Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

JENIS JENIS PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK UNTUK HIV/AIDS

Oleh :

INAYAH RAMDHAYANI (18089014028)

PT DELLY SEPTIANA WISMAWAN (180890140133)

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN BULELENG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang begitu mendalam saya panjatkana atas kehadirat Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan dan
tepat waktu. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Jenis jenis pemeriksaan
diagnostik untuk HIV/AIDS” dimana kami akan menjelaskan tentang bagaimana
Definisi pemeriksaan diagnostik HIV, Sistem tahapan infeksi HIV, Jenis jenis tes
HIV.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan Dosen
pengampuh. Dalam proses pendalaman materi tentunya kami mencari informasi
melalui internet dan juga dosen kami yang banyak membantu kami serta kakak
tingkat kami yang sudah cukup menguasai dalam materi “Jenis jenis pemeriksaan
diagnostik untuk HIV/AIDS”, untuk itu kami sampaikan ucapan terimakasih
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami, sehingga
makalah ini bisa terselasaikan dengan cukup baik.

Demikian makalah ini kami buat untuk memenuhi Tugas mata kuliah apabila
ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon kritik dan sarannya.

Buleleng, Oktober 2019

Ttd

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1. Pemeriksaan Diagnostik HIV ................................................................... 3
2.2. Sistem Tahapan Infeksi HIV .................................................................... 6
2.3. Jenis Jenis Tes HIV .................................................................................. 7
BAB III KRITISI JURNAL .................................................................................... 9
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2. Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang


disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) sampai
sekarang belum ditemukan obatnya. Para ilmuwan umumnya berpendapat
bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Namun pada zaman ini penyakit
tersebut diibaratkan sebagai fenomena gunung es yang nilainya sangat banyak
tetapi sulit untuk dideteksi karena penyakit HIV/AIDS menyebar di seluruh
dunia.
Perawatan HIV/AIDS yang tepat diperlukan oleh penderita agar
memiliki derajat kesehatan yang optimal. Makalah ini menjadi acuan kepada
petugas kesehatan untuk melakukan perawatan kepada penderita agar
keperluannya terpenuhi.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.
Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan
ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada
sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di
banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta
(antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang
kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai
dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes
RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah
menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758
yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian.
Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli
epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu

1
berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara
peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-
nya tertinggi di Asia.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS ?


2. Bagaimana Sistem Tahapan Infeksi HIV/AIDS ?
3. Apa Saja Jenis – jenis Tes HIV/AIDS ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS ?


2. Untuk mengetahui sistem tahapan infeksi HIV/AIDS ?
3. Untuk mengetahui jenis – jenis tes HIV/AIDS ?

1.4. Manfaat Penelitian

Agar membantu masyarakat dalam menangani atau mencegah penyakit


HIV atau AIDS. Memberikan wawasan yang lebih jauh lagi tentang tahapan
infeksi yang terjadi pada penyakit HIV/AIDS.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pemeriksaan Diagnostik HIV

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan


menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak
region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara
2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang
kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan
31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI
tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus
angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas
76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak
mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi
sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di
Asia.
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Virus (HTL-
III yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus (retrovirus).
Retrovirus mengubah RNA menjadi DNA setelah masuk kedalam sel
penjamu.
Penularan virus ditularkan melalui:

3
a. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa
kondom) dengan orang yang terinfeksi HIV.
b. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai nergantian.
c. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV.
d. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui ASI.
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan
melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral
(jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic
acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu
enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian
dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel
jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–
virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak
bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah
sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem
kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh
infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk
menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk
melawan sel–sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang.
Respons tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah
800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel
CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang
oleh infeksi–infeksi oportunistik.
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika
sistem kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang
sehat infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi
bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.

4
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan
melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral
(jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic
acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu
enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian
dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel
jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–
virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak
bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah
sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem
kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh
infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk
menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk
melawan sel–sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang.
Respons tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah
800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel
CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang
oleh infeksi–infeksi oportunistik.
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika
sistem kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang
sehat infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi
bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.

5
2.2. Sistem Tahapan Infeksi HIV

Human immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS tidak langsung


menampakkan gejala infeksinya pada manusia. Manusia, sebagai korban
infeksi, juga tidak langsung merasakan dampak virus berbahaya tersebut bagi
tubuhnya. Virus membutuhkan waktu 5-10 tahun sampai menimbulkan gejala.
Saat waktu yang dibutuhkan terpenuhi, penyakit AIDS sudah menjangkiti tubuh
penderita. Selama kurun waktu tersebut, ada beberapa tahapan infeksi hingga
HIV kemudian berkembang menjadi AIDS.

1. Tahap pertama (periode jendela) a. HIV masuk ke dalam tubuh hingga


terbentuk antibodi dalam darah. b. Penderita HIV tampak dan merasa
sehat. c. Pada tahap ini, tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus.
d. Tahap ini berlangsung selama 2 minggu sampai 6 bulan.
2. Tahap kedua a. Pada tahap ini HIV mulai berkembang di dalam tubuh. b.
Tes HIV sudah bisa mendeteksi keberadaan virus karena antibodi yang

6
mulai terbentuk. c. Penderita tampak sehat selama 5-10 tahun, bergantung
pada daya tahan. Rata-rata penderita bertahan selama 8 tahun. Namun di
negara berkembang, durasi tersebut lebih pendek.
3. Tahap ketiga a. Pada tahap ini penderita dipastikan positif HIV dengan
sistem kekebalan tubuh yang semakin menurun. b. Mulai muncul gejala
infeksi oportunistis, misalnya pembengkakan kelenjar limfa atau diare terus-
menerus. c. Umumnya tahap ini berlangsung selama 1 bulan, bergantung
pada daya tahan tubuh penderita.
4. AIDS a. Pada tahap ini, penderita positif menderita AIDS. b. Sistem
kekebalan tubuh semakin turun. c. Berbagai penyakit lain (infeksi
oportunistis) menyebabkan kondisi penderita semakin parah. Pada tahap
ini, penderita harus secepatnya dibawa ke dokter dan menjalani terapi anti
retroviral virus (ARV). Terapi ARV akan mengendalikan virus HIV dalam
tubuh sehingga dampak virus bisa ditekan. Kendati begitu, HIV sebetulnya
bisa dikendalikan sedini mungkin sehingga bisa menekan peluang
timbulnya AIDS. "Sebaiknya lakukan cek darah sedini mungkin, terutama
bagi yang berisiko tinggi, misalnya pengguna narkoba dengan jarum suntik,
kerap berganti pasangan dan berhubungan seksual tanpa kondom," kata
Koordinator Pelaporan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional,
Djadjat Sudradjat.

2.3. Jenis Jenis Tes HIV

Tes HIV terdiri atas beragam jenis dan tidak ada tes HIV yang sempurna.
Karena itu, terkadang perlu dilakukan beberapa tes atau pengulangan
terhadap tes untuk memastikan diagnosis.

Ada tiga jenis utama tes HIV, antara lain:

 Tes antibodi, yaitu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi HIV


dalam darah. Antibodi HIV adalah protein yang diproduksi tubuh sebagai
respons terhadap infeksi HIV. Tes antibodi terdiri atas beberapa jenis,
antara lain:
o ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). ELISA merupakan tes
HIV yang umumnya digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi
antibodi HIV. Sampel darah yang telah diambil akan dibawa ke
laboratorium dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberi antigen

7
HIV. Selanjutnya, enzim akan dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk
mempercepat reaksi kimia antara darah dan antigen. Jika darah
mengandung antibodi HIV, maka darah akan mengikat antigen tersebut di
dalam wadah.
o IFA (immunofluorescene antibody assay). Tes yang dilakukan dengan
menggunakan pewarna fluoresens untuk mengidentifikasi keberadaan
antibodi HIV. Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop
beresolusi tinggi. Tes ini biasanya digunakan untuk mengonfirmasi hasil
tes ELISA.
o Western Blot. Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode
pemisahan protein antibodi yang diekstrak dari sel darah. Sebelumnya, tes
ini juga digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA, namun saat ini
Western Blot sudah jarang digunakan sebagai tes HIV.
 Tes PCR (polymerase chain reaction). Tes yang digunakan untuk
mendeteksi RNA atau DNA HIV dalam darah. Tes PCR dilakukan dengan
cara memperbanyak DNA melalui reaksi enzim. Tes PCR dapat dilakukan
untuk memastikan keberadaan virus HIV ketika hasil tes antibodi masih
diragukan.
 Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test). Tes yang dilakukan untuk
mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan p24 dan antibodi HIV-1 atau
HIV-2. Dengan mengidentifikasi antigen p24, maka keberadaan virus HIV
dapat terdeteksi sejak dini sebelum antibodi HIV diproduksi dalam tubuh.
Tubuh umumnya membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk memproduksi
antigen dan antibodi sebagai respons terhadap infeksi.

8
BAB III

KRITISI JURNAL

Judul : Pendekatan Diagnostik dan Penatalaksanaan Pada Pasien HIV-

AIDS Secara Umum

Penulis : Gita Dewita, Awal Bchtera Barus, Ali Imron Yusuf. Agustyas

Tjiptaningrum

Sumber : http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula

/article/download/848/pdf

1. Judul
Judul pada jurnal ini “Pendekatan Diagnostik dan Penatalaksanaa Pada
Pasien HIV-AIDS Secara Umum” menurut saya memang sudah cukup jelas
untuk menjelaskan masalah yang akan dibahas pada jurnal tersebut, akan
tetapi kata tambahn “Secara Umum” mengandung banyak arti, artinya penulis
membuat bingung si pembaca karena kata umum bias diartikan banyak
makna dan pembaca juga tidak mengerti sebenarnya tujuan utama dari jurnal
ini apa akan membahas secara menyeluruh atau hanya beberapa bagian saja.
2. Gaya Penulisan
Penulisan jurnal sudah tersusun secara rapih dan urut. Dimulai dari
bagian abstraksi hingga daftar pustaka. Kata yang digunakan juga sudah
menggunakan kata yang benar. Namun ada beberapa kata yang sulit dipahami
bagi orang awam karena kebanyakan penulis menggunakan istilah asing yang
tidak banyak orang tahu.
3. Abstrak
Dilihat dari kalimat pertama “HIV merupakan virus penyebab dari
AIDS” dan contoh kasus HIV atau AIDS hingga pertama kalinya penyakit ini
ditemukan. Sudah cukup jelas untuk menjelaskan apa yang akan dibahas,
tetapi dalam abstark tersebut hanya berkaitan atau menjelaskan tentang
penyakit HIV-AIDS tanpa adanya penjelasan yang sesuai judul yaitu
Pendekatan Diagnostik serta Penatalaksanaan. Sehingga masih perlu
diperbaiki lagi tentang abstarknya tersebut

9
4. Tujuan
Tujuan dari jurnal ini juga sudah jelas jika dilihat dari judul dan abstark
yang dibuat oleh penulis tentang penyakit HIV-AIDS
5. Desain dan Metode Penulisan
Desain dan metode penelitian juga sudah sesuai dengan tujuan pada
jurnal ini dimana penulis akan membuat sebuah riset tentang pendekatan
diagnostic dan penatalaksanaan penyakit HIV-AIDS
6. Ide
Ide penulis juga cukup penting jika dilihat dari kalimat “seseorang yang
ingin menjalani tes HIV/AIDS untuk keperluan diagnosis harus mendapatkan
konseling pra tes. Hal ini dilakukan agar ia dapat mendapat informasi sejelas
– jelasnya mengenain infeksi HIV/AIDS sehingga dapat mengambil
keputusan yang terbaik untuk dirinya.
7. Kesimpulan
Pada bagian ini penulis juga cukup baik dalam menjelaskna apa yang
akan didapat oleh seseorang jika mengetahui pendekatan diagnostic dan
penatalaksanaan penyakit HIV-AIDS. Namun penulis kurang lengkap dalam
menyimpulkan keseluruhan isi jurnal ini.
8. Sumber
Sumber yang didapat penulis dalam membuat jurnal ini menurut saya
sudah cukup baik, jika dilihat dari judul referensi yang dipakai oleh penulis,
hamper semuanya terkait dengan isi jurnal.
9. Hasil
Hasil dari jurnal ini juga sangat detail jika dilhat dari isi jurnal ini,
dimana data table dan grafik yang memuat informasi masyarakat umum atau
pembaca dalam mengarti pendekatan diagnostik dan penatalaksanaan
penyakit HIV-AIDS.

10
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
2. Virus membutuhkan waktu 5-10 tahun sampai menimbulkan gejala. Saat
waktu yang dibutuhkan terpenuhi, penyakit AIDS sudah menjangkiti
tubuh penderita
3. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah (
transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang
mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.
3.2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, kami mempunyai beberapa saran,


diantaranya adalah :
1. Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS.
2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien
AIDS.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37464019/MAKALAH_KEPERAWATAN_HIV_AIDS_K
ELOMPOK_3

https://www.academia.edu/12263038/Makalah_Asuhan_Keperawatan_Pada_P
asien_HIV_AIDS

https://doktersehat.com/tahapan-hiv-menjadi-aids/

12

Anda mungkin juga menyukai