THALASEMIA
Diajukan untuk memenuhi tugas Laporan kasus pada PKK KEP. ANAK
Dosen pengampu :
191FK01091
3C
TAHUN 2022
1. Pengertian
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan yang ditandai oleh
defesiensi produksi rantai globin pada hemoglobin. Secara umum, tubuh terdiri
atas 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah, trombosit, dan sel-sel darah merah.
Sel darah putih yang bertugas sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap ancaman
seperti virus, bakteri, serta organisme berbahaya lainnya yang dapat menyebabkan
infeksi serta penyakit; trombosit diperlukan untuk pembekuan darah; sel-sel darah
merah juga memiliki peran penting mempertahankan kehidupan termasuk dalam
pengangkutan oksigen.
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi kerusakan
sel darah merah didalam pembluh darah sehingga umur erirosit menjadi pendek
( kurang dari 100 hari ) Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala
anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu
makan hilang, dan infeksi berulang..
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta,
sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor
( Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 497 ).
2. Manifestasi Klinis
Letargi
Pucat
Kelemahan
Anorexia
Diare
Sesak nafas
Pembesaran limfa dan hepar
Ikterik ringan
Penipisan kortex tulang panjang, tangan dan kaki
Penebalan tulang cranial.
3. Etiologi
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat
yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen
dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut
hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2
Jenis yang utama adalah :
Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25%
minimal membawa 1 gen).
1. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)
Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.
Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :
Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor
merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin
dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa
menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi
cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan
memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita
thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan
akan mulai terlihat adanya gejala anemia.
Thalasemia Minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia,
namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak
muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah
dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25%
anak mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan
ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam
keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami
pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di
sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di
sepanjang hidupnya.
4. Patofisiologi
Hemoglobin pasca kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alfa dan beta
polipeptide. Dalam beta thalasemia, ada penurunan sebagian atau keseluruhan
dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta, Konsekuensi adanya
peningkatan compensatory dalam proses pensintesisan rantai alfa dan produksi
rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi
hemoglobin. Polipeptida yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mubah
terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang
parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam
jmlah yang banyak, atau setidaknya sumsum tulang ditekan dengan proses
trannfusi. Kelebihan Fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan
yang cepat dari sel defectif disimpan dalam berbagai organ ( hemosiderosis ).
5. Pathway
6. Klasifikasi
Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang
diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin
Thalasemia beta meliputi :
Thalasemia beta mayor
Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat
dengan hemolisis didalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama
kehidupan. Gejala-gejala bersifat sekunder akibat anemia meliputi
pucat, wajah yang karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada
tabular pada kranium, ikterus dengan derajat dan bervariasi.
Thalasemia intermedia dan minor
Pada bentuk heterozigot dapat dijumpai tanda-tanda anemia ringan.
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb, normal agak rendah
atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum meningkat, kadar
bilirubin sedikit meningkat
Thalasemia alpa
Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah tepi :
Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis
berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic
stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih
kurang khas
Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3. Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan
trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
8. Penatalaksanaan Medik
1. Transfusi sel darah (SDM) sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Pemberian sel
darah merah sebaiknya 10 – 20 ml/kg berat badan
2. Pemberian desferal secara intravena atau subkutan. Desferiprone merupakan
kesediaan dalam bentuk peroral. Namun manfaatnya lebih rendah dari desferal
dan memberikan bahaya fibrosis hati
3. Tindakan sletektomi perlu di pertimbangkan terutama bila ada tanda-tanda
hipersplenisme atau kebutuhan transfusi meningkat atau karena sangat
besarnya limfa.
4. Transplantasi sumsum tulang biasa dilakukan pada thalasemia beta mayor.
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian fisik
b. Kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia (pucat, lemah,
sesak, nafas cepat, hipoksia, nyeri tulang, dan dada, menurunnya aktivitas,
anorexia, epistaksis berlang )
2. Pengkajian umum
b. Anemia kronik
c. Kematangan sexual yang tertunda
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kosentrasi
hemoglobin ( kode D. 0009)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ( D. 0056)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi
makanan ( D. 0019)
4. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologis (D. 0129)
5. Kurangnya pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan tidak mengenal
sumber informasi
C. Intervensi Keperawatan
5. Meningkatkan
5. Kolaborasi dengan efektifitas program
ahli gizi untuk pengobatan ,
menentukan jumlah termasuk sumber diit
kalori dan jenis nutrisi yang
nutrisi yang dibutuhkan
dibutuhkan
4. Resiko terjadi Setelah tindakan 1. Kaji integritas 1. Kondisi kulit
kerusakan integritas keperawatan selama kulit, catat dipengaruhi oleh
kulit berhubungan 2x24 jam tidak terjadi perubahan pada sirkulasi, nutrisi dan
dengan perubahan kerusakan integritas
turgor, gangguan immobilisasi
sirkulasi dan kulit dengan KH:
warna, eritema dan
neurologis - Kulit utuh dan tidak
eksoriasi
kering 2. Meningkatkan
2. Ubah posisi secara
sirkulasi ke semua area
periodic
kulit, membatasi
iskemia jaringan
3. Area lembab
3. Pertahankan kulit terkontaminasi
kering, batasi memberikan media
penggunaan sabun yang sangat baik untuk
pertumbuhan
organisme paotogenik
2. Doenges, Moorhouse, Geissler, Rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pesien. EGC Jakarta;2000