Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA ANAK

DI SUSUN

OLEH:

KELOMPOK : 6
SARMILA KHAIRA
CUT DILLA FAZIRA
TRISNA DEWI
AZAN
FARAH NADIA

SEMESTER : VI-B

DOSEN PEMBIMBING : Ns. NANDA FITRIA, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWTAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang maha pemurah lagi maha penyayang,
yang selalu melimpahkan karunianya kepada kita semua. Dan shalawat juga jangan
lupa kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW.

Terima kasih saya sampaikan kepada dosen pembimbing mata pelajaran yang telah
mengarahkan Kami sehingga terselesainya penulisan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Kejang Demam Pada Anak” hingga selesai.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini kami
sambut dengan senang hati.

Lhokseumawe. Mei 2021

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................i


Daftar Isi................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4
A. Konsep Dasar Penyakit Kejang Demam........................................................4
2.1 Defenisi...............................................................................................4
2.2 Etiologi...............................................................................................4
2.3 Klasifikasi Kejang Demam.................................................................7
2.4 Fatofisiologi Kejang Demam.............................................................7
2.5 Pathwaykejang Demam......................................................................9
2.6 Manifestasi Klinis Kejang Demam....................................................9
2.7 Komplikasi Kejang Demam...............................................................10
2.8 Pemeriksaan Diagnostic Kejang Demam...........................................11
2.9 Penatalaksaan Kejang Demam...........................................................11
B. Asuhan Keperawatan Kejang Demam............................................................8

BAB III PENUTUP............................................................................................


3.1 Kesimpulan................................................................................................ 15
3.2 Saran.......................................................................................................... 15

Daftar Pustaka......................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan kesehatan yang sering dialami anak-anak adalah kurang gizi,
diare,batuk pilek, kejang demam, alergi dan asma. Salah satu penyakit yang sering
dialami pada anak usia 6 bulan - 5 tahun diantara penyakit yang di atas adalah
kejangdemam merupakan penyakit yang menyerang persyarafan atau gangguan
Neurologis, kejang demam sendiri biasanya dicetuskan oleh infeksi serupa infeksi
virus pada telinga, faring atau saluran cerna, serangan yang cepat itulah yang dapat
menjadikan anak mengalami penurunan respon kesadaran, kejadian ini terjadi pada
bayi dan anak biasanya terjadi antara 3 bulan sampai 5 tahun.
Tanda gejala yang sering muncul pada penderita kejang demam pada anak
beragam mulai dari yang ringan hingga yang berat. Bahaya kejang demam dapat
mengganggu perkembangan dan kelainan neurologis, akan terdapat IQ yang lebih
rendah dibanding dengan saudaranya dan apabila tidak segera ditangani dapat
mengakibatkan kematian (Mansjoer, Arief, 2000).Data WHO yang diungkapkan
Unicef pada tahun 2010, Tercatat jumlah kematian anak akibat kejang dibawah usia 5
tahun sebanyak 7,6 juta, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan angka tahun 1990,
yaitu sekitar 12.000 kasus/hari dibandingkan 10 tahun silam. sementara jika
dibandingkan dengan angkakelahiran, angka kematian balita kurang dari 88 kasus
menjadi 57 kasus tiap 100.000 kelahiran hidup mencapai 12 juta kematian.
Beberapa negara memang masih mencatat angka kematian yang cukup tinggi,
seperti : Filipina sekitar 85.400 kematian balita akibat kejang demam, Malaysia angka
kematian balita sebesar 6,1 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sementara itu pada
tahun 2012 kejadian kejang demam di Asiadilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80%-
90% dari seluruh kejang demam sesderhana.Indonesia pada tahun 2008, terdapat 5
(6,5%) diantara 83 pasien kejang demam menjadi Epilepsi, sekitar 16% anak akan
mengalami kekambuhan dalam 24 jam pertama walaupun adakalanya belum bisa

3
dipastikan. Berdasarkan hasil survey di indonesia terdapat 15 kasus kejang demam,
80% (11 kasus) disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan, 2 pasien kejang demam
meninggal dengan observasi Meningitis dan Enchepalitis. Hasil rekam medis rumah
sakit anak dan bunda harapan kita jakarta tahun 2008-2010, terdapat 86 pasien
dengan kejang 41 (47,7%) pasien diantaranya mengalami kejang berulang. Angka
kematian di indonesia sebesar 44/1000 kelahiran hidup, atau lebih dari 200.000 balita
indonesia yang meninggal setiap tahunya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari kejang deman
2. Apa etiologi kejang deman
3. Bagaimana klasifikasi dari kejang demam
4. Bagaimana patofisiologi kejang deman
5. Bagaimana pathway kejang demam
6. Bagaimana manifestasi klinis kejang demam
7. Apa saja komplikasi kejang demam
8. Apa pemeriksaan diagnostic kejang demaam
9. Bagaimana penatalaksanaan kejang demam
10. Bagaimana asuhan keperawatan pasien kejang demam

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa mengetahui apa definisi dari kejang deman
2. Mahasiswa mengetahui apa etiologi kejang demam
3. Mahasiswa mengetahui bagaimana klasifikasi kejang demam
4. Mahasisiwa mengetahui patofisiologi kejang demam
5. Mahasiswa mengetahui bagaimana pathway kejang demam
6. Mahasiswa mengetahui bagaimana manifestasi klinis kejang demam
7. Mahasiswa mengetahui apa saja komplikasi kejang demam
8. Mahasiswa mengetahui apa pemeriksaan diagnostic kejang deam

4
9. Mahasiswa mengetahui bagaimana penatalaksanaan kejang demam
10. Mahasisiwa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien kejang
demam

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit Kejang Demam


2.1 Definisi Kejang Demam
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara 3
bulan sampai 5 tahun berhubungan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu (Masnjoer Arief, 2000).Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan
demam, namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang
jelas (Roy,Meadow,2005).
Kejang demam merupakan akibat dari pembebasan litrik yang tidak terkontrol
dari sel syaraf dari sel saraf korteks serbral yang di tandai dengan serangan tibatiba
terjadi gangguan kesadaran ringan aktivitas motorik atau gangguan terutama sensorik
(Doengoes, 2000).
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaiklan suhu tubuh( suhu rectal di atas 38ºC), yang disebabkan oleh proses
ekstragnium.

2.2 Etiologi
1. Belum di ketahui sebab pasti
2. Faktor resiko yang penting demam
3. Demam sering disebabkan: ISPA, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan
ISK.
4.faktor resiko lainnya: Riwayat kejang demam pada keluarga, problem pada
masa neonatus, kadar natrium rendah.
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam
diantaranya :
a. Faktor-faktor prinatal

6
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi

2.3 Klasifikasi Kejang Demam


A. Kejang demam sederhana
1) Kejang berlangsung singkat kurang dari 15 menit.
2) Tidak berulang dalam waktu 24 jam .
3) bentuk kejang umum ( tonik atau klonik)
4) sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan
berhenti sendiri.
B. Kejang demam komplek
1) Kejang berlangsung lama >15 menit
2) Kejang lokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

2.4 Patofisiologi Kejang Deman


Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar cranial seperti tonsillitis, otitis media
akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksis
yang di hasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh memalui
hematogen maupun limfogen.penyebaran toksis ke seluruh tubuh akan direspon oleh
hipotalamus dengan menaikan pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang
kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi
peningkatan kontraksi otot.

7
Naiknya suhu di hipotalamus otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran
mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron.
Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion
Kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel. Peristiwa inilah yang diduga
dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul
kejang.Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami
penurunan respon kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami
spasme sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh
penutupan lidah dan spasme bronkus (Riyadi dan Sujono, 2009).
Konsep sederhananya:
1. Kenaikan suhu tubuh 1 derajat Celcius
2. Kemudian terjadinya metabolisme basal meningkat antara 10 sampai 15%
3. Kemudian juga terjadinya peningkatan akan kebutuhan O2 ±20%.
4. terjadinya perubahan keseimbangan atau membran sel neuron.
5. Kemudian difusi melalui membran ion K+ yang lebih tinggi dari pada ion
Na+
6. Lepas muatan listrik maka terjadilah kejang.

8
2.5 Pathway

2.6 Manifestasi Klinis


Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien
dengan kejang demam diantaranya :
a. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
b. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
c. Kulit pucat dan membiru
d. Akral dingin

9
e. Gerakan klonik.
f. Lidah/pipinya tergigit.
g. Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
h. Gangguan pernapasan.
i. Apne.
j. Suhu tubuh mencapai >38⁰C

2.7 Komplikasi
1. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
2. Retradasi mental adalah kondisi sebelum 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ –nya dibawah 70) dan sulit
beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kejang berulang kali adalah kejang yang terjadi selama 2 kali atau lebih
dalam 24 jam.
4. Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang tampak sehat atau
sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat disfungsi
otak sesaat, dimanifestasikan sebagai fenomena motoric, sensorrik,
otonomik, atau psikis yang abnormal.
5. Hemiparesea adalah kondisi dimana terjadinya kelemahan pada sebelah
atau sebagian kanan atau kiri tubuh (lengan, tungkai, dan wajah) yang
berlawanan dengan lesi yang terjadi di otak. (Santosa, 2006)
6. Aspirasi adalah menghirup partikel kecil makanan atau tetes cairan
kedalam paru-paru.

10
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan
yang berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan, indikasi lumbal pungsi pada anak dengan
kejang demam meliputi :
 Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis
sering tidak jelas.
 Bayi antara 12 bulan sampai 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal
pungsi kecuali bukan meningitis.
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
4. Pemeriksaan foto kepala, CT scan atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neurologis karna hamper semuanya menunjukkan gambaran normal.
CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang lokal untuk mencari
lesi organik di otak. (Nuratif dan Kusuma, 2015).

2.9 Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kejang demam ada tiga hal yang perlu dikerjakan, yaitu:
1. Pengobatan fase akut
 Pada waktu kejang dimiringkan dan dipasang tongue spatel :
 Untuk mencegah aspirasi ludah atau muntah.
 Jalan nafas harus bebas , agar oksigeisasi terjamin.
 Diazepam digunakan melalui intravena.
2. Mencari dan mengobati penyebab
 Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis
3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam pada anak.

11
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM
1. Pengkajian
a.Anamnesis
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua,pekerjaan orang tua, penghasilan
orang tua. Wong (2009), mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi
setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien mengalami
kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam kompleks biasanya
mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu makan
anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya tergantung pada jenis kejang
demam yang dialami anak.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Menanyakan kepada orang tua anak/keluarga anak apakah sebelum nya anak
pernah di rawat atau mengalami penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji, kemungkinan ada keluarga yang
pernah menderita kejang demam.
2) Pemeriksaan fisik
1. TTV
2. Pemeriksaan rangsang meningeal:
 Pemeriksaan kaku kuduk

12
 Tanda brudzinski 1 dan 2
 Tanda jernih
Pada kejang demam rangsangan (-)
3. Pemeriksaan refleks neurologis
Untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi SSP atau meningitis ensefalitis.
1. Refleks fisiologis
-biseps, triseps, KPR, APR (++/++)
2. Refleks patologis
- babinski, oppenheim, caddok, hoffman (bayi normal pada bayi 18 bulan)
Pada kejang demam reflek patologis (-)
2. Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA NIC NOC
1. Hipetermia
2. Resiko cedera
3. Ketidakefektifan pola nafas
4. Resiko aspirasi
5. Ketidakefektifan termoregulasi
6. Resiko keterlambatan perkembangan
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Hipertermi Tujuan dan kriteria hasil: 1. Perawatan bayi baru lahir
1. Menunjukkan termoregulasi 2. Tindakan pencegahan hipertensi
2. Tidak memperlihatkan malignan
berkeringat menggigil dan 3. Surveilans
merinding 4. Regulasi suhu
Setelah dilakukan perawatan 5. Regulasi suhu: Intra operatif
pasien tidak diharapkan: 6. Pemantauan tanda-tanda vital
1. Tidak mengalami gangguan
peningkatan suhu tubuh.
2. Tidak adanya hipotermia.

13
2. Resiko Tujuan dan kriteria hasil: 1. Dukungan perlindungan terhadap
cedera 1. Resiko cidera akan menurun kekerasan
2.pengendalian resiko akan 2. Menajemen alergi
diperlihatkan 3. Manajemen lingkungan: keamanan
Setelah dilakukan perawatan 4. Pencegahan jatuh
pasien diharapkan: 5. Kewaspadaan latex
1. Perilaku keamanan personal 6. Kewaspadaan hipertermia maligna
2. Memantau faktor resiko 7. Restrain fisik
perilaku individu dan 8. Manajemen tekanan 9. identifikasi
lingkungan. resiko 10. pencegahan cedera olahraga:
3. Memodifikasi gaya hidup remaja
untuk mengurangi resiko. 11. surveilans keamanan

3. Ketidakefekti Tujuan dan kriteria hasil: 1. Manajemen jalan nafas


fan pola 1.Menunjukkan pola pernafasan 2. Pengisapan jala nafas
nafas efektif 3. Manajemen alergi
2.Menunjukkan status 4. Manajemen anafilaksia
pernafasan: ventilasi tidak 5. Manajemen jalan nafas buatan
terganggu 6. Manajemen asma
3. Menunjukkan tidak adanya 7. Manajemen ventilasi mekanik :
gangguan status pernafasan: invasif.
ventilasi 8. Penyapihan ventilator mekanis
Setelah dilakukan perawatan 9. Pemantauan pernapasan
pasien diharapkan: 10. Bantuan ventilasi
1. Tidak ada penyimpangan 11. Pemantauan TTV.
tanda-tanda vital dari
rentang normal
2. Tidak ada gangguan
kedalaman inspirasi dan

14
kemudahan bernafas
3. Tidak adanya gangguan
suara nafas tambahan.
4. Resiko Tujuan dan kriteria hasil: 1. Manajemen jalan nafas
Aspirasi 1. Tidak akan mengalami 2. Kewaspadaan aspirasi
aspirasi 3. Pemosisian
2. menunjukkan pencegahan 4. Pemantauan pernafasan
aspirasi 5. Terapi menelan
Setelah dilakukan perawatan 6. Penyuluhan titik2 keamanan bayi
pasien diharapkan : 7. Manajemen muntah
1. status pernafasan: ventilasi
tidak mengalami gangguan
2. ditampilkan memposisikan
diri sendiri tegak saat makan
dan minum
5. Ketidakefekti Tujuandankriteriahasil: 1. Pemantauan bayi baru lahir
fan 1.Menunjukkantermoregulasi 2. Perawatan bayi baru lahir
termoregulas 2.Tidakmemperlihatkanberkerin 3. Regulasi suhu tubuh
i gatmenggigildanmerinding 4. Regulasi suhu tubuh :intra bedah
Setelahdilakukanperawatanpasi
entidakdiharapkan:
1.Tidakmengalamigangguanpen
ingkatansuhutubuh.
2.Tidakadanyahipetermia
6. Resiko Tujuan dan kriteria hasil: 1.Dukunganperlindunganterhadapkeker
keterlambata 1. Anak akan mencapai penanda asan
n perkembangan yaitu tidak 2.Manajemenperilaku:aktivitasberlebih
perkembanga mengalami keterlambatan 25% anataukurangperhatian
n atau lebih. 3.Dukunganpemberiasuhan

15
Setelah dilakukan perawatan 4.Asuhanperkembangan
pasien diharapkan: 5.Edukasiorangtua:keluargachildrearing
1.Tidakmengalamigangguanpen .
ingkatansuhutubuh. 6.Identifikasiresiko
2.Tidakadanyahipotermia. 7.Penyuluhan:nutrisibayi.
8.Penyuluhan:nutrisibalita

Implementasi dan evaluasi


NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI Evaluasi
1. Hipertermi 1. Manajemen cairan S: orang tua anak
2. Monitor TTV mengatakan anak
3. Terapi oksigen demam
4. Manajemen kejang O: anak terlihat
5. Pencegahan Dehidrasi,
kejang perubahan laju
metabolisme, usia
yang ekstrem
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan.
2. Resiko cedera 1. Manajemen jalan S: -
nafas buatan O: lemah, pusing,
2. Manajemen asma mual muntah.
3. Monitor neurologi A:masalah
4. Manajemen terapi teratasi
kejang listrik P: implementasi
5. Kontrol Infeksi di hentikan
S: orang tua anak

16
mengatakan bahwa
anak kerap terjatuh
perasaan malam hari
O: lingkungan anak
tidak aman dan
nyaman untuk anak
A: masalah teratasi
P: implementasi di
hentikan.
3. Ketidakefektifan pola nafas 1. Pengisapan lendir S: orang tua anak
pada jalan nafas mengatakan
2.manajemen batuk bahwa anaknya
3. Manajemen nyeri sesak nafas
4. Manajemen energi O: terlihat adanya
5. Monitor cairan. perubahan
ekskursi dada,
takipnea, fase
ekspirasi
memanjang.
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan
4. Resiko aspirasi 1.Fisioterapidada S: -
2.Pengaturanposisi O: terlihat ada
3.Identifikasirisiko nya gangguan
4.Monitortanda- menelan pada
tandavital anak, terjadinya
5.Monitorpernafasan penekanan reflek

17
batuk dan
muntah.
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan.
5. Ketidakefektifantermoregulasi 1. Memandikan S: orang tua anak
2. Manajemen mengatakan
lingkungan bahwa anaknya
3. Monitor cairan mengalami
4. Monitor TTV kejang menggigil
5. Perawatan demam kulit anak merah-
merah.
O: anak terlihat
pucat, usia yang
ekstrem, fluktuasi
suhu lingkungan,
adanya penyakit
dan trauma
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan
6. Resikoketerlambatanperkembanga 1. Modifikasi S: -
n perilaku: O: terlihat bahwa
keterampilan- wa lewat
keterampilan sosial perawatan
2. Pendidikan orang pranatal yang
tua keluarga dilakukan

18
membesarkan anak terlambat atau
3. Peningkatan kurang.
koping Dan adanya
4. Manajemen alam kerusakan otak
perasaan misalnya
5. Pengajaran: pendarahan pasca
latihan toilet Natal, anak juga
terlihat adanya
retardasi mental
atau
ketidakmampuan
belajar.
A: masalah
teratasi
P: implementasi
di hentikan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi
antara 3 bulan sampai 5 tahun berhubungan demam tetapi tidak pernah terbukti
adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Masnjoer Arief, 2000).Kejang
demam adalah kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang

19
berkaitan dengan demam, namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial
atau penyebab yang jelas (Roy,Meadow,2005).
Kejang demam merupakan akibat dari pembebasan litrik yang tidak terkontrol
dari sel syaraf dari sel saraf korteks serbral yang di tandai dengan serangan
tibatiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktivitas motorik atau gangguan
terutama sensorik (Doengoes, 2000).
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaiklan suhu tubuh( suhu rectal di atas 38ºC), yang disebabkan oleh proses
ekstragnium.

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, T. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.


Lusia. (2015). Mengenal Demam dan Perawatannya pada Anak. Surabaya: Airlangga
University Press (AUP).

20
Marwan, R. (2017). Faktor yang Berhubungan Dengan Penanganan Pertama Kejadian
Kejang Demam Pada Anak Usia 6 bulan - 5 tahun di puskesmas. Caring
Nursing Journal , Vol. 1 No. 1.
Nisa, H. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Kejang
Demam pada Balita di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2012. Jurnal
Kebidanan .
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ridha, H. N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riandita, A. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam
Dengan Pengelolaan Demam pada Anak. (Skripsi) .
Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sujono, R., & Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Swasanti, N., & Putra, S. W. (2016). Pertolongan Pertama pada Anak Sakit :

21

Anda mungkin juga menyukai