GANGGUAN BICARA/APASIA
Dosen :
Disusun Oleh :
Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat
dan lindunganNya, baik secara jasmani maupun rohani kepada kelompok kami. Sehingga
kami semua dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah
kami ini berjudul “TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF PADA ORANG GANGGUAN
BICARA/APASIA” yang kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah komunikasi
umum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kami maupun para
pembanca.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan dukungan serta bimbingannya, dan terimakasih kepada teman-teman atas
partisipasinya dalam menyusun makalah ini. Dan terimakasih juga kepada semua pihak dan
sumber-sumber yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik
dan tepat waktu.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan.
Maka dari itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari bapak ibu dosen maupun para
pembaca sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu aktivitas yang sudah pasti dilakukan sehari-hari
oleh setiap orang karena pada dasarnya manusia adalah individu dan makhluk
sosial yang ingin bersosialisasi atau berhubungan dengan orang lain. Sebagai
makhluk individu, manusia selalu ingin terlihat lebih menonjol, sedangkan
sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan saling bergantung
pada orang lain dalam menjalani kehidupan. Maka manusia membutuhkan orang
lain dalam menjalani kehidupannya. Proses interaksi antar manusia inilah yang
memerlukan kegiatan komunikasi.
Menurut penelitian 75% waktu manusia akan dihabiskan untuk melakukan
komunikasi. Baik berkomunikasi dengan dirinya sendiri atau yang sering dikenal
dengan self talk maupun dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Hasil
penelitian yang lain mengatakan bahwa manusia, terutama perempuan harus
mengeluarkan 20.000 kata setiap harinya untuk berkomunikasi, atau hanya
sekedar mencurahkan hal sepele baik dari isi hati dan kepalanya agar tidak terjadi
tekanan batin yang menyebabkan timbulnya penyakit.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bersama bahwa komunikasi
merupakan aktivitas sehari-hari yang sudah tentu dilakukan oleh setiap manusia.
Orang yang pendiam atau tidak mau berkomunikasi sering kali menyebabkan
tekanan batin dan menimbulkan banyak penyakit. Namun berbeda lagi dengan
orang yang memiliki keterbatasan fisik seperti ganguan berbicara misalnya.
Mereka cenderung kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Adanya gangguan bicara menjadi salah satu faktor penghambat dalam
berkomunikasi. Gangguan bicara banyak sekali jenisnya seperti latah, cadel,
afasia, dan masih banyak lagi jenisnya. Daalam makalah ini kita kan membahas
mengenai cara yang efektif dalam berkomunikasi dengan orang yang memiliki
ganguan bicara.
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan pemahaman
kepada para pembaca mengenai cara berkomunikasi yang efektif terhapap
seseorang yang memiliki keterbatasan fisik yaitu ganguan bicara.
BAB II
ISI
2.1. Definisi
2.1.1. Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana pertukaran informasi antara dua individu.
Bahasa merupakan salah satu jenis komunikasi, namun bukan satu-satunya. Misalnya
fungsi lampu lalu lintas yang mengkomunikasikan intruksi dari bentuk simbol yang
tidak menitikberatkan bahasa. Disini yang diperlukan adalah pengetahuan setiap orang
tentang sistemnya agar mewaspadai lampu merah yang berarti berhenti dan lampu
hijau yang menandakan jalan terus.
“Who says what in which channel to whom with what effect?”, definisi
komunikasi menurut Harold D. Lasswell2 diatas memberikan gambaran tentang
komunikasi sebagai suatu proses transmisi pesan. Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan yang bersifat satu arah dari komunikator (penyampai pesan)
kepada komunikan (penerima pesan) dengan menggunakan media tertentu sehingga
memunculkan efek. Pengertian yang lain disampaikan oleh Stewart L. Tubbs dan
Sylvia Moss; komunikasi merupakan proses pembentukan makna diantara dua orang
atau lebih.3 Komunikasi tidak hanya sebatas pada konseptualisasi satu arah,
melainkan juga dapat sebagai suatu proses interaksi (dua arah), atau transaksi.
Secara garis besar afasia terbagi menjadi ketidakmampuan ekspresif atau afasia
motorik dan ketidakmampuan reseptif atau afasia sensorik. Adapun beberapa varian
afasia secara rinci dijelaskan berikut ini.
1. Afasia Motorik
Kerusakan pada lapisan permukaan daerah Broca (lesi kortikal), atau lapisan
bawah daerah Broca (lesi subkortikal), maupun daerah antara Broca dan Wernicke
(lesi transkortikal) dapat menyebabkan afasia motorik sebagai berikut:
Penderitanya dapat memahami bahasa baik verbal maupun visual serta dapat
berekspresi secara visual melalui tulisan atau isyarat. Namun kemampuannya
menghilang dalam mengeluarkan pikiran dengan perkataan selain dengan cara
membeo atau berceloteh tanpa makna yang jelas.
Akibat lesi posterior di otak, penderitanya menunjukkan ciri bicara spontan
dengan cepat dan kadang-kadang terlalu cepat namun tak berarti, lagu atau intonasi
kalimat baik dan panjang kalimat cukup. Sering memunculkan kata-kata baru atau
neologisme. Meskipun nampaknya fasih, penderita sangat buruk dalam menyimak
bahasa. Tulisannya jelek. Sama halnya dengan afasia Broca, penderitanya mengalami
pengulangan kalimat dan penyebutan nama benda yang juga buruk.
2. Afasia Sensorik
4. Afasia Global
7. Afasia Progresif
Afasia progresif tidak terjadi sebagai akibat stroke atau cidera otak melainkan
muncul akibat serangan penyakit pada otak. Gejalanya mirip dengan penderita
dementia namun tidak diiringi dengan perubahan kognitif (Obler & Gjerlow, 2000).
Dalam berbahasa tidak muncul kesulitan pemahamanan namun menemui kendala
dalam menemukan kata-kata yang tepat (finding words) dalam senarai kosakata yang
tidak lazim dipakai, contoh: disertasi, jarum, musang, dll. Penderita afasia progresif
juga kesulitan dalam mengeja secara tepat. Secara umum afasia memiliki perbedaan
yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan gangguan berbahasa lainnya
sebagaimana yang dikategorikan berikut ini oleh Goorhuis & Schaerlaekens dalam
Tiel
BAB III
Skenario
pada siang hari dirumah sakit panti rapih yogyakrta ,seorang pasien yang bernama
jhonatan ,berumur 10 tahun datang ke ruang igd
Nama : jhonatan ,Umur :15 tahun, jenis kelamin :laki-laki ,agama :katolik, pendidikan :sd alamat :
jalan amal luhur no 43 . Pasien tersebut hanya melakukan berobat jalan , tidak dalam keadaan rawat
inap, pasien tersebut diantar oleh keluarganya.
Keluarga : saya disini mengantarkan adik saya periksa susudah beberapa hari ini dia kurang enak
badan dan sering BAB
perawat : iya mbak ( menanyakan kepada kembali nama pasien ) maaf mbak nama adiknya siapa ?
perawat : sebelumnya apakah adik mengkonsumsi makan makananyang pedas-pedas atau makanan
yang kurang bersih sek?
Pasien : aada sus .
pasien : sasaya aaada mamakan pppeeetisan sus', pppettisaannya peedass sesekali sus
perawat : diperiksa dokter dulu ya mbak untuki memastikan dirawat atau tidaknya
peraawat : silahkan berbaring ditempat tidur itu dik biar saya panggil dokternya
perawat pergi memanggil dokter ' dan tak lama kemudiandatanglah dokter dengan perawat
keluarga : bagaimana kondisi adik saya dok apakah perlu rawat inap ? ?
dokter : adik mbak tidak apa-apa ,adik mbak cuman diare saja. Dikasih obat pasti akan sembuh
lalu dokter menulis resep obat ,kebudian diberikan kepada perawat dan dokter pun memeriksa
pasien yang lainta
perawat : baik mbak kata dokter adik mbak tidak perlu rawat inap dan dokter berpesan kepada adik
untuk menjaga pola makan menghindari makanan pedas,instan dan makanan/jajanan
sembarangnan ya
perawat : baik ini obat yang sudah diresepkan dokter,obatnya diminum secara teratur ya biar adik
cepet sehat
Saran
Sebagai seorang perawat, komunikasi adalah hal yang sangat penting dan merupakan
kunci utama keberhasilan seorang perawat. Sebaiknya dalam berkomunikasi dengan klien,
seorang perawat harus menjaga etika dan penampilannya dalam menghadapi kliennya.
Menjaga hak-hak pribadi dan hak orang lain. Menghormati, menjaga perasaan klien, dengan
melihat kondisi ekonominya, dan menjaga privasi atau rahasia klien.