3. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 2. plasenta previa
20 tahun
3. preeklamsi / eklamsi
4. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
4. polihidramnion
5. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
5. inkompatibilitas golongan darah
6. kehamilan di luar perkawinan
6. kehamilan lama
7. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
8. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan 7. kehamilan ganda
8. infeksi
■ B. Faktor Bayi (High Risk Infants) : 9. diabetes
1. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan 10. genitourinaria
congenital
2. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth
Retardation)
3. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema
sosial
Tanda dan gejala
1. Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
2. Terhentinya pergerakan janin
3. Terhentinya denyut jantung janin
4. Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.
5. Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin
6. Terhentinya perubahan payudara
A. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
■ Keadaan memungkinkan yaitu Hb> 10 gr%, tekanan darah baik.Dilakukan pemeriksaan
laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan
waktu protombin.Tindakan:
■ 1. Kuretasi vakum
■ 2. Kuretase tajam
■ 3. Dilatasi dan kuretasi taja
B. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu maka akan
diberi :
■ 1. misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian
pertama.
■ 2. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
■ 3. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin
10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes -60tetespermenit.
■ Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
C. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu
1. Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
3. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60
tetes per menit.
4. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
5. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
■ Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau
atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah
gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik
dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi
konfliknya. Oleh karena ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu
kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang
kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan
kurang memiliki energi).
◦ Sebab-sebab lainnya adalah diantaranya :
1. Ketakutan terus menerus dan sering tidak rasional. Misalnya : bagi ibu hamil,
takut memikirkan terus sakitnya melahirkan.
2. Ketidakseimbangan pribadi
3. Konflik-konflik internal yang serius, khususya yang sudah diimulai sejak masa
kanak-kanak.
4. Kurang adanya usaha dan kemauan
5. Lemahnya pertahanan diri ( memakai defence mechanism yang negative ).
◦ Cara Menyembuhkan Penderita Neurosa Kecemasan :
Penderita neurosa kecemasan dapat disembuhkan dengan cara terapi. Terapi ini
dilakukan dengan cara menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari
penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya usaha ini
pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi
yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis kecemasan, yaitu :
1. Psikoterapi individual
2. Psikoterapi kelompok
3. Psikoterapi analitik
4. Sosioterapi
5. Terapi seni kreatif
6. Terapi kerja,
7. Terapi perilaku
8. Farmakoterapi
Infeksi/penyakit yang dapat melewati barier
plasenta: infeksi virus
• 1. INFEKSI VIRUS
* Infeksi Rubela (German Measles)
Perlu diketahui, di luar kehamilan, rubela sebetulnya tidak berbahaya. Namun dalam kehamilan penyakit ini
bisa menyebabkan kelainan bawaan pada janin. Bayi yang dilahirkan wanita hamil yang terkena infeksi ini
berisiko mengalami cacat mata, semisal katarak, glaukoma dan sebagainya. Disamping kelainan jantung,
telinga bagian dalam, susunan saraf pusat dan kelainan serius lainnya.
Namun risiko cacat bawaan pada janin ini lagi-lagi bergantung pada usia kehamilan saat terjadinya infeksi.
Triwulan pertama menimbulkan risiko kecacatan sebesar 30-50 persen, triwulan kedua 6,8 persen,
sedangkan pada triwulan ketiga hanya sekitar 5,3 persen. Dari sini terlihat, makin muda usia kehamilan saat
terkena infkesi, semakin besar pula risiko mengalami kecacatan. Sayangnya, untuk kasus-kasus ini tak ada
obat-obatan yang mampu mencegah rubela. Pengobatan pun sebatas terapi simptomatis, yakni
menghilangkan gejala sakit.
* Infeksi Sitomegalovirus
Infeksi ini menyebabkan kelainan kongenital janin. Di antaranya hidrosefalus, mikrosefalus, mikroftalmia,
ensefalitis, kelainan darah dan kebutaan. Sayangnya, pengobatan untuk infeksi ini belum ada.
• * Hepatitis infeksiosa
Ibu hamil yang menderita infeksi penyakit hati selain berisiko melahirkan prematur juga
berkemungkinan mengalami keguguran. Pada kasus sirosis bilier primer, kehamilan dapat
memperburuk penyumbatan aliran empedu. Pada kondisi tertentu bahkan bisa menyebabkan
"sakit kuning" dimana air seninya berwarna gelap. Pada penderita sirosis, risiko perdarahan
meningkat terutama pada trimester ketiga.
* Rubela
Penyakit campak pada wanita hamil akan berdampak buruk pada janin. Infeksi penyakit ini
dapat menyebabkan abortus, kematian janin, dan menimbulkan cacat bawaan pada janin.
• 2. INFEKSI BAKTERI
* Tifus abdominalis
Ibu hamil yang menderita tifus memiliki risiko kematian 15 persen atau lebih. Janin yang dikandungnya,
berpeluang sekitar 60-80 persen gugur atau lahir prematur. Infeksi ini bisa dicegah dengan vaksinasi. Ibu yang
mengalami infeksi setelah melahirkan disarankan untuk tidak menyusui bayinya karena dikhawatirkan bisa
menular. Selain itu, ibu dianjurkan untuk banyak istirahat, menjalani pengobatan simptomatik dan minum
obat antibakteri.
* Infeksi karies gigi
Infeksi karies atau lubang gigi dapat menyebabkan kelahiran prematur. Ah...apa iya sih? Bisa saja karena
karies gigi merupakan tempat yang baik bagi masuknya kuman. Di kemudian hari kondisi ini menyebabkan
terjadinya infeksi selaput ketuban dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi ini pun dapat menyebar ke
organ-organ lain, termasuk otak. Itulah mengapa, ibu hamil disarankan memeriksakan kondisi giginya secara
teratur, setidaknya 6 bulan sekali, terutama sebelum hamil.
* Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih sering terjadi selama hamil. Kemungkinan karena pembesaran uterus yang
menghambat aliran air kemih. Jika aliran air kemih lambat, bakteri tertahan di saluran kemih dan inilah yang
menyebabkan peningkatan peluang terjadinya infeksi saluran kemih. Selanjutnya, infeksi akan memperbesar
risiko terjadinya persalinan prematur dan pecahnya ketuban sebelum waktunya. Tidak jarang infeksi kandung
kemih akan menyebar ke saluran kemih, bahkan sampai ke ginjal dan menyebabkan infeksi ginjal. Untuk
mengatasinya diberikan obat-obatan antibiotika.
* Erisipelas
Infeksi ini disebabkan oleh streptococcus hemolitikus. Bila terjadi semasa hamil, si kuman jadi lebih patogen
yang bisa menyebabkan sepsis. Kalau sudah begini, akan berisiko terjadinya infeksi nifas yang dapat
mengancam jiwa si ibu hamil. Sementara si janin berisiko terkena infeksi yang bisa mengakibatkan kematian.
Salah satu terapi yang dilakukan adalah menjalani isolasi agar tak menular pada orang lain. Kemudian, si ibu
mesti istirahat/dirawat dengan baik serta menjalani terapi antibiotika.
• 3.INFEKSI PROTOZOA
* Toksoplasmosis
Disebabkan oleh toksoplasma gondii yang bersumber dari anjing , kucing, tikus
dan binatang lainnya. Gejalanya, nyeri pada kelenjar limfe yang membesar,
disertai pneumonia dan sebagainya. Dampak terhadap kehamilan adalah
terjadinya abortus, lahir prematur, kematian janin maupun kematian bayi.
Selain itu, bayi yang dilahirkan pun berisiko mengalami cacat bawaan, kelainan
mata, hidrosefalus dan sebagainya. Itulah sebabnya, wanita hamil amat
disarankan untuk menghindari sumber-sumber penularan.