Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN VACUM EKSTRAKSI

DISUSUN OLEH:

ANGGORO PANDU PRATAMA

1701041017

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS PROFESI NERS

STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

2017
A. DEFINISI

Ekstraksi vacum adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan dengan

tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum aau

ventouse.Ekstraksi vacum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk

mempercepat kala pengeluaran janin dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan

ekstraksi pada bai. Oleh karena itu kerjasama dan kemampuan ibu uuntuk

mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam

menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tekanan ke arah yang sama.

Tarikan pada kulit kepala bayi dilakukan dengan membuat cengkraman yang

dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan

memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial.

Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik yang dipegang oleh penolong persalinan

melalui seutas rantai.

Prinsip dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum (tekanan

negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian akan timbul capuut

secara artifisial dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Pengaturan tekanan harus

diturunkan perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala,

mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput

succedaneum..

Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan intera uterin (oleh

kontraksi), tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi

vacum).
B. ETIOLOGI

Indikasi dilakukan vacum ekstraksi menurut (Prawirohardjo, 2005):

1. Indikasi ibu

a. Power ibu menurun

Tanda-tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100x/menit,

nafas cepat >40x/menit.

b. Decom tingkat 1

Tanda-tanda: sesak nafas yang diialami ibu setelah ibu mengejan

c. Tekanan darah naik

Tanda-tanda: ibu pusing dana kenaikan sistole dan diastole.

d. Tidak kuat mengejan

Tanda-tanda: Penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali

kepala tidak mengalami penurunan.

e. Kelelahan ibu

Terkurasnya tenaga ibu saat melahirkan karena kelelahan.

2. Indikasi janin

a. Djj janin irreguler >160x/menit.

3. Indikasi waktu

a. Kala 2 memanjang

Tanda-tanda: pada ibu primigravida persalinan kala 2 lebih dari 2 jam, dan

pada multigravida yaitu lebih dari 1 jam.

Penyebab lambatnya kala 2 menurut (Simkin, 2005):

1) Posisi dan strategi lain untuk dugaan janin oksiput posterior atau oksiput

transversal menetap.

2) Diduga disporposi kepala panggul (CPD)


3) Diduga terjadi distasia emosional.

Kontraindikasi vacum ekstraksi:

1. Ibu : ibu yang menderita ruptur uteri membakat, iu yang tidak boleh

mengejan, CPD.

2. Janin : mal presentasi kepala janin (dahi muka, bokong, puncak kepalal,

kepala menyusul, bayi prematur, gawat janin, caput succedaneum yang udah

besar.

C. SYARAT-SYARAT VACUM

Syarat-syarat dilakukannya vacum ekstraksi adalah:

1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap

2. Presentasi kepala, konsistensi kepala normal

3. Cukup bulan atau tidak prematur

4. Tidak ada kesempitan panggul

5. Penurunan III dan IV dasar panggul

6. Kontraksi baik

7. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan

8. Ketuban sudan pecah atau dipecahkan

9. Anak hidup dan tidak gawat janin.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam vacum ekstraksi:

1. Cup tidak boleh dipasang di ubun-ubun besar

2. Penururnan tekanan harus berangsur-angsur

3. Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam.

4. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan.
5. Apabila kepala masih agak tinggi (HIII) sebaiknya dipasang cup terbesar

(diameter 7).

6. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi.

7. Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi pematur.

D. PATOFISIOLOGI

Adanya beberapa faktor baik ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi

forcep atau ekstraksi vacum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan,

penyakit jantung, eklampsia , sectio caesaria pada persalinan sebelumnya, kala II

yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse

menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan

secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/ forceps. Tindakan ekstraksi

vacum menyebabkan terjadinya laserasi pada serviks uteri dan vagina ibu. Di samping

itu dapat mungkin terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat menyebabkan

perdarahan intrakranial.

E. TEKNIK TINDAKAN EKSTRAKSI VACUM

Teknik dalam tindakan ekstraksi vacum adalah:

1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan desinfeksi daerah genetalia, sekitar vulva

ditutup dengan kain steril.

2. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk dengan

tonjolan petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya

dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.

3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negative – 0,3 kg/cm2 kemudian

dinaikkan – 0,2 kg/cm2 tiap 2 menit hingga mencapai 0,7 kg/cm2. Maksud dari
pembuatan tekanan negatif yang bertahap ini supaya kapur suksedaneum buatan

dapat terbentuk dengan baik.

4. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir

atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.

5. Bila perlu dilakukan anastesi lokal, baik dengan cara infiltrasi maupun blok

pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.

6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan

dengan cara menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibu jari dan jari

telunjuk serta jari tangan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat

pada kepala janin. Selama ekstrasi ini, jari-jari tangan kiri oooperator tersebut,

memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-

ubun sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur dinaikkan (ke

atas) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir tekanan negatif dihilangkan

dengan cara membuka pentil udara dan mengkuk kemudian dilepas. Janin

dilakirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara

aktif.

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan post partum dengan vacum ekstraksi:

1. Pada robekan perineum lakukan penjahitan dengan baik, lapis demi lapis,

perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang

biasanya dapat dimasuki bekuan bekuan darah yang akan menyebabkan tidak

baiknya penyembuhan luka.

2. Segera mobilisasi dan realimentasi

3. Konseling KB
4. Berikan antibiotika cukup

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin muncul pada penggunaan vacum ekstraksi:

1. Pada Ibu:

a. Robekan pada serviks uteri.

b. Robekan pada dinding vagina, perineum.

2. Pada bayi:

a. Kaput suksedaneum artifisialis yang biasanya akan hilang sendiri dalam

atau setelah 24-48 jam.


H. PATHWAY
I. MASA NIFAS

1. Manifestasi klinis masa nifas:

a. Adaptasi fisik

1) Tanda-tanda vital

Pada 24 jam pertama, suhu meningkat hingga 38 0C sebagai akibat egek

dehidrasi selama persalinan. Pada hari kedua sampai sepuluh suhu

meningkat karena adanya kemungkinan infeksi. Periode 6-8 hari sering

terjadi bradikardi.

2) Sistem kardiovaskuler

Tekanan darah ibu harus kembali stabil setelah melahirkan. Komponen

darah yang meliputi hemoglobin, hematokrit dan eritrosit post partum

sesuai dengan sebelum melahirkan

3) Sistem urinarius

Selama proses persalinan kandung kemih merupakan sasaran untuk

mengalami trauma yang disebabkan karena tekanan dan edema. perubajan

ini dapat menyebabkan overdistensi dan pemenuhan kandung kemih yang

terjadi selama 2 hari post partum. Hematuri pada periode early post partum

menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih selama persalinan.

Aliran darah ke ginjal dalam waktu sebulan akan secara bertahap kembali

seperti keadaan sebelum hamil.

4) Sistem endokrin

Mengikuti lahirnya placenta, maka segera terjadi penurunan estrogen,

progesteron dan prolaktin dengan cepat. Pada wanita tidak menyusui

prolaktin akan terus menurun sampai normal pada minggu pertama.


Perubahan payudara, kolostrum sebelum produksi susu dapat muncul pada

trimester III kehamilan dan dilanjutkan pada minggu pertama post partum.

5) Sistem gastrointestinal

Kembalinya fungsi normal usus besar biasanya pada minggu pertama post

partum.

6) Sistem muskuloskeletal

Otot abdomen secara bertahap melebar selama kehamilan, menyebabkan

pengurangan tonus otot yang akan terlihat jelas pada periode post partum.

7) Sistem reproduksi

- Involusio uteri

Pada akhir kala III uterus panjang 14 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm,

berat kira-kira 1000 gram sama dengan umur 16 minggu kehamilan.

- Kontraksi uterus

Dengan adanya kontraksi uterus akan menjepit pembuluh darah uterus

sehingga perdarahan dapat teratasi.

- Lochea

Lochea adalah sekret yang berasal dari cavum uteri yang dikeluarkan

melalui vagina pada masa nifas. Macam-macam lochea antara lain:

lochea rubra, lochea serosa, lochea alba, lochea purulenta, lochiostatis.

- Cervix

Serviks dan segmen uterus dengan bawah akan tampak edema tipus

dan terbuka pada beberapa hari setelah melahirkan.

- Vagina dan perineum

Secara bertahap akan kembali seperti sebelum hamil kurang lebih 6-8

minggu setelah post partum.


b. Adaptasi psikologis (Bobak, 2000):

a) Proses parenting(proses menjadi orang tua) adalah masa menjadi orang tua

secara biologis mulai saat terjadiya pertemuan ovum dan sperma.

b) Attachment and bonding adalah proses terjadinya rasa cinta dan menerima

anak-anak, dan anak menerima serta mecintai orang tua.

c) Peran tugas dan tanggungjawab orang tua sesudah kelahiran:

Ada 3 periode tugas dan tanggungjawab:

- Periode awal yaitu orang ua mengorganisir hubungan dengan anaknya.

- Periode konsolidasi yaitu egoisasi terhadap peran (suami, ayah, istri,

ibu, saudara).

- Periode pertumbuhan yaitu orang tua dan anak akan berkembang

dalam perannya masing-masing sampai dipisahkan kematian.

d) Penyesuaian ibu (maternal adjusment)

Ada 3 fase perilaku ibu:

- Fase dependent (taking in)

Pada hari 1-2 pertama, ibu fokus pada dirinya sendiri.

- Fase dependent-independent (taking hold)

Ibu mulai menunjukkan perluasan, fokus intervensi memperhatikan

bayinya.

- Fase independent

Ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayi lebih meningkat.

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian pasien post partum meliputi:


a. Indentitas klien (data diri, nama, umur, pekerjaan, alamat).

b. Riwayat kesehatan

c. Riwayat obstetrik (riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat hamil,

riwayat persalinan, riwayat nifas).

d. Riwayat kehamilan sekarang (kluhan selama hamil muda, hamil tua , ANC,

aktifiitas sehari-hari, eliminasi.

2. Pemeriksaan fisik

a. Sirkulasi (TD, kontraksi)

b. Eminasi

c. Neri/ketidaknyamanan.

d. Pernapasan

e. Seksualitas

3. Diagnosa Keperawatan dan intervensi

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik,

intervensi:

- Kaji keluhan nyeri secara komprehensif, PQRST.

- Ajarkan terknik relaksi

- Observasi tanda-tanda vital

- Berikan analgetik.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

- Berikan vairan IV dan lakukan observasi

- Observasi tanda-tanda vital

- Monitor intake dan output

- Lakukan tirah baring.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan invasif


- Kaji tanda dan gejala infeksi

- Ajarkan cara menghindari infeksi

- Cuci tangan tiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

- Berikan terapia antibiotik sesuai resep.


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Bobak, loudermik, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (terjemah) Edisi 4.

Jakarta;ICG.

Prawirohardjo. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai