Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
lindunganNya, baik secara jasmani maupun rohani kepada kelompok kami. Sehingga kami
semua dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah kami ini
berjudul “ ” yang kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah komunikasi umum.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kami maupun para pembanca.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan dukungan serta bimbingannya, dan terimakasih kepada teman-teman atas
partisipasinya dalam menyusun makalah ini. Dan terimakasih juga kepada semua pihak dan
sumber-sumber yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan
tepat waktu.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka
dari itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari bapak ibu dosen maupun para pembaca
sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
1.Konsep Asertif
Asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dankepercayaan
secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak oranglain. Jadi, berani
untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan,dan pikiran dengan apa
adanya (Alberti dan Emmons, 2002). Perilaku atau sikapasertif adalah ekspresi langsung,
jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan,kebutuhan, atau hak-hak seseorang
tanpa kecemasan yang beralasan (Corey,2007). Perilaku asertif adalah perilaku antar
perorangan (interpersonal ) yangmelibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran
dan perasaan, ditandai olehkesesuaian sosial dan seseorang yang berperilaku asertif
mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain (Gunarsa, 2007). Assertif
merupakankemampuan untuk mengungkapkan perasaan secara tepat serta tetap
menghormatiorang lain dengan komunikasi interpersonal, sehingga dapat diterima
dengankepercayaan oleh penerimanya (Stuart Gail Wiscarz, 2009 : 642)Perilaku asertif
membuat perasaan kita menjadi lebih lega dan merasa nyamantanpa menyakiti perasaan
orang lain, meningkatkan kepercayaan denganmengungkapkan kejujuran,
keterusterangan, kesesuaian, dan penghargaanterhadap orang lain. Kejujuran merupakan
dasar untuk berperilaku asertif (Townsend, Mary 2009 : 231). Komunikasi asertif
digunakan saat seseorangmengalami permasalahan namun tetap menghormati hak orang
lain. Perawat yang profesional berkomunikasi secara asertif; mereka berbicara langsung
dan jujurkepada orang lain. ( Sue C. DeLaune & Patricia K. Ladner 2002 : 452 )Seseorang
dikatakan asertif jika dirinya mampu bersikap tulus dan jujurdalam mengekspresikan
perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain.Dalam dunia kesehatan, kususnya
pelayanan ada kalanya asertifitas harus benar- benar di lakukan dalam usaha
memberikan pelayanan dan informasi yangsebenarnya terhadap kondisi pasien, untuk
menghindari suatu kondisi yang dapatmenimbulkan kesalah pahaman antara perawat,
pasien , maupun keluarga pasien.Menurut Nasir, dkk (2009), munculnya perilaku asertif
karena adanya unsur-unsur, antara lain:
1.Kejujuran ( Honesty)
Perilaku asertif akan sulit diwujudkan jika sesorang tidak jujur karenadengan kejujuran,
orang lain akan mengerti, memahami, dan menghormati apayang dipikirkan dan
dirasakan oleh orang yang bersangkutan.2.
3. Kesadaran (Self-awareness)
Ketika seorang akan belajar asertif, sebelumnya ia harus lebih dahulumengenal dirinya
sendiri, agar lebih memperhatikan perilaku dan memikirkancara-cara yang
diinginkannya.4.
B. Kebudayaan
Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku asertif adalah faktor kebudayaan.Rakos dala
m Santosa (1999), memandang bahwa kebudayaan mempunyai peranyang besar dalam me
ndidik perilaku asertif. Biasanya hal ini berhubungan dengannorma-norma.c.
C. Usia
Buhrnmester dalam Santosa (1999), berpendapat bahwa usia merupakansalah satu faktor
yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Pada masaremaja dan dewasa perilak
u asertif berkembang, sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas perkembangan atau penu
runannya.d.
D. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria dan wanita berpengaruh terhadap perilaku asertifseseorang. Umumnya
kaum pria cenderung lebih asertif daripada wanita karenatuntutan masyarakat (Buhrnme
ster dalam Santosa :1999)e.
E. Strategi Coping
Strategi coping adalah bentuk penyesuaian diri yang melibatkan unsur-unsurkognisi dan a
feksi dari seseorang guna mengatasi permasalahan yang datang padadirinya. (Massong et
al dalam Santosa, 1999).
Penggunaan Asertif dalam Praktik Keperawatan
a. Di Unit Rawat JalanContoh kasus : pasien tidak puas dengan jawaban petugas keti
ka dokterdatang terlambat. Perawat sudah menjelaskan bahwa dokternya masih di
Arjasa menuju RS Kalisat. Pasien membutuhkan kepastian kehadirandokter peraw
at memberikan keterangan secara "jujur" dengan bahasaasertif, bapak/ibu, mohon
maaf, dokter datang terlambat, kami sudahmenghubungi beliau, saat ini beliau mas
ih diperjalananan dari arjasamenuju kesini. Kira-kira sampai sini 15 menit lagi ka
mi mohon bapak/ibuuntuk menunggu dan mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.
Kasus : Dokter marah kepada perawat karena perawat menjalankaninstruksi dokter
konsulen lain (kasus rawat bersama).Masalah : Dokter utama tidak diberitahu ketika
instruksi dari dokterkonsulen akan diberikan.Pelayanan yang diberikan : Perawat/dokter
jaga lapor ke dokter sebeluminstruksi dari dokter konsulen dijalankan.Komunikasi
asertif : Perawat, mohon maaf dok, seharusnya kamimenghubungi dokter lebih dulu
sabelum menjalankan instruksi dari dokterkonsulen. Sekali lagi kami mohon maaf dan
terima kasih atas masukannya.
B. Penanganan Komplain di Unit Rawat InapKasus : Pasien minta pulang dan dokter
tidak kunjung tiba, keluarga marah-marah didepan resepsionis sambil menggebrak meja
dan berkata “Takut saya tidak bisa bayar ya?!”
Masalah : Pasien merasa kepulangannya dihambat karena masalah biaya.Pelayanan yang
diberikan : Pasien mendapat penjelasan bahwa perawattidak punya wewenang untuk
memulangkan pasien, pasien pulang harusseizin dokter yang merawat.Komunikasi
asertif : Bapak/ibu maaf, bukannya kami tidak mau membantu,kami tidak punya
wewenang untuk memulangkan pasien, kami menungguinstruksi dari dokter yang
merawat, jadi kami mohon bapak/ibu menunggudokter yang merawat dan menanyakan
kepada dokter apakah sudah boleh pulang atau belum. Kami mohon bapak/ibu bersabar.
5.Respon Asertif
Orang yang asertif akan memberikan respon yang lebih bersifat terbuka, jujur, penuh
penghargaan serta pertimbangan terhadap orang lain (Agustin, 2008)karena respon asertif
lebih bersifat akomodatif daripada respon pasif maupunrespon agresif di dalam
menghadapi situasi-situasi tertentu. Alberti dan Emmons,dkk (2002) menyatakan bahwa
orang asertif diasumsikan memiliki konsep diriyang positif yaitu salah satu cirinya adalah
harga diri mereka tinggi.
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyaisikap asertif
apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1.Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupuntindakan.
2.Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3.Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4.Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapatorang lain,
atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifatnegatif.
5.Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketikamembutuhkan.
6.Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidakmenyenangkan dengan cara yang tepat.
7.Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8.Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusahauntuk
mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal
ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dankepercayaan diri (self confidence).
6. Belajar untuk Menggunakan Ketrampilan Asertif
Sebagai penangkal terhadap rasa takut, malu, kepasifan, bahkan kemarahan, perilaku
asertif perlu dilatihkan. Berdasarkan penelitiannya Schimmel (Dharma2008:32)
menyatakan bahwa beberapa jenis perilaku asertif yang perlu dilatihterutama adalah:
1. Berani mengemukakan pendapat, permintaan, kesukaan, dsb, yangmenjadikan
seseorang dihargai sebagai manusia yang sederajat denganmanusia lain
2. Mengekspresikan emosi-emosi negatif (keluhan, kebencian, kritik,ketidaksetujuan,
intimidasi, kebutuhan untuk dibiarkan sendirian) danmenolak permintaan.3.
3. Memperlihatkan emosi-emosi positif (senang, menghargai, menyukaiseseorang, merasa
tertarik), memberikan pujian, dan menerima pujian dengan mengucapkan “terimakasih”
Bertanya “mengapa” tentang pemegang kekuasaan dan tradisi, bukan untuk
memberontak, tapi meminta tanggung jawab, sebagai bentuk pernyataan kepedulian
untuk mengendalikan situasi dan mengubah sesuatumenjadi lebih baik.
4. Memulai, melaksanakan, mengubah, atau menghentikan percakapan
secaramenyenangkan, berbagi perasaan, pendapat, dan pengalaman dengan oranglain.
5. Mengatasi ketersinggungan sebelum kemarahan semakin meningkat danmeledak
menjadi agresif
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M. 2008. Mengenali dan Memahami Dunia Anak.
Bandung : CV LotusMandiri.Alberti, R. dan Emmons, M., 2002.
Your Perfect Right
. Penterjemah Buditjahya,Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.Corey, Gerald. 2007.
Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
TerjemahanE. Koswara, Bandung : Rafika Aditama Press.Dharma, Surya, 2008. Pendekatan,Je
nis dan Metodologi Penelitian Pendidikan.Fensterheim, H. & Baer, J. 1980.
Jangan Bilang Ya Bila Anda akan MengatakanTidak.
Jakarta: Gunung Jati.Gunarsa, Ny. Singgih D dan Gunarsa, Singgih D. 2007.
Psikologi Untuk Membimbing
. Jakarta : Gunung Mulia.Liza Marini Dan Elvi Andriani. 2005.
Perbedaan Asertivitas Remaja ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua.
Psikologia_Volume I_No. 2_Desember 2005. Nasir, Abdul Dkk. 2009.
Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi
.Jakarta : Penerbit Salemba Medika.Santosa, Slamet. 1999.
Dinamika Kelompok . Jakarta : PT. Bumi Aksara