Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas kami ucapkan kepada
Allah SWT, yang karena bimbingannyalah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
PENYAKIT INFEKSI KLAMIDIA .
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah MIKROBIOLOGI DAN
VIROLOGI di program studi kesehatan masyarakat di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO . Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
"penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
BAB I
ii
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
iii
Manusia adalah inang alami untuk C trachomatis. Infeksi Chlamydia trachomatis pada
banyak negara merupakan penyebab utama infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Laporan WHO tahun 1995 menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis
diperkirakan 89 juta orang. Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka yang pasti
mengenai infeksi C. trachomatis Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih merupakan
problematik karena keluhan ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan
residif, dan mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas dan kehamilan
ektopik.
iv
BAB II.
PEMBAHASAN
1. Uretritis
Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram
atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada
pembesaran 1000 x merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria
yang menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak
diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan epididimitis
dan mungkin prostatitis.
2. Proktitis
a. Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari uretra atau dari
aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir mengatakan bahwa C.
trachomatis merupakan penyebab utama epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar
70 -90%). Secara klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan
pembengkakan scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial
uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.
1
b. Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore atau uretritis
non gonore. InfeksiC. trachomatis pada prostat dan epididimis pada umumnya merupakan
penyebab infertilitas pada pria.
c. Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis dan konjungtivitis,
yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C. trachomatis. Hal ini disokong dengan
ditemukannya Badan Elementer dari C. trachomatis pada sendi penderita dengan
menggunakan teknik Direct Immunofluerescence.
Infeksi pada Wanita Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C. trachomatis di
daerah genital ditandai dengan bertambahnya duh tubuh vagina dan atau nyeri pada waktu
buang air kecil, sedangkan yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada penyelidikan
pada wanita usia reproduktif yang datang ke klinik dengan gejala-gejala infeksi traktus
urinarius 10 % ditemukan carier C. trachomatis.
d. Servisitis
Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak ada gejala-
gejala yang khas membedakan servisitis karena C. trachomatis dan servisitis karena
organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang
ektopi.
2
Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi serviks, prevalerisi
servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih banyak ditemukan pada penderita yang
menunjukkan ektopi serviks dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral
dapat menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh karena kontrasepsi
oral dapat menyebabkan ektopi serviks.
e. Endometritis
f. Salfingitis (PID)
Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden sehingga infeksi
sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba (terjadi tuba scarring). Hal ini dapat
menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih separuh
disebabkan oleh chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah. Itu
lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur, bahkan sampai ke leher rahim
juga.
Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke tuba dan
kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang
permukaan anterior liver dan peritoneum yang berdekan sehingga menimbulkan perihepatitis.
Parenchym hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati biasanya normal
Chlamydia trachomatis termasuk dalam famili chlamidiaceae. Bakteri ini dapat membentuk
badan inklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung glikogen. Chlamydia trachomatis
umumnya peka terhadap sulfonamida, dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus dan
manusia, serta dapat menyebabkan penyakit trakoma, konjungtivis inklusi, uretritis non
spesifik, salpingitis, servistitis, pneumonitis pada bayi, dan limfogranuloma.
3
Chlamydia merupakan bakteri intraseluler yang bersifat obligat dn diketahui sebagai penyebab
penyakit pada manusia, seperti penyakit menular seksual, infeksi mata, dan infeksi paru pada
bayi baru lahir yang ditularkan pada saat dilahirkan dari ibu yang mengidap infeksi
chlamydia.
Bakkteri chlamydia trachomatis dapat ditumbuhkan pada kantong kuning telurbertunas dan
dapat membentuk badan inklusi elementer.
Trakoma
Kongjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi klamidia dapat muncul tiba-tiba atau secara
pelan pelan. Infeksi dapat berlangsung tahunan jika tidak diobati. Namun, penyakit yang
berlangsung lama di daerah hiperendemis disebabkan oleh terjadinya re-infeksi berulang kali.
Ciri khas dari penyakit ini adalah timbulnya folikel limfoid dan inflamasi pada kongjungtiva.
Dalam perjalanan penyakit, sesuai dengan keparahan penyakit dan lama inflamasi, penyakit
ini menimbulkan terbentuknya jaringan perut disekitar kelopak mata sehingga dapat
menimbulkan deformitas pada kelopak dan bulu mata, selanjutnya dapat menyebabkan abrasi
kronis pada kornea mata dan terbentuk jaringan perut yang yang adapat menggangu
penglihatan dan dapat menimbulkan kebutaan pada usia dewasa.
Konjungtivitis inklusi
kongjutivitis inklusi atau swimming pool congjutivitis merupakan kongjutivitis jinak yang
dapat dijumpai pada bayi yang baru lahir atau pada orang dewasa. Secara klinis, kongjutivitis
inklusi berbeda dengan trakoma Karena tidak menunjukkan adanya pannus dan parut pada
kornea. Meskipun dianggap sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri, penyakit ini dapat
menetap selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun pada orang dewasa. Bakteri
penyebab penyakit ini adalah Clamydia trachomatis serotipe E sampai K.
Pneumonia
Penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri Clamydia Tracomatis bersifat sub-akut.
Penyakit ini menyerang neonates yang lahir dari ibu yang mengidap infeksi pada
serviks.penyakit ini ditandai dengan serangan yang berlangsung secara perlahan-lahan, tetapi
berbahaya yaitu berupa batuk, demam ringan, bercak-bercak ifiltrat pada fototoraks akibat
hiperinfiltrasi,eosinophilia, dan peningkatan igM dan igG.
Masa inkubasi pada penyakit ini tidak diketahui, tetapi pneumonia dapat muncul pada bayi
berusisa 1 sampai 18 miggu.
Klamidiasis
4
Infeksi klamidiasis dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Pada pria, infeksi klamidia
dapat berupa urethritis; pada wanita, berupa serivsitis mukopurulen. Manifestasi klinis
urethritis terkadang sulit dibedakan pada dengan gonore, yang meliputi adanya secret
mukopurulen dalam jumlah sedikit atau sedang, gatal pada uretra, dan rasa panas ketika
buang air seni.
Limfogranuloma venereum
Limfogranuloma venereum adalah penyakit seksual menular yang disebabkan oleh chlamidya
trachomatis. Penyakit ini ditemukan didaerah tropis dan subtropis.galur chlamydia
trachomatis yang menyebabkan Limfogranuloma venereum.
Gejala penyakit yang timbul dalam 3-12 hari setelah infeksi akan timbul lepuhan kecil berisi
cairan yang tidak disertai nyeri pada organ reproduksi(penis dan vagina), lalu lepuhan
berubah menjadi ulkus yang akan segera membaik sehingga tidak diperhatikan oleh
penderita. Selanjutnya akan terjadi pembengkakakn kelenjar getah bening yang akan tampak
kemerah merahan.
Gejala lain dalah : demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi dan lain lain
3. Gejala
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis
atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah
menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan
oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu
atau kedua selangkangan. Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak
diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening
tersebut.Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik; tetapi
biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam,
tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung
dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit
yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami
penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan
pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.
5
Pemeriksaan laboratorium
Epidemiologi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi klamidia tersebar di seluruh dunia. Infeksi ini banyak
ditemukan di negara berkembang dan bersifat endemis, terutama pada masyarkat yang kurang
mampu. Di daerah endemis, trakoma muncul pada masa kanak-kanak, dan kemudian,
meninggalkan jaringan parut di masa remaja dengan tingkat disabilitas yang bervariasi dan
kemungkinan dapat menjadi buta. Penularan infeksi terjadi melalui kontak langsung dengan
penderita yang terinfeksi, yaitu melalui sekret yang keluar dari mata dan nasofaring, ataupun
secara tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi. Masa penularan berlangsung
selama masih ada lesi aktif di konjungtiva. Lalat, terutama Musca sorbens di Afrika dan
Timur Tengah, dan jenis Hippclates di Amerika Selatan merupakan binatang yang ikut
berperan dalam penybaran penyakit
6
D.PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENGOBATAN PENYAKIT
Pemeriksaan laboratorium
PENGOBATAN
1. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk infeksi
genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/h
selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin
dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak
dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan
dosisnya lebih kecil. 9,11
2. Azithromisin
- Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.
7
- Partner seksualnya juga harus diobati
Obat-obat antibiotic :
1) PENCEGAHAN
a) Pencegahan
1). Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat Sifilis, 9A)
dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual
dengan wanita bukan pasangannya.
2). Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus dilakukan secara rutin.
Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap wanita dewasa usia dibawah 25 tahun,
terhadap mereka yang mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang
mempunyai beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten menggunakan
alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk infeksi trachomatis dapat digunakan untuk
memeriksa remaja dan pria dewasa muda dengan spesimen urin.
2). Isolasi : tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk pasien rumah sakit.
Pemberian terapi antibiotika yang tepat menjamin discharge tidak infektif; penderita
sebaiknya menghindari hubungan seksual hingga kasus indeks, penderita atau
pasangannya telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.
4. Cek kesehatan
a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal,anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.
9
d. Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling kedokter atau petugas kesehtan
apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular seksual meliputi:rasa sakit atau
nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual ,rasa nyeri pada perut bagian
bawah.Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,keputihan berwarna putih
susu,bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin tau
sekitarnya,keputihan yang berbusa,kehijauan,berbau busuk,dan gatal,timbul bercak-
bercak darah setelah berhubungan seks bintil-bintil berisi cairan,lecet atau borok pada
alat kelamin.
2. Pencegahan sekunder,meliputi:
b. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita pekerja seksual
yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.
10
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
III.2. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
1.)www.who.int/entity/hiv/pub/guidelines/who_ilo_guidelines_indonesian.pdf
2.)whqlibdoc.who.int/publications/2004/9241562846_ind.pdf
3.)whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241545453_ind.pdf
4).www.who.int/bulletin/archives/79(2)118.pdf
5.)Harris JRW, Foster SM., 1991, Genital Chlamydial Infection; Clinical Aspects,
Diagnosis, Treatment and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases and AIDS, 219,
Churcill Livingstone, New York.
7.)Hutapea NO, Tarigan J., 1992, Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual: Kumpulan
Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI, 171, Bukit Tinggi.
8.) Centers for Disease Control and Prevention 1600 Clifton Rd. Atlanta, GA 30333, USA.
9.) Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Disease Surveillance,
2009. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services; 2010.
10.) U.S. Department of Health & Human Services - 200 Independence Avenue, S.W. -
Washington, D.C. 2001.
13.)World Health Organization 2001.This document is not a formal publication of the World
Health Organisation (WHO), and all rights are reserved by the Organisation. The
document may, however, be freely reviewed, abstracted, reproduced or translated, in part
or in whole, but not for sale or for use in conjunction with commercial purposes. The
views expressed in documents by named authors are solely the responsibility of those
authors. Design by RSdeSigns.com.
13