Anda di halaman 1dari 9

ANALISA JURNAL

KONSELING HIV AIDS


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Ajar Keperawatan HIV/AIDS
Dosen Pembingbing : Raden Nety Rustikayanti S.Kp., M.Kep

Disusun oleh:
ISEU RAHMAWATI AK118084
KELAS 3D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
JANUARI, 2021
A. Pendahuluan
Human Imumunodeficiency Virus (HIV) menyerang sel darah putih (sel CD4)
sehingga menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan
penderita sangat mudah terkena berbagai penyakit. Sekumpulan gejala-gejala
yang timbul karena menurunnya kekebalan tubuh disebut dengan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dimana saat ini mendapat perhatian sangat
serius karena merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia sejak pertama kali dilaporkan pada 5 Juni 1981 oleh Centers
for Disease Control and Preventiondan pertama kali dilaporkan sebagai kematian
terkait HIV/AIDS di Indonesia pada April tahun 1987(Ardhiyanti dkk, 2015).
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia sampai dengan tahun 2017 telah ditemukan dan dilaporkan sebanyak
242.699 orang dengan HIV dan 87. 152 orang dengan AIDS. Angka kasus HIV
dan AIDS yang ditemukan dan dilaporkan Dinas Kesehatan Provinsi Bali sampai
tahun 2017 mencapai 18.330 kasus dengan rincian 10.881 kasus HIV dan 7449
kasus AIDS. Tingginya kasus HIV dan AIDS menempatkan provinsi Bali pada
peringkat ke lima secara nasional dalam jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi. Kota
Denpasar pada tahun 2017 menempati peringkat pertama kasus kumulatif
HIV/AIDS sebanyak 6.952 kasus. Penyebaran HIV penyebab utamanya adalah
perilaku masih terkonsentrasi pada populasi kunci dan berisiko yaitu laki laki seks
dengan laki-laki (LSL), wanita pekerja seks (WPS) langsung maupun tidak
langsung, pria pekerja seks (PPS), waria, pemakai narkoba suntik, pasangan risti
dan pelanggan pekerja seks. Hal ini sesuai dengan distribusi HIV berdasarkan
faktor risiko pada telaah laju dan tingkat epidemik HIV/AIDS di Kota Denpasar
pada tahun 2017 yang menyebutkan kelompok tertinggi pada LSL 269 kasus,
pasangan risti 200 kasus, WPS 128 kasus, lain-lain 102 kasus, pelanggan PS 75
kasus, waria 14 kasus, pemakai narkoba suntik 10 kasus dan PPS 1 kasus
(Laporan Dinkes Kota Denpasar, 2017).
Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia semakin meningkat dan penyebarannya
sudah sangat kompleks. Berdasarkan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI 2014, Secara kumulatif kasus
HIV & AIDS di Indonesia pada 3 tahun terakhir, dari tahun 2012 sampai 2014,
tercatat pada tahun 2012 penderita HIV sebanyak 21.511 kasus dan AIDS 8.747
kasus, pada tahun 2013 terdapat 29.037 kasus HIV dan 6.266 kasus AIDS
sedangkan pada tahun 2014 terdapat 22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus.
B. Tinjauan teori
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk
hidup layak, baik kesehatan pribadi maupun keluarga. Salah satu penyakit yang
dapat mengancam kesehatan seseorang dan menjadi perhatian pemerintah adalah
penyakit Humman Immunedeficincy Virus (HIV)/Aquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS). Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi HIV yang menyerang sel darah putih manusia
(Purnomo., 2008; Juhairiah 2016).
Laporan epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Global UNAIDS
2012 menunjukkan bahwa terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia.
Sebanyak 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang
dari 15 tahun. Di Asia Selatan dan Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang
dengan HIV dan AIDS. Menurut laporan progres HIV-AIDS WHO regional
SEARO (2011) sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV. Jumlah
perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring
dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak
aman, yang selanjutnya akan menularkan pada pasangan seksualnya
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Prevalensi HIV di Indonesia secara umum memang masih rendah, tetapi di
Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemik yang
terkonsentrasi yaitu adanya prevalansi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Jumlah
kasus baru HIV di Indonesia mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir,
pada tahun 2011 kasus HIV sebanyak 21.031 kasus, pada Tahun 2012 sebanyak
21.511 kasus dan Tahun 2013 sebanyak 29.037 kasus (Kementeerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).
Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ke tahun cenderung
meningkat dan pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak 41.250 kasus. Sedangkan
jumlah kasus AIDS terlihat adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus
baru sampai tahun 2013 yang kemudian cenderung menurun pada tahun-tahun
berikutnya. Penurunan tersebut diperkirakan terjadi karena jumlah pelaporan
kasus AIDS dari daerah masih rendah. Pada tahun 2016 kasus AIDS yang
dilaporkan sedikit meningkat dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak 7.491.
Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun 2016 sebesar 86.780 kasus
(Kementeerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Penderita HIV positif pada laki-laki sebesar 39,18% dan pada perempuan
sebesar 60,82%. Sedangkan penderita AIDS pada laki-laki sebesar 67,97% dan
pada perempuan sebesar 32,03%. Kasus HIV/AIDS di Provinsi Lampung Pada
Tahun 2015 sebanyak 365 kasus dengan jumlah kematian akibat HIV/AIDS
sebanyak 19 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).
Proporsi kasus AIDS yang dilaporkan dari klinik VCT RSAM pada Tahun
2016 sejumlah 127 kasus, sedangkan untuk HIV tidak terlaporkan, hal ini
dikarenakan tidak tersedianya dana kegiatan untuk melakukan survey terhadap
kelompok populasi kunci (Dinas Kesehatan Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).
Reaksi dari pasien ketika mengetahui terkena HIV/AIDS sangat bervariasi, mulai
dari shock, stres, cemas, ketegangan batin, emosional, putus asa, takut, merasa
harga diri rendah, ketidakberdayaan, dan sebagainya.
Reaksi lain berupa penolakan setelah menerima hasil tes reaktif atau positif.
Penolakan terjadi karena merasa tidak mungkin terkena HIV/AIDS, merasa
bahwa dirinya orang baik-baik dan tidak pernah melakukan hal-hal menyimpang
yang mengarah
C. Ringkasan
1. Judul : Pengetahuan tentang HIV/AIDS Berhubungan dengan
konseling HIV/AIDS pada ibu rumah tangga HIV/AIDS
Penulis : Sundari Mulyaningsih
Jurnal :Konseling HIV AIDS
Volume :6
Tahun terbit : 2017
Ringkasan :
Jurnal ini menggunakkan metode penelitian ini merupakan studi
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 47 ibu rumah
tangga dengan HIV/AIDS. Pengambilan data melalui wawancara dengan
kuesioner terstruktur. Analisis Bivariat menggunakan chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar berpengetahuan
kurang (61,7%) dan tidak mengikuti konseling (59,6%). Sasaran Kasus
HIV/AIDS di Indonesia jumlahnya semakin meningkat dan penyebarannya
sudah sangat kompleks. Saat ini, HIV/AIDS juga menyerang ibu rumah
tangga yang aktivitasnya lebih sering di rumah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden sebagian besar berpengetahuan kurang (61,7%) dan tidak
mengikuti konseling (59,6%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-
square diperoleh nilai p=0,000 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan
tentang HIV/AIDS dengan konseling tentang HIV/AIDS pada ibu rumah
tangga penderita HIV/AIDS.

2. Jurnal ke – 2
Judul : Pengaruh Konseling Terhadap Harga Diri Klien HIV/AIDS
Di Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) Di RSUD. Abdul
Moelek Provinsi Lampung
Penulis : Triyoso, Yusuf, M. Arief Budiman
Jurnal : Konseling HIV AIDS
Volume :8
Tahun terbit : 2018
Ringkasan :
Jurnal ini menggunakkan jenis penelitian kuantitatif dan rancangan
analitik eksperimental dengan pendekatan Pra Experiment dan rancangan
eksperimen yang digunakan adalah one group pre test - post test desaign.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita HIV/AIDS Lampung
periode Juli s/d November Tahun 2017 sebanyak 96 orang, dan sampel
sebanyak 18 responden dengan teknik purposive Sampling. Uji statistik yang
digunakan adalah uji t dependent
3. Jurnal ke – 3
Judul : Pengaruh Konseling Short Message Service (SMS) Gateway
Terhadap Self Efficacy Menghindari Seks Bebas dan HIV/AIDS Remaja.
Penulis : Muflih Muflih, Deden Iwan Setiawan
Volume : volume 5
Tahun terbit : 2017
Ringkasan :
Jurnal ini menggunakkan penelitian ini menggunakan metode quasi
eksperimentaldengan One Group Pre-test – Post-test. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan univariat dan bivariat.
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan, Sasaran wanita hamil yang rentan
terhadap HIV dan penularannya ke janin memberikan kesempatan untuk
menerapkan strategi pencegahan penularan HIV pada bayi baru lahir. Hasil 1)
Karakteristik respondendi Puskesmas Banguntapan I dan III berdasarkan
umur sebagian besar dalam kategori reproduksi sehat, bekerja dan
primigravida. 2) Perilaku dalam pelaksanaan screening HIV/AIDS di
PuskesmasBanguntapan I dan III sebelum dan sesudah pemberian konseling
HIV/AIDS sebagian besar mau untuk melakukan. 3) Terdapat perbedaan
perilaku dalam pelaksanaan screening HIV/AIDS sebelum dan sesudah
konseling tentang HIV AIDS. Perilaku ibu hamil dalam pelaksanaan
screening HIV/AIDS sebelum konselingsebagian besar responden bersedia
melakukan yaitu sebanyak 32 (78%), sedangkan setelah konseling sebagian
besar responden bersedia melakukan sebanyak 39 (95,1%). Perbedaan
perilaku dalam pelaksanaan screeningHIV/AIDS sebelum dan setelah
pemberian konseling (nilai signifikasi = 0,008).Terdapat perbedaan perilaku
dalam pelaksanaan screening HIV/AIDS sebelum dan sesudah pemberian
konseling tentang HIV/AIDS.
D. Pembahasan dan Kesimpulan
1. Jurnal ke – 1
Kasus HIV/AIDS di Indonesia jumlahnya semakin meningkat dan
penyebarannya sudah sangat kompleks. Saat ini, HIV/AIDS juga menyerang
ibu rumah tangga yang aktivitasnya lebih sering di rumah. Terdapat banyak
kendala dalam hal mengkonsumsi ARV dan penanganan HIV/AIDS karena
kurang terbukanya para pengidap, dan tidak rutin dalam mengkonsumsi ARV,
penyebarannya juga kurang terkendali di kota Yogyakarta. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
konseling tentang HIV/ AIDS pada Ibu Rumah Tangga penderita HIV/AIDS
di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Sampel adalah 47 ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS.
Pengambilan data melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur. Analisis
Bivariat menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden sebagian besar berpengetahuan kurang (61,7%) dan tidak
mengikuti konseling (59,6%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-
square diperoleh nilai p=0,000 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan
tentang HIV/AIDS dengan konseling tentang HIV/AIDS pada ibu rumah
tangga penderita HIV/AIDS.
2. Jurnal ke – 2
Ada pengaruh konseling terhadap harga diri klien HIV/AIDS di klinik
Voluntary Counseling and Testing (VCT) RSUD Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2018. Saran dalam penelitian ini memberikan masukan pada
manajemen klinik VCT terutama pada bagian bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan harga diri dan memotivasi kehidupan pasien.. Diketahui
perbedaan rata-rata harga diri klien HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan
konseling sebesar 13,433 , dan standar deviasi sebesar 5,270. Hasil uji
diperoleh nilai p= (0,000 < 0,05).

3. Jurnal ke – 3
Masalah perilaku berisiko di kalangan remaja saat ini sangat
mengkhawatirkan yang disebabkan oleh kemampuan self efficacy
(kepercayaan diri) untuk menghindari seks bebas dan HIV/AIDS yang masih
rendah. Peningkatan self efficacy remaja dapat ditingkatkan dengan konseling
SMS Gateway. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
konseling SMS Gateway terhadap kemampuan self efficacy menghindari
perilaku seks bebas dan HIV/AIDS. Jenis penelitian ini adalah quasi-
experiment dengan rancangan one group pre-post test design. Sampel
penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta
sejumlah 450 siswa dari total populasi target 850 siswa yang dipilih secara
simple random. Hasil penelitian didapatkan bahwa rerata nilai self efficacy
sebelum konseling sebesar 90,7 ± 6,25 dan sesudah konseling sebesar
97,7±2,63 dengan nilai p 0,000. Nilai rerata (± SD) masing-masing
subvariabelnya yakni magnitude sebelum 27,70±3,47 dan sesudah 30,99±1,44
dengan nilai p 0,000, generalizability sebelum 28,60±2,49 dan sesudah
31,28±1,24 dengan nilai p 0,000, dan strength of belief sebelum 30,85±1,85
dan sesudah 31,55±1,26 dengan nilai p 0,000. Kesimpulan penelitian ini
adalah terdapat pengaruh secara signifikan konseling metode SMS gateway
terhadap kemampuan self efficacy menghindari perilaku seks bebas dan
HIV/AIDS. Penggunaan SMS gateway diharapkan menjadi bagian dari
pelayanan kesehatan di sekolah sehingga terjadi peningkatan perilaku
pencegahan seks bebas dan HIV/AIDS.

E. Daftar Pustaka
IBI. (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Ikatan Bidan
Indonesia.
Rismalinda & Prasetyo, C. (2016). Komunikasi dan konseling dalam praktik
kesehatan untuk mahasiswa kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
(2010). Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV (Voluntary
Counselling and Testing=VCT) untuk Konselor Profesional Panduan Peserta.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Google scholer

F. Lampiran artikel
1. http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/download/522/422
2. http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/116/61
3. http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/344

Anda mungkin juga menyukai