“ EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS ”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS
Dosen Pembimbing: Ni Putu Sumartini, M.Kep
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayahnya yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah keperawatan HIV/AIDS
yang berjudul EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS .
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapatkan
bantuan dan masukan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada :
1. Ni Putu Sumartini, M.Kep selaku dosen pengajar mata kuliah
keperawatan HIV/AIDS yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada kami.
2. Teman-teman kelompok 1 yang telah sama-sama bekerja keras dalam
menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dan para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
A. Konsep Teori......................................................................................4
B. Epidemiologi Lokan Dan Global Kecendrungan HIV/AIDS………17
BAB III PENUTUP......................................................................................24
A. Kesimpulan........................................................................................24
B. Saran..................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency
Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah
ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani,
cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin,
atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.
Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan
ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada
sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di
banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta
(antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang
kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai
dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes
RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah
menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang
terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini
tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi
sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di
Asia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian HIV-AIDS?
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus pada
manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam
jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS.Sedangkan
AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara
kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
AIDS adalah sindroma yang menunujukkan defisiensi imun seluler
pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat
menerangkan terjadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat –
obatan seperti imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal, dan
sebagainya (Christine L, 1992).
AIDS dalah kumpulan gejalapenyakit akibat menurunnya system
kekebalan tubuh oleh virus yang disbut HIV yang di tandai dengan
menurunya system kekebalan tubuh sehinggapasien AIDS mudah
diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker (Djauzi dan Djoerban,
2003)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodetciency virus
(HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brende G. Bare, 2002)
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah
200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
(Doenges, 1999)
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09).
Kesimpulan: AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan
kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh
faktor luar (bukan dibawa sejak lahir)dan sebagai bentuk paling hebat
dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa
dan gejala yang nyata hingga keadaan ini imunosuprsi dan berkaitan
dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan
kelianan malignitas yang jarang terjadi
2. Etiologi
HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III
(HLTV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus
manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah
masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,
dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS seluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap
aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki
perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan
virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi
dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus.
HIV-2, yang pertamakali diketahui dalam serum dari para perempuan
Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit
klinis tetapi tampaknya kurang patogenik diabandingkan dengan HIV-1
(Marink, 1994).
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiencyvirus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun
1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase, yaitu:
1. Periode Jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1 sampai 2 minggu dengan
gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimptomatik. Lamanya 1 sampai 15 tahun atau lebih dengan
gejala tidak ada.
4. Supresi imun simptomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologis.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
3. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar
50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5
tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat
AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu
singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya
terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah
putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam
DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada
akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.
Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor
protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4
adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel
darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki
reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel
lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan
limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-
sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya
limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam
melindungi dirinyaterhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T
penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang
yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan
HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di
dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus
di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap
penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain
terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+
yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang
beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS,
jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai
200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B
(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan
produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk
melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak
banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada
AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama
3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut
“periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti
berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa
titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten)
Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit
infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26
bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.
(Heri : 2012)
Perjalanan HIV / AIDS di bagi dalam 2 fase :
a. Fase infeksi awal
Pada fase awal proses infeksi (Immunokompeten) akan terjadi respon
imun berupa peningkatan aktivitas imun, yaitu pada tingkat selular
(KLA-DR; sel T; IL-2R ); serum atau humoral (beta-2 mikroglobulin,
neopterin, CD8, IL-R); dan antibodi upregulation (gp 120, anti
p24;IgA). Induksi sel T helper dan sel-sel lain diperlukan untuk
mempertahankan fungsi sel-sel faktor sistem imun agar tetap berfungsi
dengan baik.
Infeksi HIV akan menghancurkan sel-sel T, sehingga T-helper
tidak dapat memberikan induksi kepada sel-sel efektor sistem imun.
Dengan tidak adanya T-helper , sel-sel efektor sistem imun seperti T8
sitotoksi, sel NK, monosit dan sel B tidak dapat berfungsi dengan baik.
Daya tahan tubuh menurun sehingga pasien jatuh ke dalam stadium
lebih lanjut.
b. Fase infeksi lanjut
Fase ini disebut dengan imunodefesien, karena dalam serum pasien yang
terinfeksi HIV ditemukan adanya faktor supresif berupa antibodi terhadap
poliferase sel T. Adanya supresif pada poliferase sel T tersebut dapat
menekan sintesis dan sekresi limfokin, sehingga sel T tidak mampu
memberikan respons terhadap mitogen dan terjadi disfungsi imun yang
ditandai dengan penurunan kadar CD4+, sitokin, antibodi down
regulation, TNF a, dan anti nef.
4. Pathway Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
Virus HIV Merusak seluler monosit, limfosit B Immunocompromise
HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen
Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis Disfungsi Penyakit Infeksi Gatal, sepsis, Gangguan
demensia biliari anorektal nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat
hipertermi
Nutrisi inadekuat
Gangguan sensori
5. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang
ditemui pada penderita AIDS, panas lebih dari 1 bulan, batuk-batuk,
sariawan dan nyeri menelan, badan menjadi kurus sekali, diare, sesak
napas, pembesaran kelenjar getah bening, kesadaran menurun, penurunan
ketajaman penglihatan, bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati,
karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di
Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau
tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada
seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah
tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.
Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang
lamanya 1 – 2 Minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat
fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,
keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan
ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan
disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat
gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic
Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa,
infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.
Pembagian Stadium :
a. Stadium pertama: HIV
Gejala minor:
a. Batuk kronis selama satu bulan
b. Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur
Candida albicons
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yangmenetap di seluruh
tubuh
d. Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di
seluruh tubuh.
A. KESIMPULAN
1. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan
dibawa sejak lahir)dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV,
mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata
hingga keadaan ini imunosuprsi dan berkaitan dengan berbagai infeksi
yang dapat membawa kematian dan dengan kelianan malignitas yang
jarang terjadi.
2. Secara global, infeksi baru di antara orang yang berusia 15+ tahun
meningkat sebesar <1% pada tahun 2010 2015 menurut UNAIDS /
Perkiraan WHO. Tiga wilayah WHO berkontribusi peningkatan ini:
Wilayah Amerika, Timur Wilayah Mediterania dan Wilayah Eropa. Dalam
Wilayah Afrika, wanita berusia 15 tahun terus melahirkan bagian beban
HIV yang tidak proporsional: dalam beberapa kasus negara-negara,
mereka mengalami tingkat infeksi hingga delapan kali lebih tinggi dari
sesama pria mereka. (WHO, 2016)
3. Epidemi HIV di Indonesia biasanya dihubungkan dengan pengguna jarum
suntik (Penasun) dan pekerja seks perempuan (WPS), akan tetapi saat ini
situasi epidemi HIV dan AIDS telah berubah.
B. Saran
Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS dan menerapkan
asuhan keperawatan AIDS pada klienAIDS.
DAFTAR PUSTAKA