Anda di halaman 1dari 21

KANDIDIASIS

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas
Seminar Pleno Blok 9

Oleh:
Diskusi Kelompok 3

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
JANUARI 2018
ANGGOTA KELOMPOK

Penyusun :
• Syifa Shafira R. M (4111161006)

• Jovanka Brithney (4111161030)

• Ainun Nur Kamilah (4111161034)

• Imas Puji Astuti (4111161069)

• Andika Rislianto (4111161081)

• Shelfy Nur Islami (4111161084)

• A. Fikri Afandi (4111161085)

• Ayu Ashyia (4111161094)

• Keke Bilqis Nabilah (4111161100)

• Dicky Firmansyah (4111161101)

• Thia Indriana K. (4111161149)

• M. Arif Rizki (4111161176)

• Dede Aprianto (4111161181)

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Adapun makalah Candidiasis ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
kami dalam penyususnan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada kami menerima saran dan kritik sehingga dalam
penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makanan ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Cimahi, 26 Januari 2018

Diskusi Kelompok 3

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang
sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia,
dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis
pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada
bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa
lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida
albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama
sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi
oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur
dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C.
parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi
patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia
sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40%
Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65%
pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88%
pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien
leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia
menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi
tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan
ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan
perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini.
Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah
nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa

4
nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang
menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan jamur itu
dalam genus candida.

1.2 Rumusan Masalah


1) Overview Case
2) Apa Defenisi dari Candidiasis ?
3) Bagaimana Klasifikasi Candidiasis
4) Bagaimana Anatomi dan Histologi Palatum
5) Mikrobiologi Candida Albican
6) Apa Etiologi dan Faktor Resiko Candidiasis ?
7) Bagaimana Patogenesis terjadinya Candidiasis?
8) B agaimana Epidemiologi Candidiasis
9) Bagaimana Penetalaksanaan Candidiasis
10) Bagaimana Pencegahan Candidiasis
11) Prognosis Candidiasis
12) PBHL

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada Blok 9 Semester 3 dan untuk lebih memahami materi mengenai
“candidiasis”. Selain itu maksud dan tujuan lainnya adalah untuk memahami :
1) Anatomi dan Fisiologi Candidiasis
2) Defenisi dari Candidiasis
3) Klasifikasi dari Candidiasis
4) Etiologi dan Faktor Resiko Candidiasis
5) Patogenesis terjadinya Candidiasis
6) Manifestasi knilis/Gejala Candidiasis
7) Diagnosis Candidiasis
8) Penatalaksanaan Candidiasis
9) Pencegahan Candidiasis

5
BAB II
ISI
2.1 Skenario:

Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke RSGM mengeluh adanya


bercak putih pada langit-langit, terasa perih, sejak sekitar 1 minggu yang lalu.
Pemeriksaan intra oral: plak putih pada palatum, dapat diseka dengan tekanan ringan dan
meninggalkan daerah eritema. Pasien mengaku menderita Diabetes sejak 5 tahun yang
lalu. Pemeriksaan gula darah puasa 2 minggu yang lalu 220 mg/dL.

6
2.2 Overview Case

DATA PASIEN KETERANGAN

 Seorang perempuan berusia 50  Insidensi


tahun
 Datang ke RSGM mengeluh  Akut
adanya bercak putih pada langit-
langit terasa perih sejak 1 minggu
yang lalu

 Pemeriksaan intraoral plak putih


 Gambaran klinis dari kadidiasis
pada palatum, dapat diseka

dengan tekanan ringan dan

meninggalkan daerah interna


 Pasien mengaku menderita
diabetes sejak 5 tahun yang lalu
 Pemeriksaan gula darah puasa 2  Manifestasi oral DM oral
minggu yang lalu 220 mg/dL
trush
 DD : kandidiasis

pseudomembranosus akut e.c DM  Meningkat normal = <126


kandidiasis atropik akut mg/l

 DK : kandidiasis

pseudomembranosus akut e.c DM


7
2.2 Definisi Candidiasis Oral
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang
sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia,
dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada
penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi
bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.

Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi
merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida
albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama.

Oleh karena Kandidiasis ini meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan
seperti sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan
manusia. Maka dari itu diperlukan beberapa penanganan dalam menyembuhkannya serta
mencegahnya. Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai kandidiasis tersebut lebih
lanjut.

2.3 Klasifikasi Kandidiasis Candidiasis

 Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :


1) Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
2) Kandidiasis Atropik Akut
 Kronik, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Kandidiasis Atropik Kronik
2) Kandidiasis Hiperplastik Kronik
3) Median Rhomboid Glositis

8
2.4 Anatomi dan Histologi

ANATOMI

 Palatum -> Membentuk atap mulut


Terdiri atas:
• Palatum durum, sisi anterior
• Palatum molle, sisi posterior
 Palatum durum
• Dibentuk oleh proc. Palatina os maxillaris dan pars horizontalis os palatinus.
• Terdapat 3 foramen : Foramen incicivus; palatina mayor; palatina minor.
• Terdapat kelejar “ glandula palatinus”

 Palatum molle
• 1/3 posterior palatum
• Uvula bagian palatum molle yang menonjol ke arah posteroinferior
• Terdiri atas otot-otot:
o M. palatopharingeus
o M. palatoglossus
o M. uvulae
o M. levator velli palatini
o M. tensor velli palatine

9
HISTOLOGI

Palatum Durum et Palatum molle

 Membrana Mucosa
o epitel: epitel gepeng berlapis tanpa keratinisasi
o lamina propria: jaringan pengikat yang mengandung kelenjar
 Kelenjar:
o glandula palatina :
o seromucosa

10
11
2.5 Mikrobiologi Candida Albican

o Mempunyai ukuran 3-6 m


o Membentuk pseudohifa ketika tunas-tunasnya terus
o bertumbuh, tetapi gagal melepaskan diri sehingga
o menghasilkan rantai-rantai sel panjang
o Bersifat dimorfik ; ragi bertunas (blastokonidia)dan pesudohifa
o Menghasilkan hifa sejati
o Di medium agar atau dalam 24 jam di suhu 37C atau suhu ruang akan membentuk
koloni lunak berwarna krem dengan bau beragi.
o Diatas medium yang kurang bernutrisi, C. albicans menghasilkan klamidospora
bulat berukuran besar

2.6 Etiologi dan Faktor Resiko Candidiasis

 Etiologi
Penyebab tersering Candidiasis adalah Candida albicans. spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae.
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur.
Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia,
walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia.

12
C. albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80%
dari semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis
superfisial dan sistemik.
 Faktor Risiko
Adapun faktor resiko yang mempengaruhi dari infeksi dari kandidiasis oral
yaitu:
1. Faktor Patogen Jamur kandida mampu melakukan metabolisme glukosa dalam
kondisi aerobik maupun anaerobik. Selain itu jamur kandida mempunyai faktor-faktor
yang mempengaruhi adhesi terhadap dinding sel epitel seperti mannose, reseptor C3d,
mannoprotein dan Saccharin. Sifat hidrofobik dari jamur dan juga kemampuan adhesi
dengan fibronektin host juga berperan penting terhadap inisial dari infeksi ini.
2. Faktor Host
a. Faktor lokal Fungsi kelenjar saliva yang terganggu dapat menjadi predisposisi
dari kandidiasis oral. Sekresi saliva menyebabkan lemahnya dan mengbersihkan
berbagai organisme dari mukosa. Pada saliva terdapat berbagai protein-protein
antimikrobial seperti laktoferin, sialoperoksidase, lisosim, dan antibodi antikandida
yang spesifik. Penggunaan obat-obatan seperti obat inhalasi steroid menunjukan
peningkatan resiko dari infeksi kandidiasis oral. Hal ini disebabkan tersupresinya
imunitas selular dan fagositosis. Penggunaan gigi palsu merupakan faktor predisposisi
infeksi kandidiasis oral. Penggunaan ini menyebabkan terbentuknya lingkungan mikro
yang memudahkan berkembangnya jamur kandida dalam keadaan PH rendah, oksigen
rendah, dan lingkungan anaerobik. Penggunaan ini pula meningkatkan kemampuan
adhesi dari jamur ini.
b. Faktor sistemik Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dapat
mempengaruhi flora lokal oral sehingga menciptakan lingkungan yang sesuai untuk
jamur kandida berproliferasi. Penghentian obat-obatan ini akan mengurangi dari
infeksi jamur kandida. Obat-obatan lain seperti agen antineoplastik yang bersifat
imunosupresi juga mempengaruhi dari perkembangan jamur kandida. Beberapa faktor
lain yang menjadi predisposisi dari infeki kandidiasis oral adalah merokok, diabetes,
sindrom Cushing’s serta infeksi HIV.
Secara umum presentasi klinis dari kandidiasis oral terbagi atas lima bentuk:
kandidiasis pseudomembranosa, kandidiasis atropik, kandidiasis hiperplastik,
kandidiasis eritematosa atau keilitis angular. Pasien dapat menunjukan satu atau
kombinasi dari beberapa presentasi ini.
13
1. Kandidiasis pseudomembranosa Kandidiasis pseudomembranosa secara umum
diketahui sebagai thrush, yang merupakan bentuk yang sering terdapat pada neonatus.
Ini juga dapat terlihat pada pasien yang menggunakan terapi kortikosteroid atau pada
pasien dengan imunosupresi. Kandidiasis pseudomembran memiliki presentasi
dengan plak putih yang multipel yang dapat dibersihkan. Plak putih tersebut
merupakan kumpulan dari hifa. Mukosa dapat terlihat eritema. Ketika gejala-gejala
ringan pada jenis kandidiasis ini pasien akan mengeluhkan adanya sensasi seperti
tersengat ringan atau kegagalan dalam pengecapan.
2. Kandidiasis atropik Kandidiasis atropik ditandai dengan adanya kemerahan
difus, sering dengan mukosa yang relatif kering. Area kemerahan biasanya terdapat
pada mukosa yang berada dibawah pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26% pasien
dengan gigi palsu terdapat kandidiasis atropik.
3. Kandidiasis hiperplastik Kandidiasis hiperplastik dikenal juga dengan
leukoplakia kandida. Kandidiasis hiperplastik ditandai dengan adanya plak putih yang
tidak dapat deibersihkan. Lesi harus disembuhkan dengan terapi antifungal secara
rutin.
4. Kandidiasis eritematosa Banyak penyebab yang mendasari kandidiasis
eritematosa. Lesi secara klinis lesi timbul eritema. Lesi sering timbul pada lidah dah
palatum. Berlainan dengan bentuk kandidiasis pseudomembran, penderita kandidiasis
eritematosa tidak ditemui adanya plak-plak putih. Tampilan klinis yang terlihat pada
kandidiasis ini yaitu daerah yang eritema atau kemerahan dengan adanya sedikit
perdarahan di daerah sekitar dasar lesi. Hal ini sering dikaitkan terjadinya keluhan
mulut kering pada pasien. Lesi ini dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut,
tetapi daerah yang paling sering terkena adalah lidah, mukosa bukal, dan palatum.
Kandidiasis eritematosa dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe, yaitu :
Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau pinpoint hiperemia.
Tipe 2 : eritematosa atau tipe sederhana yang umum eritema lebih tersebar
meliputi sebagian atau seluruh mukosa yang tertutup gigi tiruan,
Tipe 3 : tipe granular (inflamasi papila hiperplasia) umumnya meliputi bagian
tengah palatum durum dan alveolar ridge. Keilitis angular Keilitis angular ditandai
dengan pecahpecah, mengelupas maupun ulserasi yang mengenai bagian sudut mulut.
Gejala ini biasanya disertai dengan kombinasi dari bentuk infeksi kandidiasis lainnya,
seperti tipe erimatosa. Kandidiasis oral didiagnosis berdasarkan tanda-tanda klinis dan
gejalanya. Adapun tes tambahan yaitu:

14
1. Sitologi eksfoliatif
2. Kultur
3. Biopsi jaringan
o Hiv/aids
o Kanker
o Diabetes melitus
o Infeksi jamur vagina
o Pemakaian kortikosteroid
o Pemakaian antibiotic

• PADA KASUS
Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi
infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi
penderita diabetes yang merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar.
Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh
jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes
Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan
antibiotik dapat mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut yang
mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant
thrush. Dari hasil pengamatan saya selama berpraktik sebagai dokter gigi yang
ditandai dengan adanya lapisan putih kekuningan pada lidah, tonsil maupun
kerongkongan.

2.7 Patogenesis Dan Patofisisologi


Pada Diabetes Melitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek dan adanya
angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang sehingga bakteri anaerob
mudah berkembang.
Penderita Diabetes Melitus bila mengalami kandidiasis lebih parah daripada orang
yang sehat, dikarenakan Pertama, daya tahan tubuh penderita Diabetes Melitus rendah
dibandingkan orang sehat. Sel-sel pertahanan tubuh (monocyt, neutrophil, dan makrofag)
juga lemah fungsinya

2.8 Epidemiologi

15
Kandidiasis oral akan meningkat pada pasien dengan imuno kompremais dan imuno
supresif. Pasien dengan riwayat kemoterapi, pasien DM mudah terkena infeksi c.albican
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45%
pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi
palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90%
pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Meningkatnya prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan kelompok
penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna.
Odds dkk ( 1990 ) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita
HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah penderita kandidiasis.

2.9 Penetalaksanaan
 Non farmakologi :
o Menjaga gula darah
o Menjaga hygenitas mulut dengan cara :
o Sikat gigi minimal 2 kali yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur malam.
o Gunakan sikat gigi yang berbulu halus dan pasta gigi berflouride.
o Sikat seluruh permukaan gigi selama 2 menit, dan berkumur cukup 1 kali.
o Kurangi makan makanan yang bergula dan lengket ( tidak lebih dari 2 kali diantara
waktu makan ).
o Makan buah berserat sebagai pencuci mulut.

 Farmakologi
Adapun manajemen terapi yang dilakukan pada kandidiasis oral adalah dengan
pengobatan secara topikal. Setelah dilakukan pengobatan topikal maka dilanjutkan
pengobatan selama dua minggu setelah terjadinya resolusi pada lesi. Ketika terapi
topikal mengalami kegagalan maka dilanjutkannya terapi sistemik karena gagalnya
respon obat adalah merupakan pertanda adanya penyakit sistemik yang mendasari.
Follow up setelah 3 sampai 7 hari pengobatan untuk mengecek efek dari obat-obatan.
Adapun tujuan utama dari pengobatan adalah.
1. Untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang berkontribusi.

16
2. Untuk mencegah penyebaran sistemik.
3. Untuk mengurangi kekurangnyamanan yang terjadi.
4. Untuk mengurangi perkembangbiakan kandida.
Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini kedua.
Pengobatan kandidiasis oral lini pertama yaitu:
1. Nistatin Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang
terdapat dalam bentuk topikal. Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim dan suspensi
oral. Tidak terdapat interaksi obat dan efek samping yang signifikan pada penggunaan
obat nistatis sebagai anti kandidiasis.
2. Ampoterisin B Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi
oral 100 mg/ml dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari. Ampoterisin B
menginhibisi adhesi dari jamur kandida pada sel epitel. Efek samping pada obat ini
adalah efek toksisitas pada ginjal.
3. Klotrimazol Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi
ergosterol. Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini adalah rasa sensasi tidak
nyaman pada mulut, peningkatan level enzim hati, mual dan muntah.
Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua yaitu:
1. Ketokonazol Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membran sel
fungal dan diserap dari gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar. Dosis yang
dianjurkan adalah 200-400 mg tablet yang diberikan sekali atau dua kali dalam sehari
selama dua minggu. Efek samping adalah mual, muntah, kerusakan hepar dan juga
interaksinya dengan antikoagulan.
2.Flukonazol Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal. Obat ini digunakan
pada kandidiasis orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul sekali dalam sehari dalam
dua sampai tiga minggu. Efek samping utama pada pengobatan dengan menggunakan
flukonazol adalah mual, muntah dan nyeri kepala.
3.Itrakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan
dikontraindikasikan pada kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat adalah 100 mg dalam
bentuk kapsul sehari sekali selama dua minggu. Efek samping utama adalah mual,
neuropati dan alergi.
Flukonazole Dapat digunakan pada seluruh penderita kandidiasis termasuk pada
penderita immunosipresiv. Efek samping mual, sakit dibagian perut, sakit kepala,
eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi cytochrome P450

17
sel jamur, sehingga terjadi perubahan membrane sel. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh
makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50mg, 100mg, 150mg, dan 200mg single dose
dan intra vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui.

2.10 Pencegahan
o Pertama dan yang terpenting adalah mengontrol kadar gula darah.
o Kemudian rawat gigi dan gusi, serta ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin setiap
enam bulan.
o Untuk mengontrol sariawan dan infeksi jamur, serta hindari merokok.
o Kontrol gula darah yang baik juga dapat membantu mencegah atau meringankan
mulut kering yang disebabkan oleh diabetes.
o Menggunakan dental floss paling tidak sekali sehari untuk mencegah plak muncul di
gigi.

2.11 Prognosis
o Q ad V : bonam
o Q ad F : dubia ad bonam
o Prognosis dari oral kandidiasis adalah baik ketika faktor-faktor predisposisi yang
berhubungan dengan infeksi ini tereliminasi. Ketika faktor-faktor predisposisi
meningkat pada pasien kandidiasis primer maka meningkatkan pula resiko yang lebih
buruk pada kandidiasis. Pada kebanyakan kasus kandidiasis oral adalah penyebab dari
infeksi superfisial sekunder yang dapat dengan mudah diobati dengan terapi
antifungal.

2.12 PBHL
o Medical indication
Beneficence : dokter mampu mendiagnosis kandidiasis pseudomembranosus akut
e.c DM melalui anamnesis, pemeriksaan intra oral dan pemeriksaan laboratorium

18
o Patient preferences
Autonomi :dokter mampu menghargai hak-hak pasien, seperti mendapatkan inform
consent mengenai penyakitnya dan penangan medis yang akan dilakukan
o Quality of life
Beneficence :dokter dapat mengetahui prognosis pasien
Nonmaleficence : dokter dapat mencegah komplikasi dari penyakit ini
o Contextual features
Justice : dokter dapat juga menganilisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi pasien

BAB III

19
PENUTUP

Kesimpulan

Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang


sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia,
dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis
pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada
bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya Penyebab tersering
Candidiasis adalah Candida albicans.
Faktor Risikonya yaitu Hiv/aids,kanker,diabetes mellitus,Infeksi jamur
vagina,pemakaian kortikosteroid dan pemakaian antibiotic. Bagi penderita kandidiasis
disarankan Menjaga gula darah,Menjaga hygenitas mulut dengan cara Sikat gigi
minimal 2 kali yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur malam,Gunakan sikat gigi yang
berbulu halus dan pasta gigi berflouride,sikat seluruh permukaan gigi selama 2 menit,
dan berkumur cukup 1 kali,kurangi makan makanan yang bergula dan lengket ( tidak
lebih dari 2 kali diantara waktu makan ) dan Makan buah berserat sebagai pencuci
mulut. Farmakologinya dberikan Flukonazo yang Dapat digunakan pada seluruh
penderita kandidiasis termasuk pada penderita immunosipresiv. Efek samping mual,
sakit dibagian perut, sakit kepala, eritme pada kulit

20
Daftar Pustaka

1. Geo F. Brooks, Karen C. Carroll, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, Timothy A.


Mietzner. Mikrobiologi Kedokteran: Jawetz, Melnick, & Adelberg. Edisi 25. Jakarta:
EGC, 2013: 674-7.
2. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aishah S, Eds. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2006: 103-6.
3. Nelwan Erni Juwita. Kandidiasis. Dalam: Siti Setiati, Idrus Alwi, Aru W. Sudoyo,
dkk., Eds. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: InternaPublishing, 2015: 755 - 762.
4. Surbhi Gupta (2017). Mucosal Candidiasis. (Online), diakses pada: 25 Januari 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/1075227-overview#a2
Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5th. New york: McGraw Hill Company, 2007

21

Anda mungkin juga menyukai