Anda di halaman 1dari 34

ASKEB KOMPREHENSIF 2

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL BERESIKO


ATAU MENGALAMI KELAINAN SERTA KOMPLIKASI
SESUAI DENGAN RUANG LINGKUP KEWENANGAN
MANDIRI, KEMITRAAN/KOLABORASI ATAU
RUJUKAN

SITI SHOFIYAH, SST, M.KES


1. Penyulit kehamilan trimester I dan II: abortus, mola hidatidosa, KET, BO,
hyperemesis gravidarum, anemia
2. Kehamilan dengan hipertensi: hipertensi esensial, PIH, pre eklamsi, eklamsia
3. Perdarahan antepartum: solutio plasenta, plasenta previa, insersio velamentosa
rupture sinus marginalis, plasenta sirkumvalata
4. Kelainan janin: kehamilan ganda
5. Kelainan air ketuban: KPD, polihidramnion, oligohidramnion
6. Kehamilan dengan kelainan letak: letak sungsang, letak lintang
7. Kelainan lamanya kehamilan: preterm, postterm/serotinus
8. Kehamilan disertai penyakit: kehamilan dengan penyakit 3M, jantung rubella,
hepatitis, GO, sifilis, HIV/AIDS
9. Gangguan kesejahteraan janin: IUGR, gerakan janin berkurang, IUFD
10. Gangguan jiwa pada kehamilan: depresi, psikosa, psikoneurosa
11. Infeksi/penyakit yang dapat melewati barier plasenta: infeksi virus
Penyulit kehamilan trimester I dan II
◦HYPEREMISIS GRAVIDARUM
◦Insidensi : (50 – 70 % bumil usia kehamilan s/d 16 mgg)
◦ 66 % -------- mual
◦ 44% --------- Muntah
◦ 4 : 1000 kehamilan
◦Etiologi -------- scr pasti belum diketahui
◦ Faktor adaptasi dan hormonal
◦ Faktor psikologi
◦ Faktor alergi
Pengkajian Data obyektif
Data subyektif Pemeriksaan umum
k/u menurun
◦ Gejala / keluhan utama BB turun
◦ Muntah hebat Kenaikan suhu tubuh
Kesadaran menurun s/d delirium
◦ Haus, mulut terasa kering (derajat hyperemisis gravidarum)
◦ Riwayat kebidanan
◦ Amenorhe Pemeriksaan khusus
Mulut kering, lidah kotor
◦ Keadaan psikososial Dehidrasi
◦ Fc psikis, kematangan Icterus
jiwa, penerimaan
terhadap kehamilan Pemeriksaan penunjang
Hypokaliemi dan asidosis metabolik
Urine : aseton, protein,
urobilinogen, porfirin meningkat,
dan silinder positif
Interpretasi Data Dasar

◦Diagnosa : G…P apiah, usia kehamilan, dg hyperemisis


gravidarum
◦Masalah : Dehidrasi, febris
◦Kebutuhan :
◦KIE tentang fisiologi kehamilan normal
◦Dukungan moral
◦Nutrisi seimbang
◦Personal hygiene
◦dll
◦Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
◦Hyperemisis yg berkepanjangan menyebabkan
gangguan perkembangan janin (IUGR)
◦Identifikasi kebutuhan segera
◦Rehidrasi
◦Perawatan intensif
◦ Penatalaksanaan
◦ Makan porsi kecil sering, hindari makanan berlemak dan merangsang
◦ Anjurkan mengkonsumsi makanan selingan (biskuit/roti kering dan teh
manis sebelum bangun tidur)
◦ Obat – obatan
◦ Vitamin (B1 & B6)
◦ Anti muntah (prometazin, klorpromazin, metoklopramid
◦ Keadaan lebih lanjut perawatan di RS (kolaborasi dg tim medis)
◦ Rehidrasi (infur Dextrose 5 – 10 % dan NaCl
◦ Pasien dapat dipuasakan selama 24 jam dilanjutkan realimentasi dg
makanan kering
◦ Observasi intake output
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
◦ Kehamilan ektopik terjadi bila buah kehamilan berimplantasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri
◦ Penyebab ------- belum diketahui scr pasti
◦ Fc predisposisi
◦ Fc dlm lumen tuba
◦ Endosalpingitis
◦ Hypoplasia uteri
◦ MOW yg tidak sempurna
◦ Fc pd dinding tuba
◦ Endometriosis tuba
◦ Divertikel tuba kongenital
◦ Fc diluar dinding tuba
◦ Perlekatan perituba dg distorsi
◦ Tumor dinding tuba
◦ Fc lain
◦ Migrasi luar ovum
◦ Fertilisasi in vitro
Data subyektif Data obyektif
Pemeriksaan umum: k/u lemah s/d pingsan
◦ Keluhan utama Tensi turun, presyok s/d syok
◦ Nyeri perut bawah secara tiba- Nadi cepat
tiba Pemeriksaan khusus
Akral dingin
◦ Perdarahan pervagina sedikit Pucat
dan berwarna coklat Nyeri tekan perut bagian bawah
Perdarahan pervaginam warna kecoklatan
◦ Riwayat kebidanan
Pemeriksaan penunjang
◦ amenorhe Hb turun
PPT positif
◦ Riwayat penyakit Douglas punksi positif
USG
◦ Endometritis/endometriosis Laparaskopi
◦ Endosalpingitis dll Pemeriksaan dalam
Nyeri goyang porsio
◦ Riwayat KB Teraba massa pada forniks posterior dan
nyeri raba
◦ MOW
Penatalaksanaan
◦Inform consent
◦Kolaborasi dg SpOG untuk melakukan tranfusi
darah dan operatif
◦Perawatan pasca operatif
◦Dukungan mental
◦ ABORTUS
◦ Abortus adalah proses berakhirnya buah kehamilan dimana janin
belum dapat hidup diluar rahim (usia kehamilan <20 mgg dg BB <
500 gr)
◦ Macam – macam abortus :
◦ Abortus imminens  abortus mengancam karena terjadi nyeri
◦ Abortus insipiens  abortus terjadi karena servik mendatar
◦ Abortus incompletes  abortus yang tersisa
◦ Abortus kompletus  keluar semua
◦ Missed abortion  janin meninggal tanpa gejala
◦ Abortus habitualis  abortus berulang (3x berturut-turut)
Penatalaksanaan
◦ Komunikasi therapeutik
◦ KIE fisiologi kehamilan
◦ KIE tanda bahaya kehamilan trimester I dan II
◦ Penanganan sesuai jenis abortus
◦ Abortus imminen
◦ Istirahat total
◦ Fenobarbital 3 x 30 mg
◦ Simtomatis
◦ Abortus incipient
◦ Evacuasi buah kehamilan
◦ Abortus incompletus
◦ Evacuasi buah kehamilan
◦ k/p rehidrasi u/ cegah shok
◦ Abortus completus
◦ Pengobatan suportif (anemia ?, infeksi ? Dll)
MOLA HIDATIDOSA
◦ Adalah suatu kehamilan patologik dimana khorion mengalami beberapa hal :
◦ Degenerasi hidrofik dan kistik dari villi khorialis
◦ Proliferasi trofoblas
◦ Tidak ditemukan pembuluh darah janin
◦ Faktor resiko :
◦ Umur = < 20 th, > 35 th
◦ Etnik = lebih banyak ditemukan pd mongoloid
◦ Genetik =
◦ Diagnosa banding :
◦ Abortus
◦ Kehamilan normal
◦ Kehamilan gemelli
◦ Kehamilan dg mioma uteri
Penatalaksanaan
◦Komunikasi tx
◦KIE tentang fisiologi kehamilan
◦Perbaikan k/u
◦Inform consent
◦Kolaborasi dg DSOG u/ Evakuasi
◦Tindakan profilaksis
◦Kontrol rutin sesuai jadwal
Gangguan kesejahteraan janin: IUGR, IUFD
1. IUGR
■ pertumbuhan janin terhambat atau IUGR ditentukan bila berta janin kurang dari 10%
dari berat yang harus dicapai pada usiakehamilan tertentu. Biasanya perkembangan
yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Secara umum
IUGR adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standar atau
ukuran standar yang sesuai dengan usia kehamilannya.
■ Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation
(IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan
untuk mental.
■ Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk terjadinya kesakitan dan
kematian.
■ Etiologi  Hipertensi dalam kehamilan, Gemeli, Anomali janin/trisomy, Sindrom
antifosfolipid/autoimun, Infeksi : rubella, sifilis, Penyakit jantung, Asma, Gaya hidup :
merokok, narkoba, Kekurangan gizi- ekonomi rendah
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil
sebagai berikut :
a. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa
ditambah ekstra 300 kalori/hari.
b. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
c. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan atau resep dokter
kandungan.
d. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
e. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
f. Periksakan kehamilan secara rutin.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
a. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
b. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom
dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan
darah janin dianjurkan :
■ Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam
kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring
ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 Kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR
Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada
janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap
3-4minggu
■ Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat
dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada
wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
■ Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama
melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila
terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
■ Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak
disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
■ Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan)
dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh
turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih
dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan
2. IUFD
■ intra uterine fetal death (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah janin yang mati dalam
dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam Rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.kematian janin merupakan hasil dari gangguan pertumbuhan
janin, gawat janin atau infeksi.
■ IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini
tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian intrauterin
dan mengakibatkan kelahiran mati.
Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
■ 1. Faktor maternal
■ Post term (>42 minggu) diabetes melitus tidak terkontrol, sistematik lupus eritematotus, infeksi,
hipertensi, preeklamsi, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri,
antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu
■ 2. Faktor fetal
■ Hamil kembar, hamil tumbuh terambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, dan infeksi.
■ 3. Faktor plasental
■ Kelaianan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa. Faktor risiko terjadinya
kematian janin intra uterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi
pada ibu (ureplasma irealitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.
■ Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan
plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian
janin termasuk analisis kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan
selanjutnya. Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin.
Meskipun kematin janin berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga pada kehamilan
berikut diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin. Pemantauan
kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis, dinyatakan aktivitas gerakan janin pada ibu
hamil, bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokograf.
Faktor predisposisi IUFD
■ A .Factor Ibu (High Risk Mothers) : C. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kehamilan
1. status sosial ekonomi yang rendah
2. tingkat pendidikan ibu yang rendah 1. abrupsio plasenta

3. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 2. plasenta previa
20 tahun
3. preeklamsi / eklamsi
4. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
4. polihidramnion
5. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
5. inkompatibilitas golongan darah
6. kehamilan di luar perkawinan
6. kehamilan lama
7. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
8. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan 7. kehamilan ganda
8. infeksi
■ B. Faktor Bayi (High Risk Infants) : 9. diabetes
1. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan 10. genitourinaria
congenital
2. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth
Retardation)
3. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema
sosial
Tanda dan gejala
1. Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
2. Terhentinya pergerakan janin
3. Terhentinya denyut jantung janin
4. Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.
5. Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin
6. Terhentinya perubahan payudara
A. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
■ Keadaan memungkinkan yaitu Hb> 10 gr%, tekanan darah baik.Dilakukan pemeriksaan
laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan
waktu protombin.Tindakan:
■ 1. Kuretasi vakum
■ 2. Kuretase tajam
■ 3. Dilatasi dan kuretasi taja
B. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu maka akan
diberi :
■ 1. misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian
pertama.
■ 2. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
■ 3. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin
10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes -60tetespermenit.
■ Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
C. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu
1. Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
3. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60
tetes per menit.
4. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
5. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
■ Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau
atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.

D. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu kehamilan


1. Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2. Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif
bila dilakukan pada KPD).
3. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60
tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
4. Kombinasi ketiga cara diatas.
■ Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan
indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
Gangguan jiwa pada kehamilan: depresi,
psikosa, psikoneurosa
◦ A. Depresi
◦ Kehamilan seharusnya menjadi masa yang paling bahagia bagi seorang wanita, tetapi ada sebagian
wanita yang malah menganggap kehamilan sebagai masa kebingungan, sengsara, sedih, stres dan
depresi. Sekitar 10 – 20% wanita berusaha untuk melawan gejala depresi dan seperempat sampai
setengahnya terkena depresi yang berat.
◦ Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang
terjadi pada orang awam pada umumnya yang muncul pada 1 dari 4 wanita yang sedang hamil dan
hal ini bukan sesuatu yang istimewa. Pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada
otak. Dalam hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu
sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan
selama kehamilan.
◦ Penyakit ini selalu melanda mereka yang sedang hamil, tetapi sering dari mereka tidak pernah
menyadari depresi ini karena mereka menganggap kejadian ini merupakan hal yang lumrah terjadi
pada mereka, padahal jika tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi bayi yang
dikandungnya.
◦ lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu
1. Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang
ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal:
terlihat seperti ingin menangis).
2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar
waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya beratbadan
secara signifikan
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan
hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan
delusi) hampir setiap hari
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir
setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran
untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
mengakhiri nyawa sendiri.
Dampak atau pengaruh depresi terhadap kehamilan
◦ Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi
yang dikandungnya.
◦ Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
• Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan
• Kedua munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya
◦ Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya
akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-
minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri.
◦ Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan
berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Apalagi
jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri,
bisa saja membuat langsung janinnya meninggal.Ibu yang mengalami depresi ini
tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya
dan bahkan kesehatannya sendiri.
◦B. Psikosa
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) atau
dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya
berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam
norma-norma yang wajar dan berlaku umum.

◦ Tanda-tanda atau gejala-gejala psikosa yaitu :


1. pada umumnya gejalanya tidak mampu melakukan partisipasi social
2. halusinasi.
3. sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi psikomotor dan
perilaku katatonik.
4. sering ada gangguan lingkungan.
5. sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri.
6. adanya gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan.
◦ Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
• Informasi
• ANC rutin
• Nutrisi
• Penampilan
• Aktivitas
• Relaksasi
• Senam hamil
• Latihan pernafasan
Sedangkan cara penanganan adalah dengan melakukan konsultasi pada dokter, bidan,
psikologa atau psikiater. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh petugas kesehatan dalam
menangani atau menghadapi penderita psikosa adalah :
Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali tenaga medis harus dengan kesabaran
meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal
dan wajar
Ajarkan dan berikan latihan-latihan untuk dapat menguasai otot-otot, istirahat dan
pernafasan
Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si wanita.
◦ C. Psikoneurosa

Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah
gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik
dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi
konfliknya. Oleh karena ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu
kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang
kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan
kurang memiliki energi).
◦ Sebab-sebab lainnya adalah diantaranya :
1. Ketakutan terus menerus dan sering tidak rasional. Misalnya : bagi ibu hamil,
takut memikirkan terus sakitnya melahirkan.
2. Ketidakseimbangan pribadi
3. Konflik-konflik internal yang serius, khususya yang sudah diimulai sejak masa
kanak-kanak.
4. Kurang adanya usaha dan kemauan
5. Lemahnya pertahanan diri ( memakai defence mechanism yang negative ).
◦ Cara Menyembuhkan Penderita Neurosa Kecemasan :
Penderita neurosa kecemasan dapat disembuhkan dengan cara terapi. Terapi ini
dilakukan dengan cara menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari
penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya usaha ini
pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi
yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis kecemasan, yaitu :
1. Psikoterapi individual
2. Psikoterapi kelompok
3. Psikoterapi analitik
4. Sosioterapi
5. Terapi seni kreatif
6. Terapi kerja,
7. Terapi perilaku
8. Farmakoterapi
Infeksi/penyakit yang dapat melewati barier
plasenta: infeksi virus
• 1. INFEKSI VIRUS
* Infeksi Rubela (German Measles)
Perlu diketahui, di luar kehamilan, rubela sebetulnya tidak berbahaya. Namun dalam kehamilan penyakit ini
bisa menyebabkan kelainan bawaan pada janin. Bayi yang dilahirkan wanita hamil yang terkena infeksi ini
berisiko mengalami cacat mata, semisal katarak, glaukoma dan sebagainya. Disamping kelainan jantung,
telinga bagian dalam, susunan saraf pusat dan kelainan serius lainnya.

Namun risiko cacat bawaan pada janin ini lagi-lagi bergantung pada usia kehamilan saat terjadinya infeksi.
Triwulan pertama menimbulkan risiko kecacatan sebesar 30-50 persen, triwulan kedua 6,8 persen,
sedangkan pada triwulan ketiga hanya sekitar 5,3 persen. Dari sini terlihat, makin muda usia kehamilan saat
terkena infkesi, semakin besar pula risiko mengalami kecacatan. Sayangnya, untuk kasus-kasus ini tak ada
obat-obatan yang mampu mencegah rubela. Pengobatan pun sebatas terapi simptomatis, yakni
menghilangkan gejala sakit.

* Infeksi Sitomegalovirus
Infeksi ini menyebabkan kelainan kongenital janin. Di antaranya hidrosefalus, mikrosefalus, mikroftalmia,
ensefalitis, kelainan darah dan kebutaan. Sayangnya, pengobatan untuk infeksi ini belum ada.
• * Hepatitis infeksiosa
Ibu hamil yang menderita infeksi penyakit hati selain berisiko melahirkan prematur juga
berkemungkinan mengalami keguguran. Pada kasus sirosis bilier primer, kehamilan dapat
memperburuk penyumbatan aliran empedu. Pada kondisi tertentu bahkan bisa menyebabkan
"sakit kuning" dimana air seninya berwarna gelap. Pada penderita sirosis, risiko perdarahan
meningkat terutama pada trimester ketiga.

* Infeksi virus coxssakie


Selain lahir prematur, janin yang dikandung juga bisa meninggal karena kelainan atau infeksi
jantung (miokarditis) atau infeksi otak (ensefalomielitis).

* Rubela
Penyakit campak pada wanita hamil akan berdampak buruk pada janin. Infeksi penyakit ini
dapat menyebabkan abortus, kematian janin, dan menimbulkan cacat bawaan pada janin.
• 2. INFEKSI BAKTERI
* Tifus abdominalis
Ibu hamil yang menderita tifus memiliki risiko kematian 15 persen atau lebih. Janin yang dikandungnya,
berpeluang sekitar 60-80 persen gugur atau lahir prematur. Infeksi ini bisa dicegah dengan vaksinasi. Ibu yang
mengalami infeksi setelah melahirkan disarankan untuk tidak menyusui bayinya karena dikhawatirkan bisa
menular. Selain itu, ibu dianjurkan untuk banyak istirahat, menjalani pengobatan simptomatik dan minum
obat antibakteri.
* Infeksi karies gigi
Infeksi karies atau lubang gigi dapat menyebabkan kelahiran prematur. Ah...apa iya sih? Bisa saja karena
karies gigi merupakan tempat yang baik bagi masuknya kuman. Di kemudian hari kondisi ini menyebabkan
terjadinya infeksi selaput ketuban dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi ini pun dapat menyebar ke
organ-organ lain, termasuk otak. Itulah mengapa, ibu hamil disarankan memeriksakan kondisi giginya secara
teratur, setidaknya 6 bulan sekali, terutama sebelum hamil.
* Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih sering terjadi selama hamil. Kemungkinan karena pembesaran uterus yang
menghambat aliran air kemih. Jika aliran air kemih lambat, bakteri tertahan di saluran kemih dan inilah yang
menyebabkan peningkatan peluang terjadinya infeksi saluran kemih. Selanjutnya, infeksi akan memperbesar
risiko terjadinya persalinan prematur dan pecahnya ketuban sebelum waktunya. Tidak jarang infeksi kandung
kemih akan menyebar ke saluran kemih, bahkan sampai ke ginjal dan menyebabkan infeksi ginjal. Untuk
mengatasinya diberikan obat-obatan antibiotika.
* Erisipelas
Infeksi ini disebabkan oleh streptococcus hemolitikus. Bila terjadi semasa hamil, si kuman jadi lebih patogen
yang bisa menyebabkan sepsis. Kalau sudah begini, akan berisiko terjadinya infeksi nifas yang dapat
mengancam jiwa si ibu hamil. Sementara si janin berisiko terkena infeksi yang bisa mengakibatkan kematian.
Salah satu terapi yang dilakukan adalah menjalani isolasi agar tak menular pada orang lain. Kemudian, si ibu
mesti istirahat/dirawat dengan baik serta menjalani terapi antibiotika.
• 3.INFEKSI PROTOZOA
* Toksoplasmosis
Disebabkan oleh toksoplasma gondii yang bersumber dari anjing , kucing, tikus
dan binatang lainnya. Gejalanya, nyeri pada kelenjar limfe yang membesar,
disertai pneumonia dan sebagainya. Dampak terhadap kehamilan adalah
terjadinya abortus, lahir prematur, kematian janin maupun kematian bayi.
Selain itu, bayi yang dilahirkan pun berisiko mengalami cacat bawaan, kelainan
mata, hidrosefalus dan sebagainya. Itulah sebabnya, wanita hamil amat
disarankan untuk menghindari sumber-sumber penularan.

Anda mungkin juga menyukai