Anda di halaman 1dari 12

TINDAKAN OPERATIF KEBIDANAN

1. VAKUM EKSTRAKSI
Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan yang dilakukan dengan cara
membuat tekanan negative pada kepala janin sehingga terbentuk kaput buatan
dan janin dapat dilahirkan pervaginam
Indikasi Ibu
1. Kelelahan ibu
2. Partus tidak maju
3. Toksemia gravidarum
4. Ruptura uteri imminens
5. Ibu yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium
kordis, anemia, TBC, asma bronkhial, dll.
Indikasi Janin
1. Gawat janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat
(bradikardi), adanya mekonium.

Alat Vakum terdiri dari:


1.Mangkuk vakum
2.Rantai vakum
3.Pemegang vakum
4.Selang penghubung mangkuk vakum ke botol vakum
5.Botol vakum
6.Pompa vakum

1
Indikasi untuk melakukan ekstraksi vakum:
Indikasi Ibu: Pada ibu dengan penyakit paru, jantung
Indikasi Anak: Gawat janin (masih kontroversi)
Indikasi waktu: kala II lama / persalinan lama

Kontra indikasi dalam melakukan ekstraksi vakum:


Faktor ibu:
- Pada ibu yang tidak dapat mengedan sama sekali
- Rupture uteri imminens
- Panggul sempit / DKP

Faktor Janin:
- Janin preterm
- Presentasi muka
- Malposisi

Faktor Penolong:
- Tidak berpengalaman / keahlian kurang
- Tidak mengetahui pasti dimana posisi kepala janin
- Indikasi yang tidak jelas

Syarat dalam melakukan ekstraksi vakum:


1. Presentasi belakang kepala
2. Penurunan kepala HIII+
3. Ketuban (-)
4. Tidak ada DKP / panggul sempit
5. Pembukaan lengkap
6. Harus ada tenaga mengedan dari ibu

2
Prosedur dalam melakukan ekstraksi vakum:
1. Ibu tidur dalam posisi litotomi
2. Persiapan alat vakum
3. Setelah persiapan vakum selesai, dipilih mangkuk yang sesuai dengan
pembukaan serviks, pada pembukaan lengkap, biasanya ukuran mangkuk
yang dipilih adalah mangkuk nomor 5
4. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dalam posisi miring, kemudian
dipasang di bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar

5. Setelah mangkuk terpasang, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah ada jalan


lahir/ jaringan yang terjepit.
6. Setelah itu pompa vakum dinyalakan, dimulai dengan tekanan -0,2kg/cm2
selama 2 menit, kemudian dinaikkan lagi menjadi -0,4kg/cm2 selama 2
menit, kemudian dinaikkan lagi menjadi -0,6kg/cm2.
7. Setelah itu, dilakukan traksi percobaan, dilihat apakah saat dilakukan traksi
, kepala janin ikut turun. Jika tidak, pemasangan mangkuk diulangi lagi.
8. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk
ditarik searah dengan sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ,
harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan kanan penolong

3
9. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri penolong menahan mangkuk,agar
mangkuk selalu dalam posisi yang benar, sehingga tidak terlepas.
sedangkan tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada
pemegang.
10. Traksi dilakukan selama ada his, dan harus mengikuti putaran paksi dalam ,
sampai occiput terlihat sebagai hipomoklion, traksi dilakukan curam ke
arah atas, dan tangan kiri menahan perineum saat kepala meregang
perineum, hinggal lahirlah dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu janin.
11. Setelah kepala lahir, tekanan dihentikan , dan mangkuk dilepaskan, janin
dilahirkan seperti persalinan normal biasa.

Ekstraksi vakum dikatakan gagal apabila:


1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali,
2. Dalam waktu setengah jam dilakukan ekstraksi , janin tidak lahir juga,
pilihannya adalah :
a. Dicoba dengan ekstraksi forceps, asal syarat lainnya juga memenuhi
b. Dilakukan section cesarean

Komplikasi ekstraksi vakum:


 Pada Ibu Pada Janin
 Perdarahan
 Trauma jalan lahir
 infeksi Eskoriasi kulit kepala

4
 Sefalhematoma
 Subgaleal hematom
 Neksrosi kulit kepala

Keunggulan komplikasi ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forceps:


1. Pemasangan lebih mudah
2. Komplikasi untuk laserasi jalan lahir lebih sedikit dibandingkan forceps
3. Trauma kepala janin dapat lebih ringan

Kerugian ekstraksi vakum:


1. Memerlukan waktu yang lebih lama , karena menunggu untuk menaikkan
tekanan dulu dalam membuat keadaan vakum
2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti tenaga cunam

2. FORSEP EKSTRAKSI
a. Pengertian Ekstraksi Forcep
Ekstraksi forcep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
cunam yang dipasang di kepalanya. Cunam yang umum dipakai adalah
cunam Neagle, sedang pada kepala yang menyusul dipakai cunam Piper
dengan lengkung panggul agak datar dan tangkai yang panjang,
melengkung ke atas dan terbuka (Bobak, 2004:798).

b. Indikasi Ibu
1. Kelelahan ibu
2. Partus tidak maju
3. Adanya edema vulva atau vagina
4. Adanya tanda-tanda infeksi
5. Indikasi pinard; Kepala sudah di H. IV, pembukaan serviks lengkap,
ketuban pecah, 2 jam mengedan janin belum lahir juga
6. Toksemia gravidarum
7. Ruptura uteri imminens

5
8. Ibu yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita
vatium kordis, anemia, TBC, asma bronkhial, dll.

c. Indikasi Janin
1. Gawat janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat
(bradikardi), adanya mekonium.

3. SECTIO CESAREA
a. Pengertian
Sectio caesarea atau kelahiran caesarea adalah melahirkan janin melalui
irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding rahim/uterus
(histerektomi). Operasi ini dilakukan ketika proses persalinan normal
melalui jalan lahir (pervaginam) tidak memungkinkan karena komplikasi
medis tertentu. Operasi ini biasanya dilakukan tim yang melibatkan
spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anestesi, dan bidan, serta
dilakukan di ruangan operesi yang steril.
b. Indikasi Ibu
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis
2. Panggul sempit
3. Disproposi sefalo-pelvik
4. Ruptura uteri mengancam
5. Partus lama
6. Partus tak maju
7. Distosia serviks
8. Pre-eklampsi dan hipertensi.
c. Indikasi Janin
1. Kelainan letak; Letak lintang, letak bokong, presentasi muka dan dahi,
presentasi rangkap.
2. Gemelli.

6
4. INDUKSI PERSALINAN
a. Pengertian
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses
persalinan, yaitu dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian
distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan mulas/his. Cara ini dilakukan
sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara
normal.
b. Indikasi Ibu
1. Hipertensi
2. Preeklampsi dan eklampsi
3. Ketuban Pcah Dini
4. DM pada kehamilan 37 minggu
5. Penyakit ginjal berat
6. Primigravida tua
7. Perdarahan antepartum.
c. Indikasi Janin
1. Postmaturitas
2. IUFDRhesus antagonismus
3. Hidroamnion
4. Gawat janin.
d. Teknik Induksi
Ada dua cara yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk melalui proses
induksi, yaitu kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini
dilakukan untuk mengeluarkan hormon prostaglandin yang berfungsi
sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi. Secara kimia, Anda akan
diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan cara diminum,
dimasukkan ke dalam alat kelamin, diinfuskan. Bisanya, tak lama setelah
salah satu cara kimia itu dilakukan, Anda akan merasakan datangnya
kontraksi. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara,
seperti menggunakan metode stripping, pemasangan balon keteter, (oley

7
chateter) dimulut rahim, serta memecahkan ketuban saat persalinan sedang
berlangsung.
e. Resiko Induksi
Resiko induksi persalinan adalah :
- Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus
dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani.
Jika Anda merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan,
biasanya dokter akan menghentikan proses induksi,kemudian akan
dilakukan operasi caesar.
- Janin akan merasa tidak nyaman, sehingga dapat membuat bayi
mengalami gawat janin (fetal disterss). Itu sebabnya selama proses
induksi berlangsung, dokter akan memantau gerak janin melalui
CTG/kardiotopografi. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan
gawat janin, proses induksi akan dihentikan.
- Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisi terjadi pada
yang sebelumnya pernah dioprasi caesar, lalu menginginkan kelahiran
normal.
- Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali, namun tetap harus
diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke
pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu atau paru-paru. Bila
terjadi dapat merenggut nyawa ibu seketika.

Jika pada kehamilan tua Anda sudah merasa sangat tidak nyaman dan ingin
segera melahirkan dengan cara diinduksi, maka keadaan mulut rahim
menjadi hal penting untuk dijadikan pertimbangan. Induksi akan
bermanfaat ketika mukut rahim telah menipis sekitar 50 persen dan
berdilatasi 3-4 cm. Hal ini karena tubuh Anda telah siap untuk menghadapi
proses persalinan. Selain itu, secara statistik fase ini lebih aman untuk
melahirkan peralat kelaminm.

8
Namun, jika mulut rahim belum cukup menipis dan berdilatasi, itu
tandanya tubuh belum siap untuk melahirkan. Melakukan induksi dan
melahirkan peralat kelaminm bukan hal yang tepat pada keadaan demikian,
karena kemungkinan besar persalinan akan diubah menjadi caesar.
Umumnya, meski tak ada catatan medis yang membuat suatu kehamilan
diinduksi, menunggu janin lahir spontan adalah hal terbaik. Karena kita
tidak tahu keadaan janin, mulut rahim berada pada fase apa, apakah ada
kemungkinan terjadi perubahan posisi pada janin atau tidak, maka
melakukan induksi adalah hal yang beresiko. Kita hanya mengganggu
proses alami suatu persalinan. Sebagai akibatnya, bayi mungkin belum
berada pada posisinya dan tubuh ibu ternyata belum siap untuk melahirkan.
Dua keadaan itu meningkatkan dilakukannya operasi caesar pada
kehamilan yang diinduksi.

5. EMBRIOTOMI
a. Pengertian
Embriotomi adalah persalinan buatan dengan cara merusak atau memotong
bagian janin tanpa melukai ibu, supaya janin dapat lahir secara pervaginam
b. Indikasi Ibu
1. Bila ada ancaman keselamatan ibu; Preeklampsi berat dan eklampsi,
ancaman robekan rahim, perdarahan yang banyak, adanya tanda
infeksi, partus lama, dan ibu sangat lemah.
2. Ibu yang tidak boleh mengejan.
3. Disproporsi sefalo-pelvik.
c. Indikasi Janin
1. Kelainan letak; Letak lintang, presentasi muka dan dahi, presentasi
tulang ubun-ubun posterior.
2. Pada janin hidup dengan kelainan; Hidrosefalus, anensefalus, hidrops
fetalis.

9
6. EPISIOTOMI
a. Pengertian
Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke
bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia
pervis, muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan
terkadang ikut terpotong serat dari muskulus levator ani.
b. Indikasi Ibu
1. Primigravida umumnya
2. Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang
lalu
3. Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada
persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan
anak besar
4. Arkus pubis yang sempit
c. Indikasi Janin
1. Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah
terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
2. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
3. Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti
pada gawat janin, tali pusat menumbung.

7. KURETASE
a. Pengertian
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus
melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan
serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya
kecelakaan misalnya perforasi.
b. Indikasi Ibu
1. Abortus Inklomplitus
2. Menometroragia

10
3. Mola Hidatidosa
c. Indikasi Janin
1. Dead Conseptus
2. Blighted Ova

11
DAFTAR PUSTAKA

http://temboktiar.blogspot.com/2011/05/indikasi-ibu-dan-janin-pada-
tindakan.html

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/08/konsep-dasar-ekstraksi-forcep.html

http://minepoemss.blogspot.com/2012/07/jenis-sectio-caesarea-berdasarkan.html

http://bidanku.com/index.php?/mengenal-induksi-pada-persalinan

http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/02/embriotomi/

Carter FB, Wolber PGH. Episiotomy in : Sciarra J. Gerbie AB eds. Gynecology


and

Obstetrics. Philadelphia : Harper & Row Publisher. 1979. 1-40.

Cunningham FG, McDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics. 19 th ed.

Connecticut : Appletonand Lange. 1992. 388-393.

Husodo L. Pembedahan dalam Persalinan Kala III dalam Winknysastro H,

Sumapraja S., Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan ed. 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1993. 882-884.

http://mulkasem.blogspot.com/2011/04/persiapan-kuretase-dan-perawatan.html

12

Anda mungkin juga menyukai