Anda di halaman 1dari 30

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anticipatory Guidance

1. Pengertian Anticipatory Guidance

Anticipatory guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang perlu

diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan

anaknya secara bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan

berkembang secara normal. Dengan demikian, dalam upaya untuk

memberikan bimbingan dan arahan pada masalah-masalah yang

kemungkinan timbul pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan

anak, ada petunjuk yang perlu dipahami oleh orang tua. Orang tua dapat

membantu untuk mengatasi masalah anak pada setiap fase pertumbuhan

dan perkembangannya dengan cara yang benar dan wajar (Nursalam,

Susilaningrum, dan Utami, 2013).

Menurut Amalia (2017) Anticipatory guidance adalah petunjuk

yang perlu diketahui terlebih dahulu agar oran g tua dapat mengarahkan

dan membimbing anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat tumbuh

dan berkembang secara normal. Marlina (2018) menjelaskan bahwa

bimbingan antisipasi atau anticipatory guidance merupakan sebuah

petunjuk bimbingan yang penting dan perlu diberikan kepada orang tua

untuk membantu dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin

terjadi pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak.

10
Hubungan Anticipatory Guidance…, Lusi Apriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

10
11

2. Konsep Anticipatory Guidance

Usia anak-anak dapat mengalami trauma disetiap tahap

perkembangan mereka, misalnya ketakutan yang tidak jelas pada anak-

anak usia prasekolah yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi

perkembangan anak. Dalam upaya untuk memberikan bimbingan dan

arahan pada masalah-masalah yang kemungkinan timbul pada setiap

fase pertumbuhan dan perkembangan anak, ada petunjuk-petunjuk yang

perlu dipahami oleh orang tua. Orang tua dapat membantu untuk

mengatasi masalah anak pada setiap fase pertumbuhan dan

perkembangannya dengan cara yang benar dan wajar (Hasinuddin &

Fitriah, 2010).

3. Pendampingan Anticipatory Guidance oleh Perawat

Peran orang tua sangat penting karena pengasuhan mempunyai

peranan yang sangat besar dalam menentukan perkembangan anak nanti

kedepannya. Orang tua perlu memahami prinsip-prinsip pengasuhan

yang baik agar anak menjadi pribadi yang memiliki perkembangan yang

baik sesuai dengan harapan orang tua. Disini peran perawat sangat

penting untuk mendampingi orang tua dalam menentukan pola

pengasuhan yang baik. Perawat perlu memperhatikan karakteristik

keluarga dan tipe keluarga karena hal itu akan banyak mempengaruhi

keberhasilan dalam pemberian anticipatory guidance oleh perawat.

Anak sebagai objek asuhan orang tua dan indikator yang utama

dalam menilai keberhasilan perawat memberikan anticipatory

Hubungan Anticipatory Guidance…, Lusi Apriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
12
guidance

Hubungan Anticipatory Guidance…, Lusi Apriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dalam keluarga merupakan fokus utama karena keberhasilan dalam

pendampingan akan di tunjukkan melalui perubahan perkembangan

menjadi ke arah yang lebih baik. Perawat perlu memperhatikan

karakteristik anak dan kemampuan anak saat ini karena hal ini juga

dapat menentukan perkembangan anak kedepannya nanti. Selain

keluarga dan anak yang menjadi dasar dalam pemberian anticipatory

guidance, lingkungan juga memiliki pengaruh yang besar dalam

keberhasilan perawat memberikan anticipatory guidance dalam suatu

keluarga. Lingkungan yang kondusif dan mendukung anak menuju

perkembangan yang optimal akan sangat baik bagi perkembangan anak

untuk kedepannya nanti. Sebaliknya lingkungan yang cenderung kurang

memberikan pengasuhan atau role model yang baik akan sangat

berbahaya dalam perkembangan anak nanti terutama bagi anak-anak

usia prasekolah.

Lingkungan sosial dari luar keluarga dapat mempengaruhi

perkembangan anak seperti televisi, day care centre, perwakilan

pemerintah, perubahan sekolah, dan institusi agama. Orang tua

kebingungan menentukan kapan memberi semangat atau mengendalikan

partisipasi mereka. Perawat mengatur rencana bertemu orang tua untuk

mempercepat mempelajari dan memperbesarharga diri orang tua melalui

bimbingan antisipasi (Hasinuddin & Fitriah, 2010).


4. Petunjuk Bimbingan pada Usia 3-5 Tahun

Pada masa ini, petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun

kesulitannya lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Jika sebelumnya,

pencegahan kecelakaan dipusatkan pada pengamanan lingkungan

terdekat dengan kurang menekankan alasan-alasannya, maka pada masa

ini, adanya proteksi pagar dan penutup stop kontak harus disertai

penjelasan secara verbal dengan alasan yang tepat dan dimengerti oleh

anak.

Masuk sekolah menjelang lima tahun adalah bentuk perpisahan dari

rumah baik orang tua maupun anaknya, sehingga orang tua mungkin

perlu bantuan untuk adaptasi terhadap perubahan ini, terutama pada ibu

yang tinggal dirumah/tidak bekerja. Anak mulai masuk taman kanak-

kanak dan ibu mulai membutuhkan kegiatan-kegiatan di luar keluarga,

seperti keterlibatannya di masyarakat atau mengembangkan karier.

Bimbingan terhadap orang tua pada masa ini adalah sebagai berikut:

a. Usia 3 Tahun

1) Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam

hubungan yang luas.

2) Menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke taman

kanak-kanak.

3) Menekankan pentingnya batas-batas/tata cara/peraturan-peraturan.

4) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi tingkah laku yang

berlebihan dalam hal ini akan menurunkan ketegangan (tension).


5) Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya

alternatif-alternatif pilihan ketika anak dalam keadaan bimbang.

6) Memberi gambaran perubahan pada usia 3,5 tahun ketika anak

kurang koordinasi motorik dan emosional, menjadi tidak aman,

menunjukkan emosi yang ekstrim, dan perkembangan tingkah laku

seperti gagap.

7) Menyiapkan orang tua untuk mengekspestasi tuntutan-tuntutan

ekstra perhatian terhadap mereka sehingga refleksi dan emosi

tidak aman dan ketakutan kehilangan cinta.

8) Mengingatkan kepada orang tua bahwa keseimbangan pada usia

tiga tahun akan berubah ke tingkah laku agresif di luar batas pada

usia empat tahun.

9) Mengantisipasi selera makan menetap dengan lebih luas dalam

pemilihan makanan.

b. Umur 4 Tahun

1) Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif

termasuk aktivitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.

2) Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap

kekuasaan orang tua.

3) Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.

4) Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama

seperti menempatkan anak pada taman kanak-kanak untuk

sebagian harinya.
5) Menyiapkan meningkatkan rasa ingin tahu seksual

6) Menekankan batas-batas yang realistis dari tingkah laku.

7) Mendiskusikan disiplin

8) Menyiapkan orang tua meningkatkan imajinasi usia empat tahun

yang memperturutkan kata hatinya dalam “tinggi bicaranya”

(bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak dalam

permainan yang membutuhkan imajinasi.

9) Menyarankan pelajaran berenang.

10) Menjelaskan perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-reaksinya.

Anak laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya dan anak

perempuan dekat dengan ayahnya. Oleh karena itu, anak perlu

dibiasakan tidur terpisah dengan orang tuanya.

11) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak

dan menganjurkan mereka jangan lupa untuk membangunkan anak

dari mimpi yang menakutkan.

c. Usia 5 Tahun

1) Memberikan pengertian bahwa usia lima tahun merupakan periode

tenang dibanding masa sebelumnya.

2) Menyiapkan dan membantu anak-anak untuk memasuki

lingkungan sekolah.

3) Mengingatkan imunissasi yang lengkap sebelum masuk sekolah

(Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2013).


B. Perkembangan

1. Pengertian

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ

dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-

masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,

intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Cahyaningsih, 2011).

Aspek perkembangan sifatnya kualitatif, yaitu pertambahan

kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh, yang diawali

dengan jantung bisa berdenyut memompa darah, kemampuan bernapas

sampai anak mempunyai kemampuan tengkurap, dudu, berjalan, bicara,

memungut benda-benda disekelilingnya, serta kematangan emosi dan

sosial anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan perkembangan

selanjutnya. Perkembangan merupakan interaksi kematangan susunan

daraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya sehingga perkembangan

ini berperan penting dalam kehidupan manusia (Nursalam,

Susilaningrum, dan Utami, 2013).

2. Ciri-ciri perkembangan

Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan.

Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf


pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi

perkembangan sisteem neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial.

Ciri-ciri perkembangan menurut (Cahyaningsih, 2011) adalah:

a. Perkembangan melibatkan perubahan

b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

d. Perkembangan mempunyai tahap yang berurutan

e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

f. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

3. Bidang perkembangan

Terdapat empat aspek perkembangan anak balita sebagai berikut :

a. Kepribadian/tingkah laku sosial (personal social), yaitu aspek ang

berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi,dan

berinteraksi dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan

berinteraksi dengan lingkungan.

b. Motorik halus (fine motor adaptive), yaitu aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot

kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan

banyak tenaga. Misalnya memasukkan manik ke botol, menempel,

menggunting.

c. Motorik kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan

pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar bagian


tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar, sehingga

memerlukan cukup tenaga. Misalnya, berjalan dan berlari.

d. Bahasa (language) adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti

perintah, dan berbicara spontan. Pada masa bayi, kemampuan bahasa

bersifat pasif sehingga bila menyatakan perasaan atau keinginannya

melalui tangisan dan gerakan. Semakin bertambah usia, anak akan

menggunakan bahasa aktif, yaitu dengan bicara (Nursalam,

Susilaningrum, dan Utami, 2013).

Untuk menggambarkan dan menilai dengan akurat kemajuan

anak, dibutuhkan kerangka kerja perkembangan. Dalam buku ini, kami

memfokuskan pada enam area atau bidang perkembangan utama; fisik,

motorik, perseptual, kognitif, berbicara dan berbahasa serta personal-

sosial (Allen, 2010).

a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik

Bidang ini meliputi tugas utama pada fase bayi dan anak.

Pemahaman terhadap pola dan tahapan perkembangan fisik sangatlah

penting agar bisa menjadi orang tua, guru dan pengasuh yang efektif.

Pertumbuhan dan perkembangan yang dekat, dan bukanlah tekanan

atau perintah orang dewasa, merupakan faktor yang memungkinkan

terjadinya pembelajaran dan perilaku baru. Tekanan dari orang dewasa

tidak dapat mempercepat proses ini, bahkan prosesnya akan

cenderung menjadi kontraproduktif. Bayi berumur 7 bulan belum bisa


toilet training; otot spingternya belum cukup berkembang untuk

mengatur pengendalian buang air kecil dan besar. Demikian juga

sebagian besar anak TK belum mampu menangkap dan menendang

bola dengan terampil; koordinasi seperti ini belum memungkinkan

bagi perkembangan fisik anak usia lima atau enam tahun.

b. Perkembangan motorik

Kemampuan anak untuk bergerak dan mengendalikan bagian

tubuhnya adalah fungsi utama dari bidang ini. Perbaikan (refinement)

dari perkembangan motorik bergantung pada kematangan otak, input

dan siste sensorik, meningkatnya jumlah dan ukuran urat otot, system

saraf yang sehat dan kesempatan untuk berlatih. Pendekatan holistik

ini bertentangan dengan cara para ahli perkembangan pada waktu dulu

melihat proses keterampilan motorik muncul. Mereka menjelaskan

bahwa sebuah proses kematangan murni, hampir seluruhnya diatur

oleh perintah pada kode genetika individu. Para psikolog masa kini

menganggap penjelasan semacam ini menyesatkan dan tidak lengkap.

Penelitian mereka menunjukkan bahwa ketika seorang anak

menunjukkan ketertarikan, contohnya, dalam menggunakan sendok

untuk makan sendiri, selalu ditunjang oleh koordinasi tangan dan mata

yang semakin baik (untuk mengarahkan sendok ke mulut), motivasi

(suka dan ingin makan yang ada dipiring), dan dorongan untuk meniru

apa yang orang lain lakukan. Dengan kata lain lingkungan, yaitu
pengalaman, memainkan peran yang sangat penting dalam timbulnya

keterampilan motorik yang baru.

Kegiatan motorik dalam tahap awal fase bayi murni bersifat

refleksif dan hilang ketika kontrol sengaja anak mulai berkembang.

Jika refleks awal ini tidak muncul pada waktu yang tepat dalam tahap

perkembangan, hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah saraf.

Dalam kasus ini evaluasi medis harus dilakukan.

Tiga prinsip yang harus mengatur perkembangan motorik:

1) Cephalocaudal: perkembangan tulang dan otot yang dimulai dari

kepala sampai jari kaki. Bayi pertama-tama belajar untuk

mengendalikan otot yang menunjang kepala dan leher, lalu tubuh,

dan kemudian segala hal yang memungkinkannya menjangkau

benda. Otot untuk berjalan berkembang belakangan.

2) Proximodistal: perkembangan tulang dan otot yang dimulai

dengan meningkatnya pengendalian otot yang paling dekat

dengan bagian dekat tubuh, secara bertahap bergerak ke bagian

luar yang jauh dari titik tengah menuju kebagian tangan dan kaki.

Pengendalian dari kepala dan leher dicapai sebelum anak dapat

mengambil semua benda dengan menggunakan ibu jari dan jari

telunjuk (memungut dengan menjepit atau jari berhadapan dengan

ibu jari).

3) Perbaikan (refinement): perkembangan otot dari yang umum

menuju yang spesifik baik dari kegiatan motorik kasar maupun


motorik halus. Dalam perbaikan kegiatan keterampilan motorik

kasar, contohnya, anak berumur dua tahun dapat berusaha

melempar sebuah bola namun hanya mencapai jarak pendek.

Anak yang sama, dalam beberapa tahun kedepan, dapat

melemparkan bola ke suatu lubang dengan cepat dan akurat.

Sedangkan untuk keterampilan motorik halus, bandingkan usaha

anak berumur dibawah tiga tahun untuk memakan sendiri dengan

anak umur delapan tahun yang termotivasi (apapun alasannya)

untuk menunjukkan tatakramanya dimeja makan.

c. Perkembangan perseptual

Perkembangan ini mengacu pada cara yang semakin

kompleks yang dilakukan seorang anak untu menggunakan informasi

yang di terima melalui panca indera: penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabaan, pengecapan dan posisi tubuh. Dapat diketahui

bahwa presepsi adalah faktor signifikan yang menentukan dan

menyelaraskan fungsi dari panca indera ini, secara terpisah atau

gabungan. Proses preseptual juga memampukan individu untuk fokus

pada hal-hal yang relevan pada suatu waktu dan menyaring hal-hal

yang tidak relevan. Dengan kata lain: Detail mana yang penting?

Perbedaan mana yang harus diperhatikan? Mana yang harus

diabaikan?

Tiga aspek perkembangan perseptual adalah sebagai

berikut:
1) Multi-indera: informasi biasanya diterima melalui lebih dari satu

alat indera pada saat yang bersamaan. Ketika mendengarkan

seorang pembicara, kita menggunakan penglihatan (melihat

ekspresi wajah dan gerak tubuh) dan pendengaran (mendengarkan

kata-katanya).

2) Pembiasaan (habituation): adalah kemampuan untuk

mengabaikan segala sesuatu selain hal yang penting pada suatu

situasi. Sebagai contoh: seorang anak yang tidak menyadari

percakapan dibelakangnya tetap memusatkan perhatiannya pada

buku.

3) Integrasi indera: proses ini merupakan terjemahan dari informasi

indera ke perilaku fungsional; anak usia lima tahun melihat

sebuah mobil datang dan dia menunggunya sampai lewat.

d. Perkembangan kognitif

Perkembangan ini merupakan peluasan dari kemampuan

mental atau intelektual anak. Kognisi meliputi pengenalan,

pemrosesan, dan pengaturan informasi serta penggunaan informasi

dengan tepat. Proses kognisi ini mencakup kegiatan mental seperti

menemukan, menginterpretasi, memilah, mengelompokkan dan

mengingat. Untuk anak yang usianya lebih tua, proses kognisi ini

berarti mengevaluasi gagasan, menyatakan pendapat, memecahkan

masalah, memahami aturan dan konsep, berfikir kedepan, dan

memvisualisasikan kemungkinan atau konsekuensi. Perkembangan


kognitif adalah proses interaksi yang berlangsung antara anak dan

pandangan perseptualnya terhadap sebuah benda atau kejadian disuatu

lingkungan. Mungkin bisa kita katakan bahwa tidak ada satupun dari

perkembangan kognitif maupun perseptual yang bisa berjalan tanpa

bergantung satu sama lain.

Perkembangan kognisi dimulai dengan perilaku primitif atau

refleks yang menunjang pembelajaran dini dan pembelajaran untuk

bertahan hidup pada bayi yang baru saja lahir dalam keadaan sehat.

Contoh pembelajaran paling dini adalah: ketika si ibu bermain

bersama anaknya dengan menjulurkan lidahnya beberapa kali, si bayi

akan mulai menirukannya. Hal ini dan perilaku dini lainnya membuat

ahli psikolog perkembangan merenungkan banyaknya persamaan

yang mencolok pada cara bayi dan anak belajar. Pada tahun 1950-an,

berdasarkan observasi terhadap persamaan yang dilakukan berulang

kali, psikolog Swedia Jean Piaget memformulasikan empat tahap

dalam perkembangan kognitif:

1) Sensorimotor (kurang lebih dari lahir sampai usia dua tahun):

perilaku refleks memungkinan perilaku sengaja. Contohnya:

seorang anak melihat benda dan menjangkaunya.

2) Praoprasional (kurang lebih dua sampai tujuh tahun): anak mulai

berfikir secara simbolis mengenai sesuatu dalam lingkungan saat

ini. Contohnya: anak usia tiga tahun mengambil sebuah tongkat

yang panjang dan menganggapnya tongkat pancingan. Contoh ini


juga menunjukkan aspek kedua tahap praoprasional, muncul

kemampuan berbicara, yang merupakan bentuk lain penggunaan

simbol.

3) Operasional konkret (mulai anatar lima sampai tujuh tahun): anak

masa kini berada dalam proses skema internal yang sedang

memahami dunia sekitar mereka. Skema pemunculan ini (istilah

Piaget) mengarah kepada pemahaman hal-hal seperti konsep

ruang dan matematika dasar.

4) Operasional formal (mulai sekitar dua belas tahun dan terus

berkembang sampai awal dewasa) selama tahun-tahun ini, remaja

mengembangkan keterampilan berfikir kompleks tidak hanya

berkaitan dengan benda dan pengalaman, tetapi juga pemikiran

dan gagasan abstrak.

5) Keterampilan kognitif selalu tumpang tindih dengan

perkembangan perseptual dan keterlibatan motorik, dan mulai

awal tahun kedua akan tumpang tindih dengan keterampilan yang

lain yaitu berbicara dan berbahasa.

e. Perkembangan berbahasa

Bahasa sering didefinisikan sebagai sebuah system simbol,

secara lisan, dan dengan menggunakan gerak tubuh (melambai,

mengerutkan dahi, gemeter ketakutan), yang memungkinkan kita

untuk berkomunikasi satu sama lain. Perkembangan bahasa yang

normal bersifat teratur, bertahap dan bergantung pada kematangan dan


kesempatan belajar. Tahun pertama kehidupan disebut fase

pralinguistik atau prabahasa. Anak benar-benar bergantung pada

gerakkan tubuh dan suara seperti menangis dan tertawa untuk

menyampaikan perasaan dan kebutuhannya. Fase ini diikuti oleh fase

linguistik atau bahasa pada tahun kedua, dimana berbicara menjadi

ciri utama untuk berkomunikasi. Diatas tiga atau empat tahun, anak

belajar menyusun kata-kata untuk membentuk kalimat sederhana

kemudian diikuti kalimat gabungan yang masuk akal karena anak

telah belajar kontruksi tata bahasa yang tepat. Antara lima sampai

tujuh tahun, sebagian anak telah terampil menyampaikan pemikiran

dan gagasan mereka secara lisan. Banyak anak dalam usia ini

menguasai 14.000 kata atau lebih, yang mungkin dapat berkembang

menjadi dua atau tiga kali lipat selama fase anak menengah,

tergantung pada lingkungan berbahasa anak.

Sebagian besar anak tampaknya dapat memahami sejumlah

konsep dan hubungan, jauh sebelum mereka menemukan kata-kata

untuk mendeskripsikannya. Hal ini disebut sebagai bahasa reseptif,

yang mendahulukan bahasa ekspresif (kemampuan mengucapkan kata

untuk menggambarkan dan menjelaskan). Perkembangan berbicara

dan berbahasa berkaitan erat dengan perkembangan umur kognitif,

sosial, perseptual dan otot-otot sel otak anak. Perkembangan bahasa

dan aturan-aturan pemkaiannya juga dipengaruhi oleh jenis bahasa

yang anak dengar di rumah, sekolah dan masyarakat.


f. Perkembangan personal dan sosial

Perkembangan ini adalah area yang luas yang mencakup

perasaan anak terhadap diri sendiri dan hubungan mereka dengan

orang lain. Hal ini mengacu pada perilaku dan respon anak untuk

bermain dan berkegiatan serta kedekatan mereka dengan anggota

keluarga, pengasuh, guru dan teman-teman. Peran gander,

kemandirian, moralitas, kepercayaan, dan penerimaan terhadap

peraturan merupakan aspek dasar perkembangan personal dan sosial.

Keluarga dan nilai budayanya adalah pengaruh utama dalam

membentuk perkembangan sosial anak dan ciri kepribadian dasar.

Dalam menggambarkan perkembangan personal sosial,

harus diingat bahwa anak berkembang dengan kecepatan yang

berbeda. Perbedaan individu dalam latar belakang genetika dan

budaya, status kesehatan, faktor-faktor seperti pengalaman dalam

pengasuhan anak adalah penyebab keragaman ini. Tidak ada dua anak

yang benar mirip, baik dalam hal perkembangan personal sosial atau

perkembangan dibidang lainnya.

4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

Menurut Abrori (2014) bahwa faktor yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak adalah:

a. Herediter

1) Seks kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang

anak wanita berbeda dengan anak laki-laki.


2) Ras anak keturunan bangsa eropa lebih tinggi dan besar

dibandingkan dengan anak keturunan bangsa Asia.

b. Lingkungan

Lingkungan

eksternal

1) Kebudayaan

2) Status sosial ekonomi

3) Nutrisi

4) Olahraga

5) Urutan anak dalam keluarga

Lingkungan internal

1) Intelegensi pada umumnya anak mempunyai intelegensi tinggi

perekembangan lebih baik jika dibandingkan intelegensi kurang.

2) Hormon

3) Emosi

4) Pelayanan kesehatan.

Menurut Hidayat (2010), dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Faktor herediter

Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam

mencapai tumbuh kembang anak. Yang termasuk faktor herediter

adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Pada pertumbuhan dan

perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir


cenderung lebih cepat atau tinggi pertumbuhan tinggi badan dan berat

badan dibandingkan dengan anak perempuan.

b. Faktor lingkungan

Merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan tercapai

dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Yang termasuk faktor

lingkungan meliputi :

1) Lingkungan pranatal

Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai

lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, alkohol atau

kebiasaan merokok ibu hamil, insulin, zat kimia atau toksin seperti

penggunaan obat-obatan, dan lainnya yang berpengaruh pada

pertumbuhan janin.

2) Lingkungan postnatal

Lingkungan setelah lahir juga dapat mempengaruhi tumbuh

kembang anak seperti:

a) Budaya lingkungan

Masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak dalam memahami atau mempersepsikan

pola hidup sahat.

b) Status sosial ekonomi

Anak dengan sosial ekonomi tinggi, tentunya pemenuhan

kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak

dengan sosial ekonominya rendah.


c) Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam

menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan

perkembangan yang menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan

berkembang selama masa pertumbuhan, terdapat kebutuhan zat

gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,

mineral, vitamin, dan air.

d) Iklim atau cuaca

Pada masa musim tertentu, kebutuhan gizi dapat mudah

diperoleh. Saat musim kemarau penyediaan air bersih atau

sumber makanan sangat kesulitan.

e) Olahraga atau latihan fisik

Latihan dapat meningkatkan stimulus perkembangan otot.

Dalam aspek sosial, anak dapat mudah melakukan interaksi

dengan temannya sesuai dengan jenis olahraganya.

f) Posisi anak dalam keluarga

Pada anak pertama atau tunggal, dalam aspek perkembangan

secara umum kemampuan intektual lebih cepat berkembang

karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, akan tetapi

dalam perkembangan motoriknya kadang terlambat karena

tidak ada stimulus yang biasanya dilakukan saudara

kandungnya.
g) Status kesehatan

Apabila anak dengan kondisi sehat dan sejahtera maka

percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi

apabila kondisi status kesehatan kurang maka akan terjadi

perlambatan.

C. Perkembangan usia pra sekolah (3-6 Tahun)

1. Pekembangan Psikoseksual

Usia pra sekolah ini termasuk fase falik, genitalia menjadi area

yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Disini mulai mempelajari

adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki,

dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin, pada fase ini anak

sering meniru ibu dan ayahnya. Misalnya dengan pakaian ayah/ibunya

secara psikologis pada fase ini mulai berkembang superego, yaitu anak

mulai berkurang sifat egosentrinya.

2. Perkembangan Psikososial

Perkembangan inisiatif di peroleh dengan cara mengkaji

lingkungan melalui inderanya. Arah mengembangkan keinginan dengan

cara eksplorasi terhadap apa yang ada di kelilingnya. Hasil akhir yang di

peroleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasi.

Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu

berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak

tercapai.
3. Sosialisasi

a. Hubungan dengan orang lain selain orang tua termasuk kakek,

nenek, saudara, dan guru-guru di sekolah.

b. Anak memerlukan interksi yang baik dengan teman yang sebaya

untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial.

c. Tujuan utama anak usia pra sekolah adalah membantu

mengembangkan keterampilan sosial anak.

4. Bermain dan mainan

a. Permainan anak usia pra sekolah biasanya bersifat asosiatif,

interaktif, dan kooperatif.

b. Anak usia pra sekolah memerlukan hubungan dengan teman.

c. Aktivitas harus meningkatkan pertumbuhan dan keterampilan

motorik seperti : melompat, berlari dan memanjat.

d. Permainan imitasi, imajinatif dan dramatis sangat dibutuhkan untuk

kepentingan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4-6 tahun

5. Parameter umum

a. Tinggi badan

1) Pertambahan tinggi rata-rata adalah: 6,25 – 7,5 cm/tahun.

2) Tinggi rata-rata anak usia 4 tahun adalah 10,25 cm

b. Berat Badan

1) Pertambahan berat badan rata-rata 2,3 kg/tahun

2) Berat badan rata-rata anak usia 4 tahun 6,8 kg.


6. Nutrisi

a. Kebutuhan Nutrisi

1) Kebutuhn nutrisi anak usia pra sekolah hampir sama dengan

toddler, meskipun kebutuhan kalori menurun sampai 90

k.kal/kg/hari.

2) Kebutuhan protein tetap 1,2 g/kg/hari

3) Kebutuhan cairan adalah 100 ml/kg/hari, bergantung pada

tingkat aktivitas anak.

b. Pola dan Pilihan makanan

1) Anak pra sekolah sangat membutuhkan sayuran, makanan

kombinasi dan hati (sebagai sumber Fe)

2) Makanan yang disukai seperti: sereal, daging, kentang, buah-

buahan dan permen.

3) Anak usia 3-6 tahun tidak dapat diam selama makan dan dapat

menggunakan peralatan sendiri.

4) Kebiasaan makan anak usia 5 tahun di pengaruhi oleh orang

lain.

7. Pola Tidur

a) Rata-rata anak usia pra sekolah tidur antara 11-13 jam sehari, dan

memerlukan tidur siang hari sampai umur 5 tahun.

b) Masalah tidur yang umum terjadi antara lain: mimpi buruk teror di

malam hari.
8. Kesehatan Gigi

a) Seluruh gigi yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3 tahun.

b) Perkembangan motorik halus, memungkinkan anak mampu

menggunakan sikat gigi dua kali sehari.

9. Eliminasi

a) Sebagian besar anak mampu melakukan toilet training dengan

mandiri pada akhir periode pra sekolah. Beberapa anak mungkin

masih ngompol.

b) Anak berkemih rata-rata 500-1000 ml/hari.

10. Perkembangan Motorik

a) Motorik kasar

Anak usia pra sekolah dapat mengendarai sepeda roda tiga, melalui

tangga, melompat, berdiri satu kaki selama beberapa menit.

b) Motorik halus

1) Keterampilan motorik halus menunjukkan perkembangan utama

yang ditujukan dengan meningktnya kemampuan menggambar.

2) Anak dapat membangun menara 9 atau 10 blok membuat

jembatan dari 3 blok, meniru bentuk lingkaran menggambar

tanda silang, pada usia 3 tahun.

3) Pada usia 4 tahun anak dapat mengikatkan sepatu, meniru

gambar bujur sangkar, menjiplak segilima, dan menambahkan 3

bagian dalam gambar manusia.


4) Pada usia 5 tahun dapat mengikat tali sepatu, menggunakan

gunting dengan baik.

11. Peran Keluarga dalam menerapkan disiplin pada anak

a. Peran keluarga dalam menerapkan disiplin pada anak usia 1-3 tahun.

1) Latih cara mengambil dan mengembalikan benda-benda

ketempatnya.

2) Memakai dan melepaskan pakaian

3) Gunting dan tempel gambar

4) Memasukan manik ke dalam botol

5) Adil terhadap semua anaknya

6) Ajarkan untuk bersosialisasi dengan yang lain

b. Peranan keluarga dalam menerapkan disiplin pada anak usia 3-6

tahun.

1) Menekankan pentingnya batas-batas tata cara dan peraturan yang

ada pada lingkungan

a) Belajar mandi mengeringkan tubuh

b) Tidur sesuai waktu

c) Bermain sesuatu tepat waktu

d) Makan dan tidur sesuai dengan waktu

2) Latihan anak untuk mengintegrasikan peran sosial dan tanggung

jawab

3) Latihan mengenal sopan santun

4) Belajar mengoreksi kesalahan orang lain


5) Belajar mengenal dan mematuhi peraturan

6) Belajar komunikasi dan interaksi

7) Ajarkan tata cara keagamaan (Cahyaningsih, 2011)

D. Kerangka Teori

Berdasarkan pada telaah pustaka tentang anticipatory guidance

dengan perkembangan anak usia prasekolah dapat digambarkan kerangka

teori sebagai berikut:

Faktor-fatkor
yang
mempengaruhi Perkembangan:
tumbuh Perkembangan 1. Personal sosial
kembang anak: anak usia pra 2. Motorik halus
1. Keturunan sekolah 3. Bahasa
2. Lingkungan 4. Motorik kasar
(Anticipator
y

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 1.1. Kerangka Teori


Sumber: Nursalam, Susilaningrum dan Utami (2013), Cahyaningsih, 2011;
Allen (2010), Abrori (2014) dan Hidayat (2008)

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dibentuk kerangka konsep


penelitian sebagai berikut:
Perkembangan anak usia pra sekolah
Anticipatory Guidance

Variabel penganggu:
Keturunan Perkembangan anak usia prasekolah:
Jenis kelamin Personal sosial
Motorik halus
Status sosial ekonomi
Status kesehatan Bahasa
Motorik kasar

Keterangan:

: Diteliti

:Tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka konsep

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dan pengertian tersebut diatas,

penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak ada hubungan antara anticipatory guidance dengan

perkembangan anak usia prasekolah di TK Handayani IX

Pulosari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang.

Ha/H1 : Ada hubungan antara anticipatory guidance dengan

perkembangan anak usia prasekolah di TK Handayani IX

Pulosari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang.

Anda mungkin juga menyukai