DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
Bab 2 Konsep Penyakit
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi dan Macam Solutio plasenta
2.3 Etiologi
2.4 Faktor predisposisi
2.5 patofisiologis
2.6 Gambaran klinis
2.7 Komplikasi
2.8 Tanda dan gejala
2.9 Pathway
2.10 Pemeriksaan panunjang
2.11 Penatalaksanaan
Bab 3 Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa keperawatan
3.3 Intervensi dan implementasi
3.4 evaluasi
Bab 4 Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Placenta adalah separasi premature plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus
uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin,
jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area
plasenta yang terlepas. Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas
solusio plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan.
Angka kematioan perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat kausa lain telah
berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap menonjol.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh
karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada
atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak.
Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya
karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok Penyebab solusio
plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan
penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain
yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat
paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan solusio plasenta
1.2.2 Tujuan Khusus
• Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
• Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.
• Untuk mengetahui dan memahami patologi dan etiologi dari solusio plasenta.
• Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan dari solusio plasenta
BAB 2
KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi
beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat
solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos
keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh
tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta menyebabkan perdarahan yang
tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.
2.3 Etiologi
• Trauma langsung Abdomen Hipertensi ibu hamil
• Umbilicus pendek atau lilitan tali pusat Janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas
• Tekanan pada vena kafa inferior Preeklamsia/eklamsia
Etiologi Kausa primer solusio plasenta belum diketahui tetapi terdapat beberapa kondisi terkait,
sebagai berikut:
• Ris Relatif Faktor Risiko Bertambahnya usia dan paritas Preeklamsia
• Hipertensi kronik
• Ketuban pecah dini
• Merokok
• Trombofilia
• Pemakaian kokain
• Riwayat solusio Leiomioma uterus NA = tidak tersedia (%) NA 2.1-4.0 1.8-3.0 2.4-3.0 1.4-1.9
NA NA 10-25 NA
2.4 Faktor predisposisi
• Faktor kardiorenovaskuler Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma
preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi
pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut
mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
• Faktor trauma. Trauma yang dapat terjadi antara lain: Dekompresi uterus pada hidroamnion
dan gemeli. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,
versi luar atau tindakan pertolongan persalinan. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang,
dan lain-lain.
• Faktor paritas ibu Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita
multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian
solusio plasenta pada ibu2 dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi
paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
• Faktor usia ibu Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya
peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat
diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
• Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila
plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
• Faktor pengunaan kokain Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnyaplasenta . Namun, hipotesis ini belum
terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain
dilaporkan berkisar antara 13-35%.
• Faktor kebiasaan merokok Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini
dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa
resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai
terjadinya kehamilan.
• Riwayat solusio plasenta sebelumnya Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu
dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat
solusio plasenta sebelumnya.
• Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
2. 7 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas,
usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada
ibu :
1. Syok perdarahan. Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak
dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan,penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang
tidak kuatuntuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada
pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat. Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu
pengobatan segera ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat mungkin. Angka
kesakitan dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio plasenta berat. Meskipun kematian
dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan syok
perdarahan dan penimbunan cairan yang berlebihan. Tekanan darah tidak merupakan petunjuk
banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat perdarahan akan meninggikan tekanan darah.
Pemberian terapi cairan bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi
keadaan koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang ideal, karena
pemberian darah segar selaindapatmemberikan sel darah merah juga dilengkapi oleh platelet dan
faktor pembekuan.
2. Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.
Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong
dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan
intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks
ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran
urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia, secepat
mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya
disebabkan oleh hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio
plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah
450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg%
maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
• Fase I Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadi pembekuan darah,
disebut disseminated intravasculer clotting. Akibatnya ialah peredaran darah kapiler
(mikrosirkulasi) terganggu. Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karena
pemakaian zat tersebut, maka fase I disebut juga coagulopathi consumptive. Diduga bahwa
hematom subkhorionik mengeluarkan tromboplastin yang menyebabkan pembekuan
intravaskuler tersebut. Akibat gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakan
jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia dan kerusakan ginjal yang dapat
menyebabkan oliguria/anuria.
• Fase II Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka kembali
peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan fibrinolisis. Fibrinolisis
yang berlebihan malah berakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga terjadi
perdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuan darah harus dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium, namun di klinik pengamatan pembekuan darah merupakan
cara pemeriksaan yang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukan waktu
terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaan penderita saat itu.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan
gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa
disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada
kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian
2.9 Pathway
2.10 Pemerikasaan penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit. Darah :
Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta
sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot
Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen
(kadar normalnya 15O mg%).
• Pemeriksaan plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasentayang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel
di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.
• Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain
terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu. Darah. Tepian plasenta.
Gambar Solutio plasenta Berdasarkan Hasil USG Penanganan kasus-kasus solusio plasenta
didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
a. solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi
ketat, kemudian tunggu persalinan spontan. Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus,
gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria,
bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
2.11 Penatalaksanaan
1. Konservatif. Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila
solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan
intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkahlangkah untuk memperbaiki hipovolemia,
anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan.
Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis.
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria
kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif.
Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih
dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga
tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit
obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Dalam hal pengumpulan data (pengkajian), pengumpulan data dasar terdiri dari informasi
subjektif dan objektif mencakup berbagi masalah keperawatan yang diidentifikasi pada daftar
diagnose keperawatan pada tahun 1992 yang dikembangkan oleh NANDA. Data subjektif yang
dilaporkan oleh klien dan orang terdekat, informasi ini meliputi persepsi individu; yaitu apa yang
seseorang inginkan untuk berbagi. Namun, perawat perlu memperhatikan ketidak sesuaian yang
dapat menandakan adanya faktor-faktor lain seperti kurang pengetahuan, mitos, kesalahan
konsep, atau rasa takut. Adapun pengkajian yang dapat dilakukan menurut Marilyn E. Doenges
yang dimana pengkajian dengan asuhan keperawatan perihal solution plasenta (tergolongi
ntrapartum) terdiri dari :
a. Identitas klien secara lengkap
b. Aktivitas atau istirahat.
Dikaji secara subyektif yang terdiri dari data tidur istirahat 24 jam terakhir, pekerjaan, kebiasaan
aktivitas atau hobi. Dan secara obyektif, data terdiri dari pengkajian neuro muscular.
c. Sirkulasi.
Secara subyektif mulai dari riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah jantung, keadaan
ekstremitas serta kelaian-kelainan yang disamapaikan oleh klien perihal sirkulasi. Dan secara
obyektif yang terdiri dari TD berbagai posisi (duduk, berbaring, berdiri, baik kanan maupun
kiri), nadi secara palpasi, bunyi jantung, ekstremitas (suhu, warna, pengisian kapiler, tanda
hofman, varises), warna/sianosis diberbagai region tubuh.
d. Integritas Ego.
Secara subyektif mulai dari kehamilan yang direncanakan, pengalaman melahirkan sebelumnya,
sikap dan persepsi, harapan selama persalinan, hubungan keluarga, pendidikan dan pekerjaan
(ayah), masalah financial, religious, faktor budaya, adanya faktor resiko serta persiapan
melahirkan. Dan secara obyektif, terdiri dari respon emosi terhadap persalinan, interaksi dengan
orang pendukung, serta penatalaksanaan persalinan.
e. Eliminasi.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan eliminasi
f. Makanan atau cairan
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan makanan atau cairan yang masuk
kedalam tubuh baik secara parenteral maupun enteral serta kelainan-kelainan yang terkait.
g. Higiene.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kebersihan diri klien.
h. Neurosensori.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kondisi neurosensori dari klien.
i. Nyeri/Ketidaknyamanan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan rasa nyeri atau ketidaknyamanan dari
klien akibat dari proses persalinan.
j. Pernafasan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan pernafasan serta kelainan- kelainan
yang dialami dan kebiasaan dari klien.
k. Keamanan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan alergi/sensitivitas, riwayat PHS, status
kesehatan, bulan kunjungan prenatal pertama, masalah dan tindakan obstetric sebelumnya dan
terbaru, jarak kehamilan, jenis melahirkan sebelumnya, tranfusi, tinggi dan postur ibu, pernah
terjadi fraktur atau dislokasi, keadaan pelvis, persendian, deformitas columna fertebralis,
prosthesis, dan alat ambulasi. Dan data objektif diperoleh dari suhu, integritas kulit (terjadi ruam,
luka, memar, jaringan parut), parastesia, status dari janin mulai dar frekuensi jantung hingga
hasil, status persalinan serta kelainan-kelainan terkait, kondisi dari ketuban, golongan darah dari
pihak ayah ataupun ibu, screening test dari darah, serologi, kultur dari servik atau rectal, kutil
atau lesi vagina dan varises pada perineum.
l. Seksual.
Data subjektif di dapat dari periode menstruasi akhir serta keadaankeadaan terkait seksual dari
ibu8 ataupun bayi dan juga riwayat melahirkan. Data objektif di dapat dari keadaan pelvis,
prognosis untuk melahirkan, pemeriksaan bagian payudarah dan juga tes serologi.
m. Interaksi Sosial.
Data subjektif di dapat dari status perkawinan, lama tahun berhubungan anggota keluarga,
tinggal dengan, keluarga besar, orang pendukung, leporan masalah. Data objektif di dapat dari
komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat, pola interaksi social (perilaku).
3.4 Evaluasi
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil yang diharapkan
(yang dikembangkan dalam fase perencanaan dan di dokumentasikan dalam rencana
keperawatan) adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk menentukan
seberapa baik rencana asuhan tersebut berjalan dan bagaimanan selama proses terus menerus.
Revisi rencana keperawatan adalah komponen penting dalam evaluasi. Pengkajian ulang adalah
proses evaluasi terus menerus yang terjadi tidak hanya hasil yang diharapkan terjadi pada klien
di tinjau ulang atau bila keputusan dibutuhkan apakah klien siap atau tidak untuk pulang.
(Doengos, 2001:15). Evaluasi adalah proses berkelanjutan. Perawat dapat mengasumsikan
perawatan tersebut telah efektif saat hasil yang diharapkan untuk perawatan dapat terjadi.
(Wong, 2002:366).
BAB 4
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir
diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan
solution plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat
keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin
terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain
diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor
predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan
psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung
timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau
bau/warna rabas vagina). pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia
kehamilan dan lamanya nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina). berlangsung.
Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang
terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.
Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif.
Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu,
janin, ataupuun keduanya.
4.2 Saran
Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami dari
solution plasenta.
Perawat serta tenaga kesehatan l;ainnya mampu meminimalkan factor risiko dari solution
plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.
Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalm kejadian-kejadian abnormalitas ibu terkait dengan kehamilan dan persalinan.
Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka
sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu mengurangi
jumlah mortalitas padaibu dan janin.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai
baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21th edition. Lange
USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusioplasenta-di-bagian-
obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaruperiode-1-januari-2002-31-desember-
2006/.
Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetriginekologi
sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak. Dalam:
Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.