian strategi yang dikemukakan dan bersifat
statis,menurut mereka yang lebih penting adalah strategi jangka panjang dan dinamis. Dengan
demikian perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan
sumberdaya internal secara superior untuk menciptakan kompetensi inti (care
competency)seperti yang di syarankan oleh Mintzberg.
Dalam praktek persaingan bebas yang semakin bebas yangdinamis seprti sekarang ini,
menurut D’Aveni perusahaan harus menekankan pada setiap pengembangan kompetensi inti
yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan dimana keunggulan tersebut
dapat di ciptakan melalui “the new 7-s strategy yaitu:
1. Superior stakeholder satisfaction (mengutamakan kepuasaan stakeholder)
2. Strategic sooth saying (strategi yang membuat mencengangkan)
3. Position for speed (posisi mengutamakan kecepatan)
4. Position for surprise (posisi untuk membuat kejutan)
5. Shitif the role of the game (strategi mengadakan perubahan peran yang di
mainkan)
6. Signating strategic (mengindikasikan tujuan dari strategi)
7. Simultainous dan sequential strategic thrust (membuat rangkaian penggerak atau
pendorong strategi secara simultan dan berurutan\
Dari gambaran di atas jelaslah bahwa kelangsungan hidup perusahaan kecil
maupun perusahan besar,pada umumnya tergantung pada strategi manajemen perusahaan
dalam memberdayakan sumberdaya manusia.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Bagaimana cara dan apapun bidang/jenis usaha yang akan kita masuki pastilah memiliki
kelebihan dan kelemahan. Untuk itu kita harus dapat menentukan bidang dan jenis usaha apa
yang akan kita mulai, apakah kita mempunyai keahlian di bidang usaha yang akan kita masuki
tersebut, agar tidak mengalami kejadian yang fatal dikemudian hari, yaitu usaha yang kita
dirikan hancur atau berhenti begitu saja karena kita tidak memiliki kompetensi di bidang usaha
yang kita mulai.
Unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru, diantaranya, adalah;
1. bidang dan jenis usaha,
2. bentuk usaha dan kepemilikan perusahaan,
3. tempat usaha,
4. organisasi usaha,
5. jaminan usaha, dan
6. lingkungan usaha.
9
DAFTAR PUSTAKA
10