DI SUSUN
OLEH:
KELOMPOK : 6
SARMILA KHAIRA
CUT DILLA FAZIRA
TRISNA DEWI
AZAN
FARAH NADIA
SEMESTER : VI-B
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang maha pemurah lagi maha penyayang,
yang selalu melimpahkan karunianya kepada kita semua. Dan shalawat juga jangan
lupa kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Terima kasih saya sampaikan kepada dosen pembimbing mata pelajaran yang telah
mengarahkan Kami sehingga terselesainya penulisan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Kejang Demam Pada Anak” hingga selesai.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini kami
sambut dengan senang hati.
Penyusun,
1
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4
A. Konsep Dasar Penyakit Kejang Demam........................................................4
2.1 Defenisi...............................................................................................4
2.2 Etiologi...............................................................................................4
2.3 Klasifikasi Kejang Demam.................................................................7
2.4 Fatofisiologi Kejang Demam.............................................................7
2.5 Pathwaykejang Demam......................................................................9
2.6 Manifestasi Klinis Kejang Demam....................................................9
2.7 Komplikasi Kejang Demam...............................................................10
2.8 Pemeriksaan Diagnostic Kejang Demam...........................................11
2.9 Penatalaksaan Kejang Demam...........................................................11
B. Asuhan Keperawatan Kejang Demam............................................................8
Daftar Pustaka......................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dipastikan. Berdasarkan hasil survey di indonesia terdapat 15 kasus kejang demam,
80% (11 kasus) disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan, 2 pasien kejang demam
meninggal dengan observasi Meningitis dan Enchepalitis. Hasil rekam medis rumah
sakit anak dan bunda harapan kita jakarta tahun 2008-2010, terdapat 86 pasien
dengan kejang 41 (47,7%) pasien diantaranya mengalami kejang berulang. Angka
kematian di indonesia sebesar 44/1000 kelahiran hidup, atau lebih dari 200.000 balita
indonesia yang meninggal setiap tahunya.
4
9. Mahasiswa mengetahui bagaimana penatalaksanaan kejang demam
10. Mahasisiwa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien kejang
demam
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 Etiologi
1. Belum di ketahui sebab pasti
2. Faktor resiko yang penting demam
3. Demam sering disebabkan: ISPA, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan
ISK.
4.faktor resiko lainnya: Riwayat kejang demam pada keluarga, problem pada
masa neonatus, kadar natrium rendah.
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam
diantaranya :
a. Faktor-faktor prinatal
6
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
7
Naiknya suhu di hipotalamus otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran
mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron.
Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion
Kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel. Peristiwa inilah yang diduga
dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul
kejang.Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami
penurunan respon kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami
spasme sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh
penutupan lidah dan spasme bronkus (Riyadi dan Sujono, 2009).
Konsep sederhananya:
1. Kenaikan suhu tubuh 1 derajat Celcius
2. Kemudian terjadinya metabolisme basal meningkat antara 10 sampai 15%
3. Kemudian juga terjadinya peningkatan akan kebutuhan O2 ±20%.
4. terjadinya perubahan keseimbangan atau membran sel neuron.
5. Kemudian difusi melalui membran ion K+ yang lebih tinggi dari pada ion
Na+
6. Lepas muatan listrik maka terjadilah kejang.
8
2.5 Pathway
9
e. Gerakan klonik.
f. Lidah/pipinya tergigit.
g. Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
h. Gangguan pernapasan.
i. Apne.
j. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
2.7 Komplikasi
1. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
2. Retradasi mental adalah kondisi sebelum 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ –nya dibawah 70) dan sulit
beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kejang berulang kali adalah kejang yang terjadi selama 2 kali atau lebih
dalam 24 jam.
4. Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang tampak sehat atau
sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat disfungsi
otak sesaat, dimanifestasikan sebagai fenomena motoric, sensorrik,
otonomik, atau psikis yang abnormal.
5. Hemiparesea adalah kondisi dimana terjadinya kelemahan pada sebelah
atau sebagian kanan atau kiri tubuh (lengan, tungkai, dan wajah) yang
berlawanan dengan lesi yang terjadi di otak. (Santosa, 2006)
6. Aspirasi adalah menghirup partikel kecil makanan atau tetes cairan
kedalam paru-paru.
10
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan
yang berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan, indikasi lumbal pungsi pada anak dengan
kejang demam meliputi :
Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis
sering tidak jelas.
Bayi antara 12 bulan sampai 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal
pungsi kecuali bukan meningitis.
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
4. Pemeriksaan foto kepala, CT scan atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neurologis karna hamper semuanya menunjukkan gambaran normal.
CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang lokal untuk mencari
lesi organik di otak. (Nuratif dan Kusuma, 2015).
2.9 Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kejang demam ada tiga hal yang perlu dikerjakan, yaitu:
1. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang dimiringkan dan dipasang tongue spatel :
Untuk mencegah aspirasi ludah atau muntah.
Jalan nafas harus bebas , agar oksigeisasi terjamin.
Diazepam digunakan melalui intravena.
2. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis
3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam pada anak.
11
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM
1. Pengkajian
a.Anamnesis
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua,pekerjaan orang tua, penghasilan
orang tua. Wong (2009), mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi
setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien mengalami
kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam kompleks biasanya
mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu makan
anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya tergantung pada jenis kejang
demam yang dialami anak.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Menanyakan kepada orang tua anak/keluarga anak apakah sebelum nya anak
pernah di rawat atau mengalami penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji, kemungkinan ada keluarga yang
pernah menderita kejang demam.
2) Pemeriksaan fisik
1. TTV
2. Pemeriksaan rangsang meningeal:
Pemeriksaan kaku kuduk
12
Tanda brudzinski 1 dan 2
Tanda jernih
Pada kejang demam rangsangan (-)
3. Pemeriksaan refleks neurologis
Untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi SSP atau meningitis ensefalitis.
1. Refleks fisiologis
-biseps, triseps, KPR, APR (++/++)
2. Refleks patologis
- babinski, oppenheim, caddok, hoffman (bayi normal pada bayi 18 bulan)
Pada kejang demam reflek patologis (-)
2. Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA NIC NOC
1. Hipetermia
2. Resiko cedera
3. Ketidakefektifan pola nafas
4. Resiko aspirasi
5. Ketidakefektifan termoregulasi
6. Resiko keterlambatan perkembangan
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Hipertermi Tujuan dan kriteria hasil: 1. Perawatan bayi baru lahir
1. Menunjukkan termoregulasi 2. Tindakan pencegahan hipertensi
2. Tidak memperlihatkan malignan
berkeringat menggigil dan 3. Surveilans
merinding 4. Regulasi suhu
Setelah dilakukan perawatan 5. Regulasi suhu: Intra operatif
pasien tidak diharapkan: 6. Pemantauan tanda-tanda vital
1. Tidak mengalami gangguan
peningkatan suhu tubuh.
2. Tidak adanya hipotermia.
13
2. Resiko Tujuan dan kriteria hasil: 1. Dukungan perlindungan terhadap
cedera 1. Resiko cidera akan menurun kekerasan
2.pengendalian resiko akan 2. Menajemen alergi
diperlihatkan 3. Manajemen lingkungan: keamanan
Setelah dilakukan perawatan 4. Pencegahan jatuh
pasien diharapkan: 5. Kewaspadaan latex
1. Perilaku keamanan personal 6. Kewaspadaan hipertermia maligna
2. Memantau faktor resiko 7. Restrain fisik
perilaku individu dan 8. Manajemen tekanan 9. identifikasi
lingkungan. resiko 10. pencegahan cedera olahraga:
3. Memodifikasi gaya hidup remaja
untuk mengurangi resiko. 11. surveilans keamanan
14
kemudahan bernafas
3. Tidak adanya gangguan
suara nafas tambahan.
4. Resiko Tujuan dan kriteria hasil: 1. Manajemen jalan nafas
Aspirasi 1. Tidak akan mengalami 2. Kewaspadaan aspirasi
aspirasi 3. Pemosisian
2. menunjukkan pencegahan 4. Pemantauan pernafasan
aspirasi 5. Terapi menelan
Setelah dilakukan perawatan 6. Penyuluhan titik2 keamanan bayi
pasien diharapkan : 7. Manajemen muntah
1. status pernafasan: ventilasi
tidak mengalami gangguan
2. ditampilkan memposisikan
diri sendiri tegak saat makan
dan minum
5. Ketidakefekti Tujuandankriteriahasil: 1. Pemantauan bayi baru lahir
fan 1.Menunjukkantermoregulasi 2. Perawatan bayi baru lahir
termoregulas 2.Tidakmemperlihatkanberkerin 3. Regulasi suhu tubuh
i gatmenggigildanmerinding 4. Regulasi suhu tubuh :intra bedah
Setelahdilakukanperawatanpasi
entidakdiharapkan:
1.Tidakmengalamigangguanpen
ingkatansuhutubuh.
2.Tidakadanyahipetermia
6. Resiko Tujuan dan kriteria hasil: 1.Dukunganperlindunganterhadapkeker
keterlambata 1. Anak akan mencapai penanda asan
n perkembangan yaitu tidak 2.Manajemenperilaku:aktivitasberlebih
perkembanga mengalami keterlambatan 25% anataukurangperhatian
n atau lebih. 3.Dukunganpemberiasuhan
15
Setelah dilakukan perawatan 4.Asuhanperkembangan
pasien diharapkan: 5.Edukasiorangtua:keluargachildrearing
1.Tidakmengalamigangguanpen .
ingkatansuhutubuh. 6.Identifikasiresiko
2.Tidakadanyahipotermia. 7.Penyuluhan:nutrisibayi.
8.Penyuluhan:nutrisibalita
16
mengatakan bahwa
anak kerap terjatuh
perasaan malam hari
O: lingkungan anak
tidak aman dan
nyaman untuk anak
A: masalah teratasi
P: implementasi di
hentikan.
3. Ketidakefektifan pola nafas 1. Pengisapan lendir S: orang tua anak
pada jalan nafas mengatakan
2.manajemen batuk bahwa anaknya
3. Manajemen nyeri sesak nafas
4. Manajemen energi O: terlihat adanya
5. Monitor cairan. perubahan
ekskursi dada,
takipnea, fase
ekspirasi
memanjang.
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan
4. Resiko aspirasi 1.Fisioterapidada S: -
2.Pengaturanposisi O: terlihat ada
3.Identifikasirisiko nya gangguan
4.Monitortanda- menelan pada
tandavital anak, terjadinya
5.Monitorpernafasan penekanan reflek
17
batuk dan
muntah.
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan.
5. Ketidakefektifantermoregulasi 1. Memandikan S: orang tua anak
2. Manajemen mengatakan
lingkungan bahwa anaknya
3. Monitor cairan mengalami
4. Monitor TTV kejang menggigil
5. Perawatan demam kulit anak merah-
merah.
O: anak terlihat
pucat, usia yang
ekstrem, fluktuasi
suhu lingkungan,
adanya penyakit
dan trauma
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan
6. Resikoketerlambatanperkembanga 1. Modifikasi S: -
n perilaku: O: terlihat bahwa
keterampilan- wa lewat
keterampilan sosial perawatan
2. Pendidikan orang pranatal yang
tua keluarga dilakukan
18
membesarkan anak terlambat atau
3. Peningkatan kurang.
koping Dan adanya
4. Manajemen alam kerusakan otak
perasaan misalnya
5. Pengajaran: pendarahan pasca
latihan toilet Natal, anak juga
terlihat adanya
retardasi mental
atau
ketidakmampuan
belajar.
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi
antara 3 bulan sampai 5 tahun berhubungan demam tetapi tidak pernah terbukti
adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Masnjoer Arief, 2000).Kejang
demam adalah kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang
19
berkaitan dengan demam, namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial
atau penyebab yang jelas (Roy,Meadow,2005).
Kejang demam merupakan akibat dari pembebasan litrik yang tidak terkontrol
dari sel syaraf dari sel saraf korteks serbral yang di tandai dengan serangan
tibatiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktivitas motorik atau gangguan
terutama sensorik (Doengoes, 2000).
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaiklan suhu tubuh( suhu rectal di atas 38ºC), yang disebabkan oleh proses
ekstragnium.
DAFTAR PUSTAKA
20
Marwan, R. (2017). Faktor yang Berhubungan Dengan Penanganan Pertama Kejadian
Kejang Demam Pada Anak Usia 6 bulan - 5 tahun di puskesmas. Caring
Nursing Journal , Vol. 1 No. 1.
Nisa, H. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Kejang
Demam pada Balita di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2012. Jurnal
Kebidanan .
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ridha, H. N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riandita, A. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam
Dengan Pengelolaan Demam pada Anak. (Skripsi) .
Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sujono, R., & Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Swasanti, N., & Putra, S. W. (2016). Pertolongan Pertama pada Anak Sakit :
21