Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

JAMUR KANDIDIASIS

Disusun Oleh :

1. Cicilia Ciciliyanti (202023042)


2. Danita Mardwika Wulandari (202023043)
3. Hergiana Lica (202023049)
4. Meylani Putri Widawati (202023053)
5. Niken Ayu Megarini (202023057)
6. Thobias Yoga Pratama (202023064)
7. Vincensia Neris Seliyana (202023065)

SEKOLAH TUNGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH


2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
lindunganNya, baik secara jasmani maupun rohani kepada kelompok kami. Sehingga kami
semua dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah kami ini
berjudul “JAMUR KANDIDIASIS ” yang kami buat untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah komunikasi umum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
kami maupun para pembanca.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan dukungan serta bimbingannya, dan terimakasih kepada teman-teman atas
partisipasinya dalam menyusun makalah ini. Dan terimakasih juga kepada semua pihak dan
sumber-sumber yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan
tepat waktu.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka
dari itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari bapak ibu dosen maupun para pembaca
sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 23 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....ii
I.BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang……………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………………...2
1.3 Manfaat……………….………………….....………………………………………………3
II BAB 2 PEMBAHASAN
1.1 pengertian
…………………………………………………………………………………4
1.2 EPIDEMIOLOGI……………………………………………………………
…………….5
1.3 Gambaran
klinis……………………………………………………………………………
6
1.4 Komplikasi……………………………………………………………………
…………….9
1.5 Penatalaksanaan………………………………………………………………
……………11
1.6 Pencegahan……………………………………………………………………
…………….12
III BAB 3 PENUTUP
1.1 kesimpulan………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………15
\

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang


sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia,
dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada
penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi
bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi
merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida
albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama
sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral
yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam
famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C.
krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C.
albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora
normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan
pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak
sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang
mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang
menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia
menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi
tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan
ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan
perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini.
Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah
nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa
nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang menghubungkannya
dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian dari Candidiasis ?
2) Bagaimana epidemiologi Candidiasis ?
3) Bagaimana gambaran klinis penyakit Candidiasis ?
4) Bagaimana komplikasi dari penyakit Candidiasis ?
5) Bagaimana penatalaksanaan Candidiasis ?
6) Bagaimana pencegahan Candidiasis ?
7)
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit kandidiasis serta mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada klien pada penyakit kandidiasis.
b. Secara teoritis : agar pembaca mengetahui tentang jamur candidiasis
c. Secara peraktis : agar memberi manfaat pada diri penulis dan pembaca dalam
megetahui pengetian, epidemologi, pelaksanaan, penyebab, dan pencegahan
penyakit jamur candidiasis.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian
Infeksi ialah suatu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit di dunia, termasuk
daerah seperti indonsia. Penyakit infeksi dapat ditularkan oleh mikroba seperti bakteri, fungi, dan
virus (Gibson, 1996). Kondisi udara yang kotor dan memiliki suhu yang hangat dan lembab
dapat membuat mikroorganisme hidup di daerah tropis. Dalam kondisi ini dapat membuat
penyakit infeksi semakin berkembang (Kuswandi dkk, 2001). Infeksi yang sering terjadi yaitu
infeksi kandidiasis.
Kandidiasis ialah infeksi yang ditimbulkan oleh Candida albicans, seperti kandidiasis
mukosa dan kandidiasis vulvovaginalis. Selain itu Candida albicans juga biasanya menginfeksi
kulit, kuku, saluran cerna, dan infeksi oportunistik (Mutiawati, 2016). Menurut Kementerian
Kesehatan, (2017) Pada tahun 2017 kandidiasis di Indonesia dilaporkan sebanyak 7.089
kasus.Infeksi ini dapat menular pada manusia di berbagai usia, baik pria dan wanita, sekitar 70 %
penderitanya banyak perempuan. Kisaran 30-40% pertahun terjadinya kasus kandidiasis
(Colombo, 2004).
Candida albicans memiliki 2 bentuk struktur yang berbeda. Pertama memiliki bentuk
ragi(non-invasif dan sugar fermenting organism). Kedua memiliki bentuk seperti akar panjang
sehingga bisa masuk kedalam mukosa.Candida albicans tumbuh pada temperatur 370C dengan
oksigen atau tanpa oksigen. Pada kondisi tanpa oksigen, Candida albicans memiliki waktu
perkembangan lebih lama yaitu 248 menit dibandingkan dengan pertumbuhan adanya oksigen
selama 98 menit. Ketika pada ph asam dapat memiliki pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan ph normal atau basa (Biswas, 2005). MenurutMutiawati (2016),dinding sel
kandida memiliki sifat aktif dengan susunan berlapis yang tersusun bermacam-macam
karbohidrat berbeda (80-90%), unsur lainya ialahprotein (6-25%) dan lemak (1-7%).
Selama ini penyakit infeksi kandidiasis diatasi dengan penggunaan antibiotika seperti
golongan azol dan triazol. Golongan azol dan triazol memiliki senyawa sintetik dan semi sintetik
(Gavakar dkk, 2013), sehingga jika digunakan dengan dosis yang tidak rsional bisamenyebabkan
terjadinya efek samping meningkat sehingga keracunan (Hardon, 2009). Menurut Tony (1997),
efek samping toksisitas beragam mulai dari gangguan-gangguan sistem saraf pusat, keluhan
lambung usus, kerusakan parenkim hati dan kerusakan parenkim ginjal. Menurut Baihaqi (2016),
adanya laporan yang mengatakan terjadinya perkembangan kekebalan terhadap antifungi.
Sehingga perlunya alternatif untuk mencari pengobatan antifungi yang lebih aman dengan
tingkat keracunan yang lebih rendah. Alternatif untuk menangani infeksi kandidiasis dapat
memanfaatkan bahanbahan aktif antimikroba yang berasal dari tanaman (Tietze, 2012).
1.2 EPIDEMIOLOGI
Kandidiasis biasanya terjadi pada pasien yang memiliki faktor resiko, seperti pasien
dengan imunokompromais. Kejadian kandidiasis dilaporkan memiliki proporsi yang sama antara
laki-laki maupun perempuan. Kandidiasis secara predominan terjadi pada usia pertengahan atau
lanjut usia. Kandidiasis dapat menyerang segala umur, kandidiasis juga seringkali lebih banyak
pada musim hujan, sehubungan dengan daerah-daerah yang tergenang air Terutama menyerang
pekerja kebun, tukang cuci, petani. Riwayat diabetes melitus, salah satu faktor yang
mempermudah berkembangnya Candida albicans (Siregar, 2005)
1.3 GAMBARAN KLINIS
Secara klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan yang berbeda, pada umumnya
berupa lesi – lesi putih atau area eritema difus (Silverman S, 2001). Penderita kandidiasis akan
merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap. Pada pemeriksaan klinis dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran kandidiasis (thrush), kronis
hiperplastik kandidiasis, kronis atrofik kandidiasis (denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis
dan angular sheilitis (Nolte,1982).
Thrush mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning –
kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan
akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut
berisi netrofil, dan sel – sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa. (Greenberg M. S.,
2003). Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk
ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal. (Mc Farlane 2002).
Kronis hiperplastik kandidiasis disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak
putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen.
(Greenberg.2003). Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam
pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang.
(Greenberg M 2003). Kandidiasis leukoplakia sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir dan
lidah.
Kronis atrofik kandidiasis ,mempunyai nama lain yaitu denture stomatitis dan denture
sore mouth. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis tipe ini adalah trauma kronis, sehingga
menyebabkan invasi jamur ke dalam jaringan dan penggunaan geligi tiruan tersebut
menyebabkan akan bertambahnya mukus dan serum, akan tetapi berkurangnya pelikel saliva.
Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga type yaitu inflamasi
ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada
palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan palatum
tersebut (15% - 65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular.(Greenberg 2003).
Akut atrofik kandidiasis, disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan
mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap
berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau
sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat
besi. (Greenberg, 2003).
Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture
stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti
defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi.
Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut
(commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah - pecah atau berfissure. (Nolte, 1982.
Greenberg, 2003).
1.4 KOMPLIKASI
Kandidiasis merupakan mikroflora normal dalam rongga mulut, dimana mikroorganisme
ini jumlahnya mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001).
1. Kandidiasis rongga mulut
Kandidiasis rongga mulut merupakan salah satu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh jamur dalam rongga mulut, terutama oleh kandida albikan.
Kandida albikan merupakan jamur yang pada keadaan normal merupakan
kelompok organisme komensal yang berada dalam rongga mulut. Ketika
seseorang mengalami gangguan imun, jamur ini akan bersifat patogen. Bila
terjadi infeksi, filamen dari jamur ini akan berkembang dan meluas ke daerah
apikal, dimana bentuk cabang lateral mulai terlihat pada hifa dan mycelium, dan
devisi sel tunggal yang dihubungkan dengan bentuk yeast. Adhesi kandida pada
dinding sel epitelial yang merupakan langkah penting pada infeksi awal
ditingkatkan oleh komponen dinding sel jamur seperti mannose, reseptor Cd3,
manoprotein, dan sakarin.Proses ini akan diperberat dengan faktorfaktor
predisposisinya dan terus berlanjut sehubungan dengan imunodefisiensi yang
dialami oleh pasien kandidiasis pada mukosa mulut dapat memberikan pola
gambaran klinis yang beragam. Banyak pasien memberikan gambaran pola
tunggal, namun beberapa pasien lainnya akan memberikan gambaran pola
kandidiasis lebih dari satu pola klinik.Kandidiasis di rongga mulut dapat
dibedakan atas Kandidiasis Pseudomembrane (oral trush), Kandidiasis Anglular
Cheilitis, Kandidiasis Hiperplastik Kronik, dan Kandidiasis eritematosa. Pada
pasien pengguna gigitiruan, kandidiasis yang paling banyak ditemukan yakni
kandidiasis eritematosa. Kandidiasis Eritematosa juga dikenal dengan nama
kandidiasis atropik akut atau dentures sore mouth atau dentures stomatitis. Gigi
tiruan bukan merupakan satu-satunya penyebab terjadinya perubahan pada
mukosa mulut. Budtz-Jorgensen dalam tulisannya mengemukakan bahwa
kandidiasis eritematosa dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor yaitu
trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus menerus, oral hygiene jelek,
alergi, dan gangguan sistemik. Adanya biofilm atau plak pada gigi tiruan yang
berkontak dengan permukaan mukosa adalah faktor etiologi yang terbesar dalam
patogenesis yang terjadi pada kandidiasis ini.
Kandidiasis eritematosa dapat diklasifikasikan dalam 3 tipe (tipe Newton)
- Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau pinpoint hyperemia.
- Tipe 2 : eritematosa atau tipe sederhana yang umum erythema lebih tersebar
meliputi sebagian atau seluruh mukosa yang tertutup gigi tiruan.
2. Gigi Tiruan Lengkap
Gigi tiruan adalah suatu alat tiruan yang di gunakan untuk menggantikan
sebagian atau seluruh gigi asli yang sudah hilang serta mengembalikan
perubahanperubahan struktur jaringan yang terjadi akibat hilangnya gigi asli.
Tujuan pembuatan gigi tiruan, baik itu gigitiruan lengkap maupun gigi tiruan
sebagian pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan,
pengecapan, estetis, menjaga kesehatan jaringan serta mencegah kerusakan lebih
lanjut dari struktur organ rongga mulut. Pada pasien lanjut usia itu sendiri
tujuannya adalah untuk memelihara kesehatan dan fungsi sistem pengunyahan
dengan menetapkan ukuran pencegahantanpa melibatkan pengobatan yang
berlebihan. Basis gigitiruan lepasan dapat dibuat dari logam atau campuran
logam, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan polimer. Resin akrilik
lebih sering digunakan karena keuntungan bahan resin akrilik ringan, murah,
warna sama dengan warna gingival, mudah pembuatannya dan mudah dilakukan
preparasi. Akrilik adalah suatu bahan yang masih digunakan untuk pembuatan
gigi tiruan. Resin ini mempunyai kekuatan, warna yang sesuai dengan warna
jaringan mulut yang digantikan. Sifat resin ini adalah bentuk stabil, tidak
mengiritasi, tidak toksik, mudah dimanipulasi. Gigi tiruan berpotensi
meningkatkan zat bakteri yang menyebabkan rusaknya imunoglobulins pada air
liur, sistem imun merespon terjadinya deposit plak dengan terbentuknya lesi.
Reaksi hipersensivitas yang terjadi pada kandida albican menyebabkan terjadinya
inflamasi. Porositas dalam jumlah besar dapat melemahkan gigi tiruan sehingga
mudah patah dan makanan mudah menempel sehingga gigi tiruan cepat berbau
perlekatan mikroorganisme pada gigi tiruan dipengaruhi oleh kekasaran
permukaan dan porusitas bahan gigi tiruan sehingga mikroorganisme dapat
berpenetrasi ke dalamnya. Pemakaian gigi tiruan lepas yang kurang baik akan
menyebabkan iritasi setempat yang terus-menerus pada selaput lendir. Penurunan
volume saliva dapat mengakibatkan perubahan pada mukosa mulut dan
merupakan predisposisi invasi jamur kandida. Kandidiasis eritematosa dapat
terjadi akibat jumlah kandida albikan yang meningkat. Kandida albikan yang
berperan pada infeksi ini biasanya terdapat pada permukaan palatal pemakai
gigitiruan. Pengelupasan sel epitel sehingga terjadinya atrofi epitel merupakan
gambaran khas dari eritematosa

1.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan meliputi pengambilan riwayat penyakit/anamnesis yang baik dan benar,
pemeriksaan dan pemberian anti jamur yang tepat berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
Beberapa kelompok anti jamur dapat mengurangi dan meluasnya infeksi kandadiasis.
Penatalaksanaan kandidiasis berdasarkan penyebab yang mendasarinya yaitu penatalaksanaan
dalam bentuk lokal maupun sistemik.
1.6 PENCEGAHAN
 selalu menjaga kebersihan
 Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat
 Ganti pakaian, pakaian dalam, dan kaos kaku, secara teratur.
 Ganti pembalut secara rutin saat menstruasi.
 Konsumsi makanan bergizi seimbang dan probiotik.
 Bersihkan area vagina dengan air mengalir, serta hindari penggunaan panty liner dan
sabun pembersih kewanitaan tanpa anjuran dokter.
 Lakukan kontrol rutin ke dokter, jika Anda menderita penyakit yang bisa melemahkan
sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, kanker, atau HIV/AIDS.
 Kontrol rutin juga perlu dilakukan bila Anda menjalani kemoterapi atau menggunakan
obat kortikosteroid untuk waktu yang lama.

BAB III
KESIMPULAN

Infeksi ialah suatu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit di dunia, termasuk
daerah seperti indonsia. Penyakit infeksi dapat ditularkan oleh mikroba seperti bakteri, fungi, dan
virus (Gibson, 1996). Kandidiasis ialah infeksi yang ditimbulkan oleh Candida albicans, seperti
kandidiasis mukosa dan kandidiasis vulvovaginalis. Selain itu Candida albicans juga biasanya
menginfeksi kulit, kuku, saluran cerna, dan infeksi oportunistik (Mutiawati, 2016).
Candida albicans memiliki 2 bentuk struktur yang berbeda. Pertama memiliki bentuk ragi(non-
invasif dan sugar fermenting organism). Kedua memiliki bentuk seperti akar panjang sehingga
bisa masuk kedalam mukosa.Candida albicans tumbuh pada temperatur 370C dengan oksigen
atau tanpa oksigen. Kandidiasis biasanya terjadi pada pasien yang memiliki faktor resiko, seperti
pasien dengan imunokompromais. Kejadian kandidiasis dilaporkan memiliki proporsi yang sama
antara laki-laki maupun perempuan.
Secara klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan yang berbeda, pada umumnya berupa
lesi – lesi putih atau area eritema difus (Silverman S, 2001). Penderita kandidiasis akan
merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap. Pada pemeriksaan klinis dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran kandidiasis (thrush), kronis
hiperplastik kandidiasis, kronis atrofik kandidiasis (denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis
dan angular sheilitis (Nolte,1982).

DAFTAR PUSTAKA
a) Prianti, A. T. (2020). PENINGKATAN INFEKSI CANDIDA Sp. PADA IBU HAMIL
YANG MEMAKAI CELANA KETAT. JURNAL ANTARA KEBIDANAN, 3(1), 86-97.
b) Jayanti, N. K. S., & Jirna, I. N. (2018). Isolasi Candida albicans dari swab mukosa mulut
penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal Teknologi Laboratorium, 7(1), 1-7.
c) Reza, N. R., Sugiman, T., & Basuki, S. (2017). Uji kepekaan in vitro flukonazol terhadap
spesies Candida penyebab kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS dengan Vitek II.
BIKKK, 29(3), 234-42.
d) Subagyo, S. B. W. H. G. (2011). KANDIDIASIS DI MULUT AKIBAT KHEMOTERAPI DAN
PENATALAKSANAANNYA. Majalah Kedokteran Gigi, 18(2011).
e) Hakim, L., & Ramadhian, M. R. (2015). Kandidiasis oral. Jurnal Majority, 4(9), 53-57.
f) DK Sari, D MurtiastutikDepartemen - Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2015

Anda mungkin juga menyukai