DI DESA PEJENG
Pengabdi :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2019
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sanghyang Widhi Wasa, maka kami
telah dapat menyelesaikan proposal pengabdian kepada masyarakat dengan judul”
Simulasi Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi dengan metoda Bermain sebagai
Usaha Meningkatkan Peran Serta Siswa di Keluarga dalam Mencapai Sekolah
dan Keluarga Siaga Bencana tepat pada waktunya. laporan ini dibuat sebagai
hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka KKN
IPE Tahun 2019.
Kami mendapat banyak dukungan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan
pengahargaan dan terima kasih kepada:
Direktur Poltekkes Denpasar, yang telah memberikan dukungan moril selama
kegiatan berlangsung
Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar, yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam menyusun proposal kegiatan pengabdian kepada
masyarakat
Rekan tim KKN IPE yang selalu kompak atas kerjasamanya yang baik selama
pelaksanaan pengabdian masyarakat
Keluarga tercinta atas dukungan morilnya dalam pelaksanaan pengabdian
masyarakat
Tiada gading yang tak retak, itulah dasar pijak kami, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya semoga proposal ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pengabdi
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
DAFTAR TABEL....................................................................................................5
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
A. Pendahuluan........................................................................................................6
B. Rumusan Masalah...............................................................................................8
C. Tujuan Kegiatan..................................................................................................8
1. Tujuan Umum......................................................................................................8
2. Tujuan Khusus.....................................................................................................8
D. Manfaat kegiatan.................................................................................................9
BAB II....................................................................................................................10
TINJAUAN TEORI...............................................................................................10
A. Kerangka Konsep..............................................................................................10
B. Kesiapasiagaan bencana di Sekolah..................................................................11
1. Pengertian Kesiapsiagaan Bencana di Sekolah.................................................11
2. Parameter Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa Sekolah...................................11
3. Peran Siswa Dalam Kesiapsiagaan Bencana.....................................................12
BAB III..................................................................................................................13
PELAKSANAAN KEGIATAN.............................................................................13
A. Kerangka Pemecahan Masalah..........................................................................13
B. Realisasi pemecahan masalah...........................................................................14
C. Khalayak sasaran...............................................................................................14
D. Metoda kegiatan................................................................................................15
E. Waktu dan Tempat.............................................................................................16
F. Alat dan bahan...................................................................................................17
G. Pihak yang terlibat.............................................................................................17
3
H. Penilaian kegiatan..............................................................................................17
BAB IV..................................................................................................................18
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................18
A. Hasil...................................................................................................................18
B. Pembahasan.......................................................................................................20
BAB V...................................................................................................................22
SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................22
A. Simpulan............................................................................................................22
B. Saran..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Indonesia terletak di kawasan Cincin Api Pasifik yang secara geografis dan
klimatologi mempunyai tantangan untuk melindungi dan memperkuat masyarakat
dari ancaman risiko bencana. Pergerakan tiga lempeng tektonik besar, yaitu
lempeng Indo Australia di bagian selatan, lempeng Samudera Pasifik di sebelah
timur, lempeng Eurasia di sebelah utara (dimana disebagian besar wilayah
Indonesia) dan disertai daerah aliran sungai (5.590 DAS) mengakibatkan risiko
bencana geologi seperti gempabumi, tsunami, letusan gunung api (129 gunung api
aktif) maupun gerakan tanah/ longsor (BNPB, 2018). Bencana adalah rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat baik yang
disebabkan oleh faktor alam atau non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis. (Undang-Undang No. 24 Tahun 2007).Salah satu
bencana yang mengancam kehidupan adalah gempa bumi. Gempa bumi adalah
getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan
batuan (Bakornas PB, 2007).
Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), selama
Januari hingga Agustus 2016, rata-rata terjadi 379 gempa bumi dengan rentang 3
skala richter hingga 9,5 skala richter setiap bulannya.Gempa bumi tektonik yang
berpusat di bawah laut merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami
(BMKG, 2012). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang
timbul karena adanya pergesaran di dasar laut akibat gempa bumi (Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007). Selama 2004 hingga 2010 terjadi sebanyak lima
tsunami diantaranya di Aceh (Desember 2004), Nias (2005), Jawa Barat (2006),
Bengkulu (2007), dan Mentawai (2010) (Katalog Tsunami-BMKG, 2010 dalam
BMKG, 2012). Terakhir kejadian Gempa bumi Lebak, Banten 6.1 SR tahun 2018
7
yang berdampak pada semua sector dan infrastruktur (BNPB, 2018). Tingginya
frekuensi gempa bumi yang terjadi di Indonesia, menyebabkan masyarakat di
Indonesia sangat rentan terdampak gempa bumi dan tsunami. Selain karena
faktor geografis, kondisi demografis, sosial dan ekonomi di Indonesia turut
berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat dalam menangani
bencana (Ariantoni, Paresti, Hidayati, 2009).
Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia, juga sering mengalami
gempa. Selama Januari hingga Agustus 2016, rata-rata terjadi sembilan gempa
bumi setiap bulan dengan rentang kekuatan 3 Skala Richter (SR) sampai 9,5 Skala
Richter (SR) (BMKG, 2016). Tabanan sebagai salah satu kabupaten di Bali,
merupakan salah satu daerah yang berpotensi mengalami kejadian gempa bumi
(Bappeda Bali dan PPLH UNUD, 2006). Tabanan berpotensi mengalami gempa
bumi dan tsunami sehingga diperlukan suatu kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008).
Kesiapsiagaan terhadap bencana harus diimplementasikan di setiap sektor yang
ada seperti sektor pariwisata, sektor rumah tangga, hingga sektor pendidikan.
Sektor pendidikan merupakan salah satu media yang tepat untuk membangun
budaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana (Konsorsium Pendidikan
Bencana, 2011). Upaya yang dilakukan oleh pemerintah yaitudengan
dikeluarkannya Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 mengenai penanggulanan
bencana yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan bencana di
Indonesia. Sebagai implementasi terhadap Undang-Undang tersebut, Pemerintah
membentuk Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) melalui Peraturan
Presiden No. 8 Tahun 2008 dan diikuti dengan pembentukan Badan
Penanggulanan Bencana Daerah di setiap provinsi dan kabupaten di Indonesia.
Pemerintah juga melakukan pendidikan dan pelatihan yang ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 pasal 14. Kementerian Pendidikan Nasional
8
Republik Indonesia juga memberikan edaran kepada gubernur, bupati dan
walikota se-Indonesia perihal pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di
sekolah yang tertuang dalam surat edaran No. 70a/MPN/SE/2010. Untuk
mendukung pelaksanaan Sekolah/Madrasah Aman Bencana, secara khusus telah
diterbitkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pembangunan
Sekolah dan Madrasah Aman Bencana.Hingga November 2016, Bali memiliki 4
sekolah siaga bencana diantaranya SMPN 6 Negara, SMPN 2 Blahbatuh, SMPN 3
Bangli dan SMPN 2 Tabanan (Pusdalops-PB Provinsi Bali, 2015-2016). Dari
seluruh sekolah siaga bencana yang dibentuk, belum ada sekolah dasar yang
merupakan sekolah siaga bencana di Bali.
Penelitian Cindrawaty & Purborini (2015) menyatakan bahwa tingkat
kesiapsiagaan siswa terhadap bahaya lahar dingin di daerah Magelang masih
sangat kurang meskipun sudah diadakannya kampanye “1 juta sekolah dan rumah
sakit aman” di daerah tersebut. Dalam penelitian Chairummi. (2013)
menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan siswa SD mempunyai pengaruh
terhadap tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: ‘’Bagaimana hasil simulasi bencana terhadap
kesiapsiagaan bencana pada sekolah dan keluarga di SDN 1 Pejeng?’’
C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan berupa simulasi kesiapsiagaan bencana
kepada anak sekolah dasar SDN 1 Pejeng
2. Tujuan Khusus
a) Mensimulasikan kesiapsiagaan bencana kepada anak sekolah dasar di SDN 1
Pejeng
9
b) Meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana kepada anak sekolah
dasar di SDN 1 Pejeng
D. Manfaat kegiatan
Hasil kegiatan ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya
siswa SDN 1 Pejeng dalam menghadapi bencana, juga diharapkan menjadi
sumber atau awal terbentuknya kesiapsiagaan sekolah dasar dalam menghadapi
bencana.
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kerangka Konsep
Melalui bermain
11
B. Kesiapasiagaan bencana di Sekolah
1. Pengertian Kesiapsiagaan Bencana di Sekolah
Komunitas sekolah, sebagai salah satu dari stakeholder utama memiliki
peran yang besar dalam penyebaran pengetahuan tentang kebencanaan sejak
sebelum, saat, hingga setelah terjadinya bencana. Usaha dalam kesiapsiagaan
bencana di sekolah merupakan perwujudan dari Kerangka Aksi Hyogo
Framework 2005-2015 dan disempurnakan dalam Kerangka Aksi Sendai
Framework 2015-2030 yaitu peningkatan kesiapsiagaan untuk respon efektif dan
“membangun kembali dengan lebih baik” dalam proses pemulihan, rehabilitasi
dan rekonstruksi. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan di sekolah, Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia juga memberikan edarankepada
gubernur, bupati dan walikota se-Indonesia perihal pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana di sekolah yang tertuang dalam surat edaran No.
70a/MPN/SE/2010. Untuk mendukung pelaksanaan Sekolah/Madrasah Aman
Bencana, secara khusus telah diterbitkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun
2012 tentang Pembangunan Sekolah dan Madrasah Aman Bencana. Atas dasar
hukum tersebut, dibentuk Sekolah Siaga Bencana (SSB) atau Sekolah/Madrasah
Aman Bencana (SMAB). Hingga November 2016, Bali memiliki 4 sekolah siaga
bencana diantaranya SMPN 6 Negara, SMPN 2 Blahbatuh, SMPN 3 Bangli dan
SMPN 2 Tabanan, (Pusdalops PB Bali, 2015). Dari seluruh sekolah siaga bencana
yang dibentuk, belum ada sekolah dasar yang merupakan sekolah siaga bencana di
Bali.
12
Pengukuran meliputi pengetahuan tentang bencana, kejadian bencana yang
diketahui atau pernah dialami siswa, tanda awal terjadinya bencana, sumber
pengetahuan tentang bencana dan sikap bila terjadi suatu bencana.
13
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Mendukung sekolah
siapsiaga bencana
Ket :
___: kegiatan yang dilakukan
14
B. Realisasi pemecahan masalah
Pemecahan masalah kesiapsiagaan bencana sekolah pada sasaran
dilakukan melalui simulasi kesiapsiagaan bencana. Kegiatan diawali dengan
mengadakan kesepakatan dengan pihak SDN 1 Pejeng. Kegiatan pengabdian
masyarakat sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kemampuan kesiapsiagaan bencana
Identifikasi kemampuan kesiapsiagaan bencana pada anak sekolah dasar
dilakukan dengan Tanya jawab berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi.
Sasaran yang hadir sebanyak 60 orang siswa yang tergabung di dalam organisasi
polisis cilik perwakilan kelas III sampai kelas VI SDN 1 Pejeng.
2. Simulasi Kesipasiagaan Bencana
Simulasi dilakukan oleh tim dan dibantu oleh anggota kelompok KKN
IPE. Sasaran yang hadir saat simulasi sebanyak 60 orang. Simulasi dilaksanakan
selama 3 jam. Pemaparan materi selama 30 menit kemudian dilanjutkan dengan
diskusi dan dilanjutkan dengan simulasi keseiapsiagaan bencana gempa bumi
dengan metoda bermain. Pelaksana pengabdian masyarakat adalah tim mahasiswa
D IV Keperawatan dan dibantu oleh mahasiswa jurusan lain dalam kegiatan KKN
IPE Poltekkes Denpasar. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian
masyarakat yaitu waktu belajar siswa. Pemecahan kendala tersebut yaitu mengatur
waktu yang tepat sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas. Maka
waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian masysrakat ditetapkan pada saat jumat
pagi ketika ada kegiatan siswa melakukan bersih-bersih sekolah dan lingkungan
sekitarnya.
C. Khalayak sasaran
Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalah organisasi siswa polisi
cilik SDN 1 Pejeng. Desa Pejeng merupakan salah satu desa di wilayah
kecamatan Tampaksiring yang berpotensi terjadi gempa bumi. Sasaran berjumlah
60 orang.
D. Metoda kegiatan
15
Pengabdian masyarakat dilakukan dengan metoda memberikan layanan
simulasi kesiapsiagaan bencana gempa bumi. Simulasi dilakukan dengan metoda
bermain kepada organisasi siswa polisi cilik SDN 1 Pejeng. Permainan yang pakai
yaitu permainan tradisional ‘’meong-meongan’’. Permainan tersebut dimodifikasi
tertentu sehingga menciptakan kondisi bencana. Dalam permainan tersebut ada 1
orang yang menjadi ‘’Meong’’ yang akan menangkap tikus yang salah mencari
tempat perlindungan saat gempa terjadi. Terpilih juga 8 orang menjadi ‘’bikul’’
yang diumpamakan masyarakat yang terkena dampak bencana gempa bumi untuk
mencari tempat berlindung. Sisanya berkeliling mengelilingi ‘’meong’’ yang
berada ditengah lingkaran pada punggungnya diberi tulisan ‘’dapur, jendela,
kolong meja, lemari kaca, pintu dan lainnya’’. Permainan dimulai dengan
menyanyikan lagu ‘’meong-meong’’. Saat lagu sampai pada ‘’juk-meng, juk-kul’’
pemeran ‘’meong’’ akan berusaha keluar lingkaran untuk menangkap ‘’bikul’’.
‘’Bikul’’ pun akan lari menuju tempat perlindungan sesuai tulisan punggung
peserta lainnya. Dan terakhir ‘’bikul’’ harus mencapai titik aman berkumpul baru
dikatakan selamat. Setelah permainan tersebut diadakan diskusi. Permainan
dilanjutkan dengan mengganti pemeran.
16
E. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan pengabdian masyarakat akan dilaksanakan pada bulan Pebruari
tahun 2019. Jadual kegiatan sebagai berikut:
17
F. Alat dan bahan
Alat dan Bahan simulasi berupa tanda jalur evakuasi, titik aman
berkumpul, papan nama/peran.
H. Penilaian kegiatan
Penilaian kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan mulai dari proses
dan hasil. Hasil penilaian kegiatan tersebut dipaparkan dalam tabel berikut:
Tabel 2 Hasil Evaluasi Pengabdian Masyarakat di SDN 1 Pejeng
NO Kegiatan Kriteria Evaluasi Capaian/hasil
1 Identifikasi Kehadiran Sasaran berjumlah 60 orang
kemampuan sasaran hadir dalam identifikasi
kesiapsiagaan tersebut
bencana Jumlah sasaran 100% sasaran teridentifikasi
yang
teridentifikasi
2 Penyuluhan Kehadiran Sasaran berjumlah 60 orang
tentang sasaran hadir dalam penyuluhan
kesiapsiagaan tersebut
bencana Keaktifan 80% sasaran aktif dalam
sasaran proses penyuluhan
3 Simulasi Kehadiran Sasaran berjumlah 60 orang
kesiapsiagaan hadir dalam pelatihan
bencana Keaktifan 80% sasaran aktif dalam
sasaran proses pelatihan
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran lokasi pengabdian masyarakat
SDN 1 Pejeng berlokasi di belakang kantor desa Pejeng. Memiliki
beberapa gedung utama untuk kelas dan ruang guru serta kepala sekolah. Di
bagian tengahnya ada halaman tempat bermain bagi siswa.
2. Karakteristik sasaran
Karakteristik sasaran terdiri atas jenis kelamin dan umur. Karakteristik
sasaran berdasarkan jenis kelamin dipaparkan pada tabel berikut:
Kelas F %
III 10 16,7
IV 10 16,7
V 20 33,3
VI 20 33,3
Total 60 100,0
19
Jenis Kelamin F %
Laki-laki 35 58,34
Perempuan 25 41,66
Total 60 100,0
Kemampuan F %
kesiapsiagaan bencana
20
Baik 45 75,0
Cukup 15 25,0
Kurang 0 0,0
Total 40 100,0
B. Pembahasan
Hasil pengabdian masyarakat ini dadapatkan bahwa sasaran kebanyakan
memiliki kemampuan melakukan kesiapsiagaan bencana yang baik yaitu
sebanyak 45 orang (75,0%), 15 orang (25,0%) cukup dan tidak ada yang memiliki
kemampuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut sungguh-sungguh
dalam melakukan simulasi. Mulai dari pemaparan materi tentang kesiapsiagaan
bencana sampai dengan simulasi kesiapsiagaan bencana dengan metoda bermain.
Komunitas sekolah, sebagai salah satu dari stakeholder utama memiliki
peran yang besar dalam penyebaran pengetahuan tentang kebencanaan sejak
sebelum, saat, hingga setelah terjadinya bencana. Usaha dalam kesiapsiagaan
bencana di sekolah merupakan perwujudan dari Kerangka Aksi Hyogo
Framework 2005-2015 dan disempurnakan dalam Kerangka Aksi Sendai
Framework 2015-2030 yaitu peningkatan kesiapsiagaan untuk respon efektif dan
“membangun kembali dengan lebih baik” dalam proses pemulihan, rehabilitasi
dan rekonstruksi. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan di sekolah, Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia juga memberikan edaran kepada
gubernur, bupati dan walikota se-Indonesia perihal pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana di sekolah yang tertuang dalam surat edaran No.
70a/MPN/SE/2010. Untuk mendukung pelaksanaan Sekolah/Madrasah Aman
Bencana, secara khusus telah diterbitkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun
2012 tentang Pembangunan Sekolah dan Madrasah Aman Bencana. Atas dasar
21
hukum tersebut, dibentuk Sekolah Siaga Bencana (SSB) atau Sekolah/Madrasah
Aman Bencana (SMAB).
Penelitian Cindrawaty & Purborini (2015) menyatakan bahwa tingkat
kesiapsiagaan siswa terhadap bahaya lahar dingin di daerah Magelang masih
sangat kurang meskipun sudah diadakannya kampanye “1 juta sekolah dan rumah
sakit aman” di daerah tersebut. Dalam penelitian Chairummi. (2013)
menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan siswa SD mempunyai pengaruh
terhadap tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi.
22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Simulasi kesiapsiagaan bencana telah diberikan dan sasaran antusias dalam
menerima dan melakukannya
2. Kemampuan kesiapsiagaan bencana sasaran kebanyakan memiliki
kemampuan melakukan kesiapsiagaan bencana yang baik yaitu sebanyak 45
orang (75,0%), 15 orang (25,0 %) cukup dan tidak ada yang memiliki
kemampuan kurang.
B. Saran
Berdasarakan hasil pengabdian masyarakat ini maka dapat disarankan
kepada SDN 1 Pejeng untuk secara berkala melakukan simulasi kesiapsiagaan
bencana sehingga nantinya dapat mencegah korban bencana serta siswa menjadi
tangguh dalam menghadapi bencana khususnya gempa bumi
23
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Bali dan PPLH UNUD. 2006. Studi Identifikasi Potensi Bencana Alam
Di Provinsi Bali, LaporanPenelitian, BadanPerencanaan Pembangunan
Daerah Provinsi Bali dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga
Penelitian Universitas Udayana, Denpasar.
24
Lampiran 1
A. Nama permainan
Permainan yang digunakan dalam simulasi ini adalah permainan tradisional
bali yang dikenal dengana nama “Meong-Meongan’’
B. Peserta
Peserta dari permainan ini adalah siswa polisi cilik SDN 1 Pejeng yang
berjumlah 60 siswa
C. Peran dan tugas
Dalam permainan ini ada yang berperan menjadi fasilitator dan pemain
dengan rincian tugas sebagai berikut:
Peran Tugas
Fasilitator A. Menjelaskan cara melakukan permainan
B. Menjelaskan makna permainan
C. Menjelaskan tujuan permainan
D. Memfasilitasi permainan
E. Memilih peserta permainan
F. Member komando muali dan menyudahi
permainan
G. Melakukan evaluasi
25
b) Bergoyang-goyang seolah terdampak
getaran gempa bumi
c) Berusaha menghalangi meong yang keluar
D. Seting tempat
Permainan dilakukan di lapangan terbuka dengan membentuk lingkaran
Fasilitator
Meong
E. Skenario permainan
26
Permaianan meong-meongan merupakan permainan kucing mencari tikus.
Beberapa siswa akan dipilih peran sebagai meong dan bikul. Meongnya
diperankan oleh 1 orang dan bikul diperankan oleh 8-10 orang. Sisanya akan
berperan menjadi alat rumah tangga seperti jendel kaca, almari kaca, almari
kayu, pintu, kolong meja, kursi, jendela, dapur, kolong tempat tidur dan
lainnya. Alat rumah tangga tersebut akan dilabel pada siswa yang tidak
menjadi meong dan bikul.
28
Lampiran 2
Petunjuk Pengisian
A. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda check list (√) pada jawaban
yang sesuai.
B. Semua pertanyaan harus di jawab.
C. Setiap pertanyaan di isi dengan satu jawaban.
D. Bila ada yang kurang mengerti, silakan bertanya kepada peneliti.
1. Pengkajian Data Demografi
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
Laki-laki Perempuan
3. Umur : Tahun
4. Sekolah :
SDN ……………
5. Kelas :
IV V VI
29
b. Gunung meletus Ya Tidak
c. Tanah longsor Ya Tidak
d. Angin topan dan halilintar Ya Tidak
e. Pengeboran minyak Ya Tidak
4. Bencana alam apa saja yang bisa terjadi setelah gempa?
a. Tsunami Ya Tidak
b. Tanah longsor Ya Tidak
c. Banjir Ya Tidak
d. Kebakaran Ya Tidak
e. Amblasan tanah Ya Tidak
f. Gunung meletus Ya Tidak
5. Apakah hari dan jam terjadinya gempa Ya Tidak
bumi dapat diketahui?
6. Apakah ciri-ciri gempa kuat?
a. Gempa membuat pusing/limbung Ya Tidak
b. Gempa menyebabkan goncangan yang Ya Tidak
kencang/keras sehingga orang tidak
bisa berdiri
c. Getaran gempa terjadi cukup lama dan Ya Tidak
diikuti oleh gempa susulan yang lebih
kecil
d. Bangunan retak atau roboh Ya Tidak
7. Apabila terjadi gempa pada saat kamu berada disekolah, apa yang akan
kamu lakukan?
a. Berlindung pada meja yang kokoh Ya Tidak
sambil berpegangan pada kaki meja
b. Menjauh dari rak-rak buku/barang dan Ya Tidak
benda-benda yang tergantung
c. Menjauh dari jendela/dinding kaca Ya Tidak
d. Keluar ruangan secara teratur (tidak Ya Tidak
berdesak-desakan)
e. Berlari menuju lapangan terbuka saat Ya Tidak
terjadi gempa
8. Apakah setiap gempa bumi menyebabkan Ya Tidak
tsunami?
30