Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KLAMIDIA

DISUSUN OLEH:

Muhammad Ridho

NIM:

P07134121037

KELOMPOK:

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
BANJARMASIIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK LABORATORIUM MEDIK
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW. Berkat rahmat dan limbahnya, kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas tentang “CLAMIDIA “.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumber pemikiran kepada pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati guna penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat
untuk penyusun maupun pembacanya.

Banjarmasin, 11 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1. .ETIOLOGI (PENYEBAB).......................................................................................4
2.1.1 PENYEBAB PENYAKIT..................................................................................4
2.1.2 2.1.2 JENIS PENYAKIT, PENYEBARAN, dan PENULARAN.............................4
2.2 PENATALAKSANAAN PENYAKIT................................................................................7
2.2.1 PENGOBATAN....................................................................................................7
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................12
3.2. SARAN...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat
berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni
atau mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara
benary fision dalam badan intrasitoplasma.C. trachomatis berbeda dari
kebanyakkan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan
yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan
Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer
ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang
infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan
tidak infeksius.

Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. C.


trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah serovarnya
adalah 15.

Klasifikasi Ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut:

Ordo: Chlamydiales

Famili: Chlamydiaceae

Genus: Chlamydia

Spesies: Chlamydia trachomatis

Secara singkat, perkembangan C.trachomatis adalah sebagai berikut:

1
Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan menjadi 3
spesies:

1. Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis

2. C. trachomatis, kelamin, Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan


serotipe lain menyebabkan Lymphogranuloma venereum

3. C pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk dan merupakan


penyebab penyakit arteri koroner.

Chlamydia adalah infeksi PMS (penyakit menular seksual) yang sangat


umum. Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat
menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan. Klamidia disebabkan oleh
bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini dapat
menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim. Ketika infeksi
terjadi pada anus, pasien biasanya tidak merasakan gejala meskipun mungkin
merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi, gatal dan nyeri, Infeksi
Chlamyidia di tenggorokan juga mungkin tidak memberikan gejala apapun. Jika
mata Anda terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan dari
salah satu atau kedua mata Anda (konjunktivitis).

Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri


chlamydia trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering menyebabkan apa
yang dinamakan uretritis non spesifik yakni radang saluran kemih yang tidak
spesifik, yang dikenal merupakan salah satu infeksi/penyakit, akibat dari
hubungan seksual yang terjadi pada pria. Sedangkan pada wanita klamidia lebih
sering menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher rahim, dan
penyakit peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan menyebabkan infertilitas.

Chlamydia trachomatis yang terutama menyerang leher rahim. Biasanya


menyerang saluran kencing atau organ-organ reproduksi. Pada wanita,
menyebabkan infeksi di mulut rahim, sedangkan pada pria, menyebabkan infeksi
di urethra(bagian dalam penis). Sebanyak 75 persen penderitanya, tidak
mendapatkan gejala penyakit ini. Kalaupun muncul gejala, pada wanita, hanya

2
berupa keputihan, Penyakit menular seksual (PMS) yang satu ini, dapat menular
atau ditularkan pasangan. Masa inkubasi:7 sampai 12 hari.

3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. .ETIOLOGI (PENYEBAB)
2.1.1 PENYEBAB PENYAKIT

Chlamydia trachomatis, imunotipe D sampai dengan K, ditemukan pada 35-50 %


dari kasus uretritis non gonokokus di AS.

2.1.2 2.1.2 JENIS PENYAKIT, PENYEBARAN, dan PENULARAN

Infeksi pada Pria

1. Uretritis

Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia.


Masa inkubasi untuk uretritis yang disebabkan oleh C. trachomatis
bervariasi dari sekitar 1-3 minggu. Pasien dengan chlamydia, uretritis
mengeluh adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri pada waktu buang air
kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia ini dapat juga terjadi
asimtomatik.

Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan


pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah
lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan indikasi
uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang menderita gonore,
diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak diobati
sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan
epididimitis dan mungkin prostatitis

2. Proktitis

C. trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria


homoseks. Keluhan penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan
mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum dan
perdarahan

a. Epididimitis

4
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat
diisolasi dari uretra atau dari Dari hasil penelitian terakhir mengatakan
bahwa C trachomatis merupakan penyebab utama epididimitis pada
pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 -90%). Secara klinis, chlamydial
epididimitis dijumpai berupa nyeri dan pembengkakan scrotum yang
unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial uretritis,
walaupun uretritisnya asimptomatik.

b. Prostatis
Prostatitis Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya
dimulai dengan gonore atau uretritis non gonore. InfeksiC trachomatis
pada prostat dan epididimis pada umumnya merupakan penyebab
infertilitas pada pria.
c. Sindrom Reiter

Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis,


uretritis dan kot. yang dikaitkan dengan infeksi genital olch C.
trachomatis. Hal ini disokong dengan ditemukannya "Badan
Elementer" dari C trachomatis pada sendi penderita dengan
menggunakan teknik Direct Immunofluerescence.

Infeksi pada Wanita Sekitar setengah dari wanita dengan


infeksi C. trachomatis di daerah genital ditandai dengan bertambahnya
duh tubuh vagina dan atau nyeri pada waktu buang air kecil,
sedangkan yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada
penyelidikan pada wanita usia reproduktif yang datang ke klinik
dengan gejala-gejala infeksi traktus urinarius 10% ditemukan carier C.
trachomatis

Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :

 Usia muda, kurang dari 25 tahun


 Mitra seksual dengan uretritis
 Multi mitra seksual

5
 Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan
 Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen
 Memakai kontrasepsi "non barier" atau tanpa kontrasepsi
d. Servisitis

Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa


serviks. Tidak ada gejala gejala yang khas membedakan servisitis
karena C. trachomatis dan servisitis karena organisme lain. Pada
pemeriksaan dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang
ektopi.

Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi


serviks, prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih
banyak ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks
dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat
menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh
karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi serviks.

e. Endometritis

Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke


endometrium sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis
antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada
pemeriksaan laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat
endometrium.

f. Salfingitis (PID)

Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara


ascenden sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan
kerusakan pada tuba (terjadi tuba scarring). Hal ini dapat
menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik. Wanita dengan PID,
lebih separuh disebabkan oleh chlamydia, umumnya mengeluh rasa
tidak enak terus di perut bawah. Itu lantaran infeksi menyebar ke
rahim, saluran telur, indung telur, bahkan sampai ke leher rahim juga.

6
g. Perihepatitis (Fitz-Hugh - Curtis Syndrome)
Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui
endometrium ke tuba dan kemudian parakolikal menuju ke
diafragma kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang
permukaan anterior liver dan peritoneum yang berdekan sehingga
menimbulkan perihepatitis. Parenchym hati tidak diserang sehingga
tes fungsi hati biasanya normal.

3. Gejala

Gejala mulai timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah
terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan
yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka
terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan
oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening pada salah satu atau kedua selangkangan. Kulit diatasnya
tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan terbentuk
lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening
tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan,
lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau
kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan,
sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit
punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah
bercampur darah. Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung
lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan,
sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa
menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya
mengakibatkan penyempitan rektum.

2.2 PENATALAKSANAAN PENYAKIT


2.2.1 PENGOBATAN

Untuk pengobatan dapat diberikan:

1. Tetrasiklin

7
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak
lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat
diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari
selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan
dengan dosis 2 x 100 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak
dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang
lebih mudah dan dosisnya lebih kecil.

2. Azithromisin

Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan


Diberikan dengan dosis tunggal I gram sekali minum.

Regimen alternatif dapat diberikan:

 Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari


selama 14 hari.
 Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.

Regimen untuk wanita hamil:

 Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari. Terapi yang


biasanya digunakan adalah:

Terapi yang biasanya digunakan adalah:

 Antibiotika, minum obat secara teratur


 Partner seksualnya juga harus diobati

Obat-obat antibiotic:

 Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih.


 Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih.
 Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih.
 Azitromisin 1 gram dosis tunggal.

8
2) PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit klamidia menurut WHO:

a) Pencegahan

1). Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks: sama seperti sifilis


(lihat Sifilis, dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika
melakukan hubungan seksual dengan wanita bukan pasangannya.

2). Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus
dilakukan secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap
wanita dewasa usia dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang
mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang mempunyai
beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten
menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk infeksi
trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan pria
dewasa muda dengan spesimen urin.

b) Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.

1). Laporan pada kesehatan laporan kasus wajib dilakukan


dibanyak negara bagian di AS, Kelas 2B (lihat Tentang pelaporan
penyakit menular).

2). Isolasi: tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk


pasien Pemberian terapi antibiotika yang tepat menjamin discharge
tidak infektit, 14/19 sebaiknya menghindari hubungan seksual
hingga kasus indeks, penderita atau pasangannya telah selesai
diberi pengobatan yang lengkap. 3). Disinfeksi serentak:

Pembuangan benda-benda yang terkontaminasi dengan discharge


uretra dan vagina, harus ditangani dengan seksama.

4). Karantina:

9
tidak dilakukan.

5). Imunisasi kontak: tidak dilakukan.

6). Investigasi kontak dan sumber infeksi.

Pengobatan profilaktik diberikan terhadap pasangan seks lain dari


penderita, dan pengobatan yang sama diberikan kepada pasangan tetap.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi dan belum mendapat
pengobatan sistemik, foto thorax perlu diambil pada usia 3 minggu dan
diulang lagi sesudah 12 - 18 minggu untuk mengetahui adanya pneumonia
klamidia sub klinis.

e) Cara mengurangi resiko

1. Puasa mekukan hubungan seks

2 Batasi partner seksual

3. Gunakan kondom dengan benar

4. Cek kesehatan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan(over


tbehaviot).untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara
lain: fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau, faktor
dukungan (support) dari pihak lain misalnya tokoh masyarakat. petugas
kesehatan sangat penting untuk mendukung praktek pencegahan penyakit
menular seksual

Praktek pencegahan penyakit menular seksual antara lain:

1. Pencegahan primer meliputi:

10
a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal anal dan oral dengan
orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk
pencegahan.

b. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit


seksual.

c. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

d. Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling kedokter atau


petugas kesehtan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular
seksual meliputi:rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan
seksual ,rasa nyeri pada perut bagian bawah.Pengeluaran lendir pada
vagina/alat kelamin,keputihan berwarna putih susu,bergumpal dan disertai
rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin tau sekitamya,keputihan yang
berbusa,kehijauan,berbau busuk,dan gatal,timbul bercak bercak darah
setelah berhubungan seks bintil-bintil berisi cairan,lecet atau borok pada
alat kelamin.

2. Pencegahan sekunder,meliputi:

a. Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi.

b. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi


penyuluhan dari dinas kesehatan.

3. Pencegahan tersier meliputi:

a. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.

b. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita


pekerja seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.

11
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh virus chlamydia
trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering menyebabkan apa yang
dinamakan uretritis non spesifik yakni radang saluran kemih yang tidak spesifik,
yang dikenal merupakan salah satu infeksi/penyakit, akibat dari hubungan seksual
yang terjadi pada pria. Sedangkan pada wanita klamidia lebih sering
menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher rahim, dan penyakit
peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan menyebabkan infertilitas.

Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan


menjadi 3 spesies:

1. Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis

2. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma,infeksi alat


kelamin (lihat bawah), Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan serotipe
lain yang menyebabkan Lymphogranuloma venereum

3. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia


dan merupakan penyebab penyakit arteri koroner. Penyakit menular seksual juga
menipakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita. Antara
10% dan 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidial yang tidak tertangani
akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease.

3.2. SARAN
sebagai seorang kesehatan masyarakat dalam menyikapi kasus seperti
ini,kita harus memberikan masukan atau penyuluhan kepada mereka yang telah
terinfeksi penyakit menular tersebut.kita tidak perlu menjauhi mereka yang
seharusnya kita lakukan adalah memberi dukungan moral dan pendidikan
kesehatan serta penyuluhan kepada mereka karena penyakit klamidia ini masih
bisa diobati.selain itu,memberikan penyuluhan juga kepada para remaja tentang
pentingnya menjaga organ reproduksi serta dampak dan bahaya nya jika
melakukan seks bebas, selain itu, untuk diri sendiri atau untuk individu,harus
berhati-hati lagi dalam menghadapi kemajuan budaya,modernisasi yang terus

12
berkembang serta teknologi sekarang yang jelas lebih mempermudah dalam hal
seks bebas dan sebaiknya hindari untuk berganti ganti pasangan karena penyakit
infeksi menular seksual lebih mudah penelurannya melalui hubungan seksual.

13
DAFTAR PUSTAKA
1) www.who.int/entity/hiv/pub/guidelines/who_ilo_guidelines_indonesian.pd
f
2) whqlibdoc.who.int/publications/2004/9241562846_ind.pdf
3) whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241545453_ind.pdf
4) www.who.int/bulletin/archives/79(2)118.pdf 5.)Harris JRW, Foster SM,
1991, Genital Chlamydial Infection: Clinical Aspects, Diagnosis,
Treatment and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases and AIDS,
219, Churcill Livingstone, New York.
5) Kartono.Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Sinar
Harapan,Jakarta; 1998.
6) Hutapea NO, Tarigan J., 1992, Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual:
Kumpulan Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI, 171, Bukit Tinggi.
7) Centers for Disease Control and Prevention 1600 Clifton Rd. Atlanta, GA
30333, USA.
8) Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Disease
Surveillance, 2009. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human
Services, 2010.
9) U.S. Department of Health & Human Services - 200 Independence
Avenue, S.W. - Washington, D.C. 2001.
10) World Bank. World Development report: Investing in Health Washington,
1993.
11) Anonim, 2004, Klamidia, http://www.pppl.depkes.go.id, diakses tanggal
20 Oktober 2011.
12) World Health Organization 2001.This document is not a formal
publication of the World Health Organisation (WHO), and all rights are
reserved by the Organisation. The document may, however, be freely
reviewed, abstracted, reproduced or translated, in part or in whole, but not
for sale or for use in conjunction with commercial purposes. The views
expressed in documents by named authors are solely the responsibility of
those authors. Design by RSdeSigns.com.

14

Anda mungkin juga menyukai