a. Palatum
1) Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari
sebelah depan tulang maksilaris: palatum durum adalah
suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya
mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol, atau rugae.
(swartz, 1989)
2) Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan
fibrosa dan selaput lender: palatum mole adalah suatu
daerah fleksibel muscular di sebelah posterior palatum
durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula
membantu menutup nasofaring selama menelan.
b. Rongga mulut
1) Bagian gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang
tugasnya memotong dan gigi posterior yang tugasnya
menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah
dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5.
Proses mengunyah di kontrol oleh nucleus dalam batang
otak. Perangsangan formasi retikularis dekat pusat batang
otak untuk pengecapan dapat menimbulkan pergerakan
mengunyah secara ritmis dan kontinu. Mengunyah
2
3) Gingiva.
4) Ligamentum periodontal.
Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen
padat, membentuk membrane periodontal atau ligament
3
5) Pulpa.
6) Lidah.
A. Klasifikasi
Ketika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan oleh
tulang sekitar, hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan keras. Di
sini, gigi impaksi secara utuh tertanam di dalam tulang, sehingga
ketika flap jaringan lunak direfleksikan, gigi tidak terlihat. Jumlah
tulang secara ekstensif harus diangkat, dan gigi perlu dipotong-potong
sebelum dicabut.
3. kelas III : sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di dalam
ramus.
gambar 1 :
relasi m3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan rahang bawah
a. Posisi a: bagian tertinggi dari pada gigi terpendam terletak setinggi atau
lebih tinggi dari pada dataran oklusal gigi yang normal.
b. Posisi b: bagian tertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal
tapi lebih tinggi dari pada serviks molar dua (gigi tetangga).
c. posisi c: bagian tertinggi dari pada gigi terpendam, berada di bawah garis
serviks gigi molar dua.
3. Klasifikasi
menurut archer dan kruger dalam Fragiskos (2007) antara lain:
Relasi dari sumbu panjang gigi m3 rahang bawah dalam hubungan
dengan poros panjang M2 rahang bawah
kelas 1 : mesioangular
kelas 2 : distoangular
kelas 3 : vertikal
kelas 4 : horizontal
kelas 5 : bukoangular
kelas 6 : linguoangular
kelas 7 : inverted
Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang
Gambar 3.
bawah dalam hubungan dengan poros
panjang M2 rahang bawah
B. Manifestasi klinik
C. Etiologi
8
a. Faktor lokal
b. Faktor sistemik
2. Malnutrisi
3. Kelainan pertumbuhan
1. Cleido cranial dysostosis
2. Oxycephali
D. Pathway
Impaksi gigi
Odontektomy
Masuknya mikroorganisme
kedalam tubuh kedalam
tubuh
Resiko infeksi
E. Penatalaksanaan
11
a. Indikasinya adalah:
1) Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal
(perikoronitis)
2) Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista
odontogenik dan neoplasma)
3) Usia muda, sesudah akar gigi terbentuk sepertiga sampai dua
pertiga bagian dan sebelum klien mencapai usia 18 tahun
4) Adanya infeksi
5) Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu
mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonsi
6) Prostetik atau restoratif (diperlukan untuk mencapai jalan masuk
ke tepi gingiva distal dari molar dua didekatnya)
7) Apabila molar kedua didekatnya dicabut dan kemungkinan
erupsi normal atau berfungsinya molar ketiga impaksi sangat
kecil
8) Sebelum tulang sangat termineralisasi dan padat yaitu sebelum
usia 26 tahun
b. Kontraindikasinya adalah:
1) Klien tidak menghendaki giginya dicabut
2) Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan
apabila tulang yang menutupinya terlalu banyak (pencabutan
prematur)
3) Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur
penting disekitarnya atau kerusakan tulang pendukung yang
luas
12
c. Prosedur pembedahan
Secara garis besar meliputi : pembukaan flap, membuang
jaringan tulang, pengeluaran gigi, penaganan luka beserta
penjahitan penjahitan dan pemberian instruksi dan obat-obatan.
1) Pembukaan flap
Berbagai macam desain flap untuk molar rahang bawah
adalah seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:
Syarat-syarat flep:
tersebut akan kita ambil dengan cara intoto, maka tulang distal
molar tiga kita ambil lebih banyak sehingga molar tiga dapat kita
congkel ke arah distal. Cara atau teknik kerja tergantung pada
posisi gigi, keadaan gigi dan jaringan sekitar.
Soket dibersihkan
Gigi diseparasi
dengan bein
Penjahitan
3. Rasa sakit
4. Parestesi pada lidah dan bibir. Dalam literatur dikatakan
bahwa 96 % klien dengan trauma pada n. Alveolaris inferior
dan 87 % klien dengan trauma pada n. Ligualis akan sembuh
secara spontan ( dym & ogle, 2001)
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan umum harus dilakukan dengan cara yang sama
dengan prosedur pembedahan lainnya. Adanya gangguan sistemik atau
penyakit sistemik harus dideteksi dan kehati-hatian harus diterapkan
sebelum pembedahan. Klien juga harus diperiksa apakah sedang menjalani
terapi tertentu, seperti terapi irradiasi, terapi cytostatic, dan transplantasi
organ.
1. Pemeriksaan lokal
g) Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi. Hal
ini akan didiskusikan secara detail pada pemeriksaan radiologi.
Diagnosa keperawatan
Pre op
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
- Ansietas
Intra op
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi terhadap kualitas hidup
mahasiswa universitas sumatera barat. Dentika Dental Journal 2005;10(2):73-4
Tridjaja AN. Pengamatan klinik gigi molar tiga bawah impaksi dan variasi komplikasi yang
diakibatkannya di RS Cipto Mangunkusumo bulan Juli 1993 s/d
Desember 1993. 2011. Available from : URL: http://eprints.lib.ui.ac.id/12366/ Accessed Juni 6, 2011
Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut 2nd ed. Alih Bahasa: Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC;
1996,hal.61-3
Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh bentuk gigi geligi terhadap terjadinya impaksi gigi molar ketiga rahang
bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 2007; 6(2):65-6
Astuti ERT. Prevalensi karies pada permukaan distal gigi geraham dua rahang bawah yang diakibatkan oleh
impaksi gigi geraham tiga rahang bawah.Jurnal MIKGI 2002;IV(7):154-6
Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim A. Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang
bawah impaksi. Journal of the Indonesian Dent al
Assocation 2009;58(2):20
25
Nasir M, Mawardi. Perawatan impaksi impaksi gigi insisivus sentralis maksila dengan kombinasi teknik flep
tertutup dan tarikan ortodontik (laporan kasus). Dentika Dental Jurnal 2003;8(2):95