A. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan atau entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis yaitu
perantara. Beberapa pengertian kewirausahaan yaitu:
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses
dan hasil bisnis (Achmad Sanusi, 2008).
2. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan. (Zimmerer, 2008).
3. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. (Keputusan Menteri
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995).
Jadi kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif, kreatif,
berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya. Seseorang
yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah
dicapainya.
Sedangkan pengertian wirausaha atau entrepreneur adalah mereka yang
selalu bekerja keras dan kreatif untuk mencari peluang bisnis, mendayagunakan
peluang yang diperoleh, dan kemudian merekayasa penciptaan alternatif sebagai
peluang bisnis baru dengan faktor keunggulan (Heflin, 2004).
B. Pengertian Teknopreneurship
Teknologi merupakan cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi
efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih
berkualitas. Dasar-dasar penciptaan teknologi adalah kebutuhan pasar, solusi atas
permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektifitas dan efisiensi
produksi, serta modernisasi.
Kata Technopreneurship merupakan gabungan dari kata Technology dan
Entrepreneurship yang dapat disimpulkan sebagai proses pembentukan dan
kolaborasi antara bidang usaha dan penerapan teknologi sebagai instrument
pendukung dan sebagai dasar dari usaha itu sendiri, baik dalam proses, sistem,
pihak yang terlibat, maupun produk yang dihasilkan.
1. Posadas (2007) mendefinisikan istilah Technopreneurship dalam cakupan yang
lebih luas, yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup
teknologi semikonduktor sampai ke asesoris Komputer Pribadi (PC).
2. Technopreneur merupakan orang yang menjalankan Technopreneurship atau
seseorang yang menjalankan usahayang memiliki semangat entrepreneur
dengan memasarkan dan memanfaatkan teknologi sebagai nilai jualnya
(Zimmerer dan Scarborough, 2008).
3. Hartono (2011) menyatakan bahwa technopreneurship adalah sebuah
kolaborasi antara penerapan teknologi sebagai instrument serta jiwa usaha
mandiri sebagai kebutuhan.
C. Filosofi Wirausaha
Filosofi merupakan teori yang mendasari suatu pemikiran atau perbuatan.
Dalam berwirausaha kita perlu berpegang pada filosofi-filosofi usaha yang baik dan
benar agar usaha kita juga berjalan dengan motif-motif yang baik dan benar.
Beberapa filosofi usaha yang layak dipegang teguh antara lain :
1) Sukses/tidaknya usaha terletak pda kemauan kita, bukan pada orang lain.
2) Kegagalan adalah sukses yang tertunda, dan sukses merupakan
konsekuensi dari perjuangan tanpa henti.
3) Jadilah diri sendiri, kenali kelebihan dan kelemahan diri untuk melakukan
yang terbaik.
4) Hasil yang realistis lebih baik dari pada mimpi yang sempurna.
5) Usaha bukan untuk mencari uang atau untuk mendapatkan sesuatu, tapi
untuk memberi manfaat kepada pihak lain. Apa yang kita dapat dari usaha
adalah konsekuensi dari apa yang kita berikan.
6) Sukses tidak akan jauh dari genggaman orang-orang yang benar-benar
menginginkannya sehingga mereka berani mempertaruhkan segalanya
untuk meraih apa yang diinginkan.
7) Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali orang itu mau
mengubahnya sendiri.
8) Pengalaman adalah guru yang terbaik sehingga pengalaman gagal akan
mengajari kita untuk terhindar dari kegagalan serupa.
D. Karakteristik Wirausahawan
Menjadi seorang wirausahawan yang baik dan sukses bukanlah hal yang
mudah. Banyak karakteristik dari diri seorang wirausahawan sejati yang harus
dipelajari dan dimiliki. Berikut ini adalah karakteristik dari wirausahawan menurut
Kasmir, S.E., M.M. (2006).
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas.
Dengan visi dan tujuan yang jelas, seorang wirausaha mampu menentukan
kemana langkah dan arah yang harus dituju sehingga ia mengerti apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuannya.
2. Inisiatif dan selalu proaktif
Seorang wirausahawan bukan hanya seorang pemimpin yang pasif menunggu
sesuatu terjadi. Seorang wirausahawan harus memiliki inisiatif yang lebih dan
cenderung bersifat proaktif dalam mencari peluang. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa seorang wirausahawan juga merupakan pelopor dalam kegiatan usaha.
3. Berorientasi pada prestasi
Prestasi menjadi sesuatu yang penting bagi seorang wirausahawan.
Wirausahawan yang baik selalu mengejar prestasi yang lebih baik dari prestasi
yang sebelumnya. Seperti masalah mutu produk usaha, pelayanan yang
diberikan serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Sehingga dalam
setiap aktivitas usaha harus disertai dengan evaluasi usaha agar selanjutnya
dapat dijalankan dengan lebih baik.
4. Berani mengambil resiko
Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan
dimana pun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
5. Kerja keras
Bagi seorang wirausahawan, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Segala ide-ide dan kreativitas ia tuangkan dalam usaha nya demi kemajuan
usaha. Tidak terbatas dengan waktu, seorang wirausaha selalu memikirkan
kemajuan usaha dalam benaknya
6. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankan baik sekarang
maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang wirausahawan bukan
hanya berwujud materil melainkan juga moral terhadap berbagai pihak.
7. Komitmen
Komitmen merupakan ciri dari wirausahawan yang baik. Seorang
wirausahawan harus memiliki komitmen dan mampu menepatinya. Baginya
komitmen dengan berbagai pihak untuk melakukan sesuatu merupakan
kewajiban untuk segera direalisasikan.
8. Memelihara hubungan baik
Memelihara hubungan baik kepada berbagai pihak. Hubungan baik dijalin
dengan pelanggan, pemerintah, pemasok serta masyarakat luas.
E. Tipe-tipe Wirausaha
Dalam berwirausaha terdapat beberapa tipe wirausaha. Menurut Dr. H. Buchari
Alma (2000), Tipe-tipe wirausaha terbagi 3 yang utama yaitu wirausaha ahli
(craftman), the promoter, dan general manager. Berikut ini adalah penjelasan dan
contoh-contoh dari masing-masing tipe wirausaha tersebut.
1) Wirausaha ahli (craftman)
Wirausaha ahli bisa juga disebut sebagai seorang penemu. Dia adalah
orang yang memiliki suatu ide untuk mengembangkan proses produksi,
sistem produksi dan sebagainya. Craftman ini lebih cenderung bergerak
dalam bidang penelitian membuat model percobaan laboratorium dan
sebagainya. Dia juga menjual lisensi idenya untuk dijadikan produk
komersial. Pengetahuannya lebih banyak pada bidang teknis produksi
dibandingkan pengetahuan di bidang pengawasan, financing dan lain-lain.
2) The Promoter
The promoter merupakan individu yang pada mulanya memiliki latar
belakang pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing, kemudian
mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampilan yang sudah ia miliki
biasanya berupa faktor pendorong untuk mengembangkan perusahaan yang
ia rintis.
3) General Manager
General manager merupakan individu yang ideal dan secara sukses bekerja
pada sebuah perusahaan. Dia banyak menguasai keahlian bidang produksi,
pemasaran, permodalan dan pengawasan.
PERTEMUAN 2
MEMBANGUN SPIRIT TECHNOPRENEURSHIP:
BERPIKIR PERUBAHAN DAN KREATIF
C. Konsep Resiko
Saat ini sudah banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya atau opininya
mengenai apa yang dimaksud dengan resiko. Berikut beberapa pengertian resiko
menurut para ahli :
Menurut Arthur Williams dan Richard, M. H., Resiko adalah suatu variasi dari
hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.
Menurut A.Abas Salim, Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang
mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss).
Menurut Soekarto, Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu
peristiwa.
Menurut Herman Darmawi, Resiko merupakan penyebaran atau
penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan.
Menurut Djohanputro, Resiko diartikan sebagai ketidakpastian yang telah
diketahui tingkat probabilitas kejadiannya.
Menurut KBBI, Resiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat
merugikan perusahaan.
Bagi seorang wirausaha, menghadapi resiko adalah tantangan karena
mengambil resiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian
penting dalam mengubah ide menjadi kenyataan. Demikian pula pengambilan resiko
bagi wirausaha berkaitan dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar pula
keyakinan pada kemampuan dirinya, semakin besar pada kesanggupan untuk
menelurkan hasil dari keputusan yang diambil. Bagi orang yang bukan wirausaha
(misalnya pegawai negeri) kegiatan tersebut merupakan resiko, tetapi bagi
wirausaha adalah tantangan dan peluang untuk memperoleh hasil. Wirausaha
berprinsip biar mundur satu langkah, tetapi nanti harus maju dua langkah.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa resiko adalah
suatu kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak
diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang
sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Resiko ini biasanya menjurus
pada suatu hal yang merugikan bagi pelaku suatu kegiatan.
E. Pengelolaan Resiko
Mengelola risiko atau disebut juga dengan manajemen risiko merupakan suatu
proses indentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya
melalui sumber daya yang tersedia. Tujuan dari pelaksanaan manajemen risiko
adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang
yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.
1. Dikontrol (Risk Control)
Risiko yang dikontrol ini artinya melakukan upaya-upaya agar probabilitas
terjadinya risiko yang telah diidentifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko
ini juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengontrol risiko ini dapat
meliputi : membuat dan mengimplementasikan standard operating procedure
(SOP) yang baik, melakukan pengontrolan dengan serius terhadap kualitas
produk dan proses, melengkapi area produksi dengan berbagai alat
keselamatan kerja yang diperlukan, serta mengintroduksi budaya sadar risiko
pada seluruh karyawan.
2. Ditransfer ke pihak lain (Risk Transfer)
Strategi pengelolaan risiko dengan cara ditransfer ke pihak lain ini dilakukan
dengan upaya -upaya yang secara sadar dengan jalan memindahkan risiko
yang dihadapi terhadap pihak lain. Untuk melakukan hal ini, dapat dilakukan
dengan memindahkan risiko terjadinya kebakaran toko pada perusahaan
asuransi. Cara lain semisal untuk memindahkan risiko terkait meningkatkan
beban biaya tetap pegawai, hal ini bisa dilakukan dengan kontrak outsourcing.
Selain itu, untuk memindahkan risiko tingginya modal kerja kepada konsumen,
ini bisa diatasi dengan jalan meminta pembayaran di awal, atau dengan
memindahkan risiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.
3. Dibiayai sendiri (Risk Retention)
Dibiayai sendiri atau risk retention ini adalah strategi pengelolaan risiko yang
dilakukan dengan upaya -upaya mendanai dampak yang mungkin ditimbulkan
oleh risiko. Maksudnya, konteks mendanai risiko ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yakni dengan menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus guna
mendanai risiko, atau tanpa membuat dana cadangan.Dengan membuat dana
cadangan, hal ini dapat menimbulkan risiko baru, yakni terganggunya kegiatan
bisnis yang sudah direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, terdapat risiko
kebakaran dari toko yang kita tempati. Apabila kebijakan pengelolaan risiko
adalah dibiayai tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang
seharusnya digunakan untuk ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai
perbaikan toko tersebut. Karenanya, ekspansi pun bisa gagal dilakukan.
4. Dihindari (Risk Avoidance)
Pengelolaan risiko dengan dihindari, yakni suatu tindakan yang dilakukan
secara sadar untuk menghindari risiko yang dihadapi. Sebagai contoh, apabila
selama satu minggu ke depan ada prediksi hujan akan turun dengan lebat,
maka apabila kita memiliki bisnis restoran, maka disarankan untuk menghindari
penjualan berbagai macam minuman dingin atau aneka es. Hal ini dilakukan
lantaran kemungkinan dari penjualan produk -produk minuman dingin atau es
ini akan menurun atau tidak akan laku.
PERTEMUAN 4
MEMBANGUN SPIRIT TEKNOPRENEURSHIP:
KEPEMIMPINAN DAN FAKTOR X
A. Pentingnya Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan secara umum adalah suatu kekuatan untuk
menggerakan seseorang/kelompok untuk mencapai satu tujuan. Pengertian juga
bisa di definisikan sebagai proses mempengaruhi atau meberi contoh kepada para
pengikutnya dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk menjadi seorang
pemimpin tentunya harus memiliki sifat yang bertujuan untuk memberikan efek
tunduk ke bawahan kita, bertujuan agar memberi contoh ke bawahan cara menjadi
seorang pemimpin. Beberapa prinsip yang harus dimiliki seorang pemimpin antara
lain :
Purposeful – memiliki tujuan yang jelas untuk dicapai : tujuan yang
sesungguhnya.
Responsible – Tanggung jawab : keandalan yang sejati
Integrity – Integritas : nilai yang sejati
Courequeous – Keberanian : kekuatan yang sejati
Patience – Kesabaran : hubungan yang sesungguhnya
Listen – Mendengarkan : pasar yang sesungguhnya
Enthusiasm – Antusiasme : komunikasi yang sesungguhnya
Service – Layanan : tindakan yang sesungguhnya.
Untuk mengetahui apakah seseorang sudah layak disebut sebagai pemimpin
adalah dengan cara mengamati dan mencatat apa saja sifat-sifat dan kualitas
prilakunya, karena hal ini juga digunakan untuk mengetahui kriteria seorang
pemimpin.
Jiwa kepemimpinan sangat berperan di dalam kewirausahaan, karena
wirausahawan yang berhasil adalah seorang pemimpin yang berhasil memimpin
para karyawan nya dengan baik dan benar. Seorang pemimpin dapat dikatakan
berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan dari perusahaan.
Tujuan jiwa seorang pemimpin dalam berwirausaha yaitu :
1) Agar memiliki tujuan yang jelas untuk dicapai
2) Agar dapat mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas tindakan
yang dilakukan oleh bawahannya
3) Agar dapat berkomunikasi dengan karyawan/staff
4) Agar memiliki rasa tanggung jawab
5) Agar dapat mengambil keputusan kepada perusahaan
6) Agar dalam pelaksanaan berwirausaha dapat teroganisir dengan baik
Kepemimpinan adalah proses dimana seorang yang dianggap lebih
mempunyai kekuasaan bisa mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapai
untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam hal ini memaksa pola pikir orang yang
diperintahkan bertindak dengan cara tertentu mengitu arah yang di tentukan.
Seorang wirausahawan yang sukses adalah pemimpin yang bisa mengarahkan
karyawannya dengan baik. Wirausahawan mempunyai gaya kepemimpinan yang
berbeda-beda, mereka mengembangkan gaya kepemimpinan mereka masing-
masing sesuai dengan karakteristik pribadi mereka sendiri dalam memajukan
perusahaan.
Kepemimpinan dibutuhkan dalam kewirusahaan bertujuan untuk pelaksanaan
dalam berwirausaha dapat berjalan lancar dan teroganisir dengan baik. Karena pada
umumnya kepemimpinan merupakan proses mengarahkan perilaku orang lain ke
arah tujuan tertentu, sehingga dengan adanya kepemimpinan di dalam
kewirausahaan maka sebuah perusahaan akan mudah terorgganisir dalam
mencapai tujuan tertentu. Jika didalam sebuah organisasi tidak ada peran seorang
pemimpin atau sosok yang dipercaya untuk mengatur semua strategi berorganisasi,
maka akan terjadi kekacauan dan kerancuan dalam pembagian tugas-tugas yang
mengakibatkan kebangkrutan. Maka dari itu pemimpin adalah sosok yang wajib ada
dan paling utama dalam berwirausaha.
Teori Ciri
Riset kepemimpinan di tahun 1920-an dan 1930-an berfokus pada ciri
pemimpin karakteristik yang mungkin digunakan untuk membedakan pemimpin
dari non pemimpin. Maksudnya adalah mengisolasi saru ciri atau lebih yang
dimiliki pemimpin, tetapi tidak memiliki non pemimpin. Beberapa ciri yang
dipelajari itu meliputi postur fisik, penampilan, kelas social, stabilitas emosi,
kecekatan berpidato, dan kemampuan bersosialisasi. Adapun tujuh ciri yang
terkait dengan kepemimpinan yang efektif meliputi hasrat, keinginan memimpin,
kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, dan pengetahuan yang
terkait dengan pekerjaan dan ekstraversi.
Teori Perilaku
Teori-teori kepemimpinan yang mengenali perilaku dengan membedakan
antara pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif. Para peneliti berharap
bahwa pendekatan teori perilaku akan memberikan jawaban yang lebih pasti
tentang sifat kepemimpinan daripada teori ciri perilaku. Ada 4 studi perilaku
pemimpin utama yang perlu kita lihat :
1) Studi Universitas Iowa
Studi universitas iowa mempelajari tiga gaya kepemimpinan. Gaya
otokratis menggambarkan pemimpin yang cenderung memusatkan wewenang,
mendiktekan metode kerja, membuat keputusan unilateral, dan membatasi
partisipasi karyawan. Gaya demokratis menggambarkan pemimpin yang
cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan,
mendelegasikan wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan
metode dan sasaran kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang
untuk melatih karyawan. Gaya laissez-faire menggambarkan pemimpin yang
umumnya memberi kelompok kebebasan penuh untuk membuat keputusan
dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai .
2) Studi Ohio State
Studi ohio state mengenali dua dimensi penting perilaku pemimpin.
Dimensi yang pertama disebut pengusulan struktur, yaitu mengacu pada
seperti apa pemimpin mendefinisikan dan menyusun peranannya dan peran
anggota kelompok untuk mencapai sasaran. Dimensi itu meliputi perilaku yang
mencakup usaha mengorganisasi pekerjaan, hubungan kerja, dan sasaran.
Dimensi yang kedua disebut pertimbangan, yang didefinisikan sebagai
seberapa jauh hubungan kerja pemimpin bercirikan saling percaya dan hormat
terhadap ide dan perasaan para anggota kelompok.
3) Studi Universitas Michigan
Kelompok Michigan menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan,
yaitu berorientasi karyawan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang
berorientasi karyawan digambarkan menekankan hubungan antar pribadi;
mereka memberikan perhatian pribadi ke kebutuhan para pengikutnya dan
menerima perbedaan individu antar anggota kelompok. Pemimpin yang
berorientasi produksi, sebaliknya, cenderung menekankan aspek teknis atau
tugas dari pekerjaan, sangat memerhatikan penyelesaian tugas kelompoknya,
dan menganggap anggota kelompok sebagai sarana untuk mencapai hasil.
4) Kisi manajerial
Dimensi perilaku dari studi kepemimpinan awal itu menjadi dasar untuk
pengembangan kisi-kisi dua dimensi untuk menilai gaya kepemimpinan. Kisi-
kisi manajerial itu menggunakan dimensi perilaku “memerhatikan orang”dan
“memerhatikan produksi”. Memerhatikan orang yaitu dengan mengukur
perhatian pemimpin terhadap bawahan (rendah sampai tinggi). Memerhatikan
produksi yaitu dengan mengukur perhatian pemimpin untuk menyelesaikan
pekerjaan pada skala 1 sampai 9 (rendah sampai tinggi).
E. Pengertian Faktor X
Dalam wirausaha, faktor x dapat diartikan sebagai kesempatan atau
permasalahan jika ubah, eliminasi atau selesaikan akan menghasilkan keuntungan
yang lebih dari pesaing kita. Dalam istilah lain, faktor x dapat juga disebut sebagai
bakat, kerja keras, kejujuran, kecerdasan, keterampilan, penampilan fisik, sikap
serta pendidikan.
Faktor “X” merupakan faktor yang melekat pada diri semua orang, tak berwujud
benda namun dapat dirasakan. Pada diri seorang entrepreneur faktor “X” sangat
mempengaruhi geraknya dalam menjalankan usaha. Awalnya faktor “X” tidak ada
atau sangat kecil sekali, namun apabila ditekuni maka faktor tersebut akan muncul
dan tumbuh karena ia hidup. Karena ia hidup, ia pun dapat mati.
Cara menemukan dan menggali faktor “X” yang dimiliki ada bermacam-macam.
Namun yang terpenting dalam menemukan dan menggali faktor “X” itu sendiri
adalah rasa tidak cepat puas. Rasa tidak cepat puas disertai dengan keingintahuan
yang besar membuat kita berusaha untuk mencari yang lebih lagi. Dengan demikian,
kita dapat menemukan faktor “X” yang kita miliki. Terdapat beberapa tips untuk
menemukan dan menggali faktor X tersebut, yaitu :
a) Kenalilah diri sendiri dan mulailah menimbulkan “X” pada diri kita.
b) Carilah pintu yang mampu membuat “X” kita tumbuh. Datangi dan ketuklah
masing-masing pintu itu.
c) Pintu yang bagus adalah pintu yang di dalamnya terdapat ruang besar bagi
kita untuk berkembang dan di dalamnya terdapat pintu-pintu lain yang dapat
buka.
d) Waspadailah hidup yang nyaman, karena hidup yang demikian dapat
membuat hidupmu sulit. Berselancarlah pada gelombang-gelombang
ketidaknyamanan dengan berani menembus hal-hal baru yang sulit karena
kita akan mendapatkan pembejaran-pembelajaran baru.
e) Pintu yang tepat adalah pintu yang membuat kita merasa mampu untuk
tumbuh dan memberi ruang untuk berkembang.
f) Mencari gagasan Usaha
Pada masa kini, bisnis tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang telah
memiliki gelar saja. Mahasiswa pun bisa melakukannya, namun terkadang bingung
harus mulai dari mana dan bisnis seperti apa yang sebaiknya digeluti. Berikut
beberapa tips yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk menggali ide bisnis yang
unik dan menarik.
Mengenali masalah di sekitar
Sebuah ide bisnis pasti berasal dari adanya masalah yang memerlukan solusi.
Karena itu, konsep utama untuk menemukan ide bisnis adalah dengan
memperhatikan permasalahan yang sering muncul di sekitar. Namun jangan
lupa untuk memastikan bahwa permasalahan tersebut belum banyak atau
mungkin belum ada solusinya sama sekali.
Update informasi soal bisnis
Informasi mengenai bisnis atau startup tentu mudah ditemui sehari-hari melalui
koran, televisi, dan internet. Selain itu, informasi mengenai kisah sukses
tentang bisnis juga bisa didapatkan dengan mengikuti seminar dan workshop.
Dengan begitu, semakin banyak informasi yang didapatkan, maka secara tidak
langsung akan memacu munculnya ide-ide baru yang unik.
Melihat peluang yang berkembang
Dalam dunia bisnis terdapat istilah yang dikenal dengan first mover dan fast
follower. first mover adalah orang yang merintis sebuah bisnis dengan konsep
yang belum pernah ada sebelumnya. Sedangkan fast follower adalah orang
yang secara cepat mengadopsi ide atau model bisnis yang sedang tren,
kemudian mengembangkan menjadi lebih efektif dan efisien. Sebagai
mahasiswa, tidak ada salahnya menjadi fast follower, namun harus bisa
menawarkan solusi dari kelemahan bisnis first mover.
Berawal dari kemampuan dan minat
Jangan takut untuk menunjukkan apa yang menjadi kemampuan terbaik yang
dimiliki. Ide bisnis tidak harus bermodalkan kemampuan teknis saja. Apabila
memiliki minat di suatu bidang, tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa
bisa membangun bisnis yang sesuai dengan minat tersebut.
Inovasi jasa
Inovasi dipahami dalam dua aspek, yang pertama berhubungan dengan proses
kreatif untuk membuat sesuatu yang baru, sedangkan pemahaman kedua
berhubungan dengan hasil atau produk sesungguhnya. Bagi jasa, hasil bukan saja
dimaksudkan sebagai produk jasa baru melainkan lebih kepada peningkatan
modifikasi jasa yang sudah ada.
Ada 2 kategori utama dalam pengklasifikasian inovasi jasa (S.P. Johnson, L. J.
Menor, A.V. Roth, dan R. B. Chase, dalam J. A. Fitzsimmons dan M. J. Fitzsimmons,
2008) yaitu:
1) Radical innovation
Radical innovation adalah produk jasa yang belum tersedia pada waktu yang
lalu, atau berupa sistem baru (new delivery system) untuk produk jasa yang
sudah ada. Yang termasuk ke dalam kategori pertama ini adalah:
a. Major innovation merupakan inovasi jasa yang benar-benar baru bagi
pasar (belum pernah ada di pasar). Biasanya sangat dikendalikan oleh
informasi dan teknologi yang berbasis komputer.
b. Start-up business merupakan jasa baru di pasar yang sudah dilayani
sebelumnya.
c. New service for the market presently, produk baru yang ditawarkan
kepada konsumen yang sudah ada, meskipun jasa tersebut bisa saja
telah disediakan oleh perusahaan lain.
2) Incremental innovation
Incremental innovation adalah perubahan-perubahan terhadap produk jasa
yang telah ada, yang dinilai sebagai perkembangan (improvement).
Perubahan-perubahan ini bisa berupa:
a. Service line extention merupakan peningkatan-peningkatan atau
perluasan pada lini jasa yang telah ada.
b. Service improvements adalah perubahan-perubahan pada fitur-fitur jasa
yang ditawarkan.
c. Style changes adalah perubahan-perubahan sederhana yang
memberikan dampak pada persepsi, emosi, dan sikap pelanggan. Jadi
yang terjadi bukanlah perubahan jasa secara fundamental namun hanya
pada penampilan saja.
UJIAN
TENGAH SEMESTER
PERTEMUAN 9
MANAJEMEN USAHA:
PEMASARAN
A. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran digunakan dalam kegiatan pertukaran atau perdagangan.
Pemasaran merupakan salah satu aktifitas yang dapat menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pemasaran melibihi fungsi
bisnis apapun, berurusan dengan pelanggan dalam menciptakan nilai dan kepuasan
pelanggan adalah inti pemikiran pemasaran modern. Perusahaan-perusahaan
sukses lainnya memahami bahwa apabila mereka peduli pada pelanggan mereka,
pangsa pasar dan keuntungan akan otomatis mengikuti. Berikut adalah pengertian
pemasaran menurut beberapa ahli, antara lain :
1. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, pemasaran adalah salah satu
fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemegang saham.
2. Menurut Kotler & Keller (2007), pemasaran adalah suatu proses sosial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara
bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
3. Menurut Kartajaya (2006), pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis
strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan
perubahan value dan inisiator kepada stake holdernya
Dari ketiga definisi yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah suatu proses sosial yang dilakukan melalui fungsi organisasi dan
seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai
oleh individu atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan
membuat, menawarkan dan secara bebas menukarkan produk atau jasa yang
mempunyai nilai untuk memuaskan konsumen.
Salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan manajemen modal kerja
menurut Kasmir (2013: 224-226) adalah diukur dari perputaran modal kerjanya atau
working capital turnover-nya. Dengan diketahuinya perputaran modal kerja dalam
satu periode, maka akan diketahui seberapa efektif modal kerja suatu perusahaan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa perputaran modal kerja atau working capital turnover,
merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifannya modal kerja
perusahaan selama periode tertentu. Artinya, seberapa banyak modal kerja berputar
selama suatu periode atau dalam beberapa periode.
Untuk mengukur perputaran modal kerja adalah dengan cara membandingkan
antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Penjualan
yang akan dibandingkan adalah penjualan bersih (net sales) dalam suatu periode.
Sedangkan pembandingnya adalah modal kerja dalam arti seluruh total aktiva lancar
(current assets) atau dapat pula digunakan model kerja rata-rata. Pengukuran ini
sebaiknya menggunakan dua periode atau lebih sebagai data pembanding,
sehingga memudahkan kita untuk menilainya. Rumus yang digunakan untuk
mencari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
atau
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
Contoh.
Artinya perputaran modal kerja tahun 2007 sebanyak 4,5 kali di mana penggunaan
setiap Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp. 4,5,00.
4.150
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = = 5,18 kali dibulatkan (5,2 kali).
800
Perputaran modal kerja tahun 2008 sebanyak 5,2 kali artinya setiap Rp. 1,00 modal
kerja dapat menghasilkan Rp. 5,2,00 penjualan.
Dari penilaian terhadap kedua rasio ini terlihat bahwa ada kenaikan rasio
perputaran modal kerja dari tahun 2007 ke tahun 2008, hal ini dapat diartikan atau
menunjukkan ada kemajuan yang diperoleh manajemen. Namun untuk data
pembanding apakah manajemen telah berhasil atau sebaliknya, maka kita
menggunakan rata-rata industri. Apabila rata-rata industri untuk perputaran modal
kerja adalah 5 kali maka keadaan perusahaan kurang baik untuk tahun 2007, namun
tahun 2008 baik karena di atas rata-rata industri.
Besar kebutuhan modal kerja untuk suatu periode perlu dihitung oleh manajer
keuangan. Tujuannya agar jangan sampai terjadi kekurangan atau kelebihan modal
kerja yang tidak perlu. Lebih dari itu dengan diketahuinya besarnya kebutuhan
modal kerja memudahkan manajer keuangan untuk menjalankan kegiatannya,
meskipun dalam praktiknya sering kali perhitungan yang dilakukan tidak tepat
mengingat berubahnya berbagai kondisi dan situasi baik di dalam maupun di luar
perusahaan.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan harus dihitung secara cermat,
sehingga mencerminkan kebutuhan yang sesungguhnya. Dalam praktiknya besar
kecilnya kebutuhan modal kerja suatu perusahaan sangat tergantung dari dua hal,
yaitu:
1. Besar kecilnya operasi pokok atau penjualan, artinya makin besar operasi
pokok atau penjualan, maka kebutuhan modal juga makin besar, demikian pula
sebaliknya apabila operasi pokok kecil, maka modal kerja juga besar.
2. Kecepatan perputaran modal kerja, artinya makin cepat berputar modal kerja
maka kebutuhan modal kerja juga relatif besar, demikian pula sebaliknya makin
lambat perputaran modal kerja maka kebutuhan modal kerja juga relatif kecil.
Contoh.
PT. Toboali memproduksi radio sebanyak 200 unit/hari dan beroperasi selama 25
hari dalam sebulan. Biaya produksi per unit produk radio sebagai berikut:
- Bahan plastik & melamin Rp. 2.000,00
- Bahan tembaga Rp. 500,00
- Upah langsung Rp. 750,00
Untuk pembelian bahan plastik diperlukan:
Uang muka rata-rata 5 hari sebelumnya.
Proses produksi memerlukan waktu 3 hari.
Dan sesudahnya harus disimpan 2 hari.
Penjualan dilakukan secara kredit dengan syarat pembayaran 5 hari sesudah
barang diambil.
Biaya administrasi per bulan Rp. 200.000,00.
Gaji pimpinan Rp. 300.000,00.
Sediaan kas minimum Rp. 100.000,00.
Pertanyaan:
Berapa modal kerja dibutuhkan PT. Toboali?
Jawab:
1) Periode Perputaran
Bahan plastik & melamin =5+3+2+5 = 15 hari
Bahan tembaga =3+2+5 = 10 hari
2) Kebutuhan Modal Kerja
Bahan plastik & melamin = 200 x Rp. 2.000 x 15 hari= Rp. 6.000.000,00
Bahan tembaga = 200 x Rp. 500 x 10 hari = Rp. 1.000.000,00
Upah langsung = 200 x Rp. 750 x 10 hari = Rp. 1.500.000,00
Biaya adm. dan gaji = (500.000 : 25) x 10 hari = Rp. 200.000,00
Sediaan minimum kas = Rp. 100.000,00 +
= Rp. 8.800.000,00
D. Manajemen Biaya
Manajemen biaya adalah sistem yang didesain untuk menyediakan informasi
bagi manajemen untuk pengidentifikasian peluang-peluang penyempurnaan,
perencanaan, strategi, dan pembuatan keputusan operasional mengenai pengadaan
dan penggunaan sumber-sumber yang diperlukan oleh organisasi. Sistem
manajemen biaya terdiri atas semua alat-alat, teknik-teknik, dan metode-metode
yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem manajemen biaya.
Sistem manajemen biaya terintegrasi menunjukkan adanya saling hubungan
dengan elemen-elemen sistem lainnya yaitu: (1) sistem desain dan pengembangan,
(2) sistem pembelian dan produksi, (3) sistem pelayanan konsumen, dan (4) sistem
pemasaran dan distribusi. Tujuan-tujuan Sistem Manajemen Biaya dapat
digolongkan menjadi empat bidang sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan biaya aktivitas
2. Menentukan efisiensi, efektivitas, dan ekonomi aktivitas-aktivitas
3. Menyempurnakan kinerja masa depan
4. Mencapai ketiga tujuan tersebut bersama-sama dalam lingkungan perubahan
teknologi
Jangka waktu pembekuan SIUP paling lama satu tahun, kecuali masih dalam
proses pemeriksaan badan peradilan. Pembekuan ini dilakukan oleh Kepala Kanwil
DepDag atau Kepala Kantor DepDag yang menerbitkan SIUP, atau yang mewakili
dengan menerbitkan SK. SIUP yang dibekukan dapat dicairkan apabila:
a. Perusahaan yang bersangkutan dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak
pidana ekonomi sesuai keputusan badan peradilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
b. Perusahaan yang bersangkutan telah mengindahkan teguran dan
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi,
dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan
biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur
yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil
memerlukan 3 hal pokok yaitu :
Memiliki produk yang baik
Memiliki managemen yang baik
Memiliki Etika
Ke tiga aspek pokok tersebut dapat dijabarkan melalui 3 (tiga) sudut pandang
bisnis yaitu :
1. Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi
antara produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen,
produsen dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia
ini adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan
ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi
dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai pihak. Dari sudut
pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja
menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.
2. Sudut pandang etika
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar akan tetapi jangan
keuntungan yang diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Kita harus
menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan, bahwa
dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan dan
hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita sendiri.
3. Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan “Hukum” Hukum
Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum
modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan
bisnis, pada taraf nasional maupun international. Seperti etika, hukum juga
merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan
pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan
ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan pada zaman kekaisaran
Roma, ada pepatah terkenal : “Quid leges sine moribus” yang artinya : “apa
artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas.
Kredit :
2.1 Utang Rp. 10.000.000
3.1 Modal Rp. 20.000.000 +
Jumlah Rp. 30.000.000
B. Proyeksi Aliran Kas
Proyeksi aliran kas sebesar Rp. 20 juta setiap bulan. Untuk pengadaan barang dagangan
Rp. 15 juta dan gaji/upah karyawan Rp. 5 juta.
C. Analisa Titik Tulang Pokok
Titik tulang pokok terjadi jika harga jual sama dengan harga beli ditambah biaya-biaya
seperti transportasi, tenaga kerja, pajak, dan pelayanan.
D. Sumber Permodalan
Modal usaha terdiri dari :
1. Harta pribadi yang dipisahkan untuk usaha
2. Pinjaman, berupa kredit BRI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Data studi kelayakan
B. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)