Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

SOLUSIO PLASENTA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu Vina Vitniawati, S.Kep., M.Kep

Oleh kelompok 10:

1. Amalia Nur Fadilah 191FK01008


2. Andiani Dwi Siswati 191FK01009
3. Anita Sri Widiyanti 191FK01012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN 2C

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Solusio plasenta ”
ini tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Keragaman Dalam Masyarakat bagi pada pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucakan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
ilmu pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, krtik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 17 Mei 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Plasenta manusia yang matur memiliki 10-40 kotiledon, lobus atau lobulus ,
yang masing-masing memiliki sedikitnya satu batang villi primer yang berasal
dari lempeng korionik dan mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah dari
pembuluh darah janin cabang primer. Batang primer tersebut bercabang menjadi
batang sekunder dan tersier yang menjadi tempat tumbuhnya villi terminal yang
merupakan area pertukaran antara ibu dan janin. Plasenta normal merupakan
aliran darah maternal menuju plasenta meningkat selama kehamilan, dari 50
ml/menit pada trimester pertama menjadi 600 ml/menit saat atern. Plasenta
abnormal merupakan preeklamsia, hambatan pertumbuhan intra uterin (IUGR)
dan solusio plasenta merupakan manifestasi klinis yang muncul akibat kegagalan
invasi trofoblas, baik total maupun parsial, pada segmen miometrium arteri
spiralis.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam
plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat
nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam
masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Perdarahan
pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh
karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal
yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang
membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian
seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan,
padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun,
15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai
penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin
bertambahnya usia ibu. Gejala dan  tanda solusio plasenta sangat beragam,
sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio
plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian
terjadi gawat janin, perdarahan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi
uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal
tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit
kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan
ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko
yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio
plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada
janin dan bayi baru lahir.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa yang dimaksud dengan definisi solusio plasenta?
b. Apa yang dimaksud dengan etiologi dari solusio plasenta?
c. Apa yang dimaksud dengan patofisiologi dan solusio plasenta?
d. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi dari solusio plasenta?
e. Apa yang dimaksud dengan manifestasi klinis dari solusio plasenta?
f. Apa yang dimaksud dengan faktor presdiposisi dari solutio placenta?
g. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan pemnunjang untuk solusio plasenta?
h. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi dari solusio plasenta?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.
b. Untuk mengetahui etiologi dari solusio plasenta.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dan solusio plasenta.
d. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari solusio plasenta.
f. Untuk mengetahui faktor presdiposisi dari solutio placenta.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan pemnunjang untuk solusio plasenta.
h. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.
i. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan
solusio plasenta
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

         Solusio plasenta (abruption plasenta atau accidental haemorage)adalah

terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri setelah kehamilan 20

minggu atau sebelum janin lahir

         Abdul Bari Saifuddin mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya

plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya

berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas

500 gram

2.2 Etiologi

         Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor yang menjadi predisposisi :

1.      Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan

eklamsia dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di Parkland,

ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat,

dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi
kronik dan sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat

solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.

2.      Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain :

-  Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

-  Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang

banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

-  Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan

3. Faktor usia ibu

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya

peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu.

Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi

hipertensi menahun.

4.      Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan

pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas

terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya

plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian
solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-

35%.

5.      Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta

sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini

dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih

luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya

6.      Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio

plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan

berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak

memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.

7.      Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada

vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan.

2.3 Patofisiologi

Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua

basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari

pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom

subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak

jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala

dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang

pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya

dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan

berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus  yang meregang oleh

kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam

menghentikan perdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan

menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga sebagian dan

akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding

uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar

melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau

mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya

berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut dengan

istilah Uterus Couvelaire,  dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis

seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus

pada kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan

juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat


diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi

perdarahan post partum yang hebat.

Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan

tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga

berakibatpembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian

besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan hipofibrinogenemia.

Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak

hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.

2.4 Gejala Klinis

a.      Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna

kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang

disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan

kematian janin intra uterin.

b.      Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.

c.       Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut

jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena

tercampur darah.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

a.       Pemeriksaan laboratorium
-           Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder

dan leukosit.

-           Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit,

waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar

fibrinogen, dan elektrolit plasma.

b.      Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :

- Terlihat daerah terlepasnya plasenta

- Janin dan kandung kemih ibu

- Darah

- Tepian plasenta

c.       Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.6 Penatalaksanaan

a.       Konservatif

 Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila

solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin

lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk

memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta


yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra

indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis.

b.      Aktif

Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria.

Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia

berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian

parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan

pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak

dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat

penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.

2.7 Pengkajian

a.       Identitas klien secara lengkap

b.      Keluhan utama

-          Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri

-          Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah

dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim

tegang.

-           Perdarahan yang berulang-ulang.

c.       Riwayat penyakit sekarang


Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah

yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien

lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi

esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat

mengecil (hydroamnion gameli) dll.

d.      Riwayat penyakit masa lalu

Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali

pusat pendek atau trauma uterus .

e.       Riwayat psikologis

Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak

mengetahui asal dan penyebabnya.

f.       Pemeriksaan fisik

1.      Keadaan umum

-          Kesadaran : composmetis s/d apatis

-           Postur tubuh : biasanya gemuk

-          Raut wajah : biasanya pucat

2.      Tanda-tanda vital

-          Tensi : normal sampai turun (syok)

-          Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)


-          Suhu : normal / meningkat (> 37o c)

-           RR : normal / meningkat (> 24x/menit)

3.      Pemeriksaan cepalo caudal

-           Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut

biasanya rontok / tidak rontok.

-          Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma

-          Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung

-          Mata : conjunctiva anemis

-          Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal

-          Abdomen

Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba

dan ligra

Palpasi rahim keras, fundus uteri naik

Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.

-           Genetalia

Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah

kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.

-          Ekstimitas

Akral dingin, tonus otot menurun.


g.      Pemeriksaan Penunjang

-           Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.

-          USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.

-          Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.8 Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan perfusi jaringan b.d.  perdarahan ditandai dengan conjungtiva

anemis , akral dingin , Hb turun , muka pucat, dan lemas .

2.      Risiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke

plasenta berkurang .

3.      Nyeri akut b.d.  kontraksi uterus ditandai terjadi distress / pengerasan

uterus , nyeri tekan uterus

4.      Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang

dialaminya .

5.      Risiko  terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan


2.9 Rencana Keperawatan

1.    
      
M
C
oni
on
tor
ju
tan
nc
da
tiv
tan
a
da
tid
vit
ak
al
an
2.    
e
Ob
mi
ser
s
va
      
si
A
tin
krgk

alat

hape

ngnd

atara

       ha

 n

b set

noiap

rm
15

al-

       20

Mme

uknit

a
3.     

tidC

akat

puat

cat
in
, ta

anke

pada

sie
n

n ou

idtp

akut

le
4.     

mK

as.ol

ab

or

as

da

la

pe

m
be

ri

an

te

ra

pi

in

fu

se

is

ot

on

ik

5.     

ol

ab

or

as
i

da

la

pe

be

ri

an

tr

an

fu

si

da

ra

ap

ab

ila
H

re

nd

ah

1.     
      
Je
DJ
la
J
sk
no
an
rm
ris
al/
ik
ter
o
de
te
ng
rj
ar
ad
      
in
A
ya
da
di
nystr

a es

pes

rgja

erni

akn/

anke

bam

yiati

       an

Ba
ja

yini

lan

hir
pa

sel
da

a ib

mu

at
2.    

Ob
ser

va

si

pe

ru

ba

ha

fre

ku

en

si

da

po

la

DJ

jan

in
3.    

Be

rik

an

O2

10

12

lit

er

de

ng

an

ma

sk

er

jik

ter
jad

tan

da

tan

da

fet

al

dis

tre

ss

1.    
      
ela
Kl
sk
ie
an
n
pe
da
ny
pa
eb
t ab

mny

eleri

akpa

ukda

ankli

tinen

da
2.    

kaAj

n ar

unka

tun

k tek

mni

enk

gurel

raak

ngsas

ii
nydis

eritra

. ksi

       pe

Klrn

ieap

n as

koan

op
3.    

era
Be

tifrik

dean

ngpo

ansis

tini

daya

kang

n ny

yaam
ngan

di(m

beiri

rik
ng

anke

kir

i /

ka

na

n)

4.    

Be

rik

an

tek

ni

rel

ak
sas

ma

ssa

ge

pa

da

pe

rut

da

pu

ng

gu

ng

5.    

Li

bat

ka
n

su

am

da

kel

ua

rg

dal

am

tin

da

ka

pe

ng

on
tro

lan

ny

eri

6.    

Ko

lab

or

asi

dal

am

pe

be

ria

ob

at

an
alg

eti

1.    
      
An
Kl
jur
ie
ka
n
n
m
kli
el
len
ap
un
or
tu
ka
k
n
me
ce
ng
m
em
as
uk
be
ak
rk
an
urhal

an-

g hal

       ya

Klng

iedic

n em

taas

mka

pan

k
2.    

teBe

nari

ngpe

danje

n las

tidan

akten

getan
lisg

ahko

nd

isi

jan

in

3.    

Be

ri

pe

nje

las

an

ten

tan

ko

nd

isi
kli

en

4.    

An

jur

ka

kel

ua

rg

un

tu

me

nd

am

pi

ng
i

da

me

be

ri

du

ku

ng

an

ke

pa

da

kli

en

5.    

An

jur
ka

pe

ng

gu

na

an/

ko

nti

nu

ita

tek

ni

pe

rn

ap

as
an

da

lat

iha

rel

ak

sas

i.

1.    
      
Ka
Pe
ji
rd
pe
ar
nd
ah
ara
an
ha
be
n
rk
set
uriap

an15

g-

       30

Tme

Tnit

V
2.    

noOs

rm
er

alva

       si

KTT

esV

adset

ariap

an15

kome

mnit

poda
sm
n

enap

tisabi

la

TT

no

rm

al,

ob

ser

va

si

TT

dil

ak

uk

an
set

iap

30

me

nit

3.    

wa

si

ad

an

ya

tan

da

tan

da

sy

ok
,

pu

cat

ke

rin

gat

di

ng

in,

da

nk

ep

ala

pu

sin

g.

4.    

Ko
lab

or

asi

dal

am

pe

be

ria

ter

api

cai

ra

BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah

separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)

dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam

plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat

nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya

dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada

plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak

keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan

yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah

yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam

keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar

diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-

kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun,

15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai

penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin

bertambahnya usia ibu.


Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan

diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan

persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan

hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala

ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala

kombinasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-

pasien-dengan-solusio-plasenta.html

https://fdokumen.com/document/maternitas-solusio-plasenta-makalah-jadi.html

Anda mungkin juga menyukai