Anda di halaman 1dari 53

FORUM 1.

Indonesia dikenal oleh dunia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya alam yang merupakan
salah satu faktor produksi. Akan tetapi fakta menunjukkan bahwa persentase pengusaha di
Indonesia yang hanya kurang dari 2 % adalah persentase yang paling rendah dibandingkan dengan
beberapa negara terseleksi seperti Malaysia (lebih kurang 5 %), Thailand (lebih kurang 4 %),
Singapore (lebih kurang 7 %), dan USA (lebih kurang 12 %).
Jelaskan secara komprehensif tentang faktor penentu penting utama agar seseorang bisa menjadi
seorang entrepreneur atau pengusaha?
Jawaban:
Menurut Timmons (2008:41), dasar fundamental dari proses kewirausahaan sering dijumpai pada
pola kesuksesan. Selain variasi bisnis, wirausahawan, faktor geografi, dan teknologi, faktor
pendukung utama juga mendominasi proses kewirausahaan yang dinamis. Sehubungan dengan itu,
Timmons mengemukakan lima faktor pendorong proses kewirausahaan sebagai berikut:
1. Digerakkan oleh semangat meraih peluang bisnis.
2. Digerakkan oleh wirausahawan terkemuka dan tim kewirausahaannya.
3. Hemat dan kreatif dalam menggunakan sumber daya.
4. Sadar akan perlunya kesesuaian dan keseimbangan.
5. Terintegrasi dan holistik.
Kelima hal di atas merupakan komponen proses kewirausahaan terkontrol yang dapat diukur,
dipengaruhi dan diubah. Pendiri dan invenstor memfokuskan diri pada faktor ini saat melakukan
proses analisis risiko dan menentukan upaya perubahan untuk meningkatkan peluang sukses.
Faktor-faktor pendorong kewirausahaan
Menurut Saifudin (2002), faktor pemicu kewirausahaan ditentukan oleh “property light”,
competency incentives, dan environment. Sedangkan menurut Kuncara (2008:1) faktor pendorong
kewirausahaan terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:
1. Faktor internal, yaitu kecakapan pribadi yang menyangkut soal bagaimana kita mengelola
diri sendiri. Kecakapan pribadi seseorang terdiri atas 3 unsur terpenting, yaitu: (1)
Kesadaran diri. Ini menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan efeknya,
mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri atau percaya diri. (2) Pengaturan diri. Ini menyangkut kemampuan
mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan yang merusak, memelihara norma kejujuran
dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam menghadapi
perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan
informasi-informasi baru. (3) Motivasi. Ini menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi
lebih baik, komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme dalam
menghadapi halangan dan kegagalan.
2. Faktor eksternal, yaitu kecakapan sosial yang menyangkut soal bagaimana kita menangani
suatu hubungan. kecakapan sosial seseorang terdiri atas 2 unsur terpenting, yaitu: (1)
Empati. Ini menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain, perspektif orang lain,
dan berminat terhadap kepentingan orang lain. Juga kemampuan mengantisipasi,
mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengatasi keragaman dalam
membina pergaulan, mengembangkan orang lain, dan kemampuan membaca arus-arus
emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan, juga tercakup didalamnya.
(2) Keterampilan sosial. Termasuk dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk meyakinkan
orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas dan meyakinkan, membangkitkan inspirasi
dan memandu kelompok, memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan mengatasi
silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan sinergi kelompok
dalam memperjuangkan kepentingan bersama.

Menurut Timmons (2008:40), wirausahawan harus menjauhi arena persaingan yang sekiranya
tidak menguntungkan dirinya, atau memanfaatkan potensi yang ada secara kreatif untuk
menghasilkan kompetensi. Berusaha menciptakan pertambahan nilai perusahaan yang disertai
aliran arus kas yang tidak terputus, sehingga menarik minat perusahaan modal untuk berinvestasi.
Menurut Timmons, saat ini terjadi kecenderungan di mana wirausahawan yang telah sukses
membawa pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang menjadi nilai tambah untuk menjadi
invenstor terhadap perusahaan pemula yang berpotensi tinggi. Salah satu kriteria enterpreneur
potensial adalah mampu mengidentifikasi mitra dalam hal pendanaan dan anggota tim inti. Mereka
mencari penyandang dana yang memiliki nilai tambah yakni dapat meningkatkan sumber daya
manusia perusahaan secara keseluruhan. Dari kesemua hal berkenaan dengan proses
kewirausahaan, puncaknya adalah terkait dengan pilihan gaya hidup. Hidup harus dibuat bahagia,
sehingga seseorang bisa hidup sesuai dengan keinginannya, sementara perusahaan terus
berkembang.
Timmons (2008:41) menggambarkan faktor pendorong yang mendasari kesuksesan baru melalui
tiga faktor yaitu peluang usaha, sumber daya, dan tim. Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi
menciptakan keseimbangan sebagaimana diilustrasikan pada bagan Timmons. Proses
kewirausahaan diawali dengan peluang usaha (bukan uang), strategi, jaringan, tim, atau rencana
bisnis. Peluang usaha terjadi dengan sendirinya di luar kontrol siapa pun. Tugas wirausahawan dan
timnya adalah meramu semua faktor yang ada sehingga terjadi suatu keseimbangan.
Wirausahawan bagai seorang akrobator yang harus menjada tiga buah bola agar tetap di udara
sambil melompat-lompat di atas trampoline. Seperti itulah kondisi sebuah perusahaan pemula.
Rencana bisnis merupakan bahasa dan kode untuk mengkomunikasikan kualitas dari tiga kekuatan
dalan bagan Timmons untuk mencapai kesesuaian dan keseimbangan.
Timmons menganalisis bahwa bentuk, ukuran, dan dalamnya peluang usaha menentukan bentuk,
ukuran dan dalamnya kondisi sumber daya dan tim.
1. Peluang usaha, merupakan inti dari proses kewirausahaan. Suatu peluang usaha dianggap
baik jika memiliki permintaan pasar, struktur pasar dan ukuran pasar yang baik, besarnya
marjin. Ringkasnya, suatu peluang dikatakan memiliki kekuatan bila investor mendapatkan
modalnya kembali.
2. Sumber daya, yakni potensi dan kompetensi yang didukung oleh kreativitas dan
penghematan. Wirausahawan yang sukses adalah yang dapat menghemat modal dan
memanfaatkannya dengan cerdik.
3. Tim Kewirausahawan, dipimpin oleh wirausahawan yang sudah memiliki pengalaman
kerja yang sukses. Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat, menghargai yang
berhasil tetapi juga membantu yang gagal. Menerapkan standar perilaku dan performa
yang tinggi pada tim.
Tahapan Proses kewirausahaan
Menurut Koncoro (2008:2) dan Saifudin (2002), proses terjadinya kewirausahaan terdiri atas tiga
tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Imitasi dan duplikasi (imitating & duplicating). Pada tahap ini, para wirausaha
meniru ide-ide orang lain, baik dari segi teknik produksi, desain, proses, organisasi usaha
dan pola pemasarannya.
2. Tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating & developing). Pada tahap ini, para
wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya, walaupun masih dalam perkembangan
yang lambat dan cenderung kurang dinamis.
3. Tahap menciptakan sendiri produk baru yang berbeda (creating new and different). Pada
tahap ini, para wirausaha sudah mulai berpikir untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi,
dengan cara menciptakan produk yang baru dan berbeda. Hal ini didasarkan karena
wirausaha sudah mulai bosan dengan proses produksi yang ada, keingintahuan dan
ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada.

Faktor-faktor yang berperan dalam kesuksesan kewirausahaan


Menurut Kuncara (2008:3-4) kunci sukses seorang pengusaha di dalam memenangkan pasar
adalah kekuatan peranan dalam berinovasi dan menciptakan ide-ide brilian dalam
menembus market share. Inovasi bukanlah berarti menciptakan sebuah produk baru. Inovasi dapat
berwujud apa saja, mulai dari, baik dalam bentuk jasa maupaun produk. Inovasi juga bisa
dilakukan dengan mengamati produk atau jasa yang sudah ada, kemudian melakukan modifikasi
untuk membuat hasil yang lebih baik. Atau dari modifikasi tersebut akan melahirkan sebuah
produk baru lagi. Salah satu metode inovasi adalah ala Jepang, yaitu dengan prinsip ATM; Amati
Tiru Modifikasi.
Untuk menjadi wirausaha sukses dan tangguh melalui inovasi, maka harus menerapkan beberapa
hal berikut:
1. Seorang wirausaha harus mampu beripikir secara Kreatif, yaitu dengan berani keluar dari
kerangka bisnis yang sudah ada. Untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
2. Seorang wirausaha juga harus bisa membaca arah perkembangan dunia usaha. Misalnya,
saat ini sedang maraknya penggunaan Teknologi Informasi dalam dunia bisnis.
3. Seorang wirausaha harus dapat menunjukkan nilai lebih dari produk yang dimilikinya, agar
konsumen tidak merasa produk yang ditawarkan terlalu mahal.
4. Seorang wirausaha perlu menumbuhkan sebuah kerjasama tim, sikap leadership,
kebersamaan dan membangun hubungan yang baik dengan karyawannya.
5. Seorang wirausaha harus mampu membangun personal approach yang baik dengan
lingkungan sekitarnya dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraihnya.
6. Seorang wirausaha harus selalu meng-upgrade ilmu yang dimilikinya untuk meningkatkan
hasil usaha yang dijalankannya. Hal ini dapat ditempuhnya dengan cara membaca buku-
buku, artikel, internet, ataupun bertanya pada yang ahlinya.
7. Seorang wirausaha harus bisa menjawab tantangan masa depan dan mampu menjalankan
konsep manajemen dan teknologi informasi. Hal ini bertujuan untuk mempelajari segala
situasi bisnis atau usaha yang cepat berkembang dan berubah sangat cepat. Untuk itu
perlunya daya kreativitas yang tinggi, analisis yang baik, intuisi yang tajam,
kemampuan networking yang mendukung, serta strategi jitu dalam memasarkan produk
atau jasa yang dimilikinya.
Saifudin (2008:3) mengemukakan beberapa faktor penyebab kegagalan kewirausahaan, sebagai
berikut:
1. Tidak kompeten dalam manajerial,
2. Kurang berpengalaman dalam operasi dan menghasilkan produk
3. Lemah dalam pengendalian keuangan
4. Gagal dalam perencanaan program bisnis
5. Lokasi yang kurang memadai
6. Kurangnya pengawasan peralatan
7. Sikap yang tidak bersungguh-sungguh dalam usaha
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi wirausaha
9. Keadaan yang menjadikan pesimistik dalam usaha:
1. Pendapatan yang tak menentu
2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi
3. Butuh waktu lama untuk recovery
4. Kualitas kehidupan yang tetap rendah meski usahanya mantap
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh seseorang ketika terlibat dalam wirausahawan
dikemukakan oleh Saifudin (2008:3), sebagai berikut:
1. Otonomi, pengelolaan yang ‘merdeka’ membuat wirausahawan menjadi seorang ‘boss’
yang penuh kepuasan.
2. Tantangan awal dan motif berprestasi, merupakan pendorong yang baik dan berpeluang
untuk mengembangkan konsep usaha yang menghasilkan keuntungan.
3. Kontrol Finansial, bebas dalam mengelola keuangan dan merasa sebagai kekayaan miliki
sendiri yang dapat diaturnya.
Sedangkan kerugian yang mungkin dapat dirasakan oleh seorang wirausahawan juga dikemukakan
oleh Saifudin (2008:3) sebagai berikut:
1. Pengorbanan personal, pada awalnya wirausaha harus bekerja dalam waktu lama dan sibuk,
sedikit waktu untuk keluarganya dan relaksasi.
2. Beban tanggung jawab, wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran,
keuangan, personal, maupun pengadaan dan pelatihan.
3. Margin keuntungan yang kecil dan kemungkinan gagal. Wirausaha yang menggunakan
modal sendiri, maka profit margin yang diperoleh relative kecil dan ada kemungkinan
gagal.
Dalam hal pelaksanaan kewirausahaan, tiga faktor yang berperan dalam kesuksesan
wirausahawan, yiatu:
1. Kepribadian. Tidak ada kepribadian ideal untuk menjadi wirausahawan, akan tetapi dia
harus memiliki beberapa keterampilan yang bisa dipelajari. Yang diperlukan adalah
mengambil keputusan dengan penuh keyakinan. Wirausahawan tidak hanya memiliki sifat
kreatif dan inovatif, tetapi juga kemampan manajerial, keterampilan bisnis, dan relasi yang
baik.
2. Pengalaman. faktor pengalaman sehari-hari dan kecakapan menjadi kunci keberhasilan.
Seorang wirausahawan harus mengumpulkan informasi dan bertindak berdasarkan
informasi tersebut. Dengan demikian, kesuksesan juga berkaitan dengan persiapan dan
perencanaan yang matang.
3. Pembimbing, separuh wirausahawan sukses memiliki orang tua yang juga wirausahawan
atau panutan.

KUIS 1
PEMAHAMAN TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP AND
INNOVATION MANAGEMENT

Sebagai seorang entrepreneur tidak hanya bermanfaat untuk diri sendir, akan tetapi juga
bermanfaat bagi masyarakat luas karena mampu untuk menciptakan lapangan kerja. Peluang untuk
menjadi seorang entrepreneur di Indonesia masih terbuka luas, akan tetapi fakta dan data
menunjukkan masih sangat kurang. Cari berbagai teori untuk dapat mengklarifikasi kenyataan
yang ada di Indonesia, jelaskan secara komprehensif.
Jawaban:
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, mengatakan tingkat kewirausahaan Indonesia masih
rendah. Menurutnya, Indonesia hanya menduduki peringkat 94 dari 137 negara. Berdasarkan
laporan Global Enterpreneurship Index, negara-negara seperti Amerika Serikat, Swiss, Kanada,
dan Inggris menempati peringkat sepuluh teratas. Dari Asia, Hong Kong dan Taiwan menempati
menempati urutan 13 dan 18. Sementara, Indonesia menduduki peringkat 94. Posisi ini jauh di
bawah negara-negara ASEAN lainnya seperi Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina yang
masing-masing menduduki peringkat 27, 58, 71, dan 84.
Selain itu, dilansir dari kompas.com, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengatakan,
“Hampir di setiap negara maju, standardnya itu memiliki (penduduk) entrepreneur di atas 14
persen. Sementara di kita, angkanya masih 3,1 persen. Artinya perlu percepatan,” ujar Presiden.
Itu artinya, meski Negara kita telah menghasilkan banyak suksesor muda, namun dalam skala
internasional kita belum mampu bersaing karena rendahnya minat masyarakat dalam
berwirausaha. Bahkan Negara – Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand sudah
mencapai angka diatas 4%.
Faktor penghambat pertumbuhan wirausaha di Indonesia antara lain, pola pikir masyarakat yang
lebih tertarik untuk mencari pekerjaan di banding berwirausaha, rendahnya kapasitas SDM pelaku
wirausaha dan regulasi yang belum mampu mengatasi persoalan sehingga menghambat
perkembangan dunia wirausaha, serta kendala dalam mengakses modal. Pola pikir masyarakat soal
pelik-nya dunia wirausaha membuat sebagian masyarakat enggan untuk meletakan nasib mereka
dalam dunia wirausaha, mereka lebih berfikir untuk mencari pekerjaan setelah mengenyam
pendidikan panjang ketimbang menciptakan lapangan pekerjaan. Belum lagi stereotype yang
berkembang dikalangan masyarakat yang meng-“agung – agungkan” profesi tertentu sebagai
penghasil pundi – pundi kekayaan dan tolak ukur kesuksesan. Contohnya, kembali ke tahun 1980-
an dimana dokter dinobatkan sebagai profesi seseorang yang memiliki intelektual tinggi dan
bergelimangan harta, dan sarjana hukum dipandang rendah kala itu. Namun pada hari ini,
keduanya sama – sama memiliki nama besar bagi siapapun penyandangnya.
Contohnya banyak sekali perusahaan asing yang meletakan pabrik produksi mereka untuk pasar
asia bahkan eropa di Indonesia. Hal itu didasari dari murah-nya upah buruh di Indonesia, serta
kemampuan SDM Indonesia dalam memproduksi barang – barang kualitas. Di Indonesia sendiri,
belum banyak role model atau tokoh berpengaruh di kalangan masyarakat yang sangat
membanggakan produk lokal, hanya segelintir orang saja yang menyadari potensi besar industri
lokal. Masih banyak pejabat Indonesia yang membanggakan merk luar negeri demi gengsi semata.
Masalah lain sulitnya entrepreneur berkembang adalah sistem pendidikan Indonesia yang tidak
mengajarkan wirausaha sejak dini. Sistem pendidikan Indonesia cenderung mencetak lulusan
bermental pegawai daripada mental wirausahawan. Hal ini didukung dengan pemikiran orang tua
yang melulu mendewa-dewakan prestasi akademik anaknya. Saat mendapati anak mereka
mendapat nilai ulangan yang jelek, mereka akan cenderung memarahi anaknya. Kebanyakan dari
mereka sering mendoktrin mindset pikiran anak mereka apabila nilai akademik jelek akan susah
mencari pekerjaan atau menjadi pegawai. Para orang tua seharusnya, meluangkan waktunya untuk
berdiskusi tentang apa keinginan anak mereka. Sistem pendidikan, pemikiran orang tua serta
lingkungan yang demikian akan menciptakan anak-anak bermental pegawai. Sungguh tak
terpikirkan, anak-anak diajarkan menjadi pegawai di perusahaan, tapi siapa yang mendirikan
perusahaan itu jika bukan wirausahawan. Anak-anak, remaja sangat membutuhkan cukup waktu
dengan orang dewasa agar dapat mendukung, mendorong serta membantu mereka mencari tahu
siapa mereka, bagaimana dunia bekerja, dan apa peran mereka dalam masyarakat.
Agar dapat mencetak wirausahawan, elemen penting dalam pendidikan ini adalah pendidikan
kewirausahaan. Idealnya, konsep kewirausahaan harus diintegrasikan ke dalam kurikulum dari
Sekolah Dasar (SD) sampai pasca Sekolah Menengah Atas (SMA). Sementara fakta dilapangan,
hanya sekolah – sekolah bergengsi saja yang menerapkan kurikulum entrepreneurship /
kewirausahaan, khususnya international school. Jika pun ada negeri yang menerapkan
kewirausahaan dalam mata pelajaran mereka, kewirausahaan hanya di letakan pada muatan lokal
dengan kualitas tenaga pengajar yang kurang memadai. Padahal di usia muda seperti itu,
merupakan usia yang produktif untuk menggagas ide – ide cemerlang jika diarahkan dengan benar.
Lebih mirisnya, beberapa orang tua kerap memaksa anaknya untuk masuk ke jurusan yang mereka
inginkan demi gengsi semata. Bahkan hal ini masih terjadi hingga anak masuk ke perguruan tinggi
negeri, orang tua rela mengeluarkan kocek yang besar demi memaksa anaknya untuk masuk ke
prodi dan jurusan yang mereka inginkan melalui jalur yang tidak seharusnya.
Kesimpulan yang dapat diambil, bahwa masalah – masalah diatas harus diatasi secepatnya demi
pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih baik lagi. Mengingat, pada kurun waktu 2020-
2030, penurunan indeks (ratio) ketergantungan Indonesia (yang sudah berlangsung sejak tahun
1970) akan mencapai angka
terendah. Implikasi penting dari kondisi ini adalah semakin pentingnya
penyediaan lapangan kerja agar perekonomian dapat memanfaatkan secara maksimal
besarnya porsi penduduk usia produktif. Lebih penting lagi, bila tingkat
pendidikan secara umum diasumsikan terus membaik, produktivitas perekonomian negara
ini sesungguhnya dalam kondisi premium, dimana hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk
tujuan percepatan maupun perluasan pembangunan ekonomi.

FORUM 2
BAGAIMANA PANDANGAN ANDA TENTANG SIFAT-SIFAT UMUM ORANG
INDONESIA (WARGA NEGARA INDONESIA PADA UMUMNYA) BILA DIKAITKAN
DENGAN ENTREPRENEURSHIP?. JELASKAN SECARA KOMPREHENSIF.
Jawaban:
Menurut pandangan saya terkait sifat orang di Indonesia jika dikaitkan dengan entrepreneurship,
bahwa masih kurangnya motivasi dan keinginan masyarakat dalam memulai suatu bisnis ataupun
wirausaha dalam berbagai bidang. Adapun sebagian masyarakat yang sudah memulai untuk
melakukan wirausaha sering ditemukan kegagalan baik dari sisi produk yang dijual maupun
keberadaan manajemen pengelolaan yang kurang baik sehingga mempengaruhi mental
entrepreneur masyarakat untuk melanjutkannya atau berhenti.
Jika dikaitkan dengan pentingnya kewirausahaan, bahwa Kewirausahaan merupakan persoalan
penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun. Kemajuan atau
kemuduran ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari
kelompok entrepreneur ini. Melalui kewirausahaan akan memunculkan banyak manfaat pada
masyarakat. Menurut Alma (2008) manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.
 Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.
 Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan
lingkungan, kesejahteraan, dan sebagainya.
 Menjadi pribadi unggul yang patut diteladani, karena sebagai seorang wirausaha yang
terpuji, jujur, berani, hidup tidak merugikan orang lain.
 Memberi contoh bagaimana bekerja keras, tetapi tidak melupakan perintah-perintah
agama, dekat dengan Tuhan.
 Selalu menghomati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu menjaga dan
membangun lingkungan.
 Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dalam bidang pembangunan sosial, sesuai
dengan kemampuannya.
 Berusaha mendidik karyawan menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, dan tekun dalam
menghadapi pekerjaan.
 Hidup tidak berfoya-foya dan tidak boros.
 Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan lingkungan.
Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat, sehingga mereka kurang
berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain sifat agresif, exspansif, bersaing, egois, tidak
jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah, dan sebagainya.
Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian orang, sehingga mereka tidak tertarik. Mereka tidak
menginginkan anakanaknya menekuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk
menjadi pegawai negeri. Landasan filosofis inilah yang menyebabkan banyak orang tidak
termotivasi terjun ke dunia bisnis. Sebagian lain memandang bahwa profesi wirausaha cukup
menjanjikan di masa depan. Hal ini didorong oleh kondisi persaingan di antara pencari kerja yang
semakin ketat. Lowongan pekerjaan mulai terasa sempit. Ditambah lagi dengan policy
zero growth oleh pemerintah dalam bidang kepegawaian.
Kelompok yang kedua ini memandang wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu
yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan
pikiran untuk menaklukan cara berpikir lamban dan malas. Banyak di antaranya yang lebih melihat
profesi wirausaha sebagai individu yang mempunyai peluang besar dalam hal memberi manfaat
pada orang lain. Lambannya menyikapi pentingnya kewirausahaan ini, menyebabkan kita
tertinggal jauh dari negara tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis.
Mereka dapat mengembangkan bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu sampai ke industri
hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan besar (grosir), perdagangan eceran besar
(departement store, swalayan), eceran kecil (retail), eksportir, importir, dan berbagai bentuk usaha
lainnya dalam berbagai jenis komoditi.Telah disadari bersama oleh semua pihak betapa penting
peran kewirausahaan dalam mengatasi masalah pengangguran. Untuk menumbuh-kembangkan
jiwa dan aktivitas kewirausahaan–sehingga lulusan PT lebih menjadi pencipta lapangan kerja dari
pada pencari kerja–diperlukan suatu usaha nyata.

BAGAIMANA PULA PANDANGAN ANDA APAKAH SEORANG PEDAGANG SAMA


DENGAN SEORANG ENTREPRENEUR?
Jawaban:
Menurut saya terkait perbedaan antara pedagang sama seorang entrepreneur adalah dari cara
berpikir ataupun mindset untuk mencari peluang sukses dalam melakukan awal usaha ataupun
yang sudah berjalan. Jika dibandingkan seorang pedagang hany melihat dari sisi menjual barang
hingga mendapatkan keuntungan namun tidak melihat secara luas peluang besar untuk menambah
keuntungan dan memperbesar usaha yang dimiliki, namun jika dibandingkan dengan entrepreneur
kerangka berpikirnya adalah mencari peluang yang dapat menguntungkan ataupun membuka
potensi yang baru dalam mengembangkan usaha yang sudah dikerjakan. Hal tersebut merupakan
perbedaan yang dapat dilihat secara garis besar. Adapun perbedaan antara seorang entrepreneur
dan pedagang antara lain. Pertama, pada cara memandang sebuah usaha (Visi Usaha). Seorang
pedagang membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa memikirkan bagaimana usaha
akan ia kembangkan. Sementara seorang entrepreneur melihat usaha yang dikerjakan saat ini
adalah langkah awal untuk mengerjakan hal yang lebih besar sehingga entrepreneur telah punya
gambaran tentang usaha saat ini dan di masa mendatang. Kedua, pada cara memandang
konsumen. Seorang pedagang menganggap konsumen adalah orang yang akan memberikan uang
sehingga terjadilah proses tawar menawar. Seorang entrepreneur lebih menjaga hubungan baik
dengan konsumennya sehingga akan berusaha memberikan harga terbaik bagi konsumennya.

Menurut McGraith & Mac Millan (2000), ada tujuh karakter dasar yang membedakan calon
wirausaha dengan pedagang biasa. Ketujuh karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Action oriented
Bukan tipe menunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja.
Prinsip yang dianut adalah see and do. Bagi mereka, risiko bukanlah untuk dihindari, melainkan
untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan kelihaian.
2. Berpikir simple
Wirausaha melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara
bertahap.
3. Selalu mencari peluang-peluang baru.
Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang dari usaha yang sama dengan
meraih keuntungan bukan hanya dari bisnis atau produk baru, melainkan juga dari cara-cara
baru.
4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi.
Peluang bukan hanya dicari, melainkan diciptakan, dibuka, dan diperjelas. Karena wirausaha
melakukan investasi dan menanggung risiko, maka seorang wirausaha harus memiliki disiplin
yang tinggi. Setiap gagasan brilliant dan inovasi biasanya harus dibangun dari bawah dan
disusun seluruh mata rantai nilainya (value chain).
5. Hanya mengambil peluang yang terbaik.
Seorang wirausaha hanya akan mengambil peluang yang terbaik yaitu nilai-nilai ekonomis yang
terkandung di dalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan
perubahan yang dihasilkan
6. Fokus pada eksekusi.
"Manusia dengan entrepreneurial mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan
merealisasikan apa yang dipikirkan daripada menganalisis ide-ide baru sampai mati"(McGraith
dan Mac Millan, 2000, hlm. 3). Mereka juga adaptif terhadap situasi, yaitu mudah
menyesuaikan diri dengan fakta-fakta baru atau kesulitan di lapangan.
7. Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti.
Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian tetapi menggunakan tangan dan pikiran banyak
orang, baik dari dalam maupun luar perusahaannya.

HAL MENDASAR APA PULA SEBAGAI FAKTOR PENENTU UTAMA SESEORANG BISA
MENJADI SEORANG ENTREPERENUR?
Jawaban:
Abdul Jalil menyatakan bahwa ada 4 unsur karakter yang melekat dalam diri seorang entrepreneur,
yaitu:
1. Aktif. Seorang entrepreneur merupakan pribadi yang aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi dan
bisnis. Ia akan selalu aktif mengidentifikasi peluang-peluang yang ada di pasar untuk dijadikan
sebagai acuan dalam mengembangkan bisnisnya.
2. Produktif. Entrepreneur adalah sosok yang produktif dalam hidupnya. Produktif ini erat
kaitannya dengan manajemen waktu, energi, dan fokus.
3. Inovatif. Ini merupakan karakter vital dari seorang entrepreneur. Seorang entrepreneur selalu
menghadirkan perubahan-perubahan yang baru dan jitu dalam dunia bisnis, baik berupa bahan
baku baru, proses baru, ataupun pasar baru.
4. Kalkulatif. Seorang entrepreneur bukanlah orang yang sembarangan dalam mengeksekusi
peluang bisnis. Setiap keputusan dan langkah yang diambil tidak lain merupakan hasil kalkulasi
yang matang

KUIS 2
JELASKAN SECARA KOMPREHENSIF TENTANG TEORI-TEORI YANG
MEMBEDAKAN SEORANG ENTREORENEUR DENGAN SEORANG NON-
ENTREPRENEUR.
JAWABAN:
Perbedaan secara komprehensif antara entrepreneur dengan non entrepreneur
Kewirausahaan adalah konsep yang memiliki banyak definisi mulai dari definisi yang sempit
seperti memulai bisnis sendiri sampai kepada konsep yang lebih luas yaitu sikap kerja yang
menekankan kepada kepercayaan diri, inisiatif, inovatif, berani mengambil resiko (Gelderen et al,
2008). Global Entrepreneurship Monitor, salah satu institusi terkemuka bidang penelitian
kewirausahaan mendefinisikan kewirausahaan sebagai "setiap usaha dalam bisnis baru atau
pembuatan usaha baru, seperti wirausaha, organisasi bisnis baru, atau perluasan bisnis yang sudah
ada, yang dilakukan oleh individu, oleh sekumpulan individu atau oleh bisnis yangHubungan
faktor-faktor motivasi sangat erat dengan minat. Faktor-faktor motivasi berpengaruh dengan
timbulnya minat seseorang untuk mengambil tindakan atau mencapai tujuan. Dalam penelitian ini
kerangka pemikiran teoritisnya menggambarkan tentang pengaruh dari faktorfaktor motivasi yang
di wakili oleh toleransi akan resiko, keberhasilan diri dalam berwirausaha, dan kebebasan dalam
bekerja pada minat berwirausaha.
Menurut Gerry Segal, Dan Borgia, dan Jerry Schoenfeld (2005), toleransi akan resiko,
keberhasilan diri dalam berwirausaha dan kebebasan dalam bekerja memiliki pengaruh positif
terhadap minat berwirausaha. Menurut Adi Sutanto (2000), beberapa faktor-faktor yang
memotivasi seseorang untuk menjadi entrepreneur yaitu keinginan merasakan pekerjaan bebas,
keberhasilan diri yang dicapai, dan toleransi akan adanya resiko. Kebebasan dalam bekerja
merupakan sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan sedikit tetapi memperoleh
hasil yang besar. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis
jarang-jarang tetapi sekali mendapat untung, untungnya cukup untuk dinikmati berbulan-bulan
atau cukup untuk sekian minggu kedepan. Keberhasilan diri yang dicapai merupakan pencapaian
tujuan kerja yang diharapkan, yang meliputi kepuasan dalam bekerja dan kenyamanan kerja.
Toleransi akan resiko, merupakan seberapa besar kemampuan dan kreativitas seseorang dalam
menyelesaikan besar kecilnya suatu resiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang
diharapkan. Semakin besar seseorang pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula
keyakinanya terhadap kesanggupan mendapatkan hasil dari keputusanya dan semakin besar
keyakinanya untuk mencoba apa yang dilihat orang lain beresiko. Praag dan Cramer (2002) secara
eksplisit mempertimbangkan peran resiko dalam pengambilan keputusan seseorang untuk menjadi
seorang entrepreneur. Rees dan Shah (1986) menyatakan bahwa perbedaan pendapatan pada
pekerja individu yang bebas (entrepreneur) adalah tiga kali lipat dari yang didapat oleh individu
yang bekerja pada orang lain, dan menyimpulkan bahwa toleransi terhadap resiko merupakan
sesuatu yang membujuk untuk melakukan pekerjaan mandiri (entrepreneur).

Perbedaan Entrepreuner Dan Non Entrepreuner pada Pola Pikir


Perbedaan pola pikir entrepreneur dan non entrepreneur yaitu pada entrepreneur berpikir produktif
dan resources utilization sedangkan pola pikir non entrepreneur yaitu konsumtif dan resources
disposal. Hambatan persepsi untuk memulai usaha yaitu merasa terlalu muda atau tua, tidak
memiliki bakat dan tidak memiliki modal padahal semua hal itu salah banyak sekali yang berhasill
padahal mereka tidak memiliki hal tersebut.
Pola pikir entrepreneur:
 Produktif
Sebuah pola pikir yang salah satu penggunaan terbaik dari sumberdaya manusia yang dikemas
menjadi satu dalam system waktu dan usaha yang akan digunakan. Elemen dari pola pikir
produktif adalah:
1. Percaya diri
2. Keyakinan, kemandirian, individualitas,optimisme.
3. Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan
ketabahan,memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras,energik dan emiliki inisiatif.
4. Memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan.
5. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap
Keorisinilan.
6. Berorientasi ke masa depan.
7. Jujur dan tekun saran dan kritik yang membangun.
8. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel,serba bisa dan memiliki jaringan bisnis
yang luas.
9. Persepsi dan memiliki cara pandang/ cara pikir yang berorientasi pada masa depan
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja
 Resources utilization (Pemanfaatan sumberdaya)
Merupakan bentuk dari pola pikir yang memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber
daya untuk menciptakan nilai tambah.
Sosok Entrepreneurwan yang ideal, menuntut nilai-nilai ke arah kualitas manusia yang semapan
mungkin. Kaitannya dengan perpolitikan, mungkin selaras dengan dambaan hadirnya Manusia
Indonesia Seutuhnya. Maka dapat dikatakan bahwa ilmu Entrepreneurship/ kewiraswastaan adalah
ilmu tentang penghidupan. Ilmu yang akan membukakan pengertian tentang bagaimana
seharusnya manusia meniti penghidupannya serta nilai-nilai apa yang diperlukan untuk mencapai
cita-cita hidup yang hakiki. Untuk membina manusia menjadi makluk yang berguna, tidak cukup
hanya memberikan kecerdasan, ketrampilan atau kepiawaian teknis saja. Prioritas mendasar adalah
dengan membangun sikap mental yang baik terlebih dahulu. Sebab, seperti pepatah mengatakan,
ilmu tanpa sikap mental menghasilkan kezaliman, sesertagkan sikap mental tanpa ilmu adalah
kelemahan. Dua aspek ini harus hadir salling isi mengisi, karena jika terjadi absen pada salah
satunya, maka akan berdampak buruk. Struktur prioritas kewiraswastaan terdiri dari 4 (empat)
lapisan. Lapisan terdalam merupakan inti (core), sesertagkan 3 lapisan berikutnya merupakan
pendukung yang ideal untuk mencapai kesempurnaan prestasi. Struktur ini berlaku universal, tidak
hanya bagi mereka yang berkarir dijalur wiraswasta. Para pejabat, karyawan, buruh, kaum-kaum
profesional, serta siapapun seyogyanya memiliki pola dasar ini.
Struktur nilai kewiraswastaan dimaksud terdiri dari elemen-elemen :
1. Sikap mental.Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu
dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah seseorang menjadi sosok yang tinggi budi
ataukah seblikinya menjadi orang yang jahat serta culas. Itu sebabnya pembinaan sikap mental
menjadi unsur terpenting dalam dunia kewirawastaan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik
alamiah seperti kejujuran serta ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam hal
motivasi serta proaktivitas. Orang yang bersikap mental baik akan selalu bekerja rajin tanpa harus
diperintah, serta konsisten tanpa harus diawasi. Mereka juga selalu berinisiatif melakukan hal-hal
positif serta selalu mempunyai motivasi kuat serta semangat yang mengebu-gebu dalam mencapai
cita-cita. Sikap mental juga amat menentukan keberhasilan seseorang. Harvard, sebuah intitusi di
Amerika menyatakan bahwa keberhasilan orang-orang sukses di dunia ini, ternyata lebih banyak
ditentukan oleh sikap mentalnya dibandingkan dengan peranan kemampuan teknis yang dimiliki.
Dengan angka perbandingan adalah 85% sikap mental, 15 % kemampuan teknis. Akan tetapi
ironisnya, komposisi materi pendidikan yang diterapkan disekolah-sekolah menunjukan
perbandingan yang sebaliknya yaitu 90 % pelajaran teknis serta 10% sikap mental. Sehingga
pantaslah kalau banyak didapati manusia yang berpikir negatif dibanding orang yang berpikir
positif, antusias serta percaya diri.
2. Kepemimpinan Kepemimpinan yang dimaksud disini adalah kepemimpinan sebagai nilai atau
kualitas, bukan pengetahuan tentang manajemen sumber daya manusia. Mungkin akn lebih tepat
kalau disebut sebagai “kepeloporan” sesertagkan pemimpin adalah orang yang menunjukan arah.
Seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan akan selalu tahu arah yang harus dimbil. Keputusan-
keputusanya mantap serta didasari oleh keyakinan diri disertai data-data serta informasi yang
akurat.
Dalam dunia usaha, jiwa kepemimpinan serta kepeloporan ini mutlak diperlukan karena secara
sadar atau tidak seseorang yang berwiraswasta telah menempatkan dirinya pada posisi pemimpin.
Kedudukan tersebut mengharuskannya untuk selalu mampu mengambil keputusan yang menurut
perhitungannya paling baik serta bijaksana. Tidak boleh ada keraguan atau kebimbangan karena
jika itu terjadi maka keputusan yang diambil akan terlambat serta tidak efektif lagi. Dilain pihak,
pengusaha yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan akan condong mengikuti pendapat dari figur
yang dominan terhadap dirinya, sehingga pengusaha tersebut biasanya sulit membawa
perusahaannya kearah kemajuan yang berarti.
Pengusaha yang berpeluang maju secara mantap adalah pengusaha yang memiliki jiwa
kepemimpinan secara menonjol. Ciri-cirinya biasanya keputusan serta sepak terjangnya sering
dianggap tidak lazim/tampil beda..
3. Tata Laksana .Tata laksana merupakan terjemahan dari kata management, artinya pengelolaan.
Manajemen bukan semata-mata konsumsi para manager di perusahaan-perusahaan tetapi
diperlukan semua orang. Tata laksana merupakan metode atau serangkaian cara serta prosedur
yang berguna untuk menghasilkan efektivitas serta efisiensi setiap pekerjaan agar mendapat hasil
yang baik dalam mutu serta tepat waktu dalam penyerahannya.
Berbeda dengan sikap mental serta kepemimpinan yang termasuk dalam klasifikasi nilai atau
kualitas, maka manajemen merupakan pengetahuan bersifat praktis. Kalau sikap mental berada di
dalam (jiwa), manajemen terdapat di luar, mirip keterampilan teknis atau keprigelan
Manajemen kegunaannya juga sangat universal, serta semua orang atau organisasi memerlukan
manajemen. Bila manajemen terabaikan, maka sebuah organisasi akan menjadi kacau serta morat-
marit. Perusahaan tanpa manajemen yang baik, bias dipastikan akan mengalami hambatan besar
dalam perkembangannya. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin memulai usaha harus
mewaspadai aspek tata laksana sedini mungkin. Mulailah kegiatan manajemen seketika pada saat
perusahaan baru saja dimulai, sekecil apapun ukurannya.
4.Keterampilan
Lapisan terluar dari struktur prioritas adalah keterampilan. Keterampilan teknis yang meliputi
keterampilan perorangan yang melibatkan ilmu pengetahuan serta teknologi untuk memproduksi
sesuatu, baik secara fisik serta non fisik termasuk keterampilan manajerial serta keterampilan
pemasaran jelas merupakan faktor yang amat penting, karena disinilah nantinya kualitas produk
ditentukan tinggi rendahnya. Banyak pihak berpendapat bahwa dengan berbekal penguasaan
keterampilan, seseorang pasti bisa menjdi enterpreuneur (wiraswastawan) yang berhasil. Namun
demikian, kalau kita mau meneliti lebih jauh ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya
bukan disebabkan oleh keterampilan semata melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang
dimiliki si pengusaha. Keterampilan hanyalan sarana, sehingga tidak cukup untuk mengantar orang
ke jenjang kehidupan yang sukses, terutama kehidupan dalam dunia usaha.

Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang baik terampil maupun tidak, untuk bisa tampil sebagai
tokoh yang sukses atau orang berkecukupan, yaitu:
1. Memanfaatkan Leadership yang berasal dari diri sendiri
2. Memanfaatkan Leadership orang lain
3. Faktor keberuntungan (luck and hoki)

Pola pikir non entrepreneur:


 Konsumtif
Pola pikir konsumtif merupakan kebalikan dari pola pikir produktif. Dalam hal ini
pengkonsumsian dan penggunaan barang-barang yang secara berlebihan. Pola pikir ini merupakan
Pola pikir non entrepreneur karena tidak bisa memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk
memperoleh profit.
 Resources Disposal
Pola buang adalah pola desain yang digunakan untuk menangani pembersihan sumberdaya yang
ada pada suatu lingkungan. Jadi pola ini tidak mampu memberikan nilai tambah pada suatu
sumberdaya sehingga potensi yang ada tidak dapat dioptimalkan.

Karakteristik Non-Entrepreneur :
1. Memiliki penghasilan pasti atau teratur, sehingga mudah diatur meskipun gaji kecil
2. Peluang kaya relatif (sangat tergantung kemujuran dan karier)
3. Pekerjaan bersifat rutin
4. Waktu tidak bebas (terikat) pada jadwal atau jam kerja perusahaan
5. Ada kepastian (dapat diprediksi) dalam banyak hal, keuntungan atau kekayaaan dapat
diramalkan/dihitung
6. Bersifat menunggu instruksi/perintah
7. Ketergantungan tinggi
8. Risiko relatif rendah bahkan dapat diramalkan
9. Menjadi bos relatif sulit apalagi bekerja pada perusahaan keluarga
10. Tanggung jawab relative
FORUM 3
Yang Maha Esa tidak diskriminasi, dan peluang untuk berusaha terbuka luas di sekitar kita. Jelaskan
secara komprehensif tentang kesempatan-kesempatan yang menjadikan diri kita sebagai wirausaha,
kemukakan bukti-bukti atau contoh empiris yang ditemui dalam dunia nyata.
Jawaban:
Kesempatan atau peluang yang menjadikan seseorang sebagai wirausaha bersumber dari:
1. Diri Anda Sendiri
Beberapa sumber peluang yang muncul dari diri anda sendiri seperti:
a. Hobi Anda. Dari hobi dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan karena pada saat
anda menjadikan hobi anda menjadi usaha.
anda akan mencurahkan segala kemampuan yang Anda miliki karena Anda menyukai hal
tersebut.
b. Keahlian Anda.
Keahlian yang Anda miliki dapat memberikan sumber inspirasi dan sumber peluang bi
snis yang ingin Anda kembangkan.
c. Peluang dari Pengetahuan dan Latar Belakang Pendidikan.
d. mengapa sumber ini merupakan potensi dalam menemukan peluang,
karena Anda sudah mengetahui, mempelajari dan memahami bidang Anda tekuni.
2. Lingkungan
a. Banyak peluang dan inspirasi yang timbul justru dari lingkungan kita, misalnya:
Usaha orang tua Anda, dalam diskusi setiap harinya orang tuan Anda sering me
nceritakan kesulitan-kesulitas bisnisnya.
b. Lingkungan rumah Anda, seperti pergaulan, tetangga, teman main, dan lain lain
c. Kebiasaan Anda dalam rangka menuju ke kampus, perjalanan, lingkungan sekolah, teman
sekolah dan lain-lain
d. Saat anda berkunjung ke café, atau dimananpun anda berada. Semua hal diatas dapat
memberikan inspirasi, ide, dan gagasan yang luar biasa.
3.Perubahan yang Terjadi
Peluang besar yang sering muncul menjadi sebuah bisnis adalah perubahan yang terjadi
dilingkungan Anda, contohnya:
a. Perubahan global: Misalnya perubahan kurs mata uang Rupiah terhadap mata
uang Dollar Amerika (US$) mengakibatkan banyak barang impor mengalami kenaikan
arga sementara barang lokal mengalami penurunan harga jual. Hal ini membukan
peluang bagi para produsen lokal untuk memperkenalkan produknya kemasyarakat.
b. Perubahan lingkungan: Misalnya, pembangunan perumahan yang baru di sekitar komp
lek Anda mengakibatkan perubahan jumlah penduduk. Sehingga peluang yang mungki
n akan timbul adalah bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk seperti: lau
ndry atau jasa pencucian baju, mini market, transportasi dll
c. Perubahan tingkat pertumbuhan pemilik kendaraan akan memunculkan peluang penjua
lan sparepart, asuransi, asesoris bengkel dll.

4.Konsumen atau Gagasan dari orang lain


Suara konsumen itu penting karena sering menciptakan gagasan baru dan peluang
bagi yang akan mendirikan usaha baru. Masukan-
masukan dari konsumen yang dapat memberikan inspirasi peluang baru seperti: keluhan-
keluhan dari konsumen, saran-saran dari konsumen, permintaan khusus dari konsumen dan calon
konsumen dan angan-angan yang diimpikan oleh konsumen tentang produk atau jasa tertentu
5. Informasi yang Diperoleh
Dalam perjumpaan dengan orang lain terkadang kita mendapatkan informasi baru.
Bagi orang yang mendengarnya, informasi baru itu bisa berguna untuk dijadikan sebagai
peluang bisnis karena informasi tersebut memiliki hubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dia miliki. Contohnya: Informasi tentang kebutuhan produk tertentu dan
Anda tau dimana produk itu ada atau diproduksi.

Bukti-bukti atau contoh empiris seseorang yang memanfaatkan kesempatan menjadi peluang
usaha.
1. Hendy Setiono – Baba Rafi
Kebab Baba Rafi didirikan sejak tahun 2007 dan berpusat di Jakarta, dengan jumlah outlet yang
semula hanya 2 kini telah berkembang mencapai 1.200 outlet di seluruh dunia. Hendy Setiono
memperoleh ide kuliner ala timur tengah ini saat tengah berkunjung ke Qatar. Dia melihat
banyaknya kedai kebab disana, dan berpikir bahwa kuliner tersebut memiliki potensi besar untuk
berkembang di Indonesia. Untuk merealisasikannya, dia bekerja sama dengan Hasan Baraja
untuk mengembangkan usaha kuliner itu dengan modal awal sebesar Rp4.000.000. Setelah
berjalan selama 14 tahun, kini Baba Rafi sudah mengembangkan sayapnya hingga ke luar negeri,
seperti Malaysia, Filipina, China, dan Sri Lanka.

2. Johnny Andrean – Johnny Andrean Salon, J.CO, Bread Talk


Bisnis awal Johnny Andrean adalah salon. Salon itu dibuat pertama kali pada tahun 1980-an di
bagian ujung Jakarta Utara. Usaha salon dipilihnya karena bekal skill yang diajarkan oleh ibunya.
Setelah Johnny Andrean Salon sukses berjalan, beliau membuka franchise di bidang kuliner
yaitu BreadTalk. Perusahaan roti asal Singapura tersebut dipilihnya karena rasa dan peminat yang
tinggi. Belajar dari bisnis waralaba BreadTalk, Johnny Andrean merasa ingin mengembangkan
bisnis sendiri di bidang kuliner. Namun, berbeda dengan BreadTalk yang dibeli dari perusahaan
lain, J.CO Donuts & Coffee benar-benar asli rintisannya. Setelah melakukan berbagai riset dan
keilmuannya di bidang membuat roti yang diperoleh sebelum membuka gerai BreadTalk, Johnny
Andrean akhirnya memutuskan untuk membuka J.CO Donuts & Coffee dengan gerai pertama
pada tahun 2005.

KUIS 3
Sebetulnya peluang untuk menjadi wirausaha atau pengusaha itu terbuka luas, namun fakta
menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih belum mencapai standar nasional yang
ditargetkan yaitu lebih dari 2 %, jauh di bawah beberapa Negara tetangga misalnya Malaysia dan
Singapura. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mendorong agar masyarakat atau penduduk
Indonesia jauh lebih banyak lagi yang dapat memanfaatkan peluang untuk menjadi pengusaha
tersebut.

Faktor Faktor yang dapat mendorong agar masyarakat dapat memanfaatkan pleuang untuk
menjadi pengusaha
Perilaku kewirausahaan menurut Kuncara (2008:1) dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
· faktor internal, yaitu kecakapan pribadi yang menyangkut soal bagaimanakita mengelola
diri sendiri. Kecakapan pribadi seseorang terdiri atas 3 unsur terpenting, yaitu: (1) Kesadaran diri.
Ini menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan efeknya, mengetahui kekuatan dan
batas-batas diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri atau percaya diri.
(2) Pengaturan diri. Ini menyangkut kemampuan mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan
yang merusak, memelihara norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi,
keluwesan dalam menghadapi perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap gagasan,
pendekatan dan informasi-informasi baru. (3) Motivasi. Ini menyangkut dorongan prestasi untuk
menjadi lebih baik, komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme dalam
menghadapi halangan dan kegagalan.
· Faktor eksternal, yaitu kecakapan sosial yang menyangkut soal bagaimana kita menangani
suatu hubungan. kecakapan sosial seseorang terdiri atas 2 unsur terpenting, yaitu: (1) Empati. Ini
menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain, perspektif orang lain, dan berminat
terhadap kepentingan orang lain. Juga kemampuan mengantisipasi, mengenali, dan berusaha
memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengatasi keragaman dalam membina pergaulan,
mengembangkan orang lain, dan kemampuan membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan
hubungannya dengan kekuasaan, juga tercakup didalamnya. (2) Keterampilan sosial. Termasuk
dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk meyakinkan orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas
dan meyakinkan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok, memulai dan mengelola
perubahan, bernegosiasi dan mengatasi silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan
menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.faktor eksternalnya
adalah lingkungan (environment).

Dalam “Entrepreneur`s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994:8)[9],


dikemukakan beberapa faktor yang mendorong timbulya kemauan seseorang untuk berwirausaha:
1. Fakor ekonomi/ keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya, mencari
pendapatan tambahan, dan sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Faktor sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/ status, untuk menjadi terkenal dan dihormati,
menjadi contoh bagi warga desa, dan agar dapat bertemu dengan orang banyak.
3. Faktor pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar
masyarakat, membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk
mendapatkan kesetiaan suami/ isteri, dan untuk membahagiakan orang tua.
4. Faktor kebutuhan diri, yaitu untuk menjadi sesuai keinginan (misal atasan), menghindari
ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif, dan menggunakan kemampuan pribadi.

Menurut Zimmerer, and Scarborough, 1998, dalam sebuah komunitas tumbuhnya para wirausaha-
wan dipicu oleh beberapa faktor yakni:
1. Faktor ekonomi dan kependudukan.
Seiring dengan perbaikan di bidang ekonomi, sebagian masyarakat dewasa ini memiliki
kecenderungan untuk lebih mandiri dalam berusaha dan hal tersebut disambut positif oleh
masyarakat sehingga lebih menggerakkan wirausahawan dalam memproduksi barang ataupun
jasa. Setiap orang memiliki kesempatan untuk berusaha yang sama untuk berhasil dan sukses
melalui cara memiliki usaha sendiri. Dan dalam hal ini tidak ada batasan ras, jenis kelamin, usia
ataupun status sosial, dan dalam hal tersebut kewirausahaan menyediakan tempat yang jauh lebih
luas dibandingkan jika seseorang menjadi seorang karyawan atau pegawai.
2. Faktor Pergeseran perekonomian ke bidang jasa.
Pertumbuhan di bidang ekonomi pada saat ini mulai mengalami pergeseran. Jika sebelumnya
perkembangan pesat terjadi pada bidang produksi yang mengakibatkan kecenderungan naiknya
jumlah barang yang ada di pasar. Sebagai kelanjutannya kondisi tersebut akan memicu munculnya
usaha memasarkan barang tersebut ke konsumen, sehingga memiliki kecenderungan
meningkatnya usaha jasa pemasaran barang.
3. Faktor Pendidikan kewirausahaan.
Jika pada era sebelumnya ada semacam anggapan bahwa yang bisa menjadi pengusaha adalah
generasi penerus dari para pemilik usaha atau mitos ” entrepreneurs are born, not made” pada saat
ini sudah banyak yang membuktikan bahwa hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Bahwa
kewirausahaan merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan di¬praktikan tanpa wirausaha tersebut
harus berasal dari keturunan seorang wirausaha. Munculnya berbagai institusi pendidikan yang
ber¬fokus atau berkonsentrasi pada ilmu kewirausahaan, beragam media dan cara yang tersedia
yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana mempelajari dunia wirausaha seperti buku, beragam
seminar dsb merupakan bukti minat masyarakat terhadap kewirausahaan.
4. Faktor Kebanggan sebagai Wirausahawan.
Dalam diri seseorang secara alamiah sudah memiliki rasa tanggung jawab. Baik itu merupakan
tanggung jawab pada sendiri, keluarga dan masyarakat, pada umumnya hal tersebut akan terdorong
untuk melakukan peningkatan nilai kehidupan. Desakan dan kemampuan dalam diri wirausaha
untuk mampu menghidupi diri sendiri, keluarga, karyawan dan peran aktif di dalam masyarakat
akan memunculkan kebanggaan dalam di ri wirausaha. Keinginan untuk menjadi pionir dalam
bidang tertentu akan mendorong munculnya wirausaha.
5. Faktor Kemajuan teknologi, peluang internasional dan gaya hidup bebas
Menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari yang telah ada merupakan salah satu keahlian
seorang wirausahawan. Create new and different, kreativitas dan keinovasian sebagai landasan
kewirausahaan akan muncul apabila seorang memiliki kebebasan dalam berpikir dan bertindak.
Peluang internasional didukung oleh kemajuan teknologi akan memunculkan peluang untuk
menciptakan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas (internasional).
Dibukanya peluang internasional akan memunculkan transfer manusia, teknologi, barang dan jasa
yang memungkinkan wirausaha menciptakan barang dan jasa ke pasar yang berbeda.

Menurut Timmons (2008:41), dasar fundamental dari proses kewirausahaan sering dijumpai pada
pola kesuksesan ventura. Selain variasi bisnis, wirausahawan, faktor geografi, dan teknologi,
faktor pendukung utama juga mendominasi proses kewirausahaan yang dinamis. Sehubungan
dengan itu, Timmons mengemukakan lima faktor pendorong proses kewirausahaan sebagai
berikut:
1. digerakkan oleh semangat meraih peluang bisnis.
2. digerakkan oleh wirausahawan terkemuka dan tim kewirausahaannya.
3. hemat dan kreatif dalam menggunakan sumber daya.
4. sadar akan perlunya kesesuaian dan keseimbangan.
5. terintegrasi dan holistik.

Keputusan seseorang menjadi pengusaha bisa didorong oleh beberapa kondisi dan motivasi.
Kondisi tersebut yaitu:
 Confidence Modalities
Yaitu lahir atau dibesarkan di keluarga dengan tradisi usaha. Dalam lingkungan ini seseorang akan
belajar dan mendapat rangsangan sosial sejak kecil sehingga mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Hal ini akan menjadikan seseorang mempunyai sikap dan perilaku sebagai
pengusaha. Dia dapat membuka usaha baru atau meneruskan usaha keluarganya.
Mc Clelland melakukan penelitian pada tahun 1961 di Amerika Serikat dan hasil penilitian
menjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya (diambil secara acak)
berasal dari keluarga pengusaha. Sedangkan pada tahun 1989, Sulasmi melakukan penelitian
terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung yang menunjukkan 55% pengusaha tersebut
memiliki keluarga pengusaha.
 Tension Modalities
Yaitu kondisi yang menekan atau menyudutkan seseorang sehingga tidak ada lagi pilihan selain
menjadi pengusaha. Menurut Jaya Setiabudi dalam bukunya The Power Kepepet, tekanan-tekanan
tersebut antara lain:
1. Marginal –man status, yaitu kondisi dimana seseorang memilki status tidak jelas dalam
masyarakat. Status ini bisa berupa status sosial atau status ekonomi. Hal ini mengakibatkan
seseorang menjadi pengusaha karena merupakan satu-satunya pilihan agar bisa hidup
secara layak.
2. Traditional status, yaitu kondisi jatuhnya kelompok elit (pengusaha, pejabat). Agar
memperoleh statusnya kembali dalam masyarakat, maka mereka terjun menjadi pengusaha
karena kelompok ini tidak mau bekerja dengan profesi yang bersifat “diperintah”.
3. Skilled Technician Status, yaitu kondisi dimana keterampilan yang dimiliki seseorang
menjadi pendorong untuk memilih profesi sebagai pengusaha. Contohnya jika seseorang
yang bekerja di industri tekstil sebagai penjahit, maka kemungkinan akan membuka usaha
sendiri sebagai penjahit.
 Emotion Modalities
Yaitu seseorang yang mempersiapkan diri menjadi pengusaha. Dia tidak berasal dari keluarga
pengusaha dan juga memiliki banyak pilihan dalam bekerja selain menjadi pengusaha. Faktor-
faktor yang mendorong kondisi ini adalah:
1. Modal sukses yaitu seseorang yang melihat orang lain (sebagai idola) yang berhasil dengan
memilih profesi sebagai pengusaha.
2. Kultur yaitu kondisi lingkungan tempat dia tinggal menjunjung tinggi budaya menjalani
profesi sebagai pengusaha
3. Ideologi yaitu kondisi dimana agama memberikan pengaruh terhadap seseorang sehingga
menanamkan sikap dan kepribadian bahwa profesi pengusaha adalah profesi yang sangat
mulia.
Dari faktor dan kondisi diatas, salah satu upaya yang dapat menaikkan jumalh wirausaha adalah
dengan membantu fasilitasi terkait dengan mambagi ilmu keterampilan, pengalaman, dan
motivasi. jika ketiga hal ini tumbuh di lingkungan masyarakat, maka setiap orang akan mencoba
untuk melakukan atau memulai wirausaha di semua bidang. Hal tersebut diatas, yang dapat
mendorong masyarakat di Indonesia untuk tumbuh menjadi wirausaha yang akhirnya diharapkan
dengan semakin banyak masyarakat yang menjadi wirausaha maka akan menaikkan jumlah
pengusaha dari rencana target nasional.
Forum 4
Resiko dan “return” dalam berbagai kegiatan, umumnya berbanding lurus. Dengan kata lain, untuk
mendapatkan “return” yang lebih tinggi biasanya harus menghadapi resiko yang lebih tinggi pula.
Langkah-langkah apa yang musti dilakukan dalam suatu kegiatan bisnis agar dapat memperoleh “return”
yang lebih tinggi namun dengan resiko yang relatif kecil atau rendah.
Jawaban
Resiko dan “return” dalam berbagai kegiatan, umumnya berbanding lurus. Dengan kata lain, untuk
mendapatkan “return” yang lebih tinggi biasanya harus menghadapi resiko yang lebih tinggi pula.
Langkah-langkah apa yang musti dilakukan dalam suatu kegiatan bisnis agar dapat memperoleh
“return” yang lebih tinggi namun dengan resiko yang relatif kecil atau rendah.
Jawab:
Seorang wirausaha harus mau dan mampu mengambil resiko yang telah diperhitungkan
dengan matang dan selanjutnya resiko-resiko usaha dapat diatasi dan diperkecil dengan adanya:
1. Keahlian dalam mengambil resiko.
2. Resiko yang diketahui sebelumnya
3. Resiko pertengahan Usaha
4. Inisiatif dan inovatif
5. Resiko usaha yang diasuransikan
6. Kerja prestatif dan antusiasme.

Adapun kemampuan di dalam memperkecil suatu resiko usaha di tentukan oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Keyakinan pada diri sendiri untuk sukses
2. Kemampuan menghadapi situasi resiko menurut tujuan usaha atau bisnis
3. Kemampuan untuk menilai resiko secara realistis
4. Kesediaan untuk mengubah keadaan demi keuntungan usaha atau bisnis.

Resiko harus dikelola, jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima
bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara yaitu
sebagai berikut:
1. Penghindaran. Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah menghindar. Tetapi
cara semacam ini barangkali tidak optimal. Sebagai contoh, jika kita ingin memperoleh
keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut.
Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.
2. Ditahan (Retention). Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri
resiko tersebut (menahan risiko tersebut, atau risk retention).
3. Diversifikasi. Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh: misal saham A, saham B, obligasi
C, properti, dan sebagainya. Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa
dikompensasi oleh keuntungan dari aset lainnya.
4. Transfer Resiko. Jika kita tidak ingin menanggung resiko tertentu, kita bisa mentransfer resiko
tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi resiko tersebut. Sebagai contoh, kita bisa
membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung
kerugian dari kecelakaan tersebut.
5. Pengendalian Resiko. Pengendalian resiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya resiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, untuk
mencegah terjadinya kebakaran, kita memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm tersebut
merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
6. Pendanaan Resiko. Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang
terjadi jika suatu resiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung
kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan?
KUIS 4

Pengertian Resiko Bisnis


Resiko Bisnis adalah suatu bahaya, atau akibat yang kemungkinan dapat terjadi pada keadaan
sebuah bisnis yang sedang berlangsung maupun situasi bisnis yang akan datang. Sifat dari resiko
bisnis itu sendiri adalah tidak pasti dan sebagian besar menimbulkan kerugian. Resiko bisnis
merupakan situasi yang tidak dikehendaki oleh para pelaku bisnis, namun resiko bisnis sendiri
selalu tidak bisa dihindarkan. Resiko bisnis biasanya muncul karena faktor pelaku bisnis itu sendiri
dan dapat muncul karena kegiatan dan keputusan yang diambil dalam kegiatan rutinitas sehari-
hari. Resiko dapat bersifat pasti maupun tidak pasti, tergantung dari bisnis yang dijalankan dan
bagaimana cara menjalankan bisnis tersebut.
Berdasarkan definisi menurut Abbas Salim, ada 3 faktor yang mempengaruhi ketidakpastian yang
nantinya akan menyebabkan resiko kerugian. Ketidakpastian tersebut dapat disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Ketidakpastian ekonomi (economoc uncertainly caused)
2. Ketidakpastian yang disebabkan oleh alam (nature uncertainly caused)
3. Ketidakpastian yang disebabkan oleh perilaku manusia (human uncertainly caused)
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, masih terdapat banyak faktor resiko bisnis. Faktor
yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya resiko bisnis antara lain adalah
dikarenakan oleh faktor perubahan lingkungan, sosial dan ekonomi, gaya hidup yang meliputi tren
pasar atau perkembangan, kemajuan teknologi, dan budaya. Selain itu dari faktor individu atau
sumber daya manusia, masih terdapat kesalahan strategi dan pemasaran (marketing), pengambilan
keputusan yang tidak tepat, persiapan yang kurang matang, manajemen serta sistem yang kurang
baik dan kurang bertanggung jawab. Faktor resiko bisnis juga dapat menyebabkan kegagalan
bisnis jika berkaitan dengan akibat perencanaan yang kurang matang terkait modal bisnis, bakat
dan keterampilan yang tidak sesuai atau dipaksakan (tidak cocok dengan passion), kurang
berpengalaman atau masih dalam tahap coba-coba, tidak memahami bagaimana cara memasarkan
produk yang baik dan benar, serta tidak yakin dan tidak bersemangat dalam berbisnis, maka dari
itu tidak akan memiliki etos kerja yang tinggi.
Kategori Resiko Bisnis
Berdasarkan kerugian yang dapat diakibatkan, Resiko Bisnis dikategorikan menjadi Resiko
Spekulatif dan Resiko Murni (Pure Risk)
A. Resiko Spekulatif
Resiko spekulatif adalah resiko yang memiliki kemungkinan terjadinya dua peluang. Peluang
terjadinya kerugian dan peluang terjadinya keuntungan. Contoh dari resiko spekulatif adalah:
pembelian saham di bursa efek. Pembelian saham di bursa efek memiliki resiko spekulatif, karena
akan ada dua peluang kemungkinan yang terjadi. Peluang pertama adalah peluang keuntungan,
keuntungan yang akan didapat oleh pemegang saham dikarenakan telah mendapatkan pembagian
keuntungan dari perusahaan yang menerbitkan saham tersebut(dividen). Dan peluang kedua adalah
peluang kerugian, kerugian yang akan didapat oleh pemegang saham, dikarenakan perusahaan
yang menerbitkan saham yang Anda beli telah mengalami kerugian yang besar, sehingga
perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.
B. Resiko Murni
Resiko murni adalah resiko yang bilamana terjadi, pasti akan memberikan kerugian. Namun
apabila resiko ini tidak terjadi, juga tidak akan menimbulkan kerugian ataupun suatu keuntungan.
Ada dua macam akibat yang muncul dari terjadinya resiko ini, terjadinya kebangkrutan yang
disebabkan oleh kerugian atau terjadinya break event. Macam-macam contoh dari resiko murni
adalah seperti : pencurian, bencana alam, kebakaran atau kecelakaan. Contoh lain dari resiko murni
adalah: terjadinya suatu resiko murni pada sebuah rumah makan yang diakibatkan dari kebakaran,
rumah makan tersebut dapat dipastikan mengalami banyak kerugian, dikarenakan seluruh asetnya
telah habis terbakar. Hanya akan ada dua macam akibat yang terjadi dari kebakaran tersebut.
Akibat yang pertama adalah tutupnya rumah makan tersebut karena seluruh asetnya telah habis
karena hangus terbakar atau ditutupnya sementara rumah makan tersebut dikarenakan
pembangunan ulang dari rumah makan itu.

Berdasarkan kontrol, Resiko Bisnis dapat dikategorikan menjadi berikut:


A. Resiko yang dapat dikendalikan
Suatu perusahaan mengeluarkan sebuah produk baru untuk siap dipasarkan. Setelah berbulan-
bulan produk tersebut berada dipasaran, perusahaan tak kunjung memperoleh keuntungan atau
pengembalian atas modal dari produk tersebut. Sudah dapat dibayangkan resiko yang muncul dari
kejadiaan tersebut, pasti adalah sebuah kerugian yang cukup besar. Tetapi, resiko dari kejadian
tersebut masih dapat diatasi dan dikendalikan sebelum kerugian yang didapat oleh perusahaan
semakin membengkak. Perusahaan dapat mencari tau apa yang menjadi penyebab produk tersebut
tidak laku dipasaran, kemudian perusahaan dapat merevisi produk tersebut, atau jika kemungkinan
untuk merevisi tidak dapat dilakukan, kemungkinan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah
berhenti untuk memasarkan produk tersebut dan mengganti produk tersebut dengan produk yang
baru.
B. Resiko yang tidak dapat dikendalikan
Kebakaran, penipuan atau bencana alam adalah kejadian-kejadian yang tentu tidak ada seorangpun
dari kita yang menginginkan hal tersebut untuk terjadi. kejadian-kejadian tersebut merupakan
kejadian yang tidak dapat diprediksi dan diduga sebelumnya, serta resiko dari terjadinya kejadian
tersebut merupakan resiko-resiko yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. sehingga resiko ini
sangat jauh berbeda dengan resiko yang dapat dikendalikan, yang masih memiliki solusi untuk
mengatasi resiko tersebut.

Jenis Resiko Bisnis menurut Para Ahli


Telah banyak tokoh-tokoh terkemuka yang membahas mengenai resiko bisnis, tidak jarang pula
yang telah menyebutkan mengenai apa saja jenis-jenis resiko Bisnis tersebut. Berikut akan dibahas
satu per satu mengenai jenis-jenis resiko bisnis. Jenis-jenis resiko Bisnis tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Resiko Produksi
Ketika Anda memiliki jenis bisnis tertentu, misalnya saja di bidang industri clothing atau fashion
yang memproduksi baju, untuk menghasilkan jumlah produk yang banyak untuk memenuhi
permintaan pasar, maka perusahaan haruslah memiliki otomatisasi pengerjaan untuk menghasilkan
produk yang lebih banyak. Namun dikarenakan prosesnya yang otomatisasi dan menggunakan
mesin, biasanya dalam prosesnya sering menjadi tidak teliti. Sehingga produk yang dihasilkan
tidak dapat diteliti satu-persatu sebelum dijual kepada konsumen. Dampaknya adalah ketika telah
sampai di tangan konsumen dan kebetulan barang atau produk tersebut ada yang cacat, maka akan
merugikan perusahaan. Karena satu complaindari pelanggan dapat berakibat fatal bagi perusahaan
jika satu pelanggan tersebut membicarakannya kepada calon pembeli yang lain. Maka dari itu akan
menimbulkan resiko bisnis. Selain faktor non-human dalam proses produksi, faktor SDM nya juga
berpengaruh. Misal untuk tanggung jawab, etos kerja, ketelitian, ketekunan, dan lain sebagainya.
2. Resiko Pemasaran
Resiko pemasaran berkaitan erat dengan proses marketing dan pemasaran produk. Yang perlu
Anda kuasai adalah bagaimana teknik memasarkan produk dengan efektif agar produk yang Anda
hasilkan dapat diterima dengan baik oleh pembeli. Masalah yang sering dihadapi adalah kita sering
kesulitan untuk mengusai teknik marketing yang baik. Cara yang dapat dilakukan antara lain
adalah lebuh sering mengikuti smeinar atau workshop mengenai teknik-teknik marketing, sering
membaca buku, serta belajar langsung dari mentor atau seseorang yang telah sukses. Intinya adalah
Anda harus lebih memperluas ilmu pengetahuan dan wawasan.
3. Resiko Sumber Daya Manusia
Seringkali ketika memiliki bisnis yang telah berkembang dengan baik, Anda memerlukan bantuan
untuk menjalankan usaha tersebut. Hal yang selalu dilakukan adalah merekrut karyawan atau
pegawai. Namun seringkali masalah yang kerap terjadi adalah masalah dengan sumber daya
manusia itu sendiri. Misalnya sifat pekerja yang kurang baik sehingga menimbulkan dampak
negatif bagi perusahaan. Yaitu misalnya sifat dan sikap seperti malas bekerja, kurang bertanggung
jawab, tidak jujur, dan lain sebagainya. Pada intinya hal-hal tersebut akan merugikan perusahaan.
Hal yang dapat dilakukan adalah lebih cermatd an teliti dalam menerima karyawan. Anda dapat
menerapkan misalnya beberapa test seperti test psikologi, wawancara, dan persyaratan lain yang
dilakukan terlebih dahulu sebelum menerima karyawan tersebut untuk bekerja di perusahaan
Anda.
4. Resiko Finansial
Memiliki usaha dan bisnis berarti siap dengan resiko ketidakpastian income atau pendapatan
usaha. Tidak selamanya perusahaan akan memiliki keuntungan dalam jumlah besar. Perlu
diketahui bahwa resiko kerugian juga amatlah besar. Yang perlu Anda lakukan adalah
mempersiapkan diri dengan lebih baik bila kendala tersebut muncul. Kemudian Anda harus
menyiapkan langkah penyelesaiannya agar Anda tidak terus mengalami kerugian yang signifikan
dan yang akan berakibat buruk bagi perusahaan.
5. Resiko Lingkungan
Tidak jarang resiko lingkungan juga muncul bagi usaha Anda. Misalnya Anda memiliki jenis
usaha perusahaan yang bergerak di bidang makanan, maka Anda harus memikirkan limbah pabrik
yang dihasilkan dari perusahaan Anda. Buatlah sebisa mungkin agar lebih ramah lingkungan dan
tidak merugikan lingkungan sekitar. Contoh yang lain adalah usaha bengkel mobil atau motor.
Kerugian yang sering dialami misalnya adalah tentang polusi suara yang dihasilkan. Anda harus
dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan, misalnya dengan dengan mengusahakan
membangun usaha bengkel tersebut tidak dekat pemukiman padat penduduk, dan alternatif upaya
pencegahan lainnya.
6. Resiko Teknologi
Resiko yang sering muncul lainnya adalah mengenai resiko teknologi yang sering digunakan.
Usaha yang dijalankan biasanya selain dibantu dengan tenaga karyawan, namun juga
menggunakan bantuan mesin atau teknologi. Masalah yang sering muncul adalah waktu
pemakaian alat yang harus selalu dipantau. Jika pemakaian alat terlalu lama dan tidak
dilakukan service secara berkala, maka kemungkinan alat akan rusak dan tidak dapat
dipergunakan. Hal ini merupakan kerugian bagi perusahaan Anda, maka dari itu perawatan alat,
mesin dan teknologi benar-benar harus diperhatikan.
7. Resiko Permintaan Pasar
Kesuksesan tidak lantas membuat usaha Anda memiliki jaminan akan berhasil dalam jangka waktu
yang lama. Anda harus memperhatikan kebutuhan pasar untuk tahun-tahun kedepan. Mungkin
pada saat ini permintaan pasar pada prosuk yang Anda hasilkan cukup besar, namun apakah ada
jaminan bahwa 5 atau 10 tahun ke depan pasar masih menginginkan produk Anda? Maka dari itu
Anda harus selalu memikirkan inovasi-inovasi produk yang dapat dilakukan dan melihat peluang
apa yang harus Anda pertimbangkan untuk jenis usaha berikutnya.
8. Resiko Perbaikan
Jika Anda ingin melakukan perubahan atau perbaikan bagi bisnis Anda, maka sebaiknya lebih
berhati-hati. Anda harus melihat banyak faktor-faktor seperti kebutuhan pasar, inovasi prosuk
apakah yang akan dilakukan, dan lain sebagainya. Karena bukan tidak mungkin perbaikan yang
ingin Anda lakukan bisa berakibat buruk dan negatif bagi perusahaan Anda. Dengan kata lain
perbaikan tersebut tidak atau kurang sesuai dengan harapan Anda. Maka dari itu, Anda harus
memastikan terlebih dahulu jenis dan prospek ke depan atas perbaikan yang ingin Anda lakukan,
naik terkait sumber daya alam, teknologi, market pasar, dan lain sebagainya.
9. Resiko Kerjasama
Memiliki partner dalam berbisnis tidak selalu bermanfaat baik bagi usaha Anda. Anda harus
memilih partner bisnis Anda secara tepat dan hati-hati. Mulailah dengan tidak langsung
mempercayai orang yang Anda kenal kemudian Anda jadikan mitra bisnis Anda. Anda harus
mengenal terlebih dahulu orang tersebut dengan lebih baik. Hal ini diperlukan agar dikemudian
hari Anda terhindar dari resiko penipuan, dan partner yang kurang baik sehingga berdampak
merugikan perusahaan Anda.
10. Resiko Peraturan Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya kita menaati peraturan dan hukum yang
berlaku. Terkait dengan usaha yang dijalankan, kita juga harus mempertimbangkan usaha kita
tersebut aman. Pemerintah biasanya selalu memberikan peraturan yang mana peraturan tersebut
harus kita lakukan sebagai seorang pelaku bisnis. Pastikan jenis usaha yang Anda jalankan tidak
melanggar peraturan pemerintah sehingga Anda akan mendapatkan jaminan usaha yang baik.
11. Resiko Pengembangan Asset
Ketika telah mencapai kesuksesan awal, pastilah terdapat keinginan untuk scale up. Namun Anda
harus berhati-hati untuk mempertimbangkan jenis pengembangan apa yang akan Anda dan
perusahaan Anda lakukan. Terutama Anda harus berhati-hati jika ingin mengembangkan asset
Anda. Usahakan untuk melihat, memperkirakan, serta menghitung kembali resiko apa saja yang
kemungkinan akan muncul. Sehingga jika Anda telah mengetahui hal tersebut dari awal, Anda
dapat menyipakan langkah yang tepat untuk mengatasinya.

Manajemen Resiko
Untuk dapat mengatasi resiko usaha perlu adanya sebuah strategi yang tertata dengan baik. Ilmu
Risk management atau Manajemen Resiko Usaha sudah pasti harus Anda baca sebagai kalangan
para entrepreneur. Jika Anda berani menghadapi resiko tentunya harus punya persiapan matang
sebelumnya. Berikut adalah 4 langkah mudah memanage resiko usaha:
1. Identifikasi Resiko
Dari berbagai jenis resiko usaha yang telah dipaparan sebelumnya, Anda dapat mencoba
identifikasi kira-kira dari jenis resiko tersebut yang dapat muncul dalam usaha Anda adalah yang
mana. Terkadang proses ini terlalu menjemukan karena ternyata resiko yang Anda bayangkan
sebelumnya dapat muncul lebih banyak. Namun ketika resiko ini lebih sedikit dampaknya daripada
keuntungan tentunya Anda tidak akan sia-sia berusaha untuk mengatasi resiko ini. Inti dari proses
ini adalah dibuatnya sebuah daftar dari setiap resiko yang dapat terjadi pada usaha Anda.
2. Ranking Berdasar Kerugian
Setelah memiliki daftar tentang berbagai resiko usaha, saatnya Anda menganalisa dan
mengurutkannya berdasarkan dampak terburuk. Anda harus fokus pada resiko yang paling besar
akibatnya dan paling sering dialami terutama terhadap jenis usaha Anda yang serupa. Cari apa saja
dampaknya terhadap Anda, terhadap karyawan, terhadap kelangsungan perusahaan dan bahkan
terhadap lingkungan.
3. Control Resiko
Daftar dengan berbagai resiko ini tidak akan berarti jika tidak ada rencana aksi yang dapat
dilakukan untuk penganggulangannya. Dalam menyikapi resiko usaha terdapat 5 bentuk sikap:
a. Risk Avoidance (Menghindari Resiko).
Sikap berikut sering kali tidak efektif karena dengan menghindari resiko ini berarti Anda tidak
berani mengambil kesempatan untuk berusaha dan mengatasi resiko, Anda bahkan tidak belajar
akan apapun. Tindakan ini berarti Anda tidak melakukan tindakan yang dapat menyebabkan resiko
tersebut terjadi, termasuk tidak jadi melakukan suatu strategi usaha yang telah disusun.
b. Risk Reduction (Mengurangi Resiko).
Hal ini berarti mencari sebuah tindakan untuk mengurangi kerugian dari sebuah resiko yang dapat
terjadi. Kemungkinan resiko terjadi tetap ada namun dampaknya sebisa mungkin diminimalisir.
Misalnya, sistem alarm pendeteksi kebakaran, kebakaran tetap dapat terjadi namun resiko kerugian
dapat dikurangi dengan sistem ini.
c. Risk Transfer (Memindahkan Resiko).
Selain menghindari dan mengurangi resiko, kita juga bisa mengalihkan resiko. Kita bisa
mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain dengan membayar jasa tersebut. Contoh jika Anda
memiliki perusahaan barang pecah belah dan harus mengirimkannya ke tempat yang cukup jauh
dan jalan yang kurang memadai, daripada Anda sendiri atau karyawan sendiri yang mengantar
lebih baik Anda memilih membayar jasa pengantar yang memiliki asuransi barang pecah belah.
Tentu resikonya akan Anda pindahkan ke pihak pengantar ini.
d. Risk Retention (Menerima Resiko).
Menerima artinya Anda hanya bisa merelakan kerugian tersebut terjadi. Sikap ini tentunya diambil
jika tidak ada cara lain untuk menghadapinya. Contohnya jika Anda salah menghitung uang atau
salah mengirim barang tentunya kerugian mau tidak mau harus Anda terima. Perlu diingat pula
jika dampak kerugiannya terlalu besar maka lebih baik menghindari daripada menerimanya.
4. Monitoring dan Review
Setelah Anda berhasil mengidentifikasi Resiko dan memilih strategi yang dapat diterapkan untuk
setiap resiko, saatnya Anda untuk selalu waspada akan segala isu yang ada. Sebuah Isu adalah
sebuah gejala dari datangnya sebuah resiko atau bahkan krisis yang akan melanda. Sebuah isu
tentu tidak selalu memiliki gejala tapi setidaknya setelah mengenal jenis-jenis resiko usaha ini
maka Anda akan tahu dimana fokus Anda akan tertuju jika resiko tersebut terjadi. Jika sebuah isu
tersebut telah menjadi resiko yang sebenarnya dan mendatangkan krisis saatnya Anda meresolusi
atau mengevaluasi apakah tindakan Anda terhadap resiko tersebut berhasil sesuai yang Anda
rencanakan atau tidak. Setidaknya setelah Anda berhasil mendapatkan hasil review ini akan Anda
jadikan bahan pembelajaran untuk dapat lebih baik jika menghadapi resiko ini kembali.

Langkah Langkah Praktis dalam melakukan manajemen resiko


1. Risk Identification
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kemungkinan risiko yang dapat terjadi
pada organisasi atau perusahaan. Ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang akan dihadapi oleh
organisasi atau perusahaan tersebut dalam berbagai aspek seperti sosial, hukum, ekonomi,
produk/jasa, pasar, dan teknologi yang ada. Risiko dari setiap aspek akan diklasifikasikan menurut
kategorinya masing – masing agar mempermudah proses selanjutnya.
2. Risk Assessment
Setelah risiko telah diidentifikasi pada perusahaan atau organisasi tersebut, selanjutnya akan
dinilai potensi keparahan kerugian dan kemungkinan terjadinya. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan individu disetiap bidangnya untuk memberikan penilaian terhadap risiko – risiko yang
telah diidentifikasi. Tujuannya adalah agar setiap risiko berada pada prioritas yang tepat.
3. Risk Response
Proses ini dilakukan untuk memilih dan menerapkan langkah – langkah pengelolaan risiko.
Tantangan bagi manajer risiko adalah untuk menentukan portofolio yang tepat untuk membentuk
sebuah strategi yang terintegrasi sehingga risiko dapat dihadapi dengan baik. Tanggapan risiko
umumnya terbagi dalam kategori seperti berikut:
1. Risk Avoidance, Mengambil tindakan untuk menghentikan kegiatan yang dapat
menyebabkan risiko terjadi
2. Risk Reduction, Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan atau dampak atau
keduanya, biasanya melalui pengandalian di bagian internal perusahaan/organisasi
3. Risk Sharing or Transfer, Mengambil tindakan untuk mentransfer beberapa risiko melalui
asuransi, outsourcing atau hedging.
4. Risk Acceptence, Tidak mengambil tindakan apapun untuk menganggulangi risiko,
melainkan menerima risiko tersebut terjadi.
5. Create a Risk Management Plan
Membuat penanggulangan risiko yang tepat untuk setiap masing – masing kategori risiko. Mitigasi
perlu mendapat persetujuan oleh level manajemen yang sesuai, berikut adalah contoh tabel
manajemen risiko:
5. Implementation
Melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan untuk mengurangi atau menanggulangi
pengaruh dari setiap risiko yang ada.
6. Evaluate and Review
Perencanaan yang telah direncanakan di awal tidak akan seluruhnya dapat berjalan dengan lancar.
Perubahan keadaan atau lingkungan yang tidak diprediksi sebelumnya akan menyebabkan
perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan
rencana untuk menanggulangi risiko yang akan mungkin terjadi.

Cara Mengatasi Resiko Bisnis


Berikut langkah-langkah yang perlu di perhatikan, untuk mengurangi resiko.
1. Sebelum memulai usaha,
Sebaiknya melakukan riset mengenai hambatan-hambatan yang dimungkinkan muncul ditengah
perjalanan usaha. Dengan begitu dapat menyiapkan strategi sedini mungkin, untuk mengantisipasi
hambatan yang dimungkinkan ada. Misalnya saja resiko persaingan bisnis yang dimungkinkan
semakin meningkat.
2. Pilihlah peluang bisnis sesuai dengan skill dan minat yang di miliki,
Jangan sampai memulai usaha hanya karena ikut-ikutan trend yang ada. Dengan memulai usaha
sesuai dengan skill dan minat, setidaknya memiliki bekal pengetahuan dan keahlian untuk
mengurangi dan mengatasi segala resiko yang muncul di tengah perjalanan. Hindari peluang usaha
yang tidak dikuasai, ini dilakukan agar tidak kesulitan dalam mengatasi segala resikonya.
3. Carilah informasi mengenai kunci kesuksesan bisnis.
Hal tersebut bisa membantu untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang bisa membuat
usaha berkembang, dan langkah apa saja yang tidak perlu dilakukan untuk mengurangi munculnya
resiko yang tidak diinginkan.
4. Sesuaikan besar modal usaha yang di miliki dengan resiko usaha yang ambil. Jangan terlalu
memaksakan diri untuk mengambil peluang usaha yang beresiko besar, jika modal usaha yang
miliki juga masih terbatas.
5. Kesuksesan bisnis bisa dibangun dengan adanya keteguhan hati yang didukung
kreatifitas. Dengan keteguhan hati dalam mencapai kesuksesan serta kreatifitas untuk
mengembangkan usaha dengan ide-ide baru. Maka segala resiko yang muncul bisa di atasi dengan
baik.
6. Cari informasi tentang prospek bisnis tersebut sebelum mengambil sebuah resiko.
Saat ini banyak peluang usaha yang tiba-tiba booming, namun prospek bisnisnya tidak bisa
bertahan lama. Hanya dalam hitungan bulan saja, bisnis tersebut surut seiring dengan bergantinya
trend pasar. Sebaiknya menghindari jenis peluang usaha seperti itu, karena resikonya cukup besar.
7. Ketahui seberapa besar tingkat kebutuhan masyarakat akan produk.
Semakin besar tingkat kebutuhan konsumen akan sebuah produk, maka akan memperkecil resiko
bisnis tersebut. Setidaknya resiko dalam memasarkan produk.

FORUM 5

Kreatifitas dan inovasi adalah salah satu faktor penentu penting untuk penciptaan, kelangsungan
dan pengembangan suatu kegiatan bisnis atau perusahaan. Jelaskan fungsi atau peranan
kreatifitas dan inovasi dari aspek input, proses, output, sampai dengan distribusi dan marketing
produksi. Berikan contoh ilustrasi dengan contoh-contoh konkrit baik yang sudah pernah terjadi
ataupun yang mungkin dapat dilaksanakan pada masa yang akan datang

Amati video Pipo and Embro, dan bagaimana komentar Saudara?

Jawaban:
A. Fungsi Atau Peranan Kreatifitas
Kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam
pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Menurut Guilford (1984),
kreatifitas adalah cara-cara berpikiryang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta yang
tinggi, berpikir heuristic dan berpikir lateral. Sedangkan Rhodes yang dikutip Munandar(1987),
Menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan dalam 4p yaitu person, process, press,dan
product. Jadi kreatifitas harus ditinjau dari segi pribadi(person) yang kreatif, proses yang kreatif,
pendorong kretif dan hasil kreatif. Peranan kreativitas untuk wirausaha yaitu:
1. Menciptakan beragam produk dan jasa sebagai solusi untuk mengatasi masalah dan tentunya
juga meraih keuntungan
2. Menemukan terobosan-terobosan baru atau penciptaan hal-hal yang baru
3. Melakukan pembaharuan dari produk-produk yang sudah ada.
4. Sebagai sarana mengekspresikan perasaan sehingga menjadai karya seni.

Inovasi adalah keberhasilan sosial dan ekonomi berkat diperkenalkannya atau ditemukannya cara-
cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output
sedemikian rupa sehingga berhasil menciptakan perubahan besar ata perubahan drastic dalam
hubungan antara nilai guna atau nilai manfaat(yang dipersepsikan oleh konsumen dan/atau
pengguna ) dan nilai moneter atau harga. Inovasi menawarkan banyak manfaat dan fungsi bagi
wirausaha, antara lain :
1. Pandangan ke depan
Inovasi membuka wawasan kita untuk melihat ke depan : apa yang bisa dikembangkan lebih lanjut,
kesempatan sukses apa yang terbuka di masa depan, dan strategi apa yang perlu dilakukan untuk
menghadapi masa depan.
2. Perubahan
Perubahan senantiasa memberikan kejutan yang menyenangkan bagi target konsumen yang kita
layani sehingga konsumen atau pelanggan tidak bosan dengan produk ataupun layanan yang kita
berikan dan mendorong mereka untuk menjadi pelanggan yang setia.
3. Ketahanan terhadap krisis
Manfaat penting yang bisa dipetik adalah ketahanan terhadap krisis. Dengan kemampuan
berinovasi, kita menjadi lebih kuat menghadapi krisis. Bahkan, inovasi merupakan senjata yang
ampuh untuk mengendalikan krisis agar tidak menghantam kita dan memberi kekuatan untuk lebih
maju lagi.
4. Perangkat inovasi
Setelah kita memahami pentingnya berinovasi, tentunya kita ingin mengetahui perangkat apa saja
yang kita perlukan unuk meluncurkan strategi berinovasi tersebut.
5. Talent pool
Sebuah negara bisa saja memiliki banyak sumber daya, baik alam maupun teknologi. Namun, jika
sumber daya ini tidak dikelola oleh orang-orang yang tepat dan kreatif, negara tersebut tidak akan
bisa berhasil mengatasi kompetisi dan krisis financial.

Menurut West, M.A.(2004:16) bahwa kreativitas merupakan pengembangan ide-ide baru


sedangkan inovasi adalah proses penerapan ide-ide tersebut secara aktual ke dalam praktek. Hal
tersebut berarti adanya inovasi harus
dimulai terlebih dahulu dari kreativitas. Oleh karena itu dalam tulisan
ini berusaha memaparkan beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengemban
gkan kreatifitas dalam organisasi. Seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan
kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut
secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan
untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang
(opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung resiko (risk bearing) dan
kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemauan dan kemampuan-
kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk :
1. Melakukan proses / teknik baru (the new technic)
2. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service)
3. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added)
4. Merintis usaha baru (new businesses), yang mengacu pada pasar
5. Mengembangkan organisasi baru (the new organization)
B. Contoh Konkrit Peran Kreatifitas dan Inovasi
Contoh konkrit peran kreatifitas dan inovasi bagi wirausaha yang pernah terjadi di Indonesia yaitu
Nevertoolavish. Nevertoolavish salah satu usaha kretif dan inovatif yang cukup di kenal di
masyarakat karena jaket custom paiting gambar Indonesia dan jaket custom bertema Asian Game
yang karya nya pernah di gunakan oleh Presiden. Selain membuat jaket cistom hand paiting
nevertoo lavish juga membuat custom hand paiting di barang-barang lain seperti sneakers, tas,
dompet dan lainnya. Tidak hanya hand paiting nevertoo lavish juga menawarkan jasa dekonstruksi
dan rekonstruksi yang biasa disebut decon-recon. Decon-recon adalah jasa menggantikan material
bahan asli sneakers dengan kulit. Keberhasilan nevertoolavish tidak terlepas dari tinggi nya
kreatifitas mereka dalam menciptakan kreasi yang bernilai seni tinggi dan inovasi mereka dalam
menciptakan desain-desain yang unik.

C. Amati video Pipo and Embro, dan bagaimana komentar Saudara.


Komentar yang dapat saya sampaikan, bahwa terdapat pesan yang sangat berharga dari kisah
embro dan pipo yang tergambar dalam cuplikan video tersebut. Pesannya bahwa setiap orang
mempunyai pendapat dan cara masing-masing untuk mencapai kesuksesannya masing-masing.
Maka dari itu, kita harus percaya dengan kempuan diri sendiri, tidak boleh pantang menyerah, dan
jangan dengarkan kalimat-kalimat negatif dari orang lain. Dari cerita Embro dan Pipo ini kita juga
mendapatkan pelajaran bahwa kita bekerja bukan hanya untuk kehidupan kita hari ini saja tetapi
kita juga harus berfikir kedepan agar dikemudian hari hidup kita tidak menjadi susah. Jadi dapat
disimpulkan bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Pengalaman dari pelajaran pada
kehidupan yang sering dialami setiap orang Sering kali kita dibutakan dengan pekerjaan karena
ke egoisan yang kita miliki seakan-akan dengan penghasilan dari pekerjaan tersebut kita berusaha
mencapai tujuan-tujuan kita. Ketika kita mulai merasa tujuan yang kita lakukan masih memiliki
kekurangan (penghasilan) kita seakan-akan melakukan pekerjaan semaksimal mungkin. Tapi perlu
kita ketahui melakukan hal seperti dengan cara kerja secara over time atau memaksakan diri secara
maksimal malah akan memperburuk penghasilan! kenapa? karena setiap manusia memiliki
batasan waktu walau pun diri kita merasa sanggup dan masih bisa bekerja secara over time itu
adalah cara yang salah karena kita membutuhkan waktu untuk istirahat mengapa? karena
kesehatan adalah kunci keberhasilan dari semua yang kita lakukan, apa lagi dengan adanya faktor
usia yang harus membuat berhenti untuk memaksakan diri. Akan tetapi kita harus berpikir cerdas
dalam melakukan pekerjaan seperti yang di lakukan Pipo. Karena tidak selamanya tetap berada
dalam pekerjaan yang selalu ingin menguras tenaga seperti yang dilakukan embro dan masih ada
hal kecil yang dapat kita lakukan yang sangat menguntungan bagi kita dan kepentingan orang
lain. Seperti yang di lakukan oleh Pipo" ia sudah memikirkan bahwa nanti ia akan mengalami
masalah kesehatan dan juga faktor usia di masa yang akan mendatang jika terus melakukan hal
seperti ini. Disini dia memiliki ide yang cemerlang untuk kebutuhannya yang menjanjikan dan
juga bisa bermanfaat bagi kebutuhan orang lain tanpa harus memaksakan dirinya nanti, ia pun
melakukan pekerjan dengan membuat pipa saluran air walaupun ia dihina dengan orang-orang
karena usahanya akan mustahil tapi siapa yang tau akan hal itu karena keajaiban bisa terjadi kapan
saja, di saat saluran pipa itu berhasil dan menghasilkan banyak penghasilan disitu pipo tidak perlu
ragu akan kondisi kesehatan dan juga faktor akan usia. Kesuksesan akan diraih jika dilakukan
dengan tekun dan tekad yang tinggi, suatu kreativitas yang digambarkan akan menjadikan
sebuah inovasi untuk mencapai titik keberhasilan dari suatu usaha tersebut. Inilah Makna
dari suatu keterkaitan antara kreativitas, inovasi, entrepreneur dan entrpreneurship yang
kita pelajari pada minggu ini.

KUIS 5
Jelaskan substansi yang anda pahami tentang konsep atau teori secara komprehensif saling
keterkaitan antara: Kreativitas, Inovasi, Entrepreneur, dan Entrepreneurship? (Explain the
substance you understand about the concept or theory in a comprehensive interconnection
between: Creativity, Innovation, Entrepreneurship, and Entrepreneurship?)
Pengertian Kreativitas
Pada saat ini, landasan pengetahuan di dalam ekonomi sudah bergeser ke arah kreativitas, inovasi,
dan imajinasi (Van den Broeck et al. 2008; Oke et al. 2009 dalam Fillis dan Rentschler, 2010). Di
dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, dibutuhkan kreativitas dalam menjalankan bisnis.
Menurut Mc Mullan dan Shepherd (2006) dalam Fillis dan Rentschler (2010), kondisi persaingan
tinggi disebabkan oleh efek globalisasi dan perkembangan teknologi yang membuka peluang
bisnis sekaligus membuat kondisi pasar menjadi semakin rumit. Sedangkan Menurut Kuncono
(2008), kreativitas adalah kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan khas manusia yang
dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, baru, indah efisien, tepat sasaran,
dan tepat guna.
Pengertian Inovasi
Sedangkan Inovasi menurut Goman (1991) merupakan penerapan secara praktis gagasan kreatif.
Inovasi tercipta karena adanya kreativitas yang tinggi. Kreativitas adalah kemampuan untuk
membawa sesuatu yang baru ke dalam kehidupan. Sedangkan menurut Dundon (2002) dalam
Prijosaksono dan Bawono (2004), menjelaskan sembilan langkah proses inovasi, yang dibagi
dalam tiga bagian, yaitu tahap pemahaman, imajinasi, dan implementasi.
a. Tahap Pemahaman
Langkah 1: Mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendukung proses inovasi. Selanjutnya,
analisis informasi yang akan membantu dalam memahami persoalan dengan lebih baik.
Langkah 2: Menentukan persoalan utama dan gambaran persoalan yang akan dijadikan benih
inovasi, sehingga pernyataan persoalan dapat diidentifikasikan dengan jelas.
Langkah 3: Menetapkan sasaran inovasi harus jelas sebagai arahan bagi tercapainya tujuan inovasi.
b. Tahap Imajinasi
Langkah 4: Berikan stimulus beih inovasi yang telah ditetapkan arahnya dengan memperhatikan
lingkungan eksternal, seperti peluang pasar, teknologi, dan situasi keuangan.
Langkah 5: Curahkan gagasan untuk memilih dan menetapkan prioritas utama yang paling bernilai
untuk ditindaklanjuti.
Langkah 6: Identifikasi ide-ide yang berkembang dan selanjutnya ditetapkan ide yang potensial
untuk mendukung proses inovasi.
c. Tahap Implementasi
Langkah 7: Kembangkan peta inovasi berupa konsep yang menjadi rencana sesuai tujuan inovasi
serta kemungkinan akibat yang timbul terhadap organisasi.
Langkah 8: Dapatkan komitmen dukungan terhadap inovasi perlu didapatkan dari pihak terkait
agar tujuan yang dicapai dari inovasi.
Langkah 9: Penerapan peta inovasi sebagai rencana akhir inovasi ke dalam tindakan nyata. Koreksi
dan penyesuaian dilakukan bila diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pengertian Wirausaha
Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai
kesempatan-Kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan
untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses.

Pengertian Kewirausahaan
John J. Kao (1993) dalam Saiman (2009) mendefinisikan kewirausahaan
(entrepreneurship) adalah usaha untuk menciptakan nilai melalui pencarian peluang bisnis,
manajemen risiko dari peluang yang telah diambil, serta melalui kehlian komunikasi dan
manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan sumber daya yang dibutuhkan dalam
keberhasilan usaha. Kemudian ditambahkan oleh Robert D. Hisrich et.al. (2005) dalam Saiman
(2009), pengertian kewirausahaan adalah dinamika proses penciptaan peningkatan kemakmuran.
Kemakmuran diciptakan dari individu yang berasumsi bahwa risiko mayor yang berasal dari
ekuitas, waktu, komitmen, dan nilai untuk penyediaan barang atau jasa. Produk atau jasa tersebut
bisa tidak baru atau tidak unik, tetapi nilai-nilai harus diterapkan oleh pelaku wirausaha. Caranya
dengan menggunakan serta mengelola sumber daya dan keahlian yang dibutuhkan. Pengertian
kewirausahaan menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995: “Kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar”.

Keterkaitan Kreativitas, Inovasi, Entrepreneur dan Entrepreneurship


Inovasi dan kreativitas berhubungan erat. Kreativitas adalah berpikir sungguh-sungguh untuk
menghasilkan ide-ide baru untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan inovasi merupakan proses
mengubah ide-ide tersebut menjadi kenyataan yang menguntungkan. Proses berkreasi akan
menghasilkan awal mula inovasi. Awal mula inovasi itu bagaikan benih yang harus dipelihara
hingga tumbuh dan menghasilkan buah keuntungan. Kemampuan entrepreneur berinovasi akan
menentukan keberhasilan bisnis di masa yang akan datang, karena mampu mengantisipasi
perubahan, dari sisi pelanggan maupun kompetitor.

Secara komprehensif hubungan kreativitas, inovasi, entrpreneur dan entrepreneurship saling


keterkaitan antara satu dengan yang lain hubungan tersebut dikategorikan menjadi empat katagori
antara lain sebagai berikut :
1. Kategori pertama: Perusahaan dengan kreativitas tinggi tetapi sedikit dalam penggunaan
konsep kewirausahaan, misalnya Manajemen artis.
2. Kategori kedua: Perusahaan dengan kreativitas rendah tetapi memakai banyak konsep
kewirausahaan misalnya perusahaan franchising, fast food seperti Mc-Donalds.
3. Kategori ketiga: Perusahaan dengan kreativitas tinggi dan tinggi dalam penggunaan konsep
kewirausahaan, misalnya Perusahaan Film.
4. Kateori keempat, Perusahaan yang tidak menggunakan kreativitas dan kewirausahaan dalam
melaksanakan kegiatannya, misalnya birokrasi pemerintah.
Dari 4 katagori diatas, dapat disimpulkan bahwa sebuah kreativitas diaplikasikan dalam bentuk
inovasi untuk melaksanakan kegiatan Kewirausaan. (Inovasi merupakan kunci dalam proses
kewirausahaan (Entrepreneurship). Peter F. Drucker dalam konsepnya menyatakan bahwa inovasi
merupakan sarana entrepreneur menciptakan produksi kekayaan sumber daya yang baru atau
meningkatkan potensi kekayaan sumber daya yang ada. Inovasi adalah kombinasi dari visi untuk
menciptakan ide yang baik dan ketekunan dan dedikasi untuk tetap dengan konsep sampai
pelaksanaan. Inovasi seringkali melibatkan kejeniusan. Thomas Edison berkata “ Jenius yaitu 1%
inspirasi dan 99% perspirasi”.

Forum 6
Merujuk kepada teori peluang usaha yang dikemukakan oleh Certo dan Certo (2009) dalam modul-
6 Certo dan Modul -6-Certo ppt, jelaskan komentar anda dalam dunia nyata. Amatilah lingkungan
keseharian anda, baik lingkungan tempat tinggal, lingkungan perkantoran maupun lingkungan
pergaulan sehari-hari, bagaimana komentar anda tentang peluang menjadi pebisnis?
Jawaban:
Kewirausahaan melibatkan lebih dari sekedar memulai bisnis baru. Kewirausahaan mengandung
tiga hal yaitu: mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memanfaatkan peluang. Peluang wirausaha
dapat diwujudkan ketika kita dapat menjual produk atau jasa baru dengan harga produksi yang
menguntungi. Menurut Schumpeter ada 5 jenis peluang yaitu:
1. Kesempatan pertama muncul dari penciptaan produk atau jasa baru.
2. Kesempatan kedua muncul dari penemuan baru di pasar geografis yang pelanggan baru akan
nilai produk atau jasa baru.
3. Ketiga peluang muncul dari penciptaan atau penemuan bahan baku baru atau menemukan
menggunakan pergantian untuk bahan yang ada.
4. Keempat kesempatan mungkin muncul dari penemuan metode baru produksi.
5. Kelima peluang muncul dari pengatguran metode baru.

Pada dasarnya lingkungan sekitar kita memiliki peluang yang tinggi untuk memulai usaha. Hal itu
tergantung bagaimana kita melihat peluang yang ada dan menjadikannya sebagai kesempatan
untuk mendapatkan penghasilan atau peluang usaha. Kelebihanny jika kita menjalankan peluang
usaha yang ada di sekitar tentunya lebih praktis untuk di kerjakan, karena dekat dengan tempat
tinggal atau tempat kerja yang akan mempengaruhi usaha nantinya. Langkah yang harus dilakukan
dalam memanfaatkan lingkungan sekitar menjadi peluang usaha antara lain:
1. Cari Usaha Yang Paling Berpotensi
Kita bisa memulai dengan mengamati lingkungan sekitar, melihat peluang usaha apa yang
berpotensi berkembang di daerah tersebut. Caranya dengan mengamati bisnis apa yang paling
sukses di daerah kita. Dengan mengamati lingkungan sekitar kita akan mengetahui usaha-usaha
mana yang berhasil bertahan dan juga yang tidak. Tinggal kita pilih mana yang paling sesuai
dengan bidang yang di miliki.
2. Amati Keperluan Yang Paling Di Butuhkan
Dengan keseharian kita berada di daerah yang kita tinggali, tentunya tidak sulit menganalisa
keperluan apa yang paling berpeluang dibutuhkan masyarakat sekitar. Misalnya saja daerah tempat
kita tinggal dekat dengan sekolahan, maka keperluan penunjangnya pasti sangat di perlukan,
seperti toko buku, tempat fotocopy, jajanan, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui keperluan
di butuhkan di sekitar kita, usaha yang dijalankan bisa lebih tertarget dan konsumennya telah
tersedia, tinggal bagaimana mengolahnya dengan benar dan menarik perhatian masyarakat agar
mendatangi usaha kita.
3. Memanfaatkan Usaha Di sekitar
Mencari usaha yang ada di sekitar kita juga bisa dengan cara bekerja sama dengan usaha yang
telah berjalan. Artinya kita jalin hubungan dengan menjadi suplier atau pun dengan memasarkan
produk hasil olahannya. Contoh kecil misalnya, jika ada warung yang ramai pengunjungnya, kita
bisa berpeluang membuat produk untuk di titipkan pada warung tersebut, bisa berupa makanan
ataupun barang. Dengan memanfaatkan usaha yang sudah ada di sekitar, kita bisa dengan mudah
berkonsultasi, karena kehadiran kita tentunya tidak asing lagi bagi mereka, dengan begitu bisa
sama-sama menghasilkan keuntungan.

Peluang usaha akan berjalan secara berkesinambungan dan dapat mengatasi resiko yan ada. Untuk
itu pentingnya analisis data dan evaluasi peluang yang ada bukan sekedar keuntungan semata. Dan
dipihak lain keterlibatan dan kerjasama dalam hal pengawasan dengan pemerintah sangat
dibutuhkan serta mengedepankan analisis dampak lingkungan.

Certo dan Certo (2006:481) mengatakan “Controlling is the process managers go through to
control.” (Pengawasan adalah proses dari para manajer dalam menjalankan pengontrolan).
Sehingga dapat simpulkan bahwa pengawasan dimaksudkan sebagai suatu hal yang dipakai untuk
mengukur dan menilai hasil yang kemudian dibandingkan dengan standar. Jika ditemukan adanya
penyimpangan penyimpangan perlu dilakukan tindakan perbaikan untu keberlangsungan suatu
usaha.

Umumnya, dikenal prinsip kelola usaha dengan Skema POAC (Planning -perencanaan,
Organizing -pengorganisasian sistem kerja, Actuating -pelaksanaan aktivitas, Controlling -
pengawasan dan evaluasi) sehingga menjadi sebuah kesatuan dalam serangkaian tindakan
pengelolaan usaha. Sejak dini, dengan tidak memandang bisnis dalam skala kecil maupun besar,
prinsip dasar tersebut menjadi sebuah panduan perilaku bisnis untuk dapat menjalankan fungsi
pengelolaan secara optimal. Sehingga komentar saya terkait hal tersebut perlunya mekanisme
pengawasan untuk menghindari kemungkinan terjadinya manipulasi dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk antara lain :

1. Pengawasan berkala: dalam hal, ini dapat secara terjadwal meminta dibuat dalam proses
prosedur operasional untuk melakukan pelaporan aktivitas harian. Hal tersebut harus menjadi
sebuah kebiasaan dalam kegiatan harian di outlet. Di mana proses laporan, dapat difasilitasi
dengan: email, sms, telepon, via fax, dll dengan tujuan kita dapat mengetahui perkembangan bisnis
secara kontinu.

2. Pembukuan transaksi: berkenaan dengan kondisi ini, maka dibuatkan satu instrumen untuk
melakukan pencatatan atas transaksi usaha secara harian, yang disertai dengan bukti pendukung
lain (seperti: kuitansi, bon, dll). Hal tersebut, khususnya untuk usaha dengan pola pengelolaan kas
secara mandiri. Sehingga, memiliki hak untuk mengeluarkan biaya dari hasil pendapatan harian,
seperti untuk membayar listrik, telepon, PAM, dll. Maknanya adalah pencatatan baik pemasukan
maupun pengeluaran dilakukan secara terdata dan terinventarisir melalui bukti pendukung.

3. Kunjungan Non Reguler: sebagai sebuah bisnis, tentu kehadiran fisik pemilik menjadi hal
penting dalam melihat secara langsung perkembangan yang dicapai. Dalam hal ini, tentu ada
schedule kedatangan secara berkala. Di luar jadwal tersebut, lakukan evaluasi fisik mendadak,
dengan maksud untuk dapat melihat secara riil pelaksanaan pekerjaan di lokasi outlet tersebut.
4. Pendapatan diarahkan melalui perbankan: salah satu kemungkinan terjadinya manipulasi
pengelolaan (fraud) adalah kesempatan dalam melihat cash money (uang tunai). Untuk itu,
perkecil peluang tersebut, sehingga setiap hari ada jadwal penyetoran uang tunai melalui bank.
Maupun memperbanyak kemungkinan pembayaran menggunakan kartu kredit maupun debit,
sehingga transaksi akan langsung tertampung pada akun rekening di bank.

5. Prasarana kerja membuat proses transparansi: dalam konteks ini apa yang bapak sudah
rencanakan untuk menempatkan CCTV, dan membuat transaksi secara sistem kasir dengan
menggunakan struk yang mudah untuk dikalkulasi, merupakan sebuah langkah yang dapat
dilaksanakan. Mengingat teknologi tersebut akan menuntut para pekerja di outlet terkontrol.

Rasanya, beberapa langkah tersebut dapat dilakukan untuk melakukan proses pengawasan yang
lebih baik. Dalam hal ini, prosedur yang diambil itu bukan merupakan sebuah perwujudan dari
bentuk ketidakpercayaan pemilik kepada para pekerjanya. Namun, menjadi sarana dalam
mereduksi kemungkinan terjadinya praktik manipulasi usaha yang dimungkinkan bila bisnis tidak
diawasi langsung.

KUIS 6
JELASKAN SECARA RINGKAS/PADAT NAMUN KOMPREHENSIF TENTANG ASPEK-
ASPEK YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMPERTIMBANGKAN PELUANG USAHA.
SELANJUTNYA JELASKAN PULA TENTANG TINDAKAN APA YANG MUSTI
DILAKUKAN UNTUK MEMANFAATKAN PELUANG BISNIS SESUAI DENGAN
KEMAMPUAN YANG KITA MILIKI.
Jawaban :
Dalam menentukan peluang usaha, diperlukan pertimbangan membutuhkan faktor faktor terhadap
aspek aspek dan kapabilitas berupa :
FAKTOR- FAKTOR:
1. Faktor Jenis Kebutuhan: kebutuhan yang berkelanjutan, kebutuhan yang menurun, kebutuhan
yang timbul dan kebutuhan masa depan.
2. Faktor Pemilihan Waktu Kebutuhan: Durasi kebutuhan, frekwensi kebutuhan, siklus
permintaan, posisi dalam siklus kebutuhan.
3. Cara- cara bersaing untuk memenuhi kebutuhan: memenuhi kebutuhan tanpa menggunakan cara
apapun, menggunakan cara yang ada sekarang, mengubah cara yang sudah ada.
4. Keuntungan/ resiko yang didapat: kegunaan untuk pelanggan, karakteristik yang menarik, selera
dan pilihan pelanggan, motif untuk membeli, kebiasaan pemakaian.
5. Fitur- fitur harga vs konerja: hubungan harga kuantitas, elastisitas permintaan, stabilitas harga,
stabilitas pasar.
6. Ukuran dan Potensi Pasar: pertumbuhan pasar, kecenderungan pasar, persyaratan perkembangan
pasar, ancaman untuk pasar.
7. Ketersediaan dana pelanggan: kondisi ekonomi umum, kecenderungan ekonomi, pemasukan
pelanggan, peluang pembelanjaan
ASPEK PERTIMBANGAN NILAI DAN BIAYA ANTARA LAIN :
1. Pengeluaran: Biaya litbang, biaya pemasaran, biaya peralatan modal, biaya lain.
2. Pemasukan: Penjualan produk baru, pengaruh terhadap penjualan tambahan dari produk yang
sudah ada., nilai barang yang dapat diselamatkan.
3. Arus kas bersih: pendapatan maksimum, waktu untuk pendapatan maksimum, durasi
pendapatan, investasi total, uang bersih maksimum dalam satu tahun.
4. Laba: laba dari produk baru, laba yang mempengaruhi penjualan tambahan dari produk-produk
yang sudah ada, bagian kecil dari laba total perusahaan.
5. Imbal hasil relatif: Keuntungan ekuitas pemegang saham (ROE), keuntungan investasi (ROI),
Biaya modal, Nilai saat ini (PV), Aliran kas yang dilalaikan (DCF), Imbal hasil aset yang
digunakan (ROA), Imbal hasil penjualan.
6. Dibandingkan dengan Investasi Lain: dibandingkan dengan peluang produ lain, dibandingkan
dengan peluang investasi lain.
ASPEK PERTIMBANGAN LOKASI ANTARA LAIN :
1. Jenis usaha yg dijalankan;
2. Dekat konsumen atau pasar
3. Dekat dengan bahan baku;
4. Ketersediaan tenaga kerja;
5. Sarana dan prasarana;
6. Dekat dengan pusat pemerintahan;
7. Dekat dengan lembaga keuangan;
8. Berada dikawasan industri;
9. Kondisi masyarakat setempa
ASPEK PERTIMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ANTARA LAIN :
1. Salah satu aspek yang tdk kalah pentingnya untuk dikelola para wirausahawan adalah sumber
daya manusia ( SDM ) yang dimilikinya.
2. Manusia ( Karyawan ) yang menjadi motor penggerak kegiatan usaha perlu dikelola secara
profesional.
3. Pengelolaan Manajemen SDM.
TINDAKAN YANG HARUS DILAKUKAN DALAM MEMANFAATKAN PELUANG
ADALAH:
1. Jenis Usaha. sebagai wirausahawan kita harus mempunyai Visi dan Misi. Jika usaha
bersifat tren, usaha itu tidak akan berlangsung lama setelah bergantinya tren jaman, namun
usaha itu akan mempunyai prospek saat tren itu menjadi top topik jaman itu. Jika usaha
bersifat intuisi, atau dengan kata lain adalah obsesi, cita-cita, sebaiknya pikirkan ulang dan
buat suatu hal yang unik dan berbeda, juga kembangkan bisnis panggilan jiwa (intuisi)
tersebut.
2. Produk .Teliti dan kaji baik-baik, karena itu akan mendapatkan keuntungan hanya dari
produk yang terjual. Apakah produk tersebut cepat habis, sehingga pelanggan mempunyai
traffic atau perputaran omzet yang banyak? Apakah produk tersebut lama habisnya tetapi
keuntungan besar ketika produk terjual?
3. Target Pasar. Produk bisa terjual jika terdapat pasar yang mana produk tersebut akan
terjual di dalamnya. Tentukan pasar, atau tempat entah itu kota lain, pulau lain, bahkan
ekspor ke negara lain jika perlu agar produk tersebut terjual.
4. Usaha Di Sekitar kita. Jika kita sudah menemukan jenis usaha, kita harus melihat satu
aspek lagi, yaitu melihat usaha di sekitar. Banyaknya pesaing mengakibatkan produk
kurang terjual, bahkan yang mengerikan adalah tidak terjualnya produk kita. Kita harus
melihat para pesaing dan kita harus yakin kita akan berhasil, terlebih kita harus
mencobanya! Jangan takut mencoba, karena kita tahu bahwa langkah yang jauh dimulai
dari langkah pertama.
Peluang berarti juga pasar. Jika seseorang ingin berhasil, apalagi berhasil sebagai entrepreneur, dia
harus bisa secara cerdik menangkap dan memanfaatkan peluang, kemudian mengambil keputusan
yang tepat agar memenangkan persaingan di pasar.Dengan kreativitas berarti seseorang bisa secara
bersama-sama menciptakan atau menangkap peluang dan memaksimalkan resources lain yang bisa
mendukung agar peluang-peluang dan kreativitas itu menjadi berhasil.Dan agar peluang-peluang
dan kreativitas itu berhasil dibutuhkan komunikasi yang baik. Bagi seorang entrepreneur,
keterampilan berkomunikasi itu sangat penting. Segala ide dan kreativitas yang ada pada diri
seorang entrepreneur harus bisa dikomunikasikan dengan baik ke pasar.
Seorang entrepreneur harus rajin pergi ke mana saja, untuk mengkomunikasikan ide dan
kreativitasnya. Dengan komunikasi yang baik, seorang entrepreneur harus punya keyakinan bahwa
ide dan kreativitasnya itu bisa diterima pasar,Memang tidak lah mudah bagi seseorang untuk bisa
memanfaatkan peluang usaha dengan cara memanfaatkannya atau mempraktekannya dalam dunia
wirausaha yang sesungguhnya.Ini akan terasa berat karena selain membutuhkan ketekunan, tenaga
juga modal yang jumlahnya relatif.
Berikut hal yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan peluang Bisnis
1. Mempersiapkan dan menyusun rencana
2. Patuh terhadap aturan
3. Strategi Pemasaran yang tepat sasaran

MATERI 7

KRITERIA INVESTASI
(INVESTMENT CRITERIA)
KRITERIA INVESTASI (INVESTMENT CRITERIA)
Kriteria Invstasi (Investment Criteria) adalah indeks - indeks yang
dipergunakan dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh
tentang suatu proyek. Dapat menarik dua jenis kesimpulan:
1. Dapat diketahui apakah benefit netto suatu kegiatan investasi lebih besar
atau lebih kecil dari benefit netto suatu peluang investasi yang lain.
2. Dapat ditentukan urutan berbagai proyek dalam serangkaian peluang
investasi yang lebih baik sehingga proyek yang akan menghasilkan
bernefit yang lebih besar terletak pada urutan prioritas.
Dalam upaya mencari ukuran yang menyeluruh sebagai penerimaan/
penolakan atau pengurutan suatu proyek, dinilai dengan cara “Kriteria
Investasi”

Macam investment criteria:


1. Net Present Value dari arus Benefit dan Biaya (NPV)
2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
3. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)
4. Internal Rate of Return (IRR)
5. Profitability Ratio

Catatan: Penggunaan kriteria profitability ratio tidak dianjurkan untuk


dipergunakan di Indonesia karena kurangnya dasar ekonomis dan
dapat mengelirukan dalam pemilihan alternatif investasi, oleh
sebab itu akan dibicarakan hanya sekilas. Hal ini disebabkan juga
bahwa kadang-kadang indeks ini digunakan oleh berbagai
pembina proyek, konsultan, serta lembaga kredit

1. NET PRESENT VALUE (NPV)


Keuntungan neto suatu usaha adalah pendapatan bruto dikurangi biaya.
Maka, NPV suatu proyek adalah silisih PV arus benefit dengan PV arus
biaya. Rumusnya adalah:
 B B B  C C C 
NPV   1  2 2  ..... n n    1  2 2  ...... n n 
 1  i (1  i) (1  i)   1  i (1  i) (1  i) 

Di mana :

Bt = benefit kotor suatu proyek pada tahun t

Ct = biaya kotor proyek pada tahun t, tidak dilihat apakah biaya


tersebut bersifat modal (Pembelian Peralatan),
N = umur ekonomis dari proyek

i = social opportunity cost of capital, yang ditunjukkan dengan social


Discount Rate.

atau

Bt  Ct
n n
Bt Ct
NPV   
n

t  0 (1  i )
t

t  0 (1  i )
t ,atau NPV  
t  0 (1  i )
t

Keterangan:
 Layak nya suatu proyek dinyatakan oleh NPV nilai ≥ 0.
 Jika NPV = 1 proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social
opportunity cost or capital.

Jika NPV≤ 0, proyek supaya ditolak, artinya penggunaan lain yang lebih
menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek.

Contoh 1.

Berdasarkan data Tabel 8.

Investasi Proyek bagi Pemegang Saham

Tahun Benefit Faktor NPV


Benefit Biaya
Ke- Bersih 15% 15%

1 0 500 -500 1 (500.00)

2 450 674 -224 0.8696 (194.79)

3 450 418 32 0.7561 24.20

4 900 350 550 0.6575 361.63


5 1.082 350 732 0.5718 418.56

Total 2.882 2.192 690 109.59

Kesimpulan:

Nilai NPV=Rp. 130.21 juta >1  Proyek Layak untuk dijalankan


Contoh 2.

Berdasarkan data Tabel 9. (alternatif 1)

Investasi Proyek bagi Masyarakat

Nilai Kotor

Tahun Benefit Biaya Benefit Faktor NPV

Ke- Bersih 15% 15%

1 - 1,800 -1800 1 -1800

2 737 390 347 0.7561 262.38

3 1,053 480 573 0.6575 376.75

4 1,684 570 1114 0.5718 636.99

5 2,089 650 1439 0.4972 715.47

Total 5,563 3,890 690 191.57

Kesimpulan:

Nilai NPV = Rp. 191.57 juta >1  Proyek Layak untuk dijalankan

Contoh 3.

Berdasarkan data Tabel 10. (alternatif 2)

Investasi Proyek bagi Masyarakat


Nilai Kotor

Tahun Benefit Biaya Benefit Faktor NPV

Ke- Bersih 15% 15%

1 0 800 -800 1 -800

2 737 760 -23 0.7561 -17.39

3 1,053 820 233 0.6575 153.20

4 1,684 880 804 0.5718 459.73

5 2,089 930 1159 0.4972 576.26

Total 5,563 4,190 690 371.79

Kesimpulan:

Nilai NPV = Rp. 371.79 juta >1  Proyek Layak untuk dijalankan

2. NET BENEFIT-COST RATIO


(Net B/C Ratio)

Untuk menghitung indeks ini terlebih dulu dihitung (Bt-Ct)/(1+i)t untuk setiap
tahun t. Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present
value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present value yang
negatif (sebagai penyebut). Secara umum, rumusnya adalah
Bt  Ct
n

t  0 (1  i )
t
(untukBt  Ct  0)
NetB / C  n ,
Ct  Bt (untukBt  Ct  0)
t  0 (1  i )
t

Keputusan Investasi :
 Layak nya suatu proyek dinyatakan oleh Net B/C Ratioi ≥ 1,
sedangkan sebaliknya tidak.
 Jika Net B/C = 1 proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
social opportunity cost or capital.

Contoh 4.

Berdasarkan data Tabel 8.

Investasi Proyek bagi Pemegang Saham

Tahun Benefit Biaya Benefit Faktor NPV

Ke- Bersih 15% 15%

1 0 500 500 1 500.00

2 450 674 224 0.8696 194.79

Total Ct - Bt 694.79

3 450 418 32 0.7561 24.20

4 900 350 550 0.6575 361.63

5 1082 350 732 0.5718 418.56

Total 2.882 Total Bt - Ct 804.38

804.38
NetB / C   1,16
694.79
Kesimpulan:

Nilai Net B/C = Rp. 1,23 > 1  Proyek Layak untuk dijalankan

Contoh 5.

Berdasarkan data Tabel 9. (alternatif 1)


Investasi Proyek bagi Masyarakat

Nilai Kotor

Tahun Benefit Biaya Benefit Faktor NPV

Ke- Bersih 15% 15%

1 - 1,800 -1800 1 -1800

Total -1800 -1800

2 737 390 347 0.7561 262.37

3 1,053 480 573 0.6575 376.75

4 1,684 570 1114 0.5718 636.99

5 2,089 650 1439 0.4972 715.47

Total 5,563 2,090 3473 1,991.57

1.991,57
NetB / C   1,11
1.800

Kesimpulan:

Nilai Net B/C = Rp. 1,11 > 1  Proyek Layak untuk dijalankan

Contoh 6.

Berdasarkan data Tabel 10. (alternatif 2)

Investasi Proyek bagi Masyarakat

Tahun Benefit Biaya Benefit Faktor NPV


Ke- Bersih 15% 15%

1 0 800 -800 1 -800

2 737 760 -23 0.7561 -17.39

Total -823 -817.39

3 1,053 820 233 0.6575 153.20

4 1,684 880 804 0.5718 459.73

5 2,089 930 1159 0.4972 576.25

Total 5,563 4,190 690 1189.18

1.189,18
NetB / C   1,45
817.39
Kesimpulan:

Nilai Net B/C = Rp. 1,45 > 1  Proyek Layak untuk dijalankan

3. GROSS BENEFIT-COST RATIO


(Gross B/C Ratio)

Gross B/C Ratio suatu investasi adalah perbandingan PV arus benefit


bruto dengan jumlah PV arus biaya bruto
n
Bt

t  0 (1  i )
t
GrossB / C  n
Ct

t  0 (1  i )
t

Di mana:
Gr B/C = Gross Benefit-Cost Ratio
Bt = Arus benefit pada tahun t
Ct = Arus biaya pada tahun t

Keputusan Investasi : Semakin besar Gross B/C. semakin besar


perbandingan antara benefit dengan biaya, yang berarti proyek relatif
semakin menguntungkan, keputusannya:

 Layak nya suatu proyek dinyatakan oleh Gross B/C Ratioi ≥ 1,


sedangkan sebaliknya tidak.
 Jika Gross B/C = I proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
cosial opportunity cost or capital.

Contoh 7.

Berdasarkan data Tabel 8.

Investasi Proyek bagi Pemegang Saham

Tahun Faktor NPV B NPV C


Benefit Biaya
Ke- 15% 15% 15%

1 0 500 1 - 500.00

2 450 674 0.87 391.32 586.11

3 450 418 0.756 340.25 316.05

4 900 350 0.658 591.75 230.13

5 1,082 350 0.572 618.69 200.13


Total 2.882 2.192 1,942.00 1,832.42

1.942,00
GrossB / C   1,06
1.832,42

Kesimpulan:

Nilai Gross B/C = Rp. 1,06 > 1  Proyek Layak untuk dijalankan

Contoh 8.

Berdasarkan data Tabel 9. (alternatif 1)

Investasi Proyek bagi Masyarakat

Tahun Benefit Faktor NPV Biaya Faktor NPV

Ke- 15% 15% 15% 15%

1 - 1 - 1,800 1 1,800

2 737 0.7561 557 390 0.7561 295

3 1,053 0.6575 692 480 0.6575 316

4 1,684 0.5718 963 570 0.5718 326

5 2,089 0.4972 1,039 650 0.4972 323

Total 5,563 3,251 3,890 3,060


3.251
GrossB / C   1,06
3.060

Kesimpulan:

Nilai Gross B/C = Rp. 1,106 > 1  Proyek Layak untuk dijalankan

Contoh 9.

Berdasarkan data Tabel 10. (alternatif 2)

Investasi Proyek bagi Masyarakat

Tahun Benefit Faktor NPV Biaya Faktor NPV

Ke- 15% 15% 15% 15%

1 0 1 - 800 1 800

2 737 0.7561 557 760 0.7561 575

3 1,053 0.6575 692 820 0.6575 539

4 1,684 0.5718 963 880 0.5718 503

5 2,089 0.4972 1,039 930 0.4972 462

Total 5,563 3,251 4,190 2,879

3.251
GrossB / C   1,13
2.879
Kesimpulan:

Nilai Gross B/C = Rp. 1,13 > 1  Proyek Layak untuk dijalankan

Catatan:

Keputusan yang diambil berdasarkan Gross B/C ratio dianjurkan untuk tidak
dipergunakan dalam analisis benefit-cost kalau kriteria-kriteria lian termasuk
Net B/C ratio sudah digunakan karena nilainya sering lebih rendah
dibandingkan dengan Net B/C ratio.
4. Interal rate of return (IRR)

IRR suatu investasi adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
dari aliran kas keluar dan present value dari aliran kas masuk. IRR adalah
nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek = 0, yaitu:
n
Bt  Ct
NPV   0
t 0 (1  i )t

IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam
suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan (yaitu setiap Bt –
Ct yang bersifat positif) secara otomatis ditanamkan kembali dalam tahun
berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan I yang sama yang diberi
bunga selama umur proyek.

NPV1
IRR i1 .(i2  i1 )
NPV1  NPV2
Di mana:
IRR = Internal Rate of Returns
NPV1 = Net Present Value periode 1
NPV2 = Net Present Value periode 2

IRR yang lebih besar atau sama dengan social Discount Rate menyatakan
tanda “GO/layak” untuk suatu proyek, sedangkan jika lebih kecil menyatakan
“NO-GO/tidak layak).

Cara sederhana untuk dapat menghitung tingkat IRR dengan menggunakan


rumus diatas dilakukan dengan cara coba-coba:

Pertama, pilih nilai discount rate I1 yang kira-kira mendekati nilai IRR yang
benar, kemudian hitung NPV arus benefit dan biaya. Jika hasil NPV ini
positif, berarti nilai discount rate i1 terlalu rendah, di mana nilai NPV belum
sama dengan nol.

Kedua, jikan NPV pada percobaah pertama positif, maka percobaan kedua
pilih nilai i2 yang lebih tinggi sedemikian rupa supaya menghasilkan NPV
mendekati nol. (Sebaliknya bila NPV pada percobaan pertama negatif, kita
harus memilih i2 yang lebih rendah sedemikian rupa supaya menghasilkan
NPV yang mendekati nol).

Ketiga, perkiraan nilai IRR diperoleh dengan cara interpolasi atau


ekstrapolasi, yaitu denan menghitung discount ratebaru berdasarkan kedua
perhitungan i1 dan i2 tadi. Perhatihan contoh Tabel 10 s/d 12 untuk analisis
pemegang saham dan masyarakat.

Contoh 10.

Berdasarkan data Tabel 8.

Investasi Proyek bagi Pemegang Saham


Nilai Kotor

Tahun Benefit Faktor NPV Faktor NPV


Benefit Biaya
Ke- Bersih 15% 15% 20% 20%

1 0 2,100 -2,100 1.000 -2100.00 1.000 -2100.00

2 737 390 347 0.870 301.75 0.833 289.17

3 1,053 480 573 0.756 433.25 0.706 404.63

4 1,684 570 1114 0.658 732.46 0.579 644.68

5 2,089 650 1439 0.572 822.82 0.482 693.96


Total 5,563 3,890 690 190.27 -67.56

190.27
IRR  0.15  .(0.20  0.15)  0.1869
190.27  67.56

Kesimpulan:

IRR = 18,09% > 15% (OCC)  Proyek Layak untuk dijalankan


Contoh 11.

Berdasarkan data Tabel 9. (alternatif 1)

Investasi Proyek bagi Masyarakat

Nilai Kotor

Tahun Benefit Biaya Benefit Faktor NPV Faktor NPV

Ke- Bersih 15% 15% 26% 26%

1 0 800 -800 1 -800 1 -800

2 737 760 -23 0.7561 -17.39 0.6299 -14.49

3 1,053 820 233 0.6575 153.20 0.4999 116.48

4 1,684 880 804 0.5718 459.73 0.3968 318.99

5 2,089 930 1159 0.4972 576.25 0.3149 364.95

Total 5,563 4,190 690 371.8 (14.07)

371.8
IRR  0.15  .(0.26  0.15)  0.2560
371.8  14.07

Kesimpulan:

IRR = 25,60% > 15% (OCC)  Proyek Layak untuk dijalankan

Contoh 12.

Berdasarkan data Tabel 10. (alternatif 2)

Investasi Proyek bagi Masyarakat

Nilai Kotor
Tahun Benefit Biaya Benefit Faktor NPV Faktor NPV

Ke- Bersih 15% 15% 22% 22%

1 0 400 -400 1 -400 1 -400

2 450 674 -224 0.7561 -169.37 0.6719 -150.50

3 450 418 32 0.6575 21.04 0.5507 17.62

4 900 350 550 0.5718 314.49 0.4514 248.27

5 1.082 350 732 0.4972 363.95 0.3700 270.84

Total 2.882 2.192 690 130.1 (13.77)

130.1
IRR  0.15  .(0.22  0.15)  0.2133
130.1  13.77

Kesimpulan:

IRR = 21,33% > 15% (OCC)  Proyek Layak untuk dijalankan

5. Profitability Ratio
Profitability Ratio dipahami sebagai indeks rentabilitas sehubungan dengan
biaya modal saja, yakni dibandingkan present value arus sisa benefit
dikurangi biaya rutin dengan biaya modal. Rumusnya adalah:

Bt  EPt
n


(1  i ) t
PI  n
t 0
Kt

t 0 (1  i )
t

Di mana:
Bt = benefit bruto dalam tahun t, dan n adalah umur ekonomis
proyek, seperti dalam rumus-rumus lainnya.

EPt = adalah biaya Eksploitasi dan Pemeliharaan atau biaya rutin


pada tahun t

Kt = adalah biaya modal pada tahun t

i = adalah discount rate sosial

Perhatihan contoh Tabel 13 untuk analisis bagi masyarakat.

Contoh 13.

Berdasarkan data Tabel 9.

Investasi Proyek bagi Masyarakat (alternatif 1)

Tahun Biaya Biaya Faktor NPV


Benefit Bt-EPt
Ke- Modal E&P 15% 15%

1 0 2100 1.000 2100.00

2 737 390 347 0.870 301.75

3 1,053 480 573 0.756 433.25

4 1,684 570 1114 0.658 732.46

5 2,089 650 1439 0.572 822.82

Total 5,563 2,090 3473 2290.27

2290.27
PI   1.10
2100
Kesimpulan:

PI = 1,10 > 1  Proyek Layak untuk dijalankan

Anda mungkin juga menyukai