Wirausaha
kewirausahaan adalah kreasi dan/atau penemuan peluang usaha, diikuti oleh kemauan dan tindakan meraih
peluang tersebut. Proses kewirausahaan menuntut kemauan untuk mengambil risiko baik personal maupun
financial, namun dengan penuh perhitungan sehingga dapat mengatasi rintangan menuju kesuksesan secara
konstan. Dengan kata lain, menyeimbangkan risiko denga imbalan yang akan diperoleh. Dengan demikian,
wirausahawan menggunakan kecerdikannya untuk memanfaatkan sumber data yang terbatas.
Menurut beberapa pakar tentang wirausaha, sebuah negara dapat maju jika sekitar 2% dari
populasinya merupakan wirausaha. Jumlah entrepreneur di Indonesia belumlah mencapai batas
yang ideal. Bayangkan saja, dari total 230 juta jiwa penduduk Indonesia, jumlah pengusaha
hanya sekitar 0,5% dari populasi. Tidak mengherankan jika jumlah pengangguran di negara kita
setiap tahunnya terus bertambah. Sebenarnya wirausaha dapat dikelompokkan kepada 3 (tiga)
jenis, antara lain: (1) necessity entrepreneur, yang menjadi wirausaha karena terpaksa dan
desakan kebutuhan hidup, (2) replicative entrepreneur, yakni memulai usaha dengan cara
meniru-niru bisnis yang sedang tren sehingga sangat rawan terhadap persaingan dan kegagalan,
(3) innovative entrepreneur, usaha yang selalu berkreasi dan terus berupaya untuk mencari
terobosan-terobosan baru demi pengembangan usaha itu sendiri. Negara kita terutama
membutuhkan wirausaha yang berkarakter inovatif yang terus berpikir kreatif dalam melihat
peluang dan memanfaatkan keadaan sesulit apa pun.
Memang sampai dengan saat ini, banyak orang yang masih berpikir bahwa untuk menjadi
entrepreneur haruslah memiliki modal yang kuat. Padahal, sebenarnya modal bukanlah hal
yang mutlak dan harus ada. Hal terpenting sebenarnya adalah kemauan dan semangat (usaha)
yang keras, serta didukung perencanaan konsep yang benar. Sebaiknya kalau kita akan
memutuskan menjadi seorang entrepreneur, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, menyenangi dan menjiwai bidang usaha yang akan dijalani. Hal tersebut bisa dimulai
dari hobi, kesukaan atau kesenangan yang biasa kita lakukan. Menjalani sebuah usaha yang
memang menjadi kesukaan atau kesenangan tentunya akan memiliki kemungkinan untuk
berhasil cukup besar. Tetapi hal tersebut juga tetap harus diimbangi dengan perhitungan dan
perencanaan yang matang.
Kedua, perluaslah pengetahuan dan bangunlah jaringan relasi, karena kemampuan
entrepreneur sebenarnya adalah keahlian atau kemampuan untuk meyakinkan pasar
(konsumen). Pengetahuan atau keilmuan perlu dikuasai karena wirausaha nantinya akan
menyangkut banyak aspek, seperti pemasaran, keuangan, atau ilmu-ilmu lain yang menunjang.
Ketiga, mencoba selalu mengasah intuisi yang kuat dan mampu berpikir kreatif. Kunci
keberhasilan dari entrepreneur adalah inovasi. Cobalah Anda memulai dengan usaha yang kecil
terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke usaha yang lebih besar. Selain itu, kemampuan untuk
melihat peluang pasar yang menjanjikan perlu terus ditempa dan diasah. Menurut Ciputra,
pengusaha terkemuka, Hanya dengan semangat wirausaha inovatif kekayaan sumber daya
alam yang berlimpah di negara ini dapat dikelola dengan baik dan memberikan nilai tambah
bagi masyarakat.Sebagian besar generasi muda Indonesia memang tidak dibesarkan atau
dididik dalam budaya wirausaha. Oleh karenanya, pendidikan kewirausahaan (entrepreneur)
sejak dini menjadi sangat penting.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran manajer dalam mengelola konflik dalam
suatu organisasi itu sangan penting diantaranya:
Manajer sebagai mediator dalam memecahkan masalah
Seorang manajer diharuskan bisa menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan
Selain itu seorang manajer juga diharapkan bisa menjadi teman sekaligus sebagai orang tua dalam
organisasi sehingga dengan keadaan seperti itu perkembangan organisasi bisa diciptakan dengan
baik dan dapat mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi dalam organisasinya. Dan dari itu semua
seorang manager bisa membawa perusahaan itu menjadi lebih maju dan lebih baik lagi dengan
ketegasan dan sifat pemimpin yang berwibawa serta dibantu karyawan-karyawannya yang setia
bekerja untuk perusahaan yang sedang dijalankannya.
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan
dari suatu proyek..
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk
menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan &
Muhammad 2005). Analisis finansial terdiri dari: NPV, IRR, NETB/C, dan PP.
Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang diterima proyek selama
umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang
dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat
suku bunga yang relevan.
Net Benefit and Cost ratio (net B/C Ratio) menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap
satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C merupakan angka
perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net
benefit yang negatif.
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang
diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga
sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0). Gittinger
(1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi
perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen.
Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai
kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian
modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan
karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain.
Pada hakikatnya melelui penilaian proyek, kita dapat menarik dua kesimpulan. Pertama,
melalui evaluasi proyek kita dapat menentukan apakah Benefit netto suatu proyek lebih besar
atau lebih kecil daripada Benefit netto suatu peluang investasi marginal. Jika suatu proyek
menghasilkan Benefit netto yang lebih besar daripada Benefit netto proyek marginal,
pelaksanaannya dapat disetujui, jika lebih kecil, pelaksanaannya harusnya ditolak. Kesimpulan ini
mendasari keputusan go/no go.
Kedua, melalui evaluasi proyek kita dapat menentukan urutan berbagai proyek dalam
serangkaian peluang investasi yang lebih baik daripada proyek marginal, dan proyek yang berada
pada urutan teratas dalam susunan proyek berarti, proyek tersebut merupakan proyek yang
mempunyai Benefit lebih besar.
Kelompok proyek yang termasuk dalam kedua jenis ini, dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
Proyek yang mutually exclusive alternatives, dua atau lebih proyek merupakan mutually
exclusive alternatives, apabila pelaksanaan salah satu diantaranya meniadakan kemungkinan
proyek yang lainnya. Adanya mutually exclusive ini disebabkan karena dana yang tersedia tidak
cukup untuk membiayai lebih dari satu peluang investasi, proyek-proyek tersebut pada hakikatnya
merupakan proyek yang menghasilkan jenis barang atau sasaran tertentu yang sama. Misalnya
tempat-tempat alternative untuk mendirikan pabrik, bendungan, jalan dsb.
Proyek yang bukan mutually exclusive alternatives, apabila suatu proyek tidak merupakan
alternative terhadap proyek yang lain, baik dalam hal penggunaan sumber-sumber maupun
pencapaian sasaran yang diharapkan. Proyek seperti ini dapat mempunyai sasaran yang berbeda
jenisnya, seperti proyek pabrik semen, pabrik pupuk, proyek transmigrasi, dan proyek perluasan
Sekolah Dasar. Proyek ini juga dapat berupa proyek yang saling melengkapi, misalnya proyek
pabrik pupuk, proyek ekstensifikasi penanaman padi, dan proyek pergudangan beras.
Idealnya tidak mungkin ada proyek yang secara strategis lebih bermanfaat bagi masyarakat
daripada proyek marjinal, tetapitidak dapat dilaksanakan karena kekurangan dana. Proyek
marjinal merupakan proyek yang menguntungkan tetapi dikecualikan ( atau ditunda )
pelaksanaanya karena terbentur pada masalah pembiayaan. Tetapi dalam kenyataannya, sebagian
Negara berkembang mempunyai daftar proyek yang menunggu pembiayaan, yang akan
diramalkan akan memberikan rate of return yang lebih tinggi daripada discount rate social yang
akan ditentukan oleh rentabilitas proyek marjinal. Jadi, pihak yang berwenang di bidang
penyusunan anggaran selalu dihadapkan pada perlunya mengurutkan berbagai proyek demi
memilih proyek yang menguntungkan dari sudut pandang masyarakat yang tentunya memenuhi
syarat criteria investasi.
Keuntungan netto suatu usaha adalah pendapatan bruto dikurangi jumlah biaya. Maka NPV suatu
proyek adalah selisisih PV arus benefit dengan PV arus biaya.
Bt = benefit sosial bruto pada th t ( terdiri dari segala jenis penerimaan atau keuntungan non
financial pada th t )
Ct = biaya sosial bruto pada th t ( terdiri dari segala jenis pengeluaran, baik yang bersifat modal
maupun rutin ) yang dibebani kepada penyelenggara proyek pada t ( termasuk investasi semula
dalam tahun ke nol dan seterusnya.
i = social opportunity costof capital yang digunakan sebagai social discount rate.
Suatu proyek dapat bermanfaat untuk dilaksanakan bila NPV proyek tersebut sama atau lebih
besar dari nol, apabila NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social
opportunity costfaktor produksi modal. Jika NPV lebih kecil dari no, proyek tidak dapat
menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan oleh karena itu pelaksanaannya harus ditolak.
Sumber-sumber yang seharusnya dialokasikan untuk proyek tersebut sebaiknya digunakan pada
penggunaan lain yang lebih menguntungkan.
Internal Rate of return adalah rate of return atau tingkat rendemen atas investasi netto.
Ft : nilai investasi yang belum dikembalikan sampai akhir tahun t, setelah realisasi benefit atau
biaya yang terjadi dalam th itu.
Jadi IRR adalah tingkat t yang memenuhi tiga syarat sebagai berikut :
- rendemen implicit dalam tiap tahun sama dengan hasil i kali nilai investasi pada akhir tahun
sebelumnya, yakni : Rt = iFt-1
- nilai investasi pada akhir tahun t = nilai pada tahun sebeumnya ditambah dengan sisa
pengurangan benefit netto dan rendemen implisit, yakni :
Ft = Ft-1+Rt- ( Bt-Ct )
= Ft-1+iFt-1 ( Bt-Ct )
Ft akan lebih kecil dari Ft-1 apabila benefit netto melebihi rendemen implicit, yaitu Bt-Ct >Rt yang
berarti sebagian dari investasi dikembalikan pada th t.
- Benefit netto pada akhir umur proyek ( tahun n ) adalah jumlah ( a ) nilai investasi yang
masih berlaku pada akhir tahun sebelumnya, ditambah ( b ) rendemen implicit. Akibatnya, nilai
investasi pada akhir tahun n menjadi nol.
Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif ( sebagai
pembilang ) dengan jumlah present value yang negative ( sebagai penyebut ). Secara umum
rumusnya adalah :
Dalam perhitungan Gross B/C, pembilang adalah jumlah present value arus benefit ( bruto ) dan
penyebut adalah jumlah present value arus biaya ( bruto ). Jadi rumusnya adalah :
5. Provitability Ratio ( PV K )
Criteria ini dipergunakan untuk mengukur rentabilitas suatu proyek di atas titik netral sebesar 1,0
dimana NPV = 0. tetapi criteria ini dipahami sebagai indeks rentabilitas sehubungan dengan biaya
modal saja, yakni membandingkan present value arus sisa benefit dikurangi dengan biaya rutin
dan biaya modal. Rumusnya adalah:
Dalam perhitungannya, seluruh benefit dan biaya yang dibandingkan dalam rangka criteria
invcstasi harus bersifat riil, yakni harus dinilai berdasar tingkat harga umum yang konstan.
Pemakaian uang sebagai dasar ukuran dimaksudkan untuk memudahkan analisis, yaitu dengan
menyediakan suatu dasar pembandingan antara berbagai benefit dan biaya. Semisal proyek A dan
B memounyai arus benefit netto menurut harga konstan:
Terlihat bahwa proyek A lebih menguntungkan. Namun dengan adanya laju inflasi harga umum
yang diramalkan sebesar 25%, maka akan memberikan NPVA = 630jt dan NPVB = 725jt. Dari sini
terlihat bahwa proyek B tampak lebih menguntungkan. Akan tetapi tujuan analisis benefit Cost
adalah memaksimalkan nilai sekarang dari suatu arus daya beli atau, tuntutan akan barang dan
jasa riil. Semisal terdapat beras yang merupakan barang konsumsi, produksi dalam proyek A dan B
sebagai berikut:
Tahun ke
0 1 2
Ketika dalam perhitungan konstan seperti contoh diatas tadi menyatakan proyek B yang lebih
benefit, namun apabila kita mengalikan angka inflasi pada tiap tahun, maka harga tahun kedua
akan meningkat sehingga proyek A yang dinilai lebih benefit dikarenakan mampu menyediakan
beras lebih cepat 1 tahun.
Dalam analisis benefit cost, penyusutan tidak dimasukkan dalam arus biaya proyek. Hal ini
dikarenakan biaya modal sudah masuk dalam arus biaya, sehingga ketika ditambah biaya
penyusutan malah akan menyebabkan double counting. Penyusutan adalah salah satu unsure
cashflow yang masuk dalam benefit bruto, namun dalam penghitungan benefit netto, penyusutan
tidak boleh dikurangkan dengan benefit bruto.
4.3 Kesimpulan
Evaluasi proyek mendasari dua keputusan yang akan diambil dalam investasi, yakni go project atau
non go project, dan perangkingan berbagai proyek atau alternatif proyek berdasarkan keuntungan
yang didapat.
Kriteria yang digunakan sebagai indeks untuk menentukan keputusan tersebut diantaranya :
NPV : selisih present value dari arus benefit da biaya, dihitung dari discount rate
IRR : tingkat discount rate yang menjadikan NPV suatu proyek sama dengna nol
Net B/C : angka perbandingan present value dari arus benefit bruto yang positif terhadap arus
benefit netto yang negative
Gross B/C & Profitability : Merupakan salah pengertian tentang inti ekonomis benefit dan biaya,
sehingga tak digunakan di Indonesia.
Penghitungan benefit biaya berdasar nilai nominal dan riil dapat mempengaruhi perhitungan
investasi sedemikian rupa sehingga dapat mengelirukan dalam pemilihan proyek.
Arus penyusutan tidak dimasukkan dalam komponen biaya dalam perhitungna kriteria
Merupakan jenis modal yang harus Anda miliki di awal usaha Anda dan biasanya digunakan untuk
jangka panjang. Contohnya antara lain bangunan, peralatan komputer, kendaraan dinas, perabotan
kantor, dan berbagai barang-barang yang dibutuhkan untuk jangka panjang. Modal investasi awal
umumnya nilainya cukup besar dan nilainya akan menyusut dari waktu ke waktu.
2. Modal kerja
Modal kerja meliputi uang kas dan surat berharga yang dalam jangka pendek bisa segera diuangkan,
piutang, dan juga persediaan. Modal kerja sendiri bisa dibagi lagi menjadi 2, yaitu modal kerja
permanen dan temporer. Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu ada sepanjang
waktu, tanpa terpengaruh musim penjualan, sedangkan modal kerja bersih (net working capital)
adalah selisih aktiva lancar dengan hutang lancar. Modal kerja bersih digunakan sebagai indikasi
bahwa bisnis kita memiliki aktiva lancar yang cukup untuk membayar hutang jangka pendeknya.
3. Modal operasional
Modal operasional adalah jenis modal yang harus Anda bayarkan untuk kepentingan biaya operasi
bulanan bisnis Anda. Contohnya antara lain gaji pegawai, pulsa telepon, air, PLN, serta retribusi.
Intinya, modal operasional adalah uang yang harus Anda keluarkan untuk membayar pos-pos biaya di
luar bisnis Anda dan biasanya dibayar bulanan.
1. Modal konkret
Modal yang berupa barang-barang atau benda-benda yang wujudnya dapat kita lihat yang digunakan
dalam proses produksi, antara lain mesin, pabrik, gudang, serta bahan baku.
2. Modal abstrak
Modal yang tidak dapat kita lihat namun memberi manfaat bagi kegiatan produksi kita, antara lain
hak pendirian dan hak cipta.
jenis-jenis modal
1. Modal perseorangan
Modal yang berasal dari perseorangan dan dapat memberi keuntungan bagi mereka yang
memilikinya, antara lain saham, deposito, rumah atau mobil yang disewakan.
2. Modal sosial
Modal yang dimiliki oleh masyarakat dan digunakan bersama-sama untuk kepentingan produksi
dalam masyarakat,