Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Komunikasi Asertif Antar


Perawat Dan Dokter

Disusun Oleh :

1. Cicilia Ciciliyanti (202023042)


2. Danita Mardwika Wulandari (202023043)
3. Hergiana Lica (202023049)
4. Meylani Putri Widawati (202023053)
5. Niken Ayu Megarini (202023057)
6. Thobias Yoga Pratama (202023064)
7. Vincensia Neris Seliyana (202023065)

SEKOLAH TUNGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH


2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
lindunganNya, baik secara jasmani maupun rohani kepada kelompok kami. Sehingga kami
semua dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah kami ini
berjudul “ ” yang kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah komunikasi umum.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kami maupun para pembanca.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan dukungan serta bimbingannya, dan terimakasih kepada teman-teman atas
partisipasinya dalam menyusun makalah ini. Dan terimakasih juga kepada semua pihak dan
sumber-sumber yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan
tepat waktu.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka
dari itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari bapak ibu dosen maupun para pembaca
sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 23 Maret 2021

Penulis
1.Konsep Asertif
Asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dankepercayaan
secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak oranglain. Jadi, berani
untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan,dan pikiran dengan apa
adanya (Alberti dan Emmons, 2002). Perilaku atau sikapasertif adalah ekspresi langsung,
jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan,kebutuhan, atau hak-hak seseorang
tanpa kecemasan yang beralasan (Corey,2007). Perilaku asertif adalah perilaku antar
perorangan (interpersonal ) yangmelibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran
dan perasaan, ditandai olehkesesuaian sosial dan seseorang yang berperilaku asertif
mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain (Gunarsa, 2007). Assertif
merupakankemampuan untuk mengungkapkan perasaan secara tepat serta tetap
menghormatiorang lain dengan komunikasi interpersonal, sehingga dapat diterima
dengankepercayaan oleh penerimanya (Stuart Gail Wiscarz, 2009 : 642)Perilaku asertif
membuat perasaan kita menjadi lebih lega dan merasa nyamantanpa menyakiti perasaan
orang lain, meningkatkan kepercayaan denganmengungkapkan kejujuran,
keterusterangan, kesesuaian, dan penghargaanterhadap orang lain. Kejujuran merupakan
dasar untuk berperilaku asertif (Townsend, Mary 2009 : 231). Komunikasi asertif
digunakan saat seseorangmengalami permasalahan namun tetap menghormati hak orang
lain. Perawat yang profesional berkomunikasi secara asertif; mereka berbicara langsung
dan jujurkepada orang lain. ( Sue C. DeLaune & Patricia K. Ladner 2002 : 452 )Seseorang
dikatakan asertif jika dirinya mampu bersikap tulus dan jujurdalam mengekspresikan
perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain.Dalam dunia kesehatan, kususnya
pelayanan ada kalanya asertifitas harus benar- benar di lakukan dalam usaha
memberikan pelayanan dan informasi yangsebenarnya terhadap kondisi pasien, untuk
menghindari suatu kondisi yang dapatmenimbulkan kesalah pahaman antara perawat,
pasien , maupun keluarga pasien.Menurut Nasir, dkk (2009), munculnya perilaku asertif
karena adanya unsur-unsur, antara lain:
1.Kejujuran ( Honesty)
Perilaku asertif akan sulit diwujudkan jika sesorang tidak jujur karenadengan kejujuran,
orang lain akan mengerti, memahami, dan menghormati apayang dipikirkan dan
dirasakan oleh orang yang bersangkutan.2.

2.Tanggung Jawab (Responsibility)


Hal ini berarti seseorang bertanggung jawab atas pilihan-pilihan ataukeputusannya tanpa
menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada dirinya.Dengan rasa tanggung jawab
terhadap apa yang akan terjadi pada dirinya, maka iaakan dapat merubah hal-hal yang
tidak diinginkannya.3.

3. Kesadaran (Self-awareness)
Ketika seorang akan belajar asertif, sebelumnya ia harus lebih dahulumengenal dirinya
sendiri, agar lebih memperhatikan perilaku dan memikirkancara-cara yang
diinginkannya.4.

4. Percaya diri ( self confident )


Percaya diri adalah sebagai salah satu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku
sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Seseorang yangmemilki rasa percaya diri
yang rendah akan menghambat perilaku asertifnyakarena ada perasaan atau anggapan
bahwa hal-hal yang negatif akan terjadi jika iamelakukan sesuatu sehingga tidak yakin
bahwa perilaku tersebut justru akanmembawa pada perubahan yang positif.
5. Komponen Asertif
Menurut Eisler, Miller & Hersen, Johnson & Pinkton dalam Jurnal Psikologi(2005),
beberapa komponen dari perilaku asertif, antara lain adalah:
1.Compliance
Berkaitan dengan usaha seseorang untuk menolak atau tidak sependapatdengan orang
lain. Perlu ditekankan disini adalah keberanian seseorang untuk mengatakan “tidak” pada
orang lain jika memang itu tidak sesuai dengan keinginannya.
2. Duration of Replay
Merupakan lamanya waktu bagi seseorang untuk mengatakan apa yangdikehendakinya,
dengan menerangkannnya pada orang lain. Orang dengantingkat asertifnya yang tinggi
memberikan respon yang lebih lama (dalam artilamanyaanya) waktu yang digunakan
untuk berbicara dari pada orang yang tingkatasertifnya rendah.
3. Loudness
Berbicara dengan lebih keras biasanya lebih asertif, selama seseorang itutidak berteriak.
Berbicara dengan suara yang jelas merupakan cara yang terbaikdalam berkomunikasi
secara efektif dengan orang lain.
4. Request for New Behaviour
Meminta munculnya perilaku yang baru pada orang lain, mengungkapkantentang fakta
ataupun perasaan dalam memberikan saran pada orang lain, dengantujuan agar situasi
berubah sesuai dengan yang kita inginkan.
5. Affect
Afek berarti emosi; ketika seseorang berbicara dalam keadaan emosi makaintonasi
suaranya akan meninggi. Pesan yang disampaikan akan lebih asertif jikaseseorang
berbicara dengan fluktuasi yang sedang dan tidak berupa respons yangmonoton ataupun
respon yang emosional.
6. Latency of Response
Adalah jarak waktu antara akhir ucapan seseorang sampai giliran kita untukmemulai
berbicara. Kenyataannya bahwa adanya sedikit jeda sesaat sebelummenjawab secara
umum lebih asertif daripada yang tidak terdapat jeda.
7. Non Verbal Behaviour
Komponen-komponen non verbal dari asertivitas antara lain:
a. Kontak Mata
Secara umum, jika kita memandang orang yang kita ajak bicara maka
akanmembantu dalam penyampaian pesan dan juga akan meningkatkanefektivitas
pesan. Akan tetapi jangan pula sampai terlalu membelalakataupun juga
menundukkan kepala.
b. Ekspresi Mata
Perilaku asertif yang efektif membutuhkan ekspresi wajah yang sesuaidengan pesan
yang disampaikan. Misalnya, pesan kemarahan akandisampaikan secara langsung
tanpa senyuman, ataupun pada saat gembiratunjukkan dengan wajah senang.c.
c. Jarak fisik
Sebaiknya berdiri atau duduk dengan jarak yang sewajarnya. Jika kitaterlalu dekat
dapat menggganggu orang lain dan terlihat sepertimenantang, sementara terlalu
jauh akan membuat orang lain susah untukmenangkap apa maksud dari perkataan
kita.d.
d. Sikap Badan
Sikap badan yang tegak ketika berhadapan dengan orang lain akanmembuat pesan
lebih asertif. Sementara sikap badan yang tidak tegak danterlihat bermalasmalasan
akan membuat orang lain menilai kita mudahmundur atau melarikan diri dari
masalah.e.
e. Isyarat Tubuh
Pemberian isyarat tubuh dengan gerakan tubuh yang sesuai dapatmenambah
keterbukaan, rasa percaya diri dan memberikan penekanan pada apa yang kita
katakana, misalnya dengan mengarahkan tangan keluar.Sementara yang lain dapat
mengurangi, seperti menggaruk leher, danmenggosok-gosok mata.
2.Keuntungan Asertif dalam Praktik Keperawatan
Dalam berperilaku asertif ini sangat bermanfaat dalam hal bagaimanaseseorang terampil
berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain secara jujursabar, percaya diri, dan
tanpa menyinggung perasaan orang lain.selain itu :
1. Dapat memahami diri sendiri, seorang klien, tim kerja, dan organisasi
2. Meningkatkan pola berpikir : positif, percaya diri, tegas, tulus, terbuka,etis dan
tidk menyinggung perasaan
3.Mengembangkan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secaraasertifitas
dengan klien
3. Meningkatkan percaya diri dalam mengepresikan diri sendiri
Menurut Nasir, dkk. (2009), Asertif memiliki manfaat sebagai berikut:

 Meningkatkan self esteem dan percaya diri dalam mengekspresikan dirisendiri.


 Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain.
 Dapat mengubah situasi kerja yang negatif menjadi positif
 Mengingkatkan hubungan antarmanusia pada pekerjaan dan
mengurangikesalahpahaman.
 Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada pekerjaan/karirsesuai
dengan kebutuhan, gaya dan kemampuan.
 Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang mendapatkanapa yang
dicari dalam hidup.
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keasertifan Perawat
Asertivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pola asuh orang
tua,kebudayaan, jenis kelamin dan usia.
A. Pola Asuh
Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua, pertama: otoriter, disini orang tuamendidik
anak secara keras, penuh dengan disiplin yang tidak dapat diterima anaktetapi
dipaksakan, penuh dengan larangan yang membatasi ruang kehidupan anak.Anak
yang diasuh dengan pola otoriter akan tumbuh menjadi anak yang merasadirinya
rendah (inferior). Kedua: pola asuh demokratis, pada pola ini orang tuamengasuh anak
mereka dengan penuh kasih sayang tetapi tidak memanjakan,sehingga anak tumbuh
menjadi individu yang penuh percaya diri, mempunyai pengertian yang benar tentang
hak mereka, dapat mengkomunkasikan segalakeinginan dengan wajar, dan tidak
memaksakan kehendak dengan cara menindashak orang lain. Ketiga: pola asuh
permisif, orang tua mendidik anak tanpa adanya batasan atau aturan yang bersifat
mengikat, bahkan terkesan bebas. Anak-anakdengan pola asuh permisif akan tumbuh
menjadi remaja yang mudah kecewa danmudah marah karena ia terbiasa
mendapatkan segala sesuatu dengan cepat danmudah. Kurangnya pengawasan dari
orang tua akan membuat perilaku anakmenjadi sulit untuk dikendalikan.
 

B. Kebudayaan
Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku asertif adalah faktor kebudayaan.Rakos dala
m Santosa (1999), memandang bahwa kebudayaan mempunyai peranyang besar dalam me
ndidik perilaku asertif. Biasanya hal ini berhubungan dengannorma-norma.c.
 
C. Usia
Buhrnmester dalam Santosa (1999), berpendapat bahwa usia merupakansalah satu faktor 
yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Pada masaremaja dan dewasa perilak
u asertif berkembang, sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas perkembangan atau penu
runannya.d.
 
D. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria dan wanita berpengaruh terhadap perilaku asertifseseorang. Umumnya 
kaum pria cenderung lebih asertif daripada wanita karenatuntutan masyarakat (Buhrnme
ster dalam Santosa :1999)e.
 
E. Strategi Coping
Strategi coping adalah bentuk penyesuaian diri yang melibatkan unsur-unsurkognisi dan a
feksi dari seseorang guna mengatasi permasalahan yang datang padadirinya. (Massong et 
al dalam Santosa, 1999).
 
Penggunaan Asertif dalam Praktik Keperawatan
a. Di Unit Rawat JalanContoh kasus : pasien tidak puas dengan jawaban petugas keti
ka dokterdatang terlambat. Perawat sudah menjelaskan bahwa dokternya masih di
Arjasa menuju RS Kalisat. Pasien membutuhkan kepastian kehadirandokter peraw
at memberikan keterangan secara "jujur" dengan bahasaasertif, bapak/ibu, mohon 
maaf, dokter datang terlambat, kami sudahmenghubungi beliau, saat ini beliau mas
ih diperjalananan dari arjasamenuju kesini. Kira-kira sampai sini 15 menit lagi ka
mi mohon bapak/ibuuntuk menunggu dan mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. 
Kasus : Dokter marah kepada perawat karena perawat menjalankaninstruksi dokter
konsulen lain (kasus rawat bersama).Masalah : Dokter utama tidak diberitahu ketika
instruksi dari dokterkonsulen akan diberikan.Pelayanan yang diberikan : Perawat/dokter
jaga lapor ke dokter sebeluminstruksi dari dokter konsulen dijalankan.Komunikasi
asertif : Perawat, mohon maaf dok, seharusnya kamimenghubungi dokter lebih dulu
sabelum menjalankan instruksi dari dokterkonsulen. Sekali lagi kami mohon maaf dan
terima kasih atas masukannya.
B. Penanganan Komplain di Unit Rawat InapKasus : Pasien minta pulang dan dokter
tidak kunjung tiba, keluarga marah-marah didepan resepsionis sambil menggebrak meja
dan berkata “Takut saya tidak bisa bayar ya?!”
Masalah : Pasien merasa kepulangannya dihambat karena masalah biaya.Pelayanan yang
diberikan : Pasien mendapat penjelasan bahwa perawattidak punya wewenang untuk
memulangkan pasien, pasien pulang harusseizin dokter yang merawat.Komunikasi
asertif : Bapak/ibu maaf, bukannya kami tidak mau membantu,kami tidak punya
wewenang untuk memulangkan pasien, kami menungguinstruksi dari dokter yang
merawat, jadi kami mohon bapak/ibu menunggudokter yang merawat dan menanyakan
kepada dokter apakah sudah boleh pulang atau belum. Kami mohon bapak/ibu bersabar.
5.Respon Asertif
Orang yang asertif akan memberikan respon yang lebih bersifat terbuka, jujur, penuh
penghargaan serta pertimbangan terhadap orang lain (Agustin, 2008)karena respon asertif
lebih bersifat akomodatif daripada respon pasif maupunrespon agresif di dalam
menghadapi situasi-situasi tertentu. Alberti dan Emmons,dkk (2002) menyatakan bahwa
orang asertif diasumsikan memiliki konsep diriyang positif yaitu salah satu cirinya adalah
harga diri mereka tinggi.
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyaisikap asertif
apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1.Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupuntindakan.
2.Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3.Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4.Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapatorang lain,
atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifatnegatif.
5.Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketikamembutuhkan.
6.Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidakmenyenangkan dengan cara yang tepat.
7.Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8.Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusahauntuk
mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal
ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dankepercayaan diri (self confidence).
6. Belajar untuk Menggunakan Ketrampilan Asertif
Sebagai penangkal terhadap rasa takut, malu, kepasifan, bahkan kemarahan, perilaku
asertif perlu dilatihkan. Berdasarkan penelitiannya Schimmel (Dharma2008:32)
menyatakan bahwa beberapa jenis perilaku asertif yang perlu dilatihterutama adalah:
1. Berani mengemukakan pendapat, permintaan, kesukaan, dsb, yangmenjadikan
seseorang dihargai sebagai manusia yang sederajat denganmanusia lain
2. Mengekspresikan emosi-emosi negatif (keluhan, kebencian, kritik,ketidaksetujuan,
intimidasi, kebutuhan untuk dibiarkan sendirian) danmenolak permintaan.3.
3. Memperlihatkan emosi-emosi positif (senang, menghargai, menyukaiseseorang, merasa
tertarik), memberikan pujian, dan menerima pujian dengan mengucapkan “terimakasih”
Bertanya “mengapa” tentang pemegang kekuasaan dan tradisi, bukan untuk
memberontak, tapi meminta tanggung jawab, sebagai bentuk pernyataan kepedulian
untuk mengendalikan situasi dan mengubah sesuatumenjadi lebih baik.
4. Memulai, melaksanakan, mengubah, atau menghentikan percakapan
secaramenyenangkan, berbagi perasaan, pendapat, dan pengalaman dengan oranglain.
5. Mengatasi ketersinggungan sebelum kemarahan semakin meningkat danmeledak
menjadi agresif
 

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M. 2008. Mengenali dan Memahami Dunia Anak.
 Bandung : CV LotusMandiri.Alberti, R. dan Emmons, M., 2002.
Your Perfect Right 
. Penterjemah Buditjahya,Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.Corey, Gerald. 2007.
Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
TerjemahanE. Koswara, Bandung : Rafika Aditama Press.Dharma, Surya, 2008. Pendekatan,Je
nis dan Metodologi Penelitian Pendidikan.Fensterheim, H. & Baer, J. 1980.
 Jangan Bilang Ya Bila Anda akan MengatakanTidak.
Jakarta: Gunung Jati.Gunarsa, Ny. Singgih D dan Gunarsa, Singgih D. 2007.
 Psikologi Untuk Membimbing 
. Jakarta : Gunung Mulia.Liza Marini Dan Elvi Andriani. 2005.
 Perbedaan Asertivitas Remaja ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua.
Psikologia_Volume I_No. 2_Desember 2005. Nasir, Abdul Dkk. 2009.
 Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi
.Jakarta : Penerbit Salemba Medika.Santosa, Slamet. 1999.
 Dinamika Kelompok . Jakarta : PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai