Anda di halaman 1dari 9

ANALISA SINTESA DI INSTASALI GAWAT DARURAT RSUD

CILACAP

Disusun oleh :
Nama

: Wahyu Dianto

Nim

: 108111054

PRODI S-I KEPERAWATAN TINGKAT IV


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2014-2015

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMASANGAN


KATETER DI RUANG INSTASALI GAWAT DARUDAT RSUD CILACAP

Inisial pasien

: Tn. S

Diagnosa medis

: CRF

Tanggal masuk

: 8 Januari 2015

No. RM

: 965884

1. Diagnosa Keperawatan Dan Dasar Pemikiran


a. DS : Keluarga klien mengatakan klien tidak BAK selama 2 hari yang lalu
b. DO: produksi urin negative, TD : 90/60mmHg, S : 37C, Creatinin 200
mikromol/L, Natrium 150 mmol/L, Kalium 5,31 meq/I.
c. Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi
ginjal dan retensi natrium.
2. Dasar Pemikiran
Cronic renal feilur dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat kerusakan
metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang
nyata dan cepat serta terjadinya azotemia (Davidson, 1984). Biasanya penyakit ini
disertai oliguria (pengeluaran kemih < 400 ml/ hari). Karena pada CRF terjadi
penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan tonusitas medular yang
selanjutnya memperbesar reabsorbsi dari cairan tubular distal. Oleh karenanya
perubahan urine tipikal pada keadaan perfusi rendah. Volume urine menurun sampai
kurang dari 400 ml/ hari.
3. Tindakan Keperawatan Yang Dilakukan
Memasang kateter uretra.
4. Prinsip-Prinsip Tindakan
a. Gentle.
b. Sterilitas.
c. Adekuat lubrication.
d. Gunakan kateter sesuai ukuran.
5. Analisa Tindakan Keperawatan
Pemasangan kateter uretra dimaksudkan untuk pemantauan haluaran urin (output)
pada klien karena produksi urin klien negatif akibat dari penurunan sirkulasi ginjal
yang mengakibatkan peningkatan tonusitas medular yang selanjutnya memperbesar
reabsorbsi dari cairan tubular distal.

6. Bahaya Yang Mungkin Muncul


a. Infeksi.
b. Striktur uretra.

c.
d.
e.
f.

Ruptur uretra.
Perforasi buli-buli.
Pendarahan.
Balon pecah atau tidak bisa dikempeskan.

7. Hasil Yang Di Dapat Dan Maknanya


a. S : Pasien mengatakan perut tidak terasa penuh.
b. O : terdapat haluaran urin pada klien meskipun sedikit, S : 37C, Creatinin 180
mikromol/L Natrium 145 mmol/L, Kalium 5,25 meq/I.
c. A : Masalah belum teratasi ditandai dengan haluaran urin yang sedikit, kadar
creatinin, natrium, dan kalium mengalami penurunan namun belum sampai pada
rentang normal.
d. P : Pertahankan intervensi.
8. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan
a. Monitor TTV
b. Monitor BUN
c. Berikan diuretik sesuai kebutuhan
9. Evaluasi diri
Dalam mempersiapkan alat-alat sampai memasang kateter, akan lebih baik cuci
tangan terlebih dahulu . Dan selalu mempertahankan prinsip steril.
10. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC,
Jakarta.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC, Jakarta
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMBERIAN O2


MELALUI NON REBREATHING MASK DI RUANG INSTASALI GAWAT DARUDAT
RSUD CILACAP
Inisial pasien

: Tn. K

Diagnosa medis

: CHF

Tanggal masuk

: 7 Januari 2015

No. RM

: 965834

1. Diagnosa Keperawatan Dan Dasar Pemikiran


a. DS : b. DO : Frekuensi napas klien 40 kali/ menit; reguler; napas pendek, cepat, dan
dangkal, ada retraksi intercostalis, ada gerakan otot bantu pernapasan saat klien
bernapas, pengembangan paru kurang maksimal.
c. Diagnosa keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penumpukan cairan paru akibat oedem
2. Dasar pemikiran
Gagal jantung akan mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan
meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir
diastolik ventrikel), maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan ventrikel.
Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri
(LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan
LAP diteruskan ke belakang kedalam anyaman vaskuler paru-paru dan meningkatkan
tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler
paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskuler, maka akan terjadi terjadi transudasi
cairan kedalam intersisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan
drainase limfatik, maka akan terjadi edema intersisial.
3. Tindakan Keperawatan Yang Dilakukan
Pemberian O2 10 L/menit melalui non rebreathing mask (Normal pemberiannya: 1012 L/menit).
4. Prinsip- Prinsip Tindakan
a. Bersih
b. Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c. Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi/advis dokter
d. Prosedur pemberian O2 melalui non rebreathing mask 10 L/menit:
Persiapan alat:
1) Alat non rebreathing mask.
2) Humidifier dan air aquadest
Prosedur tindakan :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan tindakan
3) Pasangkan alat non rebreathing mask ke saluran humidifier.
4) Atur tekanan O2 yang akan diberikan yaitu 10 L/menit.
5) Pasangkan alat non rebreathing mask hingga tepat di hidung dan mulut klien.
6) Pastikan O2 yang diberikan bisa masuk ke dalam saluran pernapasan klien.
5. Analisa tindakan keperawatan

Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport oksigen yang adekuat


dalam darah sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O2. Dengan
mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat diharapkan masalah gangguan
pemenuhan oksigen di miokard dapat teratasi. Faktor yang menentukan oksigenasi
jaringan termasuk konsentrasi oksigen alveolar, difusi gas (oksigen) pada membran
alveokapilar, jumlah dan kapasitas yang dibawa oleh hemoglobin, dan curah jantung.
Pada klien dengan CHF terjadi penurunan COP karena kontraktilitas otot miokard
mengalami penurunan, kondisi ini mengakibatkan suplai darah ke jaringan tubuh
mengalami penurunan. Pemberian O2 pada klien dengan CHF bertujuan untuk
meningkatkan oksigenasi yang adekuat pada miokardium dan jaringan tubuh sehingga
suplai O2 untuk metabolisme di jaringan tubuh bisa terpenuhi. Pemberian O2 yang
adekuat maka dapat mengurangi kelelahan dan sesak nafas pada klien.
Pemberian oksigen lewat non rebreathing mask dimaksudkan untuk mencukupi
kebutuhan oksigen miokard dan seluruh tubuh mencapai 80-90%. O2 non rebrething
mask 10 L/menit ini cocok untuk pasien CHF dengan disertai komplikasi edema paru
karena pola napas klien tidak efektif dan difusi O2 di alveoli paru-paru mengalami
gangguan (penimbunan cairan di lapisan pleura).
6. Bahaya Yang Dapat Terjadi
Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang berlebihan adalah timbulnya
kondisi Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu tinggi.
Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori diantaranya adalah untuk
tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar penularan penyakit, penggunaan
nasal kanul yang tidak steril juga memperbesar penularan penyakit melalui secret dari
satu pasien ke pasien lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril
meningkatkan kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan terhirup
oleh klien.

7. Hasil Yang Di Dapat Dan Maknanya


S: O: -Terdengar bunyi ronkhi basah di kedua lapang paru kanan dan kiri.
-Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD = 90/50 mmHg, RR= 32 kali/menit,
Suhu= 36.5C, Saturasi oksigen= 95%
A : masalah teratasi.
P: posisikan pasien semi fowler.

8. Tindakan Keperawatan Yang Lain


a. Observasi tanda-tanda vital
b. Pertahankan tirah baring dan berikan posisi semi fowler
c. Pantau saturasi oksigen
9. Evaluasi Diri
Tindakan ini dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Setelah pemasangan
oksigen kaji respon klien.
10. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC,
Jakarta.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC, Jakarta.
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN NEBULIZER DI RUANG


INSTASALI GAWAT DARUDAT RSUD CILACAP
Inisial pasien

: Tn. E

Diagnosa medis

: CHF

Tanggal masuk

: 6 Januari 2015

No. RM

: 965884

1. Diagnosa Keperawatan Dan Dasar Pemikiran


a. DS: klien mengatakan bahwa ia merasakan sesak nafas ketika batuk, batuk
berdahak tapi agak susah dikeluarkan.
b. DO: klien tampak sesak, RR=34x/menit, tidak ada suara tambahan.
c. Diagnosa keperawatan: ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penurunan volume paru (edema paru).
2. Dasar Pemikiran

Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah
kembali ke sisi kanan jantung atau memberikan sirkulasi sistemik yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan organ-organ jaringan dalam tubuh. Komponen CHF mencakup
volume preload dan volume sirkulasi, afterload dan kontraktilita. Pada pasien gagal
jantung terdapat komplikasi kegagalan pompa pada vetrikel kanan. Hal ini
menyebabkan meningkatnya tekanan diastole yang kemudian berakibat pada adanya
bendungan pada atrium kanan. Dengan adanya bendungan akan menyebabkan
bendungan sistemik vena yang mengalir pada lien dan hepar. Aliran yang berlebih ini
akan menyebabkan splenomegali dna hepatomegali yang karena ukurannya akan
mendesak diafragma. Dari pergeseran diafragma inilah muncul sesak nafas yang
nantinya akan diperberat dengan komplikasi lainnya, seperti penurunan reflek batuk
yang menyebabakan penumpukan secret di paru sehingga mengakibatkan gangguan
pertukaran gas. Oleh sebab itu, diperlukan suatu terapi untuk mengatasi masalah
tersebut, yaitu dengan terapi inhalasi atau nebulizer.Terapi inhalasi merupakan suatu
metode yang mengubah obat cair menjadi aerosol, dihisap melalui masker/
Mouthpiece dan bekerja secara langsung ke target organ di saluran napas.
3. Tindakan Keperawatan Yang Dilakukan
Melakukan nebuliser combivent 1 amp dan flixotid 1 amp.
4. Prinsip-Prinsip
Nebuliser merupakan tindakan keperawatan dengan prinsip bersih karena bukanlah
tidakan invasif. Prinsip-prinsip pelaksanaan nebulizer, seperti menyiapkan alat-alat
dan bahan (mesin nebulizer dan masker, obat), klien diposisikan fowler/duduk. Suara
nafas, denyut nadi, status respirasi, dan saturasi oksigen diukur sebelum dan sesudah
tindakan. Ajarkan klien cara menghirup yang benar.

5. Analisa Tindakan Keperawatan


Tujuan dilakukan nebulizer adalah mengencerkan secret, mengobati peradangan
saluran napas atas, melegakan saluran napas. Terapi nebulizer dapat diberikan
langsung pada tempat/sasaran aksinya (seperti paru) oleh karena itu dosis yang
diberikan rendah, dosis yg rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik dan efek
samping sistemik, pengiriman obat melalui nebulizer ke paru sangat cepat, sehingga
aksinya lebih cepat dari pada rute lainnya seperti subkutan atau oral, udara yang
dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat membantu mengeluarkan sekresi
bronchus. Perawat langsung menyiapkan alat-alat untuk nebuliser seperti alat
nebuliser, masker oksigen disambungkan dengan selang pada mesin nebuliser, obat
yang dimasukkan (combivent 1 amp dan flixotid 1 amp). Sakelar dalam mesin
nebuliser dihubungkan dengan sumber listrik. Tn. E diposisikan fowler, combivent
dan flixotid kemudian dimasukkan dalam tabung di dalam nebuliser. Memasang
masker oksigen pada klien, kemudian menekan tombol on. Maka uap obat akan
mengalir dari mesin nebuliser ke masker oksigen dan akhirnya akan dihirup oleh
klien. Perawat mengajarkan cara menghirup yang benar. Setelah obat habis, nebulizer
dimatikan dan klien kembali memakai kanul oksigen. Ketika hendak melakukan

nebuliser, perawat tidak cuci tangan terlebih dahulu, dan tidak menggunakan sarung
tangan, paling tidak sarung tangan bersih. Wadah nebulizer untuk cairan obat tidak
dibersihkan. Wadah dalam nebulizer sebaiknya dibersihkan setelah dipakai, yaitu
dengan membuang sisa obatnya, dibersihkan dengan air panas dan sabun setelah
dipakai, dibersihkan dengan disinfektan setiap 24 jam bila penggunaan setiap hari.
Perawat juga hanya mengkaji frekuensi nafas, dan suara napas sebelum dan sesudah
tindakan.
6. Bahaya Yang Dapat Terjadi
a. Pengendapan aerosol di dalam saluran pernapasan.
b. Mual.
c. Muntah.
d. Tremor.
e. Bronkospasme.
f. Takikardi.
7. Hasil Yang Di Dapat Dan Maknanya
S: pasien mengatakan sudah lega, sesak napas berkurang, rasa ingin batuk berkurang.
O: irama napas teratur, frekuensi 20x/menit, suara nafas vesikuler tidak ada bunyi
nafas tambahan
A: masalah teratasi
P: anjurkan pasien untuk napas dalam, batuk efektif, minum air putih hangat.
8. Tindakan Keperawatan Lain
a. Pemeriksaan suara napas.
b. Memposisikan semifowler/fowler.
c. Melakukan fisioterapi dada.
d. Pemberian bronkodilator.
9. Evaluasi Diri
Dalam mempersiapkan alat-alat sampai melakukan nebuliser, akan lebih baik jika cuci
tangan terlebih dahulu. Membersihkan masker oksigen dengan kapas alkohol,
membuang sisa obat dan membersihkan wadah dalam nebuliser dengan air hangat dan
sabun. Suara nafas, denyut nadi, status respirasi, dan saturasi oksigen diukur sebelum
dan sesudah tindakan.
10. Daftar Pustaka
Linda A.Sowden; Lynn Bezt.Cecilin. 2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri.EGC:
Jakarta.
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI.
TerapiInhalasi.Upload:1Mei2009.http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/7001ab
ad927d536232531639aaf2b156d9e1ea62.pdf .Diakses tanggal 22 November 2012.
Layman, ME. Nebuliser Therapy, dalam buku Emergency Nursing Procedures. Edisi
ke-2 oleh Jean A Proehl. USA: W.B. Saunders Company.
Kusyati, E. et al. Keterampilan dan prosedur Keperawatan Dasar. Semarang: Kilat
Press. 2003.

Winariani. Perbedaan Fungsi Paru Pasien PPOK Yang Menggunakan Terapi


Nebulizer Dengan Terapi Intravena di Ruang Paviliun Cempaka RSUD Jombang.
Update:Minggu,04Desember2011.http://ktiskripsikedokteran.blogspot.com/2011/12/p
erbedaan-fungsi-paru-pasien-ppok-yang.html. Diakses tanggal 22 November 2012.

Anda mungkin juga menyukai