Indonesia dikenal oleh dunia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya alam yang merupakan
salah satu faktor produksi. Akan tetapi fakta menunjukkan bahwa persentase pengusaha di
Indonesia yang hanya kurang dari 2 % adalah persentase yang paling rendah dibandingkan dengan
beberapa negara terseleksi seperti Malaysia (lebih kurang 5 %), Thailand (lebih kurang 4 %),
Singapore (lebih kurang 7 %), dan USA (lebih kurang 12 %).
Jelaskan secara komprehensif tentang faktor penentu penting utama agar seseorang bisa menjadi
seorang entrepreneur atau pengusaha?
Jawaban:
Menurut Timmons (2008:41), dasar fundamental dari proses kewirausahaan sering dijumpai pada
pola kesuksesan. Selain variasi bisnis, wirausahawan, faktor geografi, dan teknologi, faktor
pendukung utama juga mendominasi proses kewirausahaan yang dinamis. Sehubungan dengan itu,
Timmons mengemukakan lima faktor pendorong proses kewirausahaan sebagai berikut:
1. Digerakkan oleh semangat meraih peluang bisnis.
2. Digerakkan oleh wirausahawan terkemuka dan tim kewirausahaannya.
3. Hemat dan kreatif dalam menggunakan sumber daya.
4. Sadar akan perlunya kesesuaian dan keseimbangan.
5. Terintegrasi dan holistik.
Kelima hal di atas merupakan komponen proses kewirausahaan terkontrol yang dapat diukur,
dipengaruhi dan diubah. Pendiri dan invenstor memfokuskan diri pada faktor ini saat melakukan
proses analisis risiko dan menentukan upaya perubahan untuk meningkatkan peluang sukses.
Faktor-faktor pendorong kewirausahaan
Menurut Saifudin (2002), faktor pemicu kewirausahaan ditentukan oleh “property light”,
competency incentives, dan environment. Sedangkan menurut Kuncara (2008:1) faktor pendorong
kewirausahaan terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:
1. Faktor internal, yaitu kecakapan pribadi yang menyangkut soal bagaimana kita mengelola
diri sendiri. Kecakapan pribadi seseorang terdiri atas 3 unsur terpenting, yaitu: (1)
Kesadaran diri. Ini menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan efeknya,
mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri atau percaya diri. (2) Pengaturan diri. Ini menyangkut kemampuan
mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan yang merusak, memelihara norma kejujuran
dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam menghadapi
perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan
informasi-informasi baru. (3) Motivasi. Ini menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi
lebih baik, komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme dalam
menghadapi halangan dan kegagalan.
2. Faktor eksternal, yaitu kecakapan sosial yang menyangkut soal bagaimana kita menangani
suatu hubungan. kecakapan sosial seseorang terdiri atas 2 unsur terpenting, yaitu: (1)
Empati. Ini menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain, perspektif orang lain,
dan berminat terhadap kepentingan orang lain. Juga kemampuan mengantisipasi,
mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengatasi keragaman dalam
membina pergaulan, mengembangkan orang lain, dan kemampuan membaca arus-arus
emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan, juga tercakup didalamnya.
(2) Keterampilan sosial. Termasuk dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk meyakinkan
orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas dan meyakinkan, membangkitkan inspirasi
dan memandu kelompok, memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan mengatasi
silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan sinergi kelompok
dalam memperjuangkan kepentingan bersama.
Menurut Timmons (2008:40), wirausahawan harus menjauhi arena persaingan yang sekiranya
tidak menguntungkan dirinya, atau memanfaatkan potensi yang ada secara kreatif untuk
menghasilkan kompetensi. Berusaha menciptakan pertambahan nilai perusahaan yang disertai
aliran arus kas yang tidak terputus, sehingga menarik minat perusahaan modal untuk berinvestasi.
Menurut Timmons, saat ini terjadi kecenderungan di mana wirausahawan yang telah sukses
membawa pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang menjadi nilai tambah untuk menjadi
invenstor terhadap perusahaan pemula yang berpotensi tinggi. Salah satu kriteria enterpreneur
potensial adalah mampu mengidentifikasi mitra dalam hal pendanaan dan anggota tim inti. Mereka
mencari penyandang dana yang memiliki nilai tambah yakni dapat meningkatkan sumber daya
manusia perusahaan secara keseluruhan. Dari kesemua hal berkenaan dengan proses
kewirausahaan, puncaknya adalah terkait dengan pilihan gaya hidup. Hidup harus dibuat bahagia,
sehingga seseorang bisa hidup sesuai dengan keinginannya, sementara perusahaan terus
berkembang.
Timmons (2008:41) menggambarkan faktor pendorong yang mendasari kesuksesan baru melalui
tiga faktor yaitu peluang usaha, sumber daya, dan tim. Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi
menciptakan keseimbangan sebagaimana diilustrasikan pada bagan Timmons. Proses
kewirausahaan diawali dengan peluang usaha (bukan uang), strategi, jaringan, tim, atau rencana
bisnis. Peluang usaha terjadi dengan sendirinya di luar kontrol siapa pun. Tugas wirausahawan dan
timnya adalah meramu semua faktor yang ada sehingga terjadi suatu keseimbangan.
Wirausahawan bagai seorang akrobator yang harus menjada tiga buah bola agar tetap di udara
sambil melompat-lompat di atas trampoline. Seperti itulah kondisi sebuah perusahaan pemula.
Rencana bisnis merupakan bahasa dan kode untuk mengkomunikasikan kualitas dari tiga kekuatan
dalan bagan Timmons untuk mencapai kesesuaian dan keseimbangan.
Timmons menganalisis bahwa bentuk, ukuran, dan dalamnya peluang usaha menentukan bentuk,
ukuran dan dalamnya kondisi sumber daya dan tim.
1. Peluang usaha, merupakan inti dari proses kewirausahaan. Suatu peluang usaha dianggap
baik jika memiliki permintaan pasar, struktur pasar dan ukuran pasar yang baik, besarnya
marjin. Ringkasnya, suatu peluang dikatakan memiliki kekuatan bila investor mendapatkan
modalnya kembali.
2. Sumber daya, yakni potensi dan kompetensi yang didukung oleh kreativitas dan
penghematan. Wirausahawan yang sukses adalah yang dapat menghemat modal dan
memanfaatkannya dengan cerdik.
3. Tim Kewirausahawan, dipimpin oleh wirausahawan yang sudah memiliki pengalaman
kerja yang sukses. Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat, menghargai yang
berhasil tetapi juga membantu yang gagal. Menerapkan standar perilaku dan performa
yang tinggi pada tim.
Tahapan Proses kewirausahaan
Menurut Koncoro (2008:2) dan Saifudin (2002), proses terjadinya kewirausahaan terdiri atas tiga
tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Imitasi dan duplikasi (imitating & duplicating). Pada tahap ini, para wirausaha
meniru ide-ide orang lain, baik dari segi teknik produksi, desain, proses, organisasi usaha
dan pola pemasarannya.
2. Tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating & developing). Pada tahap ini, para
wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya, walaupun masih dalam perkembangan
yang lambat dan cenderung kurang dinamis.
3. Tahap menciptakan sendiri produk baru yang berbeda (creating new and different). Pada
tahap ini, para wirausaha sudah mulai berpikir untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi,
dengan cara menciptakan produk yang baru dan berbeda. Hal ini didasarkan karena
wirausaha sudah mulai bosan dengan proses produksi yang ada, keingintahuan dan
ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada.
KUIS 1
PEMAHAMAN TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP AND
INNOVATION MANAGEMENT
Sebagai seorang entrepreneur tidak hanya bermanfaat untuk diri sendir, akan tetapi juga
bermanfaat bagi masyarakat luas karena mampu untuk menciptakan lapangan kerja. Peluang untuk
menjadi seorang entrepreneur di Indonesia masih terbuka luas, akan tetapi fakta dan data
menunjukkan masih sangat kurang. Cari berbagai teori untuk dapat mengklarifikasi kenyataan
yang ada di Indonesia, jelaskan secara komprehensif.
Jawaban:
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, mengatakan tingkat kewirausahaan Indonesia masih
rendah. Menurutnya, Indonesia hanya menduduki peringkat 94 dari 137 negara. Berdasarkan
laporan Global Enterpreneurship Index, negara-negara seperti Amerika Serikat, Swiss, Kanada,
dan Inggris menempati peringkat sepuluh teratas. Dari Asia, Hong Kong dan Taiwan menempati
menempati urutan 13 dan 18. Sementara, Indonesia menduduki peringkat 94. Posisi ini jauh di
bawah negara-negara ASEAN lainnya seperi Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina yang
masing-masing menduduki peringkat 27, 58, 71, dan 84.
Selain itu, dilansir dari kompas.com, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengatakan,
“Hampir di setiap negara maju, standardnya itu memiliki (penduduk) entrepreneur di atas 14
persen. Sementara di kita, angkanya masih 3,1 persen. Artinya perlu percepatan,” ujar Presiden.
Itu artinya, meski Negara kita telah menghasilkan banyak suksesor muda, namun dalam skala
internasional kita belum mampu bersaing karena rendahnya minat masyarakat dalam
berwirausaha. Bahkan Negara – Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand sudah
mencapai angka diatas 4%.
Faktor penghambat pertumbuhan wirausaha di Indonesia antara lain, pola pikir masyarakat yang
lebih tertarik untuk mencari pekerjaan di banding berwirausaha, rendahnya kapasitas SDM pelaku
wirausaha dan regulasi yang belum mampu mengatasi persoalan sehingga menghambat
perkembangan dunia wirausaha, serta kendala dalam mengakses modal. Pola pikir masyarakat soal
pelik-nya dunia wirausaha membuat sebagian masyarakat enggan untuk meletakan nasib mereka
dalam dunia wirausaha, mereka lebih berfikir untuk mencari pekerjaan setelah mengenyam
pendidikan panjang ketimbang menciptakan lapangan pekerjaan. Belum lagi stereotype yang
berkembang dikalangan masyarakat yang meng-“agung – agungkan” profesi tertentu sebagai
penghasil pundi – pundi kekayaan dan tolak ukur kesuksesan. Contohnya, kembali ke tahun 1980-
an dimana dokter dinobatkan sebagai profesi seseorang yang memiliki intelektual tinggi dan
bergelimangan harta, dan sarjana hukum dipandang rendah kala itu. Namun pada hari ini,
keduanya sama – sama memiliki nama besar bagi siapapun penyandangnya.
Contohnya banyak sekali perusahaan asing yang meletakan pabrik produksi mereka untuk pasar
asia bahkan eropa di Indonesia. Hal itu didasari dari murah-nya upah buruh di Indonesia, serta
kemampuan SDM Indonesia dalam memproduksi barang – barang kualitas. Di Indonesia sendiri,
belum banyak role model atau tokoh berpengaruh di kalangan masyarakat yang sangat
membanggakan produk lokal, hanya segelintir orang saja yang menyadari potensi besar industri
lokal. Masih banyak pejabat Indonesia yang membanggakan merk luar negeri demi gengsi semata.
Masalah lain sulitnya entrepreneur berkembang adalah sistem pendidikan Indonesia yang tidak
mengajarkan wirausaha sejak dini. Sistem pendidikan Indonesia cenderung mencetak lulusan
bermental pegawai daripada mental wirausahawan. Hal ini didukung dengan pemikiran orang tua
yang melulu mendewa-dewakan prestasi akademik anaknya. Saat mendapati anak mereka
mendapat nilai ulangan yang jelek, mereka akan cenderung memarahi anaknya. Kebanyakan dari
mereka sering mendoktrin mindset pikiran anak mereka apabila nilai akademik jelek akan susah
mencari pekerjaan atau menjadi pegawai. Para orang tua seharusnya, meluangkan waktunya untuk
berdiskusi tentang apa keinginan anak mereka. Sistem pendidikan, pemikiran orang tua serta
lingkungan yang demikian akan menciptakan anak-anak bermental pegawai. Sungguh tak
terpikirkan, anak-anak diajarkan menjadi pegawai di perusahaan, tapi siapa yang mendirikan
perusahaan itu jika bukan wirausahawan. Anak-anak, remaja sangat membutuhkan cukup waktu
dengan orang dewasa agar dapat mendukung, mendorong serta membantu mereka mencari tahu
siapa mereka, bagaimana dunia bekerja, dan apa peran mereka dalam masyarakat.
Agar dapat mencetak wirausahawan, elemen penting dalam pendidikan ini adalah pendidikan
kewirausahaan. Idealnya, konsep kewirausahaan harus diintegrasikan ke dalam kurikulum dari
Sekolah Dasar (SD) sampai pasca Sekolah Menengah Atas (SMA). Sementara fakta dilapangan,
hanya sekolah – sekolah bergengsi saja yang menerapkan kurikulum entrepreneurship /
kewirausahaan, khususnya international school. Jika pun ada negeri yang menerapkan
kewirausahaan dalam mata pelajaran mereka, kewirausahaan hanya di letakan pada muatan lokal
dengan kualitas tenaga pengajar yang kurang memadai. Padahal di usia muda seperti itu,
merupakan usia yang produktif untuk menggagas ide – ide cemerlang jika diarahkan dengan benar.
Lebih mirisnya, beberapa orang tua kerap memaksa anaknya untuk masuk ke jurusan yang mereka
inginkan demi gengsi semata. Bahkan hal ini masih terjadi hingga anak masuk ke perguruan tinggi
negeri, orang tua rela mengeluarkan kocek yang besar demi memaksa anaknya untuk masuk ke
prodi dan jurusan yang mereka inginkan melalui jalur yang tidak seharusnya.
Kesimpulan yang dapat diambil, bahwa masalah – masalah diatas harus diatasi secepatnya demi
pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih baik lagi. Mengingat, pada kurun waktu 2020-
2030, penurunan indeks (ratio) ketergantungan Indonesia (yang sudah berlangsung sejak tahun
1970) akan mencapai angka
terendah. Implikasi penting dari kondisi ini adalah semakin pentingnya
penyediaan lapangan kerja agar perekonomian dapat memanfaatkan secara maksimal
besarnya porsi penduduk usia produktif. Lebih penting lagi, bila tingkat
pendidikan secara umum diasumsikan terus membaik, produktivitas perekonomian negara
ini sesungguhnya dalam kondisi premium, dimana hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk
tujuan percepatan maupun perluasan pembangunan ekonomi.
FORUM 2
BAGAIMANA PANDANGAN ANDA TENTANG SIFAT-SIFAT UMUM ORANG
INDONESIA (WARGA NEGARA INDONESIA PADA UMUMNYA) BILA DIKAITKAN
DENGAN ENTREPRENEURSHIP?. JELASKAN SECARA KOMPREHENSIF.
Jawaban:
Menurut pandangan saya terkait sifat orang di Indonesia jika dikaitkan dengan entrepreneurship,
bahwa masih kurangnya motivasi dan keinginan masyarakat dalam memulai suatu bisnis ataupun
wirausaha dalam berbagai bidang. Adapun sebagian masyarakat yang sudah memulai untuk
melakukan wirausaha sering ditemukan kegagalan baik dari sisi produk yang dijual maupun
keberadaan manajemen pengelolaan yang kurang baik sehingga mempengaruhi mental
entrepreneur masyarakat untuk melanjutkannya atau berhenti.
Jika dikaitkan dengan pentingnya kewirausahaan, bahwa Kewirausahaan merupakan persoalan
penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun. Kemajuan atau
kemuduran ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari
kelompok entrepreneur ini. Melalui kewirausahaan akan memunculkan banyak manfaat pada
masyarakat. Menurut Alma (2008) manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.
Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan
lingkungan, kesejahteraan, dan sebagainya.
Menjadi pribadi unggul yang patut diteladani, karena sebagai seorang wirausaha yang
terpuji, jujur, berani, hidup tidak merugikan orang lain.
Memberi contoh bagaimana bekerja keras, tetapi tidak melupakan perintah-perintah
agama, dekat dengan Tuhan.
Selalu menghomati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu menjaga dan
membangun lingkungan.
Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dalam bidang pembangunan sosial, sesuai
dengan kemampuannya.
Berusaha mendidik karyawan menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, dan tekun dalam
menghadapi pekerjaan.
Hidup tidak berfoya-foya dan tidak boros.
Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan lingkungan.
Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat, sehingga mereka kurang
berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain sifat agresif, exspansif, bersaing, egois, tidak
jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah, dan sebagainya.
Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian orang, sehingga mereka tidak tertarik. Mereka tidak
menginginkan anakanaknya menekuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk
menjadi pegawai negeri. Landasan filosofis inilah yang menyebabkan banyak orang tidak
termotivasi terjun ke dunia bisnis. Sebagian lain memandang bahwa profesi wirausaha cukup
menjanjikan di masa depan. Hal ini didorong oleh kondisi persaingan di antara pencari kerja yang
semakin ketat. Lowongan pekerjaan mulai terasa sempit. Ditambah lagi dengan policy
zero growth oleh pemerintah dalam bidang kepegawaian.
Kelompok yang kedua ini memandang wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu
yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan
pikiran untuk menaklukan cara berpikir lamban dan malas. Banyak di antaranya yang lebih melihat
profesi wirausaha sebagai individu yang mempunyai peluang besar dalam hal memberi manfaat
pada orang lain. Lambannya menyikapi pentingnya kewirausahaan ini, menyebabkan kita
tertinggal jauh dari negara tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis.
Mereka dapat mengembangkan bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu sampai ke industri
hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan besar (grosir), perdagangan eceran besar
(departement store, swalayan), eceran kecil (retail), eksportir, importir, dan berbagai bentuk usaha
lainnya dalam berbagai jenis komoditi.Telah disadari bersama oleh semua pihak betapa penting
peran kewirausahaan dalam mengatasi masalah pengangguran. Untuk menumbuh-kembangkan
jiwa dan aktivitas kewirausahaan–sehingga lulusan PT lebih menjadi pencipta lapangan kerja dari
pada pencari kerja–diperlukan suatu usaha nyata.
Menurut McGraith & Mac Millan (2000), ada tujuh karakter dasar yang membedakan calon
wirausaha dengan pedagang biasa. Ketujuh karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Action oriented
Bukan tipe menunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja.
Prinsip yang dianut adalah see and do. Bagi mereka, risiko bukanlah untuk dihindari, melainkan
untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan kelihaian.
2. Berpikir simple
Wirausaha melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara
bertahap.
3. Selalu mencari peluang-peluang baru.
Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang dari usaha yang sama dengan
meraih keuntungan bukan hanya dari bisnis atau produk baru, melainkan juga dari cara-cara
baru.
4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi.
Peluang bukan hanya dicari, melainkan diciptakan, dibuka, dan diperjelas. Karena wirausaha
melakukan investasi dan menanggung risiko, maka seorang wirausaha harus memiliki disiplin
yang tinggi. Setiap gagasan brilliant dan inovasi biasanya harus dibangun dari bawah dan
disusun seluruh mata rantai nilainya (value chain).
5. Hanya mengambil peluang yang terbaik.
Seorang wirausaha hanya akan mengambil peluang yang terbaik yaitu nilai-nilai ekonomis yang
terkandung di dalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan
perubahan yang dihasilkan
6. Fokus pada eksekusi.
"Manusia dengan entrepreneurial mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan
merealisasikan apa yang dipikirkan daripada menganalisis ide-ide baru sampai mati"(McGraith
dan Mac Millan, 2000, hlm. 3). Mereka juga adaptif terhadap situasi, yaitu mudah
menyesuaikan diri dengan fakta-fakta baru atau kesulitan di lapangan.
7. Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti.
Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian tetapi menggunakan tangan dan pikiran banyak
orang, baik dari dalam maupun luar perusahaannya.
HAL MENDASAR APA PULA SEBAGAI FAKTOR PENENTU UTAMA SESEORANG BISA
MENJADI SEORANG ENTREPERENUR?
Jawaban:
Abdul Jalil menyatakan bahwa ada 4 unsur karakter yang melekat dalam diri seorang entrepreneur,
yaitu:
1. Aktif. Seorang entrepreneur merupakan pribadi yang aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi dan
bisnis. Ia akan selalu aktif mengidentifikasi peluang-peluang yang ada di pasar untuk dijadikan
sebagai acuan dalam mengembangkan bisnisnya.
2. Produktif. Entrepreneur adalah sosok yang produktif dalam hidupnya. Produktif ini erat
kaitannya dengan manajemen waktu, energi, dan fokus.
3. Inovatif. Ini merupakan karakter vital dari seorang entrepreneur. Seorang entrepreneur selalu
menghadirkan perubahan-perubahan yang baru dan jitu dalam dunia bisnis, baik berupa bahan
baku baru, proses baru, ataupun pasar baru.
4. Kalkulatif. Seorang entrepreneur bukanlah orang yang sembarangan dalam mengeksekusi
peluang bisnis. Setiap keputusan dan langkah yang diambil tidak lain merupakan hasil kalkulasi
yang matang
KUIS 2
JELASKAN SECARA KOMPREHENSIF TENTANG TEORI-TEORI YANG
MEMBEDAKAN SEORANG ENTREORENEUR DENGAN SEORANG NON-
ENTREPRENEUR.
JAWABAN:
Perbedaan secara komprehensif antara entrepreneur dengan non entrepreneur
Kewirausahaan adalah konsep yang memiliki banyak definisi mulai dari definisi yang sempit
seperti memulai bisnis sendiri sampai kepada konsep yang lebih luas yaitu sikap kerja yang
menekankan kepada kepercayaan diri, inisiatif, inovatif, berani mengambil resiko (Gelderen et al,
2008). Global Entrepreneurship Monitor, salah satu institusi terkemuka bidang penelitian
kewirausahaan mendefinisikan kewirausahaan sebagai "setiap usaha dalam bisnis baru atau
pembuatan usaha baru, seperti wirausaha, organisasi bisnis baru, atau perluasan bisnis yang sudah
ada, yang dilakukan oleh individu, oleh sekumpulan individu atau oleh bisnis yangHubungan
faktor-faktor motivasi sangat erat dengan minat. Faktor-faktor motivasi berpengaruh dengan
timbulnya minat seseorang untuk mengambil tindakan atau mencapai tujuan. Dalam penelitian ini
kerangka pemikiran teoritisnya menggambarkan tentang pengaruh dari faktorfaktor motivasi yang
di wakili oleh toleransi akan resiko, keberhasilan diri dalam berwirausaha, dan kebebasan dalam
bekerja pada minat berwirausaha.
Menurut Gerry Segal, Dan Borgia, dan Jerry Schoenfeld (2005), toleransi akan resiko,
keberhasilan diri dalam berwirausaha dan kebebasan dalam bekerja memiliki pengaruh positif
terhadap minat berwirausaha. Menurut Adi Sutanto (2000), beberapa faktor-faktor yang
memotivasi seseorang untuk menjadi entrepreneur yaitu keinginan merasakan pekerjaan bebas,
keberhasilan diri yang dicapai, dan toleransi akan adanya resiko. Kebebasan dalam bekerja
merupakan sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan sedikit tetapi memperoleh
hasil yang besar. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis
jarang-jarang tetapi sekali mendapat untung, untungnya cukup untuk dinikmati berbulan-bulan
atau cukup untuk sekian minggu kedepan. Keberhasilan diri yang dicapai merupakan pencapaian
tujuan kerja yang diharapkan, yang meliputi kepuasan dalam bekerja dan kenyamanan kerja.
Toleransi akan resiko, merupakan seberapa besar kemampuan dan kreativitas seseorang dalam
menyelesaikan besar kecilnya suatu resiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang
diharapkan. Semakin besar seseorang pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula
keyakinanya terhadap kesanggupan mendapatkan hasil dari keputusanya dan semakin besar
keyakinanya untuk mencoba apa yang dilihat orang lain beresiko. Praag dan Cramer (2002) secara
eksplisit mempertimbangkan peran resiko dalam pengambilan keputusan seseorang untuk menjadi
seorang entrepreneur. Rees dan Shah (1986) menyatakan bahwa perbedaan pendapatan pada
pekerja individu yang bebas (entrepreneur) adalah tiga kali lipat dari yang didapat oleh individu
yang bekerja pada orang lain, dan menyimpulkan bahwa toleransi terhadap resiko merupakan
sesuatu yang membujuk untuk melakukan pekerjaan mandiri (entrepreneur).
Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang baik terampil maupun tidak, untuk bisa tampil sebagai
tokoh yang sukses atau orang berkecukupan, yaitu:
1. Memanfaatkan Leadership yang berasal dari diri sendiri
2. Memanfaatkan Leadership orang lain
3. Faktor keberuntungan (luck and hoki)
Karakteristik Non-Entrepreneur :
1. Memiliki penghasilan pasti atau teratur, sehingga mudah diatur meskipun gaji kecil
2. Peluang kaya relatif (sangat tergantung kemujuran dan karier)
3. Pekerjaan bersifat rutin
4. Waktu tidak bebas (terikat) pada jadwal atau jam kerja perusahaan
5. Ada kepastian (dapat diprediksi) dalam banyak hal, keuntungan atau kekayaaan dapat
diramalkan/dihitung
6. Bersifat menunggu instruksi/perintah
7. Ketergantungan tinggi
8. Risiko relatif rendah bahkan dapat diramalkan
9. Menjadi bos relatif sulit apalagi bekerja pada perusahaan keluarga
10. Tanggung jawab relative
FORUM 3
Yang Maha Esa tidak diskriminasi, dan peluang untuk berusaha terbuka luas di sekitar kita. Jelaskan
secara komprehensif tentang kesempatan-kesempatan yang menjadikan diri kita sebagai wirausaha,
kemukakan bukti-bukti atau contoh empiris yang ditemui dalam dunia nyata.
Jawaban:
Kesempatan atau peluang yang menjadikan seseorang sebagai wirausaha bersumber dari:
1. Diri Anda Sendiri
Beberapa sumber peluang yang muncul dari diri anda sendiri seperti:
a. Hobi Anda. Dari hobi dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan karena pada saat
anda menjadikan hobi anda menjadi usaha.
anda akan mencurahkan segala kemampuan yang Anda miliki karena Anda menyukai hal
tersebut.
b. Keahlian Anda.
Keahlian yang Anda miliki dapat memberikan sumber inspirasi dan sumber peluang bi
snis yang ingin Anda kembangkan.
c. Peluang dari Pengetahuan dan Latar Belakang Pendidikan.
d. mengapa sumber ini merupakan potensi dalam menemukan peluang,
karena Anda sudah mengetahui, mempelajari dan memahami bidang Anda tekuni.
2. Lingkungan
a. Banyak peluang dan inspirasi yang timbul justru dari lingkungan kita, misalnya:
Usaha orang tua Anda, dalam diskusi setiap harinya orang tuan Anda sering me
nceritakan kesulitan-kesulitas bisnisnya.
b. Lingkungan rumah Anda, seperti pergaulan, tetangga, teman main, dan lain lain
c. Kebiasaan Anda dalam rangka menuju ke kampus, perjalanan, lingkungan sekolah, teman
sekolah dan lain-lain
d. Saat anda berkunjung ke café, atau dimananpun anda berada. Semua hal diatas dapat
memberikan inspirasi, ide, dan gagasan yang luar biasa.
3.Perubahan yang Terjadi
Peluang besar yang sering muncul menjadi sebuah bisnis adalah perubahan yang terjadi
dilingkungan Anda, contohnya:
a. Perubahan global: Misalnya perubahan kurs mata uang Rupiah terhadap mata
uang Dollar Amerika (US$) mengakibatkan banyak barang impor mengalami kenaikan
arga sementara barang lokal mengalami penurunan harga jual. Hal ini membukan
peluang bagi para produsen lokal untuk memperkenalkan produknya kemasyarakat.
b. Perubahan lingkungan: Misalnya, pembangunan perumahan yang baru di sekitar komp
lek Anda mengakibatkan perubahan jumlah penduduk. Sehingga peluang yang mungki
n akan timbul adalah bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk seperti: lau
ndry atau jasa pencucian baju, mini market, transportasi dll
c. Perubahan tingkat pertumbuhan pemilik kendaraan akan memunculkan peluang penjua
lan sparepart, asuransi, asesoris bengkel dll.
Bukti-bukti atau contoh empiris seseorang yang memanfaatkan kesempatan menjadi peluang
usaha.
1. Hendy Setiono – Baba Rafi
Kebab Baba Rafi didirikan sejak tahun 2007 dan berpusat di Jakarta, dengan jumlah outlet yang
semula hanya 2 kini telah berkembang mencapai 1.200 outlet di seluruh dunia. Hendy Setiono
memperoleh ide kuliner ala timur tengah ini saat tengah berkunjung ke Qatar. Dia melihat
banyaknya kedai kebab disana, dan berpikir bahwa kuliner tersebut memiliki potensi besar untuk
berkembang di Indonesia. Untuk merealisasikannya, dia bekerja sama dengan Hasan Baraja
untuk mengembangkan usaha kuliner itu dengan modal awal sebesar Rp4.000.000. Setelah
berjalan selama 14 tahun, kini Baba Rafi sudah mengembangkan sayapnya hingga ke luar negeri,
seperti Malaysia, Filipina, China, dan Sri Lanka.
KUIS 3
Sebetulnya peluang untuk menjadi wirausaha atau pengusaha itu terbuka luas, namun fakta
menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih belum mencapai standar nasional yang
ditargetkan yaitu lebih dari 2 %, jauh di bawah beberapa Negara tetangga misalnya Malaysia dan
Singapura. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mendorong agar masyarakat atau penduduk
Indonesia jauh lebih banyak lagi yang dapat memanfaatkan peluang untuk menjadi pengusaha
tersebut.
Faktor Faktor yang dapat mendorong agar masyarakat dapat memanfaatkan pleuang untuk
menjadi pengusaha
Perilaku kewirausahaan menurut Kuncara (2008:1) dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
· faktor internal, yaitu kecakapan pribadi yang menyangkut soal bagaimanakita mengelola
diri sendiri. Kecakapan pribadi seseorang terdiri atas 3 unsur terpenting, yaitu: (1) Kesadaran diri.
Ini menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan efeknya, mengetahui kekuatan dan
batas-batas diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri atau percaya diri.
(2) Pengaturan diri. Ini menyangkut kemampuan mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan
yang merusak, memelihara norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi,
keluwesan dalam menghadapi perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap gagasan,
pendekatan dan informasi-informasi baru. (3) Motivasi. Ini menyangkut dorongan prestasi untuk
menjadi lebih baik, komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme dalam
menghadapi halangan dan kegagalan.
· Faktor eksternal, yaitu kecakapan sosial yang menyangkut soal bagaimana kita menangani
suatu hubungan. kecakapan sosial seseorang terdiri atas 2 unsur terpenting, yaitu: (1) Empati. Ini
menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain, perspektif orang lain, dan berminat
terhadap kepentingan orang lain. Juga kemampuan mengantisipasi, mengenali, dan berusaha
memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengatasi keragaman dalam membina pergaulan,
mengembangkan orang lain, dan kemampuan membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan
hubungannya dengan kekuasaan, juga tercakup didalamnya. (2) Keterampilan sosial. Termasuk
dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk meyakinkan orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas
dan meyakinkan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok, memulai dan mengelola
perubahan, bernegosiasi dan mengatasi silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan
menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.faktor eksternalnya
adalah lingkungan (environment).
Menurut Zimmerer, and Scarborough, 1998, dalam sebuah komunitas tumbuhnya para wirausaha-
wan dipicu oleh beberapa faktor yakni:
1. Faktor ekonomi dan kependudukan.
Seiring dengan perbaikan di bidang ekonomi, sebagian masyarakat dewasa ini memiliki
kecenderungan untuk lebih mandiri dalam berusaha dan hal tersebut disambut positif oleh
masyarakat sehingga lebih menggerakkan wirausahawan dalam memproduksi barang ataupun
jasa. Setiap orang memiliki kesempatan untuk berusaha yang sama untuk berhasil dan sukses
melalui cara memiliki usaha sendiri. Dan dalam hal ini tidak ada batasan ras, jenis kelamin, usia
ataupun status sosial, dan dalam hal tersebut kewirausahaan menyediakan tempat yang jauh lebih
luas dibandingkan jika seseorang menjadi seorang karyawan atau pegawai.
2. Faktor Pergeseran perekonomian ke bidang jasa.
Pertumbuhan di bidang ekonomi pada saat ini mulai mengalami pergeseran. Jika sebelumnya
perkembangan pesat terjadi pada bidang produksi yang mengakibatkan kecenderungan naiknya
jumlah barang yang ada di pasar. Sebagai kelanjutannya kondisi tersebut akan memicu munculnya
usaha memasarkan barang tersebut ke konsumen, sehingga memiliki kecenderungan
meningkatnya usaha jasa pemasaran barang.
3. Faktor Pendidikan kewirausahaan.
Jika pada era sebelumnya ada semacam anggapan bahwa yang bisa menjadi pengusaha adalah
generasi penerus dari para pemilik usaha atau mitos ” entrepreneurs are born, not made” pada saat
ini sudah banyak yang membuktikan bahwa hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Bahwa
kewirausahaan merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan di¬praktikan tanpa wirausaha tersebut
harus berasal dari keturunan seorang wirausaha. Munculnya berbagai institusi pendidikan yang
ber¬fokus atau berkonsentrasi pada ilmu kewirausahaan, beragam media dan cara yang tersedia
yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana mempelajari dunia wirausaha seperti buku, beragam
seminar dsb merupakan bukti minat masyarakat terhadap kewirausahaan.
4. Faktor Kebanggan sebagai Wirausahawan.
Dalam diri seseorang secara alamiah sudah memiliki rasa tanggung jawab. Baik itu merupakan
tanggung jawab pada sendiri, keluarga dan masyarakat, pada umumnya hal tersebut akan terdorong
untuk melakukan peningkatan nilai kehidupan. Desakan dan kemampuan dalam diri wirausaha
untuk mampu menghidupi diri sendiri, keluarga, karyawan dan peran aktif di dalam masyarakat
akan memunculkan kebanggaan dalam di ri wirausaha. Keinginan untuk menjadi pionir dalam
bidang tertentu akan mendorong munculnya wirausaha.
5. Faktor Kemajuan teknologi, peluang internasional dan gaya hidup bebas
Menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari yang telah ada merupakan salah satu keahlian
seorang wirausahawan. Create new and different, kreativitas dan keinovasian sebagai landasan
kewirausahaan akan muncul apabila seorang memiliki kebebasan dalam berpikir dan bertindak.
Peluang internasional didukung oleh kemajuan teknologi akan memunculkan peluang untuk
menciptakan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas (internasional).
Dibukanya peluang internasional akan memunculkan transfer manusia, teknologi, barang dan jasa
yang memungkinkan wirausaha menciptakan barang dan jasa ke pasar yang berbeda.
Menurut Timmons (2008:41), dasar fundamental dari proses kewirausahaan sering dijumpai pada
pola kesuksesan ventura. Selain variasi bisnis, wirausahawan, faktor geografi, dan teknologi,
faktor pendukung utama juga mendominasi proses kewirausahaan yang dinamis. Sehubungan
dengan itu, Timmons mengemukakan lima faktor pendorong proses kewirausahaan sebagai
berikut:
1. digerakkan oleh semangat meraih peluang bisnis.
2. digerakkan oleh wirausahawan terkemuka dan tim kewirausahaannya.
3. hemat dan kreatif dalam menggunakan sumber daya.
4. sadar akan perlunya kesesuaian dan keseimbangan.
5. terintegrasi dan holistik.
Keputusan seseorang menjadi pengusaha bisa didorong oleh beberapa kondisi dan motivasi.
Kondisi tersebut yaitu:
Confidence Modalities
Yaitu lahir atau dibesarkan di keluarga dengan tradisi usaha. Dalam lingkungan ini seseorang akan
belajar dan mendapat rangsangan sosial sejak kecil sehingga mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Hal ini akan menjadikan seseorang mempunyai sikap dan perilaku sebagai
pengusaha. Dia dapat membuka usaha baru atau meneruskan usaha keluarganya.
Mc Clelland melakukan penelitian pada tahun 1961 di Amerika Serikat dan hasil penilitian
menjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya (diambil secara acak)
berasal dari keluarga pengusaha. Sedangkan pada tahun 1989, Sulasmi melakukan penelitian
terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung yang menunjukkan 55% pengusaha tersebut
memiliki keluarga pengusaha.
Tension Modalities
Yaitu kondisi yang menekan atau menyudutkan seseorang sehingga tidak ada lagi pilihan selain
menjadi pengusaha. Menurut Jaya Setiabudi dalam bukunya The Power Kepepet, tekanan-tekanan
tersebut antara lain:
1. Marginal –man status, yaitu kondisi dimana seseorang memilki status tidak jelas dalam
masyarakat. Status ini bisa berupa status sosial atau status ekonomi. Hal ini mengakibatkan
seseorang menjadi pengusaha karena merupakan satu-satunya pilihan agar bisa hidup
secara layak.
2. Traditional status, yaitu kondisi jatuhnya kelompok elit (pengusaha, pejabat). Agar
memperoleh statusnya kembali dalam masyarakat, maka mereka terjun menjadi pengusaha
karena kelompok ini tidak mau bekerja dengan profesi yang bersifat “diperintah”.
3. Skilled Technician Status, yaitu kondisi dimana keterampilan yang dimiliki seseorang
menjadi pendorong untuk memilih profesi sebagai pengusaha. Contohnya jika seseorang
yang bekerja di industri tekstil sebagai penjahit, maka kemungkinan akan membuka usaha
sendiri sebagai penjahit.
Emotion Modalities
Yaitu seseorang yang mempersiapkan diri menjadi pengusaha. Dia tidak berasal dari keluarga
pengusaha dan juga memiliki banyak pilihan dalam bekerja selain menjadi pengusaha. Faktor-
faktor yang mendorong kondisi ini adalah:
1. Modal sukses yaitu seseorang yang melihat orang lain (sebagai idola) yang berhasil dengan
memilih profesi sebagai pengusaha.
2. Kultur yaitu kondisi lingkungan tempat dia tinggal menjunjung tinggi budaya menjalani
profesi sebagai pengusaha
3. Ideologi yaitu kondisi dimana agama memberikan pengaruh terhadap seseorang sehingga
menanamkan sikap dan kepribadian bahwa profesi pengusaha adalah profesi yang sangat
mulia.
Dari faktor dan kondisi diatas, salah satu upaya yang dapat menaikkan jumalh wirausaha adalah
dengan membantu fasilitasi terkait dengan mambagi ilmu keterampilan, pengalaman, dan
motivasi. jika ketiga hal ini tumbuh di lingkungan masyarakat, maka setiap orang akan mencoba
untuk melakukan atau memulai wirausaha di semua bidang. Hal tersebut diatas, yang dapat
mendorong masyarakat di Indonesia untuk tumbuh menjadi wirausaha yang akhirnya diharapkan
dengan semakin banyak masyarakat yang menjadi wirausaha maka akan menaikkan jumlah
pengusaha dari rencana target nasional.
Forum 4
Resiko dan “return” dalam berbagai kegiatan, umumnya berbanding lurus. Dengan kata lain, untuk
mendapatkan “return” yang lebih tinggi biasanya harus menghadapi resiko yang lebih tinggi pula.
Langkah-langkah apa yang musti dilakukan dalam suatu kegiatan bisnis agar dapat memperoleh “return”
yang lebih tinggi namun dengan resiko yang relatif kecil atau rendah.
Jawaban
Resiko dan “return” dalam berbagai kegiatan, umumnya berbanding lurus. Dengan kata lain, untuk
mendapatkan “return” yang lebih tinggi biasanya harus menghadapi resiko yang lebih tinggi pula.
Langkah-langkah apa yang musti dilakukan dalam suatu kegiatan bisnis agar dapat memperoleh
“return” yang lebih tinggi namun dengan resiko yang relatif kecil atau rendah.
Jawab:
Seorang wirausaha harus mau dan mampu mengambil resiko yang telah diperhitungkan
dengan matang dan selanjutnya resiko-resiko usaha dapat diatasi dan diperkecil dengan adanya:
1. Keahlian dalam mengambil resiko.
2. Resiko yang diketahui sebelumnya
3. Resiko pertengahan Usaha
4. Inisiatif dan inovatif
5. Resiko usaha yang diasuransikan
6. Kerja prestatif dan antusiasme.
Adapun kemampuan di dalam memperkecil suatu resiko usaha di tentukan oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Keyakinan pada diri sendiri untuk sukses
2. Kemampuan menghadapi situasi resiko menurut tujuan usaha atau bisnis
3. Kemampuan untuk menilai resiko secara realistis
4. Kesediaan untuk mengubah keadaan demi keuntungan usaha atau bisnis.
Resiko harus dikelola, jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima
bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara yaitu
sebagai berikut:
1. Penghindaran. Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah menghindar. Tetapi
cara semacam ini barangkali tidak optimal. Sebagai contoh, jika kita ingin memperoleh
keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut.
Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.
2. Ditahan (Retention). Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri
resiko tersebut (menahan risiko tersebut, atau risk retention).
3. Diversifikasi. Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh: misal saham A, saham B, obligasi
C, properti, dan sebagainya. Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa
dikompensasi oleh keuntungan dari aset lainnya.
4. Transfer Resiko. Jika kita tidak ingin menanggung resiko tertentu, kita bisa mentransfer resiko
tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi resiko tersebut. Sebagai contoh, kita bisa
membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung
kerugian dari kecelakaan tersebut.
5. Pengendalian Resiko. Pengendalian resiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya resiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, untuk
mencegah terjadinya kebakaran, kita memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm tersebut
merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
6. Pendanaan Resiko. Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang
terjadi jika suatu resiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung
kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan?
KUIS 4
Manajemen Resiko
Untuk dapat mengatasi resiko usaha perlu adanya sebuah strategi yang tertata dengan baik. Ilmu
Risk management atau Manajemen Resiko Usaha sudah pasti harus Anda baca sebagai kalangan
para entrepreneur. Jika Anda berani menghadapi resiko tentunya harus punya persiapan matang
sebelumnya. Berikut adalah 4 langkah mudah memanage resiko usaha:
1. Identifikasi Resiko
Dari berbagai jenis resiko usaha yang telah dipaparan sebelumnya, Anda dapat mencoba
identifikasi kira-kira dari jenis resiko tersebut yang dapat muncul dalam usaha Anda adalah yang
mana. Terkadang proses ini terlalu menjemukan karena ternyata resiko yang Anda bayangkan
sebelumnya dapat muncul lebih banyak. Namun ketika resiko ini lebih sedikit dampaknya daripada
keuntungan tentunya Anda tidak akan sia-sia berusaha untuk mengatasi resiko ini. Inti dari proses
ini adalah dibuatnya sebuah daftar dari setiap resiko yang dapat terjadi pada usaha Anda.
2. Ranking Berdasar Kerugian
Setelah memiliki daftar tentang berbagai resiko usaha, saatnya Anda menganalisa dan
mengurutkannya berdasarkan dampak terburuk. Anda harus fokus pada resiko yang paling besar
akibatnya dan paling sering dialami terutama terhadap jenis usaha Anda yang serupa. Cari apa saja
dampaknya terhadap Anda, terhadap karyawan, terhadap kelangsungan perusahaan dan bahkan
terhadap lingkungan.
3. Control Resiko
Daftar dengan berbagai resiko ini tidak akan berarti jika tidak ada rencana aksi yang dapat
dilakukan untuk penganggulangannya. Dalam menyikapi resiko usaha terdapat 5 bentuk sikap:
a. Risk Avoidance (Menghindari Resiko).
Sikap berikut sering kali tidak efektif karena dengan menghindari resiko ini berarti Anda tidak
berani mengambil kesempatan untuk berusaha dan mengatasi resiko, Anda bahkan tidak belajar
akan apapun. Tindakan ini berarti Anda tidak melakukan tindakan yang dapat menyebabkan resiko
tersebut terjadi, termasuk tidak jadi melakukan suatu strategi usaha yang telah disusun.
b. Risk Reduction (Mengurangi Resiko).
Hal ini berarti mencari sebuah tindakan untuk mengurangi kerugian dari sebuah resiko yang dapat
terjadi. Kemungkinan resiko terjadi tetap ada namun dampaknya sebisa mungkin diminimalisir.
Misalnya, sistem alarm pendeteksi kebakaran, kebakaran tetap dapat terjadi namun resiko kerugian
dapat dikurangi dengan sistem ini.
c. Risk Transfer (Memindahkan Resiko).
Selain menghindari dan mengurangi resiko, kita juga bisa mengalihkan resiko. Kita bisa
mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain dengan membayar jasa tersebut. Contoh jika Anda
memiliki perusahaan barang pecah belah dan harus mengirimkannya ke tempat yang cukup jauh
dan jalan yang kurang memadai, daripada Anda sendiri atau karyawan sendiri yang mengantar
lebih baik Anda memilih membayar jasa pengantar yang memiliki asuransi barang pecah belah.
Tentu resikonya akan Anda pindahkan ke pihak pengantar ini.
d. Risk Retention (Menerima Resiko).
Menerima artinya Anda hanya bisa merelakan kerugian tersebut terjadi. Sikap ini tentunya diambil
jika tidak ada cara lain untuk menghadapinya. Contohnya jika Anda salah menghitung uang atau
salah mengirim barang tentunya kerugian mau tidak mau harus Anda terima. Perlu diingat pula
jika dampak kerugiannya terlalu besar maka lebih baik menghindari daripada menerimanya.
4. Monitoring dan Review
Setelah Anda berhasil mengidentifikasi Resiko dan memilih strategi yang dapat diterapkan untuk
setiap resiko, saatnya Anda untuk selalu waspada akan segala isu yang ada. Sebuah Isu adalah
sebuah gejala dari datangnya sebuah resiko atau bahkan krisis yang akan melanda. Sebuah isu
tentu tidak selalu memiliki gejala tapi setidaknya setelah mengenal jenis-jenis resiko usaha ini
maka Anda akan tahu dimana fokus Anda akan tertuju jika resiko tersebut terjadi. Jika sebuah isu
tersebut telah menjadi resiko yang sebenarnya dan mendatangkan krisis saatnya Anda meresolusi
atau mengevaluasi apakah tindakan Anda terhadap resiko tersebut berhasil sesuai yang Anda
rencanakan atau tidak. Setidaknya setelah Anda berhasil mendapatkan hasil review ini akan Anda
jadikan bahan pembelajaran untuk dapat lebih baik jika menghadapi resiko ini kembali.
FORUM 5
Kreatifitas dan inovasi adalah salah satu faktor penentu penting untuk penciptaan, kelangsungan
dan pengembangan suatu kegiatan bisnis atau perusahaan. Jelaskan fungsi atau peranan
kreatifitas dan inovasi dari aspek input, proses, output, sampai dengan distribusi dan marketing
produksi. Berikan contoh ilustrasi dengan contoh-contoh konkrit baik yang sudah pernah terjadi
ataupun yang mungkin dapat dilaksanakan pada masa yang akan datang
Jawaban:
A. Fungsi Atau Peranan Kreatifitas
Kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam
pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Menurut Guilford (1984),
kreatifitas adalah cara-cara berpikiryang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta yang
tinggi, berpikir heuristic dan berpikir lateral. Sedangkan Rhodes yang dikutip Munandar(1987),
Menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan dalam 4p yaitu person, process, press,dan
product. Jadi kreatifitas harus ditinjau dari segi pribadi(person) yang kreatif, proses yang kreatif,
pendorong kretif dan hasil kreatif. Peranan kreativitas untuk wirausaha yaitu:
1. Menciptakan beragam produk dan jasa sebagai solusi untuk mengatasi masalah dan tentunya
juga meraih keuntungan
2. Menemukan terobosan-terobosan baru atau penciptaan hal-hal yang baru
3. Melakukan pembaharuan dari produk-produk yang sudah ada.
4. Sebagai sarana mengekspresikan perasaan sehingga menjadai karya seni.
Inovasi adalah keberhasilan sosial dan ekonomi berkat diperkenalkannya atau ditemukannya cara-
cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output
sedemikian rupa sehingga berhasil menciptakan perubahan besar ata perubahan drastic dalam
hubungan antara nilai guna atau nilai manfaat(yang dipersepsikan oleh konsumen dan/atau
pengguna ) dan nilai moneter atau harga. Inovasi menawarkan banyak manfaat dan fungsi bagi
wirausaha, antara lain :
1. Pandangan ke depan
Inovasi membuka wawasan kita untuk melihat ke depan : apa yang bisa dikembangkan lebih lanjut,
kesempatan sukses apa yang terbuka di masa depan, dan strategi apa yang perlu dilakukan untuk
menghadapi masa depan.
2. Perubahan
Perubahan senantiasa memberikan kejutan yang menyenangkan bagi target konsumen yang kita
layani sehingga konsumen atau pelanggan tidak bosan dengan produk ataupun layanan yang kita
berikan dan mendorong mereka untuk menjadi pelanggan yang setia.
3. Ketahanan terhadap krisis
Manfaat penting yang bisa dipetik adalah ketahanan terhadap krisis. Dengan kemampuan
berinovasi, kita menjadi lebih kuat menghadapi krisis. Bahkan, inovasi merupakan senjata yang
ampuh untuk mengendalikan krisis agar tidak menghantam kita dan memberi kekuatan untuk lebih
maju lagi.
4. Perangkat inovasi
Setelah kita memahami pentingnya berinovasi, tentunya kita ingin mengetahui perangkat apa saja
yang kita perlukan unuk meluncurkan strategi berinovasi tersebut.
5. Talent pool
Sebuah negara bisa saja memiliki banyak sumber daya, baik alam maupun teknologi. Namun, jika
sumber daya ini tidak dikelola oleh orang-orang yang tepat dan kreatif, negara tersebut tidak akan
bisa berhasil mengatasi kompetisi dan krisis financial.
KUIS 5
Jelaskan substansi yang anda pahami tentang konsep atau teori secara komprehensif saling
keterkaitan antara: Kreativitas, Inovasi, Entrepreneur, dan Entrepreneurship? (Explain the
substance you understand about the concept or theory in a comprehensive interconnection
between: Creativity, Innovation, Entrepreneurship, and Entrepreneurship?)
Pengertian Kreativitas
Pada saat ini, landasan pengetahuan di dalam ekonomi sudah bergeser ke arah kreativitas, inovasi,
dan imajinasi (Van den Broeck et al. 2008; Oke et al. 2009 dalam Fillis dan Rentschler, 2010). Di
dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, dibutuhkan kreativitas dalam menjalankan bisnis.
Menurut Mc Mullan dan Shepherd (2006) dalam Fillis dan Rentschler (2010), kondisi persaingan
tinggi disebabkan oleh efek globalisasi dan perkembangan teknologi yang membuka peluang
bisnis sekaligus membuat kondisi pasar menjadi semakin rumit. Sedangkan Menurut Kuncono
(2008), kreativitas adalah kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan khas manusia yang
dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, baru, indah efisien, tepat sasaran,
dan tepat guna.
Pengertian Inovasi
Sedangkan Inovasi menurut Goman (1991) merupakan penerapan secara praktis gagasan kreatif.
Inovasi tercipta karena adanya kreativitas yang tinggi. Kreativitas adalah kemampuan untuk
membawa sesuatu yang baru ke dalam kehidupan. Sedangkan menurut Dundon (2002) dalam
Prijosaksono dan Bawono (2004), menjelaskan sembilan langkah proses inovasi, yang dibagi
dalam tiga bagian, yaitu tahap pemahaman, imajinasi, dan implementasi.
a. Tahap Pemahaman
Langkah 1: Mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendukung proses inovasi. Selanjutnya,
analisis informasi yang akan membantu dalam memahami persoalan dengan lebih baik.
Langkah 2: Menentukan persoalan utama dan gambaran persoalan yang akan dijadikan benih
inovasi, sehingga pernyataan persoalan dapat diidentifikasikan dengan jelas.
Langkah 3: Menetapkan sasaran inovasi harus jelas sebagai arahan bagi tercapainya tujuan inovasi.
b. Tahap Imajinasi
Langkah 4: Berikan stimulus beih inovasi yang telah ditetapkan arahnya dengan memperhatikan
lingkungan eksternal, seperti peluang pasar, teknologi, dan situasi keuangan.
Langkah 5: Curahkan gagasan untuk memilih dan menetapkan prioritas utama yang paling bernilai
untuk ditindaklanjuti.
Langkah 6: Identifikasi ide-ide yang berkembang dan selanjutnya ditetapkan ide yang potensial
untuk mendukung proses inovasi.
c. Tahap Implementasi
Langkah 7: Kembangkan peta inovasi berupa konsep yang menjadi rencana sesuai tujuan inovasi
serta kemungkinan akibat yang timbul terhadap organisasi.
Langkah 8: Dapatkan komitmen dukungan terhadap inovasi perlu didapatkan dari pihak terkait
agar tujuan yang dicapai dari inovasi.
Langkah 9: Penerapan peta inovasi sebagai rencana akhir inovasi ke dalam tindakan nyata. Koreksi
dan penyesuaian dilakukan bila diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pengertian Wirausaha
Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai
kesempatan-Kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan
untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses.
Pengertian Kewirausahaan
John J. Kao (1993) dalam Saiman (2009) mendefinisikan kewirausahaan
(entrepreneurship) adalah usaha untuk menciptakan nilai melalui pencarian peluang bisnis,
manajemen risiko dari peluang yang telah diambil, serta melalui kehlian komunikasi dan
manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan sumber daya yang dibutuhkan dalam
keberhasilan usaha. Kemudian ditambahkan oleh Robert D. Hisrich et.al. (2005) dalam Saiman
(2009), pengertian kewirausahaan adalah dinamika proses penciptaan peningkatan kemakmuran.
Kemakmuran diciptakan dari individu yang berasumsi bahwa risiko mayor yang berasal dari
ekuitas, waktu, komitmen, dan nilai untuk penyediaan barang atau jasa. Produk atau jasa tersebut
bisa tidak baru atau tidak unik, tetapi nilai-nilai harus diterapkan oleh pelaku wirausaha. Caranya
dengan menggunakan serta mengelola sumber daya dan keahlian yang dibutuhkan. Pengertian
kewirausahaan menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995: “Kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar”.
Forum 6
Merujuk kepada teori peluang usaha yang dikemukakan oleh Certo dan Certo (2009) dalam modul-
6 Certo dan Modul -6-Certo ppt, jelaskan komentar anda dalam dunia nyata. Amatilah lingkungan
keseharian anda, baik lingkungan tempat tinggal, lingkungan perkantoran maupun lingkungan
pergaulan sehari-hari, bagaimana komentar anda tentang peluang menjadi pebisnis?
Jawaban:
Kewirausahaan melibatkan lebih dari sekedar memulai bisnis baru. Kewirausahaan mengandung
tiga hal yaitu: mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memanfaatkan peluang. Peluang wirausaha
dapat diwujudkan ketika kita dapat menjual produk atau jasa baru dengan harga produksi yang
menguntungi. Menurut Schumpeter ada 5 jenis peluang yaitu:
1. Kesempatan pertama muncul dari penciptaan produk atau jasa baru.
2. Kesempatan kedua muncul dari penemuan baru di pasar geografis yang pelanggan baru akan
nilai produk atau jasa baru.
3. Ketiga peluang muncul dari penciptaan atau penemuan bahan baku baru atau menemukan
menggunakan pergantian untuk bahan yang ada.
4. Keempat kesempatan mungkin muncul dari penemuan metode baru produksi.
5. Kelima peluang muncul dari pengatguran metode baru.
Pada dasarnya lingkungan sekitar kita memiliki peluang yang tinggi untuk memulai usaha. Hal itu
tergantung bagaimana kita melihat peluang yang ada dan menjadikannya sebagai kesempatan
untuk mendapatkan penghasilan atau peluang usaha. Kelebihanny jika kita menjalankan peluang
usaha yang ada di sekitar tentunya lebih praktis untuk di kerjakan, karena dekat dengan tempat
tinggal atau tempat kerja yang akan mempengaruhi usaha nantinya. Langkah yang harus dilakukan
dalam memanfaatkan lingkungan sekitar menjadi peluang usaha antara lain:
1. Cari Usaha Yang Paling Berpotensi
Kita bisa memulai dengan mengamati lingkungan sekitar, melihat peluang usaha apa yang
berpotensi berkembang di daerah tersebut. Caranya dengan mengamati bisnis apa yang paling
sukses di daerah kita. Dengan mengamati lingkungan sekitar kita akan mengetahui usaha-usaha
mana yang berhasil bertahan dan juga yang tidak. Tinggal kita pilih mana yang paling sesuai
dengan bidang yang di miliki.
2. Amati Keperluan Yang Paling Di Butuhkan
Dengan keseharian kita berada di daerah yang kita tinggali, tentunya tidak sulit menganalisa
keperluan apa yang paling berpeluang dibutuhkan masyarakat sekitar. Misalnya saja daerah tempat
kita tinggal dekat dengan sekolahan, maka keperluan penunjangnya pasti sangat di perlukan,
seperti toko buku, tempat fotocopy, jajanan, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui keperluan
di butuhkan di sekitar kita, usaha yang dijalankan bisa lebih tertarget dan konsumennya telah
tersedia, tinggal bagaimana mengolahnya dengan benar dan menarik perhatian masyarakat agar
mendatangi usaha kita.
3. Memanfaatkan Usaha Di sekitar
Mencari usaha yang ada di sekitar kita juga bisa dengan cara bekerja sama dengan usaha yang
telah berjalan. Artinya kita jalin hubungan dengan menjadi suplier atau pun dengan memasarkan
produk hasil olahannya. Contoh kecil misalnya, jika ada warung yang ramai pengunjungnya, kita
bisa berpeluang membuat produk untuk di titipkan pada warung tersebut, bisa berupa makanan
ataupun barang. Dengan memanfaatkan usaha yang sudah ada di sekitar, kita bisa dengan mudah
berkonsultasi, karena kehadiran kita tentunya tidak asing lagi bagi mereka, dengan begitu bisa
sama-sama menghasilkan keuntungan.
Peluang usaha akan berjalan secara berkesinambungan dan dapat mengatasi resiko yan ada. Untuk
itu pentingnya analisis data dan evaluasi peluang yang ada bukan sekedar keuntungan semata. Dan
dipihak lain keterlibatan dan kerjasama dalam hal pengawasan dengan pemerintah sangat
dibutuhkan serta mengedepankan analisis dampak lingkungan.
Certo dan Certo (2006:481) mengatakan “Controlling is the process managers go through to
control.” (Pengawasan adalah proses dari para manajer dalam menjalankan pengontrolan).
Sehingga dapat simpulkan bahwa pengawasan dimaksudkan sebagai suatu hal yang dipakai untuk
mengukur dan menilai hasil yang kemudian dibandingkan dengan standar. Jika ditemukan adanya
penyimpangan penyimpangan perlu dilakukan tindakan perbaikan untu keberlangsungan suatu
usaha.
Umumnya, dikenal prinsip kelola usaha dengan Skema POAC (Planning -perencanaan,
Organizing -pengorganisasian sistem kerja, Actuating -pelaksanaan aktivitas, Controlling -
pengawasan dan evaluasi) sehingga menjadi sebuah kesatuan dalam serangkaian tindakan
pengelolaan usaha. Sejak dini, dengan tidak memandang bisnis dalam skala kecil maupun besar,
prinsip dasar tersebut menjadi sebuah panduan perilaku bisnis untuk dapat menjalankan fungsi
pengelolaan secara optimal. Sehingga komentar saya terkait hal tersebut perlunya mekanisme
pengawasan untuk menghindari kemungkinan terjadinya manipulasi dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk antara lain :
1. Pengawasan berkala: dalam hal, ini dapat secara terjadwal meminta dibuat dalam proses
prosedur operasional untuk melakukan pelaporan aktivitas harian. Hal tersebut harus menjadi
sebuah kebiasaan dalam kegiatan harian di outlet. Di mana proses laporan, dapat difasilitasi
dengan: email, sms, telepon, via fax, dll dengan tujuan kita dapat mengetahui perkembangan bisnis
secara kontinu.
2. Pembukuan transaksi: berkenaan dengan kondisi ini, maka dibuatkan satu instrumen untuk
melakukan pencatatan atas transaksi usaha secara harian, yang disertai dengan bukti pendukung
lain (seperti: kuitansi, bon, dll). Hal tersebut, khususnya untuk usaha dengan pola pengelolaan kas
secara mandiri. Sehingga, memiliki hak untuk mengeluarkan biaya dari hasil pendapatan harian,
seperti untuk membayar listrik, telepon, PAM, dll. Maknanya adalah pencatatan baik pemasukan
maupun pengeluaran dilakukan secara terdata dan terinventarisir melalui bukti pendukung.
3. Kunjungan Non Reguler: sebagai sebuah bisnis, tentu kehadiran fisik pemilik menjadi hal
penting dalam melihat secara langsung perkembangan yang dicapai. Dalam hal ini, tentu ada
schedule kedatangan secara berkala. Di luar jadwal tersebut, lakukan evaluasi fisik mendadak,
dengan maksud untuk dapat melihat secara riil pelaksanaan pekerjaan di lokasi outlet tersebut.
4. Pendapatan diarahkan melalui perbankan: salah satu kemungkinan terjadinya manipulasi
pengelolaan (fraud) adalah kesempatan dalam melihat cash money (uang tunai). Untuk itu,
perkecil peluang tersebut, sehingga setiap hari ada jadwal penyetoran uang tunai melalui bank.
Maupun memperbanyak kemungkinan pembayaran menggunakan kartu kredit maupun debit,
sehingga transaksi akan langsung tertampung pada akun rekening di bank.
5. Prasarana kerja membuat proses transparansi: dalam konteks ini apa yang bapak sudah
rencanakan untuk menempatkan CCTV, dan membuat transaksi secara sistem kasir dengan
menggunakan struk yang mudah untuk dikalkulasi, merupakan sebuah langkah yang dapat
dilaksanakan. Mengingat teknologi tersebut akan menuntut para pekerja di outlet terkontrol.
Rasanya, beberapa langkah tersebut dapat dilakukan untuk melakukan proses pengawasan yang
lebih baik. Dalam hal ini, prosedur yang diambil itu bukan merupakan sebuah perwujudan dari
bentuk ketidakpercayaan pemilik kepada para pekerjanya. Namun, menjadi sarana dalam
mereduksi kemungkinan terjadinya praktik manipulasi usaha yang dimungkinkan bila bisnis tidak
diawasi langsung.
KUIS 6
JELASKAN SECARA RINGKAS/PADAT NAMUN KOMPREHENSIF TENTANG ASPEK-
ASPEK YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMPERTIMBANGKAN PELUANG USAHA.
SELANJUTNYA JELASKAN PULA TENTANG TINDAKAN APA YANG MUSTI
DILAKUKAN UNTUK MEMANFAATKAN PELUANG BISNIS SESUAI DENGAN
KEMAMPUAN YANG KITA MILIKI.
Jawaban :
Dalam menentukan peluang usaha, diperlukan pertimbangan membutuhkan faktor faktor terhadap
aspek aspek dan kapabilitas berupa :
FAKTOR- FAKTOR:
1. Faktor Jenis Kebutuhan: kebutuhan yang berkelanjutan, kebutuhan yang menurun, kebutuhan
yang timbul dan kebutuhan masa depan.
2. Faktor Pemilihan Waktu Kebutuhan: Durasi kebutuhan, frekwensi kebutuhan, siklus
permintaan, posisi dalam siklus kebutuhan.
3. Cara- cara bersaing untuk memenuhi kebutuhan: memenuhi kebutuhan tanpa menggunakan cara
apapun, menggunakan cara yang ada sekarang, mengubah cara yang sudah ada.
4. Keuntungan/ resiko yang didapat: kegunaan untuk pelanggan, karakteristik yang menarik, selera
dan pilihan pelanggan, motif untuk membeli, kebiasaan pemakaian.
5. Fitur- fitur harga vs konerja: hubungan harga kuantitas, elastisitas permintaan, stabilitas harga,
stabilitas pasar.
6. Ukuran dan Potensi Pasar: pertumbuhan pasar, kecenderungan pasar, persyaratan perkembangan
pasar, ancaman untuk pasar.
7. Ketersediaan dana pelanggan: kondisi ekonomi umum, kecenderungan ekonomi, pemasukan
pelanggan, peluang pembelanjaan
ASPEK PERTIMBANGAN NILAI DAN BIAYA ANTARA LAIN :
1. Pengeluaran: Biaya litbang, biaya pemasaran, biaya peralatan modal, biaya lain.
2. Pemasukan: Penjualan produk baru, pengaruh terhadap penjualan tambahan dari produk yang
sudah ada., nilai barang yang dapat diselamatkan.
3. Arus kas bersih: pendapatan maksimum, waktu untuk pendapatan maksimum, durasi
pendapatan, investasi total, uang bersih maksimum dalam satu tahun.
4. Laba: laba dari produk baru, laba yang mempengaruhi penjualan tambahan dari produk-produk
yang sudah ada, bagian kecil dari laba total perusahaan.
5. Imbal hasil relatif: Keuntungan ekuitas pemegang saham (ROE), keuntungan investasi (ROI),
Biaya modal, Nilai saat ini (PV), Aliran kas yang dilalaikan (DCF), Imbal hasil aset yang
digunakan (ROA), Imbal hasil penjualan.
6. Dibandingkan dengan Investasi Lain: dibandingkan dengan peluang produ lain, dibandingkan
dengan peluang investasi lain.
ASPEK PERTIMBANGAN LOKASI ANTARA LAIN :
1. Jenis usaha yg dijalankan;
2. Dekat konsumen atau pasar
3. Dekat dengan bahan baku;
4. Ketersediaan tenaga kerja;
5. Sarana dan prasarana;
6. Dekat dengan pusat pemerintahan;
7. Dekat dengan lembaga keuangan;
8. Berada dikawasan industri;
9. Kondisi masyarakat setempa
ASPEK PERTIMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ANTARA LAIN :
1. Salah satu aspek yang tdk kalah pentingnya untuk dikelola para wirausahawan adalah sumber
daya manusia ( SDM ) yang dimilikinya.
2. Manusia ( Karyawan ) yang menjadi motor penggerak kegiatan usaha perlu dikelola secara
profesional.
3. Pengelolaan Manajemen SDM.
TINDAKAN YANG HARUS DILAKUKAN DALAM MEMANFAATKAN PELUANG
ADALAH:
1. Jenis Usaha. sebagai wirausahawan kita harus mempunyai Visi dan Misi. Jika usaha
bersifat tren, usaha itu tidak akan berlangsung lama setelah bergantinya tren jaman, namun
usaha itu akan mempunyai prospek saat tren itu menjadi top topik jaman itu. Jika usaha
bersifat intuisi, atau dengan kata lain adalah obsesi, cita-cita, sebaiknya pikirkan ulang dan
buat suatu hal yang unik dan berbeda, juga kembangkan bisnis panggilan jiwa (intuisi)
tersebut.
2. Produk .Teliti dan kaji baik-baik, karena itu akan mendapatkan keuntungan hanya dari
produk yang terjual. Apakah produk tersebut cepat habis, sehingga pelanggan mempunyai
traffic atau perputaran omzet yang banyak? Apakah produk tersebut lama habisnya tetapi
keuntungan besar ketika produk terjual?
3. Target Pasar. Produk bisa terjual jika terdapat pasar yang mana produk tersebut akan
terjual di dalamnya. Tentukan pasar, atau tempat entah itu kota lain, pulau lain, bahkan
ekspor ke negara lain jika perlu agar produk tersebut terjual.
4. Usaha Di Sekitar kita. Jika kita sudah menemukan jenis usaha, kita harus melihat satu
aspek lagi, yaitu melihat usaha di sekitar. Banyaknya pesaing mengakibatkan produk
kurang terjual, bahkan yang mengerikan adalah tidak terjualnya produk kita. Kita harus
melihat para pesaing dan kita harus yakin kita akan berhasil, terlebih kita harus
mencobanya! Jangan takut mencoba, karena kita tahu bahwa langkah yang jauh dimulai
dari langkah pertama.
Peluang berarti juga pasar. Jika seseorang ingin berhasil, apalagi berhasil sebagai entrepreneur, dia
harus bisa secara cerdik menangkap dan memanfaatkan peluang, kemudian mengambil keputusan
yang tepat agar memenangkan persaingan di pasar.Dengan kreativitas berarti seseorang bisa secara
bersama-sama menciptakan atau menangkap peluang dan memaksimalkan resources lain yang bisa
mendukung agar peluang-peluang dan kreativitas itu menjadi berhasil.Dan agar peluang-peluang
dan kreativitas itu berhasil dibutuhkan komunikasi yang baik. Bagi seorang entrepreneur,
keterampilan berkomunikasi itu sangat penting. Segala ide dan kreativitas yang ada pada diri
seorang entrepreneur harus bisa dikomunikasikan dengan baik ke pasar.
Seorang entrepreneur harus rajin pergi ke mana saja, untuk mengkomunikasikan ide dan
kreativitasnya. Dengan komunikasi yang baik, seorang entrepreneur harus punya keyakinan bahwa
ide dan kreativitasnya itu bisa diterima pasar,Memang tidak lah mudah bagi seseorang untuk bisa
memanfaatkan peluang usaha dengan cara memanfaatkannya atau mempraktekannya dalam dunia
wirausaha yang sesungguhnya.Ini akan terasa berat karena selain membutuhkan ketekunan, tenaga
juga modal yang jumlahnya relatif.
Berikut hal yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan peluang Bisnis
1. Mempersiapkan dan menyusun rencana
2. Patuh terhadap aturan
3. Strategi Pemasaran yang tepat sasaran
MATERI 7
KRITERIA INVESTASI
(INVESTMENT CRITERIA)
KRITERIA INVESTASI (INVESTMENT CRITERIA)
Kriteria Invstasi (Investment Criteria) adalah indeks - indeks yang
dipergunakan dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh
tentang suatu proyek. Dapat menarik dua jenis kesimpulan:
1. Dapat diketahui apakah benefit netto suatu kegiatan investasi lebih besar
atau lebih kecil dari benefit netto suatu peluang investasi yang lain.
2. Dapat ditentukan urutan berbagai proyek dalam serangkaian peluang
investasi yang lebih baik sehingga proyek yang akan menghasilkan
bernefit yang lebih besar terletak pada urutan prioritas.
Dalam upaya mencari ukuran yang menyeluruh sebagai penerimaan/
penolakan atau pengurutan suatu proyek, dinilai dengan cara “Kriteria
Investasi”
Di mana :
atau
Bt Ct
n n
Bt Ct
NPV
n
t 0 (1 i )
t
t 0 (1 i )
t ,atau NPV
t 0 (1 i )
t
Keterangan:
Layak nya suatu proyek dinyatakan oleh NPV nilai ≥ 0.
Jika NPV = 1 proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social
opportunity cost or capital.
Jika NPV≤ 0, proyek supaya ditolak, artinya penggunaan lain yang lebih
menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek.
Contoh 1.
Kesimpulan:
Nilai Kotor
Kesimpulan:
Nilai NPV = Rp. 191.57 juta >1 Proyek Layak untuk dijalankan
Contoh 3.
Kesimpulan:
Nilai NPV = Rp. 371.79 juta >1 Proyek Layak untuk dijalankan
Untuk menghitung indeks ini terlebih dulu dihitung (Bt-Ct)/(1+i)t untuk setiap
tahun t. Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present
value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present value yang
negatif (sebagai penyebut). Secara umum, rumusnya adalah
Bt Ct
n
t 0 (1 i )
t
(untukBt Ct 0)
NetB / C n ,
Ct Bt (untukBt Ct 0)
t 0 (1 i )
t
Keputusan Investasi :
Layak nya suatu proyek dinyatakan oleh Net B/C Ratioi ≥ 1,
sedangkan sebaliknya tidak.
Jika Net B/C = 1 proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
social opportunity cost or capital.
Contoh 4.
Total Ct - Bt 694.79
804.38
NetB / C 1,16
694.79
Kesimpulan:
Nilai Net B/C = Rp. 1,23 > 1 Proyek Layak untuk dijalankan
Contoh 5.
Nilai Kotor
1.991,57
NetB / C 1,11
1.800
Kesimpulan:
Nilai Net B/C = Rp. 1,11 > 1 Proyek Layak untuk dijalankan
Contoh 6.
1.189,18
NetB / C 1,45
817.39
Kesimpulan:
Nilai Net B/C = Rp. 1,45 > 1 Proyek Layak untuk dijalankan
Di mana:
Gr B/C = Gross Benefit-Cost Ratio
Bt = Arus benefit pada tahun t
Ct = Arus biaya pada tahun t
Contoh 7.
1 0 500 1 - 500.00
1.942,00
GrossB / C 1,06
1.832,42
Kesimpulan:
Nilai Gross B/C = Rp. 1,06 > 1 Proyek Layak untuk dijalankan
Contoh 8.
1 - 1 - 1,800 1 1,800
Kesimpulan:
Nilai Gross B/C = Rp. 1,106 > 1 Proyek Layak untuk dijalankan
Contoh 9.
1 0 1 - 800 1 800
3.251
GrossB / C 1,13
2.879
Kesimpulan:
Nilai Gross B/C = Rp. 1,13 > 1 Proyek Layak untuk dijalankan
Catatan:
Keputusan yang diambil berdasarkan Gross B/C ratio dianjurkan untuk tidak
dipergunakan dalam analisis benefit-cost kalau kriteria-kriteria lian termasuk
Net B/C ratio sudah digunakan karena nilainya sering lebih rendah
dibandingkan dengan Net B/C ratio.
4. Interal rate of return (IRR)
IRR suatu investasi adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
dari aliran kas keluar dan present value dari aliran kas masuk. IRR adalah
nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek = 0, yaitu:
n
Bt Ct
NPV 0
t 0 (1 i )t
IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam
suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan (yaitu setiap Bt –
Ct yang bersifat positif) secara otomatis ditanamkan kembali dalam tahun
berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan I yang sama yang diberi
bunga selama umur proyek.
NPV1
IRR i1 .(i2 i1 )
NPV1 NPV2
Di mana:
IRR = Internal Rate of Returns
NPV1 = Net Present Value periode 1
NPV2 = Net Present Value periode 2
IRR yang lebih besar atau sama dengan social Discount Rate menyatakan
tanda “GO/layak” untuk suatu proyek, sedangkan jika lebih kecil menyatakan
“NO-GO/tidak layak).
Pertama, pilih nilai discount rate I1 yang kira-kira mendekati nilai IRR yang
benar, kemudian hitung NPV arus benefit dan biaya. Jika hasil NPV ini
positif, berarti nilai discount rate i1 terlalu rendah, di mana nilai NPV belum
sama dengan nol.
Kedua, jikan NPV pada percobaah pertama positif, maka percobaan kedua
pilih nilai i2 yang lebih tinggi sedemikian rupa supaya menghasilkan NPV
mendekati nol. (Sebaliknya bila NPV pada percobaan pertama negatif, kita
harus memilih i2 yang lebih rendah sedemikian rupa supaya menghasilkan
NPV yang mendekati nol).
Contoh 10.
190.27
IRR 0.15 .(0.20 0.15) 0.1869
190.27 67.56
Kesimpulan:
Nilai Kotor
371.8
IRR 0.15 .(0.26 0.15) 0.2560
371.8 14.07
Kesimpulan:
Contoh 12.
Nilai Kotor
Tahun Benefit Biaya Benefit Faktor NPV Faktor NPV
130.1
IRR 0.15 .(0.22 0.15) 0.2133
130.1 13.77
Kesimpulan:
5. Profitability Ratio
Profitability Ratio dipahami sebagai indeks rentabilitas sehubungan dengan
biaya modal saja, yakni dibandingkan present value arus sisa benefit
dikurangi biaya rutin dengan biaya modal. Rumusnya adalah:
Bt EPt
n
(1 i ) t
PI n
t 0
Kt
t 0 (1 i )
t
Di mana:
Bt = benefit bruto dalam tahun t, dan n adalah umur ekonomis
proyek, seperti dalam rumus-rumus lainnya.
Contoh 13.
2290.27
PI 1.10
2100
Kesimpulan: