Suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat
membahayakan bagi diri sendiri atau pun orang lain (Sheila L. Videbeck, 2008)
Adaptasi Maladaftif
a. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan
tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada individu dan tidak
menimbulkan masalah.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tidak
reakstis atau hambatan dalam proses percakapan tujuan.
c. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak
pemalu, pendiam sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku yang tampak
dapat berupa : muka kusam , bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
e. Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol
diri, individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku kekerasan berawal dari halusinasi yang merupakan gangguan persepsi yang
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Seperti halusinasi
pendengaran yang sebenarnya tidak didengar oleh orang lain yang normal namun
individu yang tidak normal mendengar sesuatu yang baik atau buruk kemudian jika buruk
yang terjadi misal individu mendengar bisikan untuk memukul orang, maka akan
dipersepsikan pada realita dengan individu tampak menggenggam (mengepal) tangan,
wajah merah, mata melotot, otot tegang, bicara kasar, nada suara tinggi, merusak barang-
barang, susah diatur, banyak bicara, agresif. Apabila tidak dapat diatasi pasien akan
mengarah kepada perilaku kekerasandan akan berakibat pada risiko menciderai diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
5. Penatalaksanaan medis
a. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes (2000), jenis obat
psikofarmaka adalah :
1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa :agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-gejala lain yang
biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, mania depresif, gangguan
personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
2) Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilles de la
toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku berat
pada anak-anak. Dosis oral untuk dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi 6-15 mg
untuk keadaan berat. Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan
koma, penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek samping
nya sering mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah.
3) Trihexiphenidyl (TXP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
4) ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
b. Tindakan Keperawatan
Penatalaksanaan pada klien dengan perilaku kekerasanmeliputi (Videbeck,2001) :
1) Terapi Modalitas
a) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan bagi
semua klien ketika mencoba mengurangi atau menghilangkan agresif.
Aktivitas atau kelompok yang direncanakan seperti permainan kartu,
menonton dan mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal
memberikan klien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu
ketika klien tenang. Aktivitas juga melibatkan klien dalam proses terapeutik
dan meminimalkan kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan perhatian
perawat yang tulus terhadap klien dan kesiapan untuk mendengarkan
masalah pikiran serta perasaan klien. Mengetahui apa yang diharapkan
dapat meningkatkan rasa aman klien (Videbeck, 2001).
b) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama dalam
kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan diharapkan
memberi kontribusi kepada kelompok untuk membantu yang lain dan juga
mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok ditetapkan dan harus
dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Dengan menjadi anggota
kelompok, klien dapat mempelajari cara baru memandang masalah atau
cara koping atau menyelesaikan masalah dan juga membantunya
mempelajari keterampilan interpersonal yang penting (Videbeck, 2001).
c) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan
klien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah memahami bagaimana
dinamika keluarga memengaruhi psikopatologi klien, memobilisasi
kekuatan dan sumber fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku
keluarga yang maladaptive, dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah
keluarga (Steinglass dalam Videbeck, 2001).
d) Terapi Individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan pada
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilakunya.
Terapi ini memiliki hubungan personal antara ahli terapi dan klien. Tujuan
dari terapi individu yaitu memahami diri dan perilaku mereka sendiri,
membuat hubungan personal, memperbaiki hubungan interpersonal, atau
berusaha lepas dari sakit hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara klien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang sama
dengan tahap hubungan perawat-klien yaitu introduksi, kerja, dan terminasi.
Upaya pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi pemeliharaan
kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong upaya mempercepat klien
ke fase kerja sehingga memperoleh manfaat maksimal yang mungkin dari
terapi (Videbeck, 2001).
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga
(pelaku rawat). Tanda dan gejala perilaku kekerasandapat ditemukan dengan wawancara
melalui pertanyaan sebagai berikut:
Tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui observasi adalah
sebagai berikut:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Mondar mandir
g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
2. Masalah Keperawatan
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang diperoleh pada
pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat ditegakkan diagnosis keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
5. Implementasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang
aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan
tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan, perawat perlu memvalidasi apakah
rencana tindakan keperawatan masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada
saat ini (here and now). Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien
merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
6. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek
dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu evaluasi proses atau formatif dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Hasil evaluasi yang
diharapkan adalah:
Keliat, B. A,. 2009. Model Praktek Keperawatan Jiwa Profesional. Jakarta : EGC
Kusumawati, farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :salemba medika
Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Dermawan, Deden. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Keliat, B. A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.