Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASKEP SOLUSIO / ABRUPTION PLACENTA

DI SUSUN OLEH :

TIAS NANDA PUTRI : 1540120200035

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS ST.FATIMAH MAMUJU


T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas
segala kebesaran dan nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kebidanan yang berjudul “ASKEP
SOLUSIO / ABRUPTION PLACENTA” . ini dengan lancar. Penyusunan

Makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
dan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan serta wawasan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. C. Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Solusio Plasenta
1. Defenisi solusio plasenta
2. Etiologi
3.  Patofisiologi
4.    Klasifikasi
5.  Manifestasi Klinis
6.   Pemeriksaan Penunjang
7.   Komplikasi
8.    Penatalaksanaan
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2.   Diagnosa keperawatan
3.   Intervensi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak
pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah
keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh
pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus
yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala
tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara
serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta,
mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya.
Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin
dan bayi baru lahir.
B.Rumusan Masalah
1.    Apa definisi solusio plasenta ?
2.    Apa etiologi solusio plasenta?
3.    Bagaimana patofisiologi dari solusio plasenta ?
4.    Apa saja klasifikasi dari solusio plasenta ?
5.    Apa saja manifestasi klinis dari solusio plasenta ?
6.    Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan solusio plasenta ?
7.    Apa prognosis dari solusio plasenta ?
8.    Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan solusio plasenta ?
C. Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang solusio plasenta dan begaimana asuhan keperawatan
pada klien dengan solusio plasenta.
2.      Tujuan Khusus
a.    Menjelaskan tentang defenisi solusio plasenta
b.    Menjelaskan tentang etiologi solusio plasenta
c.    Menjelaskan tentang patofisiologi solusio plasenta
d.   Menjelaskan tentang manifestasi klinis solusio plasenta
e.    Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang pada solusio plasenta
f.     Menjelaskan tetang asuhan keerawatan pada klien dengan solusio plasenta
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Solusio Plasenta


1.    Defenisi solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis
perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus
dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal.
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya. (Kapita
Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI edisi ke-3). Solusio plasenta adalah pelepasan
sebagian / seluruhnya plasenta yang normal implantasinya antara 22 mimggu dan lahirnya
anak  (Obsetri Patologi Fakultas padjadjaran Bandung).
2.    Etiologi
Etiologi dari solusio belum diketahui secara pasti. Namun, faktor predisposisi yang
mungkin adalah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, defisiensi gizi,
merokok, konsumsi alkohol, penyalah gunaan kokain, umur ibu yang tua.
3.    Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga
terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang
akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak
mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah
yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

4.    Klasifikasi
a.Menurut derajat lepasnya plasenta
1)   Solusio plasenta partsialis : Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tempat pelekatnya.
2)   Solusio plasenta total : Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.
3)   Prolapsus plasenta : Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
b.Menurut derajat solusio plasenta
1)   Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut
terasa agk sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
2)   Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan
atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus
teraba tegang.
3)   Solusio plasenta berat
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita syok.

5.    Manifestasi Klinis
a.    Perdarahan pervagina
b.    Nyeri tekan uterus/nyeri pinggang
c.    Gawat janin
d.   Persalinan premature idiopatik
e.    Kontraksi berfrekuensi tinggi
f.     Uterus hipertonik
g.    Kematian janin

6.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Pemeriksaan Laboratorium
1)   Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
2)   Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio
plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan
pula COT (Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes
kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).
b.    Pemeriksaan plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di
bagian plasentayang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya
menempel di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.
c.    Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain terlihat daerah terlepasnya
plasenta, janin dan kandung kemih ibu, dan tepian plasenta.
7.    Komplikasi
a.    Langsung (immediate) : perdarahan, infeksi, emboli dan syok obtetric.
b.    Tidak langsung (delayed) :
1)   Couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum.
2)   Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
3)   Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
4)   Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
c.    Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati konsumtif (kadar fibrinogen kurang
dari 150 mg % dan produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin,
kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila janin dapat
diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah da sindrom gagal
nafas.
8.    Penatalaksanaan
a.    Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi.
b.    Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak
melakukan senggama , menghindari peningkatan tekanan rongga perut.
c.    Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan berikan cairan peroral.
d.   Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi /
syok akibat perdarahan, pantau pula DJJ & pergerakan janin.
e.    Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah, bila tidak teratasi,
upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi perhatikan keadaan janin.
f.     Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan
pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila renjatan tidak dapat diatas, upayakan
tindakan penyelamatan optimal.
g.    Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm pecahkan ketuban
lalu infus oksitosin. Bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea.
h.    Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestase kurang dari 37 minggu / taksiran berat janin
kurang dari 2.500 gram.
Penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu :
a.     Solusi plasenta ringan
Ekspektatif, bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin
hidup ) dengan tirah baring atasi anemia, USG & KTG serial, lalu tunggu persalinan spontan.
Aktif, bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat
mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam dengan amnintomi / infus oksitosin bila
memungkinan. Jika terus terjadi perdarahan skor pelvik kurang dari 5 / persalinan masih
lama, lakukan seksio sesarea.
b.    Solusio plasenta sedang / berat
1)   Resusitasi cairan
2)   Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah
3)   Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam perabdominam bila tidak
dapat renjatan, usia gestasi 37 minggu / lebih / taksiran berat janin 2.500 gr / lebih, pikirkan
partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.

B. Konsep Asuhan Kebidanan

1.    Pengkajian
Dalam hal pengumpulan data (pengkajian), pengumpulan data dasar terdiri dari
informasi subjektif dan objektif mencakup berbagi masalah keperawatan yang diidentifikasi
pada daftar diagnosa keperawatan pada tahun 1992 yang dikembangkan oleh NANDA. Data
subjektif yang dilaporkan oleh klien dan orang terdekat, informasi ini meliputi persepsi
individu; yaitu apa yang seseorang inginkan untuk berbagi. Namun, perawat perlu
memperhatikan ketidak sesuaian yang dapat menandakan adanya faktor-faktor lain seperti
kurang pengetahuan, mitos, kesalahan konsep, atau rasa takut. Adapun pengkajian yang dapat
dilakukan menurut Marilyn E. Doenges yang dimana pengkajian dengan asuhan keperawatan
perihal solutio plasenta (tergolongi intrapartum) terdiri dari :
a.    Identitas klien secara lengkap
b.    Aktivitas atau istirahat
Dikaji secara subyektif yang terdiri dari data tidur istirahat 24 jam terakhir, pekerjaan,
kebiasaan aktivitas atau hobi. Dan secara obyektif, data terdiri dari pengkajian neuro
muscular.
c.    Sirkulasi.
Secara subyektif mulai dari riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah jantung,
keadaan ekstremitas serta kelaian-kelainan yang disamapaikan oleh klien perihal sirkulasi.
Dan secara obyektif yang terdiri dari TD berbagai posisi (duduk, berbaring, berdiri, baik
kanan maupun kiri), nadi secara palpasi, bunyi jantung, ekstremitas (suhu, warna, pengisian
kapiler, tanda hofman, varises), warna/sianosis diberbagai region tubuh.
d.   Integritas Ego
Secara subyektif mulai dari kehamilan yang direncanakan, pengalaman melahirkan
sebelumnya, sikap dan persepsi, harapan selama persalinan, hubungan keluarga, pendidikan
dan pekerjaan (ayah), masalah financial, religious, faktor budaya, adanya faktor resiko serta
persiapan melahirkan. Dan secara obyektif, terdiri dari respon emosi terhadap persalinan,
interaksi dengan orang pendukung, serta penatalaksanaan persalinan.
e.    Eliminasi
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan eliminasi.
f.     Makanan atau cairan
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan makanan atau cairan yang
masuk kedalam tubuh baik secara parenteral maupun enteral serta kelainan-kelainan yang
terkait.
g.    Higiene
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kebersihan diri klien.
h.    Neurosensori
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kondisi neurosensori dari
klien.
i.      Nyeri/Ketidaknyamanan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan rasa nyeri atau
ketidaknyamanan dari klien akibat dari proses persalinan.
j.      Pernafasan
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan pernafasan serta kelainan-
kelainan yang dialami dan kebiasaan dari klien.
k.    Keamanan
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan alergi/sensitivitas, riwayat
PHS, status kesehatan, bulan kunjungan prenatal pertama, masalah dan tindakan obstetric
sebelumnya dan terbaru, jarak kehamilan, jenis melahirkan sebelumnya, tranfusi, tinggi dan
postur ibu, pernah terjadi fraktur atau dislokasi, keadaan pelvis, persendian, deformitas
columna fertebralis, prosthesis, dan alat ambulasi. Dan data objektif diperoleh dari suhu,
integritas kulit (terjadi ruam, luka, memar, jaringan parut), parastesia, status dari janin mulai
dar frekuensi jantung hingga hasil, status persalinan serta kelainan-kelainan terkait, kondisi
dari ketuban, golongan darah dari pihak ayah ataupun ibu, screening test dari darah, serologi,
kultur dari servik atau rectal, kutil atau lesi vagina dan varises pada perineum.
l.      Seksual
Data subjektif di dapat dari periode menstruasi akhir serta keadaankeadaan terkait
seksual dari ibu8 ataupun bayi dan juga riwayat melahirkan. Data objektif di dapat dari
keadaan pelvis, prognosis untuk melahirkan, pemeriksaan bagian payudarah dan juga tes
serologi.
m.  Interaksi Sosial
Data subjektif di dapat dari status perkawinan, lama tahun berhubungan anggota
keluarga, tinggal dengan, keluarga besar, orang pendukung, leporan masalah. Data objektif di
dapat dari komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat, pola interaksi social
(perilaku).
2.    Diagnosa keperawatan
a.    Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan
b.    Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien atau janin
c.    Infeksi, resiko tinggi terhadap prosedur infasive.
3.    Intervensi
Rencana keperawatan tidak hanya terdiri dari tindakan yang dilakukan karena
pesanan/ketentuan medis, tetapi juga koordinasi tertulis dari perawatan yang diberikan oleh
semua disiplin pelayanan kesehatan yang berhubungan. Tindakan keperawatan mandiri
adalah bagian integral dari proses ini. Tindakan mungkin mandiri atau kolaboratif dan
mencakup pesanan dari keperawatan, kedokteran, dan disiplin lain (Doenges, 2001).
No Rencana Asuhan Kebidanan Rasional
Diagnosa Doagnosa Tujuan dan Kriteria
Kebidanan hasil Intervasi
1 Nyeri (akut) Setelah dilakukan 1.  Kaji tingkat nyeri 1.       1. Pengkajian nyeri
berhubungan tindakan keperawatan secara komprehensif yang dilakuakn secara
dendan trauma selama 1x24 jam (lokasi, durasi, menyerluruh akan
jaringan. diharapkan klien dapat kualitas, dan faktor berguna dalam
beradaptasi dengan presipitasi) menentukan tindakan
nyeri yang dibuktikan 2.  Bantu dengan keperawatan
dengan kriteria hasil : penggunaan tekhnik selanjutnya.
         1.Klien dapat pernafasan. 2. Mendorong
melakukan tindakan 3.  Anjurkan klien relaksasi dan
untuk mengurangi untuk menggunakan memberikan klien
nyeri. teknik relaksasi. cara mengatasi dan
        2.Klien kooperatif Berikan instruksi bila mengontrol tingkat
dengan tindakan yang perlu. nyeri.
dilakukan. 4.  Berikan tindakan 3. Relaksasi dapat
kenyamanan (pijatan, membantu
gosokan punggung, menurunkan tegangan
sandaran bantal, dan rasa takut, yang
pemebrian kompres memperberat nyeri.
sejuk, dll).
5.  Kolaborasi 4.      4. Meningkatkan
memberikan sedatif relaksasi dan
sesuai dosis. meningkatkan
kooping dan kontrol
klien.

5.      5.Meningkatkan
kenyamanan dengan
memblok impuls
nyeri.

II Ansietas Setelah dilakukan1.  Kaji 1.    Adanya gangguan


berhubungan tindakan keperawatan status     psikologis kemajuan normal dari
dengan ancaman selama 1x24 jam dan  emosional. persaliann dapat
yang dirasakan diharapak klien tidak2.  Anjurkan klien memperberat
pada klien/janin. merasa cemas yang untuk  mengungkapk perasaan ansietas dan
dibuktikan dengan an perasaan. kegagalan. Perasaan
kriteria hasil : 3.  Gunakan ini dapat mengganggu
     1.Klien akan terminologi positif, kerja sama klien dan
melaporkan ansietas hindari penggunaan menghalangi proses
berkurang atau istilah yang induksi.
teratasi. menandakan 2.    Klien mungkin takut
     2.Klien tampak rileks. abnormalitas atau tidak memahami
prosedur atau proses. dengan jelas
4.  Dengarkan kebutuhan terhadap
keterangan klien induksi persalinan.
yang dapat Rasa gagal karena
menandakan tidak mampu
kehilangan harga ”melahirkan secara
diri. alamiah” dapat
5.  Berikan kesempatan terjadi.
pada klien untuk3.    Membantu
memberi masukan klien/pasangan
pada proses menerima situasi
pengambilan tanpa menuduh diri
keputusan. sendiri.
6.  Anjurkan 4.    Klien dapat meyakini
penggunaan/kontinui bahwa adanya
tas teknik pernapasan intervensi untuk
dan latihan relaksasi. membantu proses
persalinan adalah
refleksi negatif pada
kemampuan dirinya
sendiri.
5.    Meningkatkan rasa
kontrol klien
meskipun kebanyakan
dari apa yang sedang
terjadi diluar
kontrolnya.
6.    Membantu
menurunkan ansietas
dan bmemungkinkan
klien berpartisipasi
secara aktif.

III Infeksi, resiko Setelah dilakukan1.    Kaji kembali 1.            Kondisi dasar


tinggi terhadap tindakan keperawatan kondisi/faktor risiko ibu, seperti diabetes
prosedur infasive. selama 1x24 jam yang ada atau hemoragi,
diharapkan tidak sebelumnya. menimbulkan
terjadi infeksi yang2.    Kaji tanda dan gejala potensial risiko
dibuktikan dengan infeksi (misalnya, infeksi atau
kriteria hasil : peningkatan suhu, penyembuhan luka
1.  Klien akan bebas nadi, jumlah sel yang buruk. Risiko
dari infeksi. darah putih, atau korioamnionitis
2.Pencapaian tepat bau/warna rabas meningkat dengan
waktu dalam vagina). berjalannya waktu,
pemulihan luka tanpa3.    Kolaborasi membuat ibu dan
komplikasi. melakukan persiapan janin pada berisiko.
kulit praoperatif; Adanya proses infeksi
scrub sesuai janin pada berisiko.
protokol. Adanya proses infeksi
4.    Kolaborasi dapat meningkatkan
melakukan kultur risiko kontaminasi
darah, vagina, dan janin.
plasenta sesuai2.    Pecah ketuban terjadi
indikasi. 24 jam sebelum
5.    Kolaborasi dalam pembedahan dapat
mencatat hemoglobin mengakibatkan
(Hb) dan hematokrit korioamnionitis
(Ht); catat perkiraan sebelum intervensi
kehilangan darah bedah dan dapat
selama prosedur mengubah
pembedahan. penyembuhan luka.
6.    Kolaborasi dalam3.    Menurunkan risiko
memberikan kontaminan kulit
antibiotik spektrum memasuki insisi,
luas pada pra menurunkan risiko
operasi. infeksi pascaoperasi.
4.    Mengidentifikasi
organisme yang
menginfeksi dan
tingkat keterlibatan.
5.    Risiko infeksi pasca-
melahirkan dan
penyembuhan buruk
meningkat bila kadar
Hb rendah dan
kehilangan darah
berlebihan.
6.    Antibiotik profilaktik
dapat dipesankan
untuk mencegah
terjadinya proses
infeksi, atau sebagai
pengobatan pada
infeksi yang
teridetifikasi.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir
diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan
solution plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat
keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga
berat. Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali
pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior,
dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta.
Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan
diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-
kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solution plasenta.
Adapun komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina). pada ibu
dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya nadi,
jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina). berlangsung. Komplikasi terparah dari
solution plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini
sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.
Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif.
Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi
ibu, janin, ataupuun keduanya.
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini diharapakan pembaca khususnya mahasisa kebidanan mampu
memahami dan mendalami tentang solution plasenta. Sehingga mahasiswa dengan latar
belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun
skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh. Dan juga diharapkan
perawat maupun tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor resiko dari solution
plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif, dkk . 2001. “Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.Fk UI”. Jakarta
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. “Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2”. Jakarta:
EGC.
Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. “Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetriginekologi
sosial untuk profesi bidan”. Jakarta: EGC.
Wong, Dona L, dkk,. 2002. “Maternal child nursing care 2nd edition”. Santa Luis: Mosby
Inc.
http://kuliahperawat.wordpress.com/2015/07/16/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
solusio-plasenta-puspita-nadya-pekanbaru-16-juli-2015/

Anda mungkin juga menyukai