Anda di halaman 1dari 13

The 13th University Research Colloqium 2021

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Hubungan Pola Asuh dan Stimulasi Orang Tua dengan


Perkembangan Anak pada Usia 3-5 Tahun di Desa
Karangrowo Demak
Edita Pusparatri1*, Rusnoto2, Yulisetyaningrum3, Ratih Dewi Ratna Sari4
1
Prodi Keperawatan/Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kudus
2
Prodi Keperawatan/Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kudus
3
Prodi Keperawatan/Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kudus
4
Prodi Keperawatan/Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kudus

*Email: editapusparatri@umkudus.ac.id

Abstrak
Keywords: Latar Belakang : Usia 3 sampai 5 tahun merupakan tahun-tahun
Pola Asuh; awal untuk perkembangan anak. Pada periode tersebut, memberikan
Stimulasi; pola asuh dan stimulasi yang tepat bagi anak sangat dibutuhkan
Perkembangan Anak. sebagai persiapan mereka untuk menghadapi kegiatan formal yang
akan dijalaninya. Dengan pola asuh yang baik dan stimulasi yang
tepat dan terarah diharapkan anak akan lebih aktif, terampil,
meningkatnya IQ dan terhindar dari penyimpangan perilaku sosial
maupun motorik yaitu anak akan menjadi malu pada teman-
temannya (Chamidah, 2009).
Tujuan : Untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh dan Stimulasi
Orang Tua dengan Perkembangan Anak pada usia 3-5 Tahun di
Desa Karangrowo, Kabupaten Demak
Metode : Penelitian analitik korelasi dengan metode pendekatan
Cross Sectional, sampel yang digunakan sebanyak 77 responden
dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling semua
subjek yang datang dan memenuhi kriteria dimasukkan menjadi
sample dan analisa data dengan Chi-Square.
Hasil Penelitian : Terdapat Hubungan yang signifikan antara Pola
Asuh dan Stimulasi Orang Tua dengan Perkembangan Anak pada
usia 3-5 Tahun di Desa Karangrowo, Kabupaten Demak dengan nilai
p sebesar 0.02.
Kesimpulan : Ada Pola Asuh dan Stimulasi Orang Tua dengan
Perkembangan Anak pada usia 3-5 Tahun di Desa Karangrowo,
Kabupaten Demak

1. PENDAHULUAN menjalankan aktifitas secara mandiri.


Anak merupakan individu yang unik Keluarga mempunyai peran yang sentral
dalam lingkungan keluarga. Mereka tidak bagi tumbuh kembang anak karena
bisa lepas dari orang dewasa dan keluarga mempunyai fungsi sebagai
lingkungan dalam setiap tindakan, artinya terpenuhinya tugas dan fungsi psikososial
mereka membutuhkan bantuan untuk pada anak, yaitu meliputi perawatan pada
memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa anak, sosialisasi pada anak, dukungan

941
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

emosi dan materi dan pemenuhan peran- pekembangan anak seperti pemberian
peran lain (Utami, 2008). stimulus pada anak (Gunarsa, 2008)
Pada tahun-tahun awal kehidupan Perkembangan anak dapat
anak merupakan periode yang amat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
penting bagi perkembangan untuk lain keluarga, kematangan pribadi, status
penyesuaian pribadi dan sosial. Pada sosial ekonomi, pendidikan, kapasitas
periode tersebut, memberikan mental, emosi dan intelegensi.Keluarga
keterampilan motorik sebanyak- dalam hal ini orang tua mempunyai
banyaknya pada anak merupakan masa kewajiban untuk memberikan hal yang
yang tepat dan penting. Secara bertahap terbaik bagi putra-putrinya sejak dalam
anak mampu mengendalikan otot-ototnya kandungan hingga dewasa. Nabi
sehingga anak dapat beraktifitas secara Muhammad SAW sejatinya
mandiri. Dalam hal ini, biasanya muncul memerintahkan orang tua untuk
perasaan tidak suka dianggap seperti bayi mengutamakan pendidikan anak-anaknya
(Subandi, 2009). dari pada kepentingan yang lain,
Menurut Montessori perkembangan, sebagaimana disebutkan dalam hadist nabi
terdapat empat periode sensitif anak yang berbunyi “Tidak ada pemberian
dimana mereka mampu menjalankan orang tua kepada anaknya yang lebih baik
tugas-tugas tertentu, yaitu: (1) periode dari pada pendidikan yang baik”
sensitif terhadap keteraturan ( sensitive (Subandi, 2009).
periods for order ) untuk anak usia 0-3 Selain itu, orang tua juga perlu
tahun, (2) periode sensitif untuk memberikan stimulus kepada anak-
memusatkan perhatian terhadap objek anaknya. Stimulus merupakan kegiatan
yang detail ( sensitive periods for details) merangsang kemampuan dasar anak agar
pada anak usia 1-2 tahun, (3) periode anak mampu tumbuh dan berkembang
sensitif penggunaan tangan (sensitive secara optimal (DepKes RI, 2010). Demi
periods for using hands) pada usia 1,5-3 mendapatkan tumbuh kembang anak yang
tahun, (4) periode sensitif terhadap baik, orang tua perlu memberikan
gerakan (sensitive periods for movements) stimulasi sedini mungkin disetiap
pada anak usia 3-6 tahun (Kusumanegara, kesempatan. Tentu hasilnya akan berbeda
2015). anak yang mendapat stimulus terarah
Pada masa prasekolah yaitu usia 3-5 dengan anak yang kurang mendapat
tahun anak membutuhkan persiapan stimulus. Mereka akan lebih cepat
dalam menghadapi kegiatan formal yang berkembang dibandingkan dengan anak
akan dijalaninya. Ciri-ciri anak prasekolah yang kurang mendapat stimulus. Kegiatan
yaitu perkembangan anak lebih matang stimulus yang terarah dan terprogam
yang mampu mengatur system syaraf otot berdampak pada tumbuh kembang anak
yang memungkinkan anak lebih lincah mulai dari pertumbuhan fisik serta
dan aktif bergerak, dengan meningkatnya pertumbuhan kognitif. Disamping itu,
usia anak Nampak perubahan-perubahan memberikan kasih sayang terhadap anak
dari gerakan kasar menjadi gerakan yang juga bisa membuat anak menjadi cakap,
halus. Dalam usia ini kemampuan terampil dan meningkatkan IQ (Bernie,
berbahasa lisan pada anak akan 2014).
berkembang,karena selain terjadi Stimulus yang tepat dan terprogam
pematangan pada organ-organ bicara dan ialah pemberian stimulus sesuai dengan
fungsiberfikir juga dipengaruhi oleh tahapan perkembangan anak dan
lingkunganyang ikut mengoptimalkan dilakukan setiap hari yang bisa dimulai
sejak bayi masih dalam kandungan tentu

942
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

dengan memperhatikan kebutuhan anak Posyandu. Dari wawancara tersebut


sesuai tahapan perkembangan (Suryanti, diperoleh profil tingkat pendidikan orang
2010). Sebaliknya, jika anak kurang tua sebagai berikut; 1 lulus Perguruan
mendapat stimulus akan menyebabkan Tinggi, 3 lulus SMA, 3 lulus SMP dan 3
hambatan dalam perkembangan anak yang lulus SD. Dan dari hasil wawancara
menimbulkan penyimpangan perilaku singkat kepada 10 orang tua tersebut
sosial dan motorik pada anak, yaitu anak menunjukkan 4 responden bisa dalam
akan menjadi malu pada teman-temannya memberikan stimulasi perkembangan
(Chamidah, 2009). pada anaksedangkan 6 respondenorang
Di indonesia hambatan motorik tua kurang bisa memberikan stimulasi
pada anak sudah sering terjadi. 30,8 % kepada anak.
anak berumur 24-36 bulan mengalami Berdasarkan latar belakang dan
keterlambatan perkembangan motorik. permasalahan yang umum terjadi di
Anak-anak di Indonesia umumnya mulai masyarakat. Penulis bermaksud
bisa berjalan pada usia 15,4-18,3 bulan, melakukan penelitian dengan judul
sedangkan di Amerika Serikat pada usia “Hubungan Pola asuh dan Stimulasi
11,4-19,4 bulan dan di negara Eropa pada Orang tua dengan Perkembangan Anak
usia 17,4-18,6 bulan. Data Dinas pada Usia 3-5 tahun”.
Kesehatan Kota Tangerang tahun 2014
juga menyebutkan sebanyak 352 (2.7%) TUJUAN PENELITIAN
anak mengalami hambatan perkembangan 1, Tujuan Umum
(Mitayani, 2015). Hal ini bisa terjadi Menganalisis hubungan antara pola
karena dipicu oleh kurangnya deteksi dini asuh dan stimulasi orang tua dengan
orang tua dan kurangnya stimulasi yang perkembangan anak usia 3-5 tahun di
diberikan orang tua kepada anak. Orang Desa Karangrowo Demak
tua sering menganggap bahwa 2. Tujuan Khusus
perkembangan dan pertumbuhan adalah a. Mengetahui gambaran pola asuh
proses yang alamiyah berjalan begitu saja orang tua yang diberikan pada anak
tanpa adanya perhatian khusus dari orang usia 3-5 tahun di Desa Karangrowo
tua. Demak
Dari penelitian pendahuluan yang b. Mengetahui gambaran stimulasi
dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni yang diberikan orang tua kepada
tahun 2018 di Desa Karangrowo terdapat anak usia 3-5 tahun di Desa
49 balita di RW 03 dan 51balita di RW Karangrowo Demak
04. Dari data tersebut, anak dengan usia c. Mengetahui gambaran
3-5 tahun ada 45 balita di RW 03 dan 50 perkembangananak pada usia 3-5
balita di RW 04. Peneliti mengambil 10 tahun di Desa Karangrowo Demak
anak sebagai respondent pada penelitian d. Mengetahui hubungan pola asuh
pendahuluan ini kemudian anak tersebut orang tua dengan perkembangan
di test dengan DDST II. Hasil anak pada usia 3-5 tahun di Desa
menunjukkan 4 anak mempunyai Karangrowo Demak
perkembangan yang normal dan 6 anak e. Mengetahui hubungan stimulasi
tahap perkembangannya kurang atau dengan perkembangan anak pada
mengalami gangguan perkembangan usia 3-5 tahun di Desa Karangrowo
motorik halus yaitu menggambar, Demak
menulis, dan menyusun balok. Selain itu
wawancara juga dilakukan kepada 10
orang tua yang mengantar anaknya ke

943
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

2. METODE Kabupaten Demak sejumlah 95 anak


Desain penelitian yang digunakan kategori usia 3-5 tahun yang di ambil dari
adalah cross sectional analitik korelasi dokumen presensi kehadiran pada tanggal
dimana penelitian ini untuk 20 Agustus 2018
mengkajihubungan antara variabel terikat Sampel adalah bagian dari populasi
(dependent) dan variabel bebas yang memberikan gambaran tetang
(independent). Data terkait variabel bebas populasi tersebut (Puspitawati &
dan variabel terikat diambil dalam waktu Herawati, 2013).Sampel penelitian
bersamaan, dengan tujuan untuk mencari merupakan sebagian yang diambil dari
hubungan antara dua variabel keseluruhan objek yang diteliti dan
(Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, dianggap mewakili seluruh populasi
2010). Desain penelitian ini dipilih (Notoatmojo, 2010).
bertujuan untuk mengetahui hubungan Pemilihan sampel penelitian ini
antara pola asuh dan stimulasi orang tua dilakukan dengan menggunakan metode
dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun consecutive sampling semua subjek yang
di Desa Karangrowo Kabupaten Demak. datang dan memenuhi kriteria pemilihan
Penelitian akan mulai dilakukan pada dimasukkan dalam penelitian sampai
bulan Desember tahun 2018 yang jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi
bertempat di posyandu-posyandu yang (Sastroasmoro, 2010). Sampel diambil
berada di Dukuh Leles dan Doropayung dari dua posyandu yang berada dalam
Desa Karangrowo Kecamatan Wonosalam cakupan wilayah Desa Karangrowo
Kabupaten Demak. Kecamatan Wonosalam Kabupaten
Data primer merupakan data yang Demak.
diperoleh dari hasil wawancara langsung Analisa data yang digunakan dalam
terhadap responden dengan menggunakan penelitian ini adalah analisa univariat dan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data analisat bivariat. Analisa bivariat yang
(Notoatmojo, 2010). Untuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
bersifat Data primer, peneliti memperoleh statistik uji chi - square. adalah Uji Chi-
data tersebut dari distribusi lembar Square dengan tingkat kepercayaan 95%
kuesionar kepada responden diposyandu dengan α 5% sehingga jika nilai p (p-
yang ada didukuh leles dan doropayung value) ≤0,05 maka hasil perhitungan
khususnya ibu-ibu dan melakukan uji statistik bermakna (signifikan) atau
Denver kepada anak-anak tersebut menunjukkan adanya hubungan antara
Data sekunder adalah data yang variabel dependen dan independen, dan
diperoleh dari sumber tidak langsung yang apabila nilai p value >0,05 maka hasil
biasanya berupa data dokumentasi dan perhitungan uji statistik tidak bermakna
arsip. Data sekunder pada penelitian ini atau tidak ada hubungan antara variabel
berupa data jumlah balita kategori usia 3- dependen dan independen (Dahlan, 2014)
5 tahun diposyandu yang ada didukuh
leles dan doropayung serta rekam KARAKTERISTIK RESPONDEN
pertumbuhan anak tersebut. 1. Karakteristik responden didesa
Populasi adalah keseluruhan dari objek Karangrowo
penelitian dan objek yang diteliti Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
(Notoatmodjo dan Soekidjo, 2010). sebagian besar responden atau ibu
Populasi pada penelitian ini adalah memiliki anak usia 3 dan 4 tahun yaitu
seluruh anak yang mengunjungi masing-masing 35.1 % sedangkan yang
posyandu-posyandu yang ada di dukuh memiliki anak usia 5 tahun hanya sebesar
Leles dan Doropayung Desa Karangrowo 29.9 %. Banyak dari mereka hanya tamat

944
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

sekolah tingkat pertama (SMP) yaitu anak yang mengalami perkembangan


sebanyak 53.2 %, sisanya lulusan SMA suspec yaitu sebanyak 25 responden
sebanyak 39 % dan Perguruan tinggi (32.5%) serta anak yang mengalami
hanya sebesar 7.8 %. Ibu-ibu di desa perkembangan yang untestable yaitu
karangrowo mempunyai pekerjaan yang sebanyak 13 responden (16.9%) dari total
variatif namun sebagian besar mereka 77 responden.
adalah ibu bekerja di rumah (ibu rumah 4. Hubungan stimulasi orang tua terhadap
tangga) sebanyak 33.8 % kemudian perkembangan anak
bekerja sebagai buruh sebanyak 32.5 % Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui
dan sisanya bekerja sebagai wirausaha, bahwa dari 24 responden yang
karyawati, guru dan perawat. memberikan stimulus baik kepada
2. Usia ibu anaknya didapatkan hasil anak mengalami
Tabel 4.2 Hasil penelitian diatas perkembangan normal yaitu 24 responden.
menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu Sedangkan 47 responden yang
yang berada di posyandu desa memberikan setimulus cukup kepada
Karangrowo adalah 30 tahun dengan usia anaknya diperoleh hasil 24 responden
termuda adalah 21 tahun dan usia tertua suspec 24 responden, dan untestable 8
38 tahun. Tabel selanjutnya dapat responden. Dan 6 responden yang
diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan stimulasi kurang kepada
berusia 25–35 tahun yaitu sebanyak 65 anaknya diperoleh perkembangan normal
responden (84.5 %) hal ini menunjukkan yaitu 0 responden, suspec 1 responden
bahwa responden berusia produktif. ,dan untestable 5 responden. Selain
stimulus yang diberikan orang tua anak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN juga terpengaruhi oleh lingkungan, seperti
HASIL meniru aktivitas teman-temannya. Dalam
1. Simulasi Orang tua proses tumbuh kembang terdapat beberapa
Berdasarkan table 4.3 diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
paling banyak orang tua anak memberikan internal yang meliputi genetik dan
stimulasi tumbuh kembang yang cukup pengaruh hormon dalam tubuh anak, dan
kepada anaknya yaitu sebanyak 47 faktor eksternal yaitu status gizi,
responden (61%) kemudian pemberian pengasuh, psikologis serta pemberian
stimulasi baik sebanyak 24 responden stimulus.
(31.2%) dan pemberian stimulasi kurang Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dengan
sebanyak 7.8 %. analisis statistic uji chi square diperoleh
2. Pola Asuh Orang tua hasil p value sebesar 0.00 lebih kecil dari
Berdasarkan table 4.4 diketahui bahwa nilai tingkat kemaknaan α< 0.05 dengan
paling banyak orang tua anak memberikan nilai df sebesar 4. Sehingga hasil tersebut
pola asuh yang sedang kepada anaknya dapat disimpulkan bahwa terdapat
yaitu sebanyak 62 responden (80.5%) hubungan yang signifikan antara stimulasi
kemudian pemberian pola asuh baik yang diberikan oleh orang tua terhadap
sebanyak 12 responden (15.6 %) dan perkembangan anak usia 3-5 tahun di
pemberian pola asuh kurang sebanyak 3.9 Desa Karangrowo Kecamatan Wonosalam
%. Kabupaten Demak.
3. Perkembangan Anak 5. Hubungan Pola asuh orang tua terhadap
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa perkembangan anak
hampir setengah dari respoden Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui
mempunyai perkembangan yang optimal bahwa dari 12 orang tua yang memberikan
yaitu sebanyak 39 responden (50.6%), pola asuh baik kepada anaknya didapatkan

945
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

hasil anak mengalami perkembangan adalah sebuah cara yang digunakan dalam
normal yaitu 7 responden.suspec 2 proses interaksi yang berkelanjutan antara
responden, dan untestable 3 responden. orang tua dan anak untuk membentuk
Sedangkan 62 responden yang hubungan yang hangat, dan memfasilitasi
memberikan pola asuh sedang kepada anak untuk mengembangkan kemampuan
anaknya diperoleh hasil 31 responden anak yang meliputi perkembangan
mengalami perkembangan normal, suspec motorik halus, motorik kasar, bahasa dan
22 responden, untestable 9 responden. kemampuan social sesuai tahap
Sedangkan 3 responden yang memberikan perkembangannya.
pola asuh kurang diperoleh hasil Orang tua menghargai individualitas
perkembangan normal 1 responden, anak dan memberikan izin anak untuk
suspec 1 responden, dan untestable 1 menyatakan keberatannya terhadap
responden. standar atau peraturan keluarga. Kontrol
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dengan yang diberikan orangtua bersifat kuat dan
analisis statistic uji chi square diperoleh konsistensi tetapi dengan dukungan,
hasil p value sebesar 0.02 lebih kecil dari pengertian, dan keamanan (Wong et al,
nilai tingkat kemaknaan α< 0.05 dengan 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan
nilai df sebesar 4. Sehingga hasil tersebut penelitian Rivanti (2015) tentang pola
dapat disimpulkan bahwa terdapat asuh orang tua dengan perilaku anak, yang
hubungan yang signifikan antara pola menyatakan bahwa frekuensi pola asuh
asuh yang diberikan oleh orang tua paling banyak diterapkan adalah pola asuh
terhadap perkembangan anak usia 3-5 baik yaitu sebesar 15 % ,pola asuh sedang
tahun di Desa Karangrowo Kecamatan yaitu sebanyak 80 %, dan pola asuh
Wonosalam Kabupaten Demak. kurang yaitu sebanyak 3%.
Hasil penelitian lain adalah status
PEMBAHASAN pekerjaan orangtua responden. Mayoritas
A. Analisa Univariat pekerjaan orangtua adalah Ibu rumah
1. Pola Asuh Orang Tua tangga yaitu sebesar 33,8%. Menurut
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hurlock (2012), bahwa tanggung jawab
mengenai pola asuh orang tua di Desa utama ibu adalah mengurus atau mendidik
Karangrowo didapatkan hasil bahwa anak dan melakukan pekerjaan rumah
paling banyak orang tua anak memberikan tangga. Ibu rumah tangga mempunyai
pola asuh yang sedang kepada anaknya waktu dan kesempatan lebih banyak untuk
yaitu sebanyak 62 responden (80.5%) mengurus rumah tangganya, termasuk
kemudian pemberian pola asuh baik merawat dan mengasuh anak-anaknya.
sebanyak 12 responden (15.6 %) dan Nooshin (2012) menyatakan bahwa ibu
pemberian pola asuh kurang sebanyak 3 mempunyai peran penting dalam
responden ( 3.9 %). Pola asuh adalah mengembangkan perilaku sosial anak.
perilaku yang diterapkan orang tua kepada Penelitian yang mendukung adalah Anisa
anak dan bersifat relatif konsisten dari (2012), yang menyatakan bahwa status
waktu ke waktu.Pola ini tergantung bekerja atau tidaknya ibu akan
bagaimana dari perilaku dan sikap orang memengaruhi pola asuh yang
tua kepada anaknya, dan efeknya dapat diterapkannya, yaitu dengan hasil
dirasakan oleh anak dari segi negatif atau penelitian yang statusnya menjadi ibu
positifnya.Pola asuh orang tua dalam rumah tangga (tidak bekerja) lebih banyak
perkembangan anak adalah cara yang yaitu sebesar 72,5%. Selain itu, menurut
digunakan dalam proses interaksi yang Brook (2009) menjelaskan bahwa ibu
berkelanjutan antara orang tua dan anak yang mempunyai keinginan untuk bekerja

946
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

namun tidak memiliki pekerjaan ternyata perkembangan secara rutin agar


akan memengaruhi pengasuhan terhadap perkembangan menjadi optimal.
anaknya, dimana mereka sebagian besar Stimulasi tumbuh kembang anak
mengalami ketidakpuasan dalam dilakukan oleh ibu dan ayah yang
mengasuh anak. merupakan orang terdekat dengan anak,
Dalam penelitian ini pola asuh yang anggota keluarga lain dan kelompok
dilakukan adalah dengan pola asuh masyarakat di lingkungan rumah tangga
campuran yaitu pola asuh ototarian, pola masing-masing dan dalam kehidupan
asuh otoritatif, pola asuh mengabaikan sehari-hari. Kemampuan dasar anak yang
dan pola asuh menuruti. Karena satu pola dapat dirangsang dengan stimulasi adalah
asuh tersebut saling berhubungan dan kemampuan gerak kasar, kemampuan
berkaitan dan tidak monoton gerak halus, kemampuan bicara,
menggunakan satu pola asuh saja. kemampuan bicara, dan kemampuan
2.Stimulasi Orang tua sosialisasi.
Berdasarkan penelitian yang 4. Perkembangan Anak usia 3-5 tahun
dilakukan mengenai stimulasi orang tua Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa paling banyak diketahui bahwa hampir setengah dari
orang tua anak memberikan stimulus respoden mempunyai perkembangan yang
tumbuh kembang yang cukup kepada optimal yaitu sebanyak 39 responden
anaknya yaitu sebanyak 47 responden (50.6%), anak yang mengalami
(61%) kemudian pemberian stimulus baik perkembangan suspec yaitu sebanyak 25
sebanyak 24 responden (31.2%) dan responden (32.5%) serta anak yang
pemberian stimulus kurang sebanyak mengalami perkembangan yang untestable
7.8%. yaitu sebanyak 13 responden (16.9%) dari
Beberapa factor penting yang total 77 responden.
memepengaruhi perkembangan adalah Perkembangan (development) adalah
pola asuh dan stimulasi orang tua. Setiap bertambahnya kemampuan (skill) dan
anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini fungsi tubuh yang lebih komplek, dalam
mungkin dan terus menerus dan setiap pola yang teratur, sebagai hasil dari proses
saat. Stimulasi adalah kegiatan maturitas. Perkembangan meliputi
merangsang kemampuan dasar anak usia perkembangan kognitif, motorik, bahasa,
0-6 tahun agar dapat tumbuh dan emosi dan perkembangan perilaku
berkembang secara optimal (Depkes RI, (Soetjiningsih, 2013).
2013) Perkembangan yang terlambat perlu
Stimulasi harus diberikan secara rutin dicarikan solusi yang tepat dengan
dan berkesinambungan dengan kasih mencari faktor-faktor yang menjadi
sayang, sehingga perkembangan anak penyebabnya. Untuk itu, pemantauan
akan berjalan optimal. Kurangnya perkembangan perlu dilakukan sejak dini
stimulasi dari orangtua dapat agar dapat segera mengenali gangguan
menyebabkan keterlambatan perkembangan anak sehingga
perkembangan anak serta tidak dapat perkembangan berlangsung optimal sesuai
menyesuaikan dengan teman sebayanya umur anak (Susanto, 2011). Orangtua
(Soetjiningsih, 2013). Penelitian yang termasuk faktor lingkungan yang
mendukung adalah Akhriani (2015), yang memengaruhi perkembangan anak, yaitu
menyimpulkan bahwa sebagian besar lingkungan keluarga karena disinilah
keterlambatan pada anak usia dini orangtua melakukan interaksi pertama kali
sebaiknya diberikan stimulasi dengan anak untuk mengembangkan

947
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

kemampuan anak sesuai dengan usia proses maturitas. Perkembangan meliputi


perkembangannya. perkembangan kognitif, motorik, bahasa,
Dalam penelitian ini, alat ukur yang emosi dan perkembangan perilaku
digunakan adalah dengan metode DDST (Soetjiningsih,2013). Pekembangan anak
(Denver Development Screening Test) terdiri dari berbagai macam aspek
untuk mengukur tumbuh kembang anak. pendukung salah satu factor pendukung
DDST adalah alat skrining adalah pola asuh orang tua. Pola asuh
perkembangan formal yang mengukur yaitu suatu cara untuk mengurus,
anak dari lahir sampai usia 6 tahun. Untuk merawat, mendidik, memberikan
penelitian ini, menggunakan DDST-II bimbingan kepada anak-anaknya dengan
yang sudah dikenalkan sejak tahun 1992 penuh kasih sayang tanpa suatu imbalan
dan sudah distandardisasi kepada 2096 apapun. Pola asuh orang tua merupakan
anak. Untuk versi sebelumnya disebut interaksi antara orang tua dan anak dalam
DDST, yaitu test denver yang pertama berkomunikasi, mendidik, mengasuh, dan
kali distandardisasi kepada 1036 anak terus berkelanjutan dari waktu kewaktu.
berumur 2 minggu sampai 6 tahun di Dengan pola asuh yang diterapkan orang
Denver, Colorado (Shahshahani,.dkk, tua anak dapat berinteraksi dengan
2010). Penggunaan test DDST bertujuan lingkungan mengenai dunia sekitar serta
agar orang tua dapat mengetahui secara mengenal pergaulan hidup yang berlaku
dini mengenai perkembangan anak dilingkungannya.
sehingga apabila ditemukan Dalam penelitian ini, alat ukur yang
penyimpangan dapat dilakukan digunakan adalah dengan menggunakan
pencegahan secara dini. metode DDST (Denver Development
Screening Test). DDST adalah alat
B. ANALISA BIVARIAT skrining perkembangan formal yang
1. Hubungan Pola Asuh danStimulasi mengukur anak dari lahir sampai usia 6
dengan Perkembangan Anak Usia 3- tahun. Untuk penelitian ini, menggunakan
5 tahun DDST-II yang sudah dikenalkan sejak
Berdasarkan hasil penelitian tahun 1992 dan sudah distandardisasi
mengenai pola asuh orang tua didesa kepada 2096 anak. Untuk versii
Karangrowo didapatkan hasil pola asuh sebelumnya disebut DDST, yaitu test
tua baik dengan jumlah sebanyak12 denver yang pertama kali distandardisasi
(15,6%), pola asuh orang tua sedang kepada 1036 anak berumur 2 minggu
dengan jumlah sebanyak 62 ( 80,5%) dan sampai 6 tahun di Denver, Colorado
pola asuh orang tua kurang dengan jumlah (Shahshahani,.dkk, 2010). Penggunaan
sebanyak 3 (3,9%). test DDST bertujuan agar orang tua dapat
Pada Penelitian ini menggunakan uji mengetahui secara lebih dini mengenai
statistic chi square dan didapatkan hasil p tingkat perkembangan anak sehingga
value = ,000 jadi p<0,05 yang berarti apabila ditemukan penyimpangan dapat
menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho dilakukan pencegahan secara dini.
ditolak, Yang artinya bahwa ada Hal ini sesuai dengan hasil
hubungan antara pola asuh orang tua penelitian yang dilakukan yaitu dari
dengan perkembangan anak pada usia usia sejumlah pola asuh orang tua baik
3-5 tahun didesa Karangrowo Demak. sebanyak 12 responden ( 15,6%),dan ada
Perkembangan (development) 39 anak normal (50,6%), pola asuh orang
adalah bertambahnya kemampuan (skill) tua sedang sebanyak 62 responden (
dan fungsi tubuh yang lebih komplek, 80,5%) dan ada 25 anak suspec ( 32,5%),
dalam pola yang teratur, sebagai hasil dari

948
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

dan pola asuh orang tua kurang sebanyak kemampuan social sesuai tahap
3 ( 3,9%) dan 13 anak untestable (16,9%). perkembangannya (Supartini, 2004).
Kaisa (2000) menambahkan pola Menurut Widyarini (2003) pola asuh
asuh adalah perilaku yang diterapkan ada tiga yaitu pola asuh ototarian, pola
orang tua kepada anak dan bersifat relatif asuh otoritatif, pola asuh mengabaikan
konsisten dari waktu ke waktu.Pola ini dan pola asuh menuruti. Menurut
tergantung bagaimana dari perilaku dan Maccoby dan Mc loby sebagaimana
sikap orang tua kepada anaknya, dan dikutip (Supaaryanto, 2010) factor-faktor
efeknya dapat dirasakan oleh anak dari yang mempengaruhi pola asuh meliputi:
segi negatif atau positifnya. 1. Pendidikan
Penelitian ini sejalan dengan Pendidikan adalah bimbingan yang
penelitian Yani (2012), bahwa pola asuh diberikan seseorang kepada orang lain
orangtua dengan perkembangan personal yang diperlukan untuk mendapatkan
sosial, motorik dan bahasa anak informasi sehingga dapat meningkatkan
prasekolah dikategorikan normal dengan kualitas hidup seseorang (Elisabeth, 2010)
persentasi 54,5 %. Penelitian ini Berdasarkan penelitian ini
menyimpulkan bahwa pola asuh erat ditemukan frekuensi tingkat pendidikan
hubunga orang tua dengan perkembangan sebanyak 0 responden (0%) tamat SD,
anak dalam kategori normal, dimana pola sebanyak 42 responden yang berlatar
asuh demokratis adalah pola asuh yang belakang pendidikan SMP mampu
efektif, karena orangtua demokratis memberikan pola asuh yang cukup
menerapkan keseimbangan antara (83,3%), pola asuh baik (11,9%), pola
pengawasan dengan kebebasan terhadap asuh kurang (4,8%). Sedangkan responden
tingkah laku anak sehingga anak merasa yang berpendidikan SMA sebanyak 29
diberikan kesempatan untuk responden diantaranya yang mampu
mengutarakan pendapat mereka. Hal ini memberikan pola asuh cukup (79,3%),
sesuai dengan pendapat Soetjiningsih pola asuh baik (17,2%), sedangkan pola
(2013), bahwa orangtua yang menerapkan asuh kurang( 3,5%). Sedangkan responden
pola asuh demokratis akan memengaruhi berpendidikan perguruan tinggi 6
kemampuan sosialisasi anak, karena anak diantaranya yang mampu memberikan
hidup dalam keluarga yang selalu pola asuh cukup (66,7%), pola asuh
mendukung dalam cinta kasih, kehangatan baik(33.3%), dan pola asuh kurang(0%).
dan interaksi keluarga yang harmonis, Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
sehingga anak mempunyai penyesuaian ibu dengan anak usia 3-5 tahun di Desa
sosial yang baik dan bisa tumbuh dan Karangrowo memiliki tingkat pendidikan
berkembang secara optimal. menengah keatas.
Pola asuh orang tua dalam 2. Pekerjaan
perkembangan anak adalah cara yang Pekerjaan diartikan sebagai suatu
digunakan dalam proses interaksi yang yang harus dilakukan untuk menunjang
berkelanjutan antara orang tua dan anak kelangsungan hidupnya dan keluarganya
adalah sebuah cara yang digunakan dalam (Elizabeth, 2010)
proses interaksi yang berkelanjutan antara Berdasarkan tabel,menunjukkan
orang tua dan anak untuk membentuk bahwa pekerjaan orang tua dalam
hubungan yang hangat, dan memfasilitasi penelitian yang dilakukan sebanyak 26
anak untuk mengembangkan kemampuan responden tidak bekerja yang mampu
anak yang meliputi perkembangan melaksanakan pola asuh cukup sebanyak
motorik halus, motorik kasar, bahasa dan 84,6% , pola asuh baik 11,5%, pola asuh
kurang 3,9%. Sedangkan 25 responden

949
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

bekerja sebagai buruh mampu terdiri dari berbagai macam aspek


melaksanakan pola asuh cukup 88%, pola pendukung salah satu factor pendukung
asuh baik 8%, dan pola asuh kurang 4% . adalah pola asuh orang tua. Pola asuh
sedangkan 4 responden bekerja sebagai yaitu suatu cara untuk mengurus,
guru mampu melaksankan pola asuh merawat, mendidik, memberikan
cukup sebanyak 50%, pola asuh baik 25% bimbingan kepada anak-anaknya dengan
dan pola asuh kurang 25%. Sedangkan 2 penuh kasih sayang tanpa suatu imbalan
responden bekerja sebagai perawat apapun.
mampu melaksanakan pola asuh cukup Beberapa faktor penting yang
50%, pola asuh baik 50%, pola asuh memepengaruhi perkembangan adalah
kurang 0%. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh dan stimulasi orang tua. Setiap
mayoritas warga Karangrowo bekerja anak perlu mendapat stimulasi rutin
sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja). sedinii mungkin dan terus menerus dan
3. Umur setiap saat. Stimulasi adalah kegiatan
Umur merupakan hitungan usia merangsang kemampuan dasar anak usia
mulai dari individu dilahirkan sampai 0-6 tahun agar dapat tumbuh dan
berulang tahun (Elizabeth, 2010). berkembang secara optimal (Depkes RI,
Berdasarkan tabel menunjukkan 2013)
bahwa umur orang tua dalam penelitian Stimulasi tumbuh kembang anak
yang dilakukan mayoritas. Usia < 25 dilakukan oleh ibu dan ayah yang
tahun sebanyak 4 responden (5,2%), 25- merupakan orang terdekat dengan anak,
35 tahun sebanyak 65 responden( 84,5%), anggota keluarga lain dan kelompok
> 35 tahun sebanyak 8 responden (10,3%). masyarakat di lingkungan rumah tangga
Hal ini menujukkan bahwa mayoritas masing-masing dan dalam kehidupan
umur ibu berada pada usia produktif. sehari-hari. Kemampuan dasar anak yang
2. Hubungan Stimulasi dengan dapat dirangsang dengan stimulasi adalah
Perkembangan anak usia 3-5 tahun kemampuan gerak kasar, kemampuan
Dari hasil penelititan tentang praktik gerak halus, kemampuan bicara,
stimulasi yang diberikan orang tua di Desa kemampuan bicara, dan kemampuan
Karangrowo didapatkan hasil stimulasi sosialisasi (Depkes RI, 2010).
yang diberikan orang tua baik, dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
jumlah sebanyak. dilakukan hasil dari 77 responden orang
Penelitian ini menggunakan metode tua yang memberikan stimulasi baik 24
uji statistic chi square dan didapatkan responden (31,2%) dengan hasil
hasil p value= 0,00 jadi < 0,05 yang perkembangan anak normal 24 anak
berarti bahwa Ha diterima dan Ho (100%), suspec 0%, dan untestable 0% ,
ditolak. Yang artinya bahwa ada Stimulasi cukup 47 responden(61%)
hubungan antara stimulasi yang diberikan dengan perkembangan normal 15 (31,9%),
oleh orang tua dengan perkembangan suspec 24(51%), dan untestable 8(17,1%).
anak usia 3-5 tahun didesa Karang rowo. Sedangkan stimulasi kurang 6 responden
Perkembangan (development) (7,8%) dengan perkembangan normal
adalah bertambahnya kemampuan (skill) 0(0%), suspec 1(16,6%) dan unstetable 5(
dan fungsi tubuh yang lebih komplek, 83,4%).
dalam pola yang teratur, sebagai hasil dari Setiap anak perlu mendapat
proses maturitas. Perkembangan meliputi stimulasi rutin sedini mungkin dan terus
perkembangan kognitif, motorik, bahasa, menerus dan setiap saat. Stimulasi adalah
emosi dan perkembangan perilaku kegiatan merangsang kemampuan dasar
(Soetjiningsih,2013). Pekembangan anak anak usia 0-6 tahun agar dapat tumbuh

950
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

dan berkembang secara optimal (Depkes menurut Supinah menunjukkan


RI, 2013) responden yang memiliki stimulasi dini
Stimulasi tumbuh kembang anak dengan kategori baik, yaitu sebanyak 15
dilakukan oleh ibu dan ayah yang responden (44,1%), sedangkan yang
merupakan orang terdekat dengan anak, memiliki cukup sebanyak 10 responden
anggota keluarga lain dan kelompok (29,4%), dan yang memiliki kurang
masyarakat di lingkungan rumah tangga sebanyak 9 responden (26,5%),
masing-masing dan dalam kehidupan Menurut peneliti pemberian
sehari-hari. Kemampuan dasar anak yang rangsangan harus dilakukan sejak
dapat dirangsang dengan stimulasi adalah lahir, terus menerus, bervariasi, dengan
kemampuan gerak kasar, kemampuan suasana bermain dan kasih sayang.
gerak halus, kemampuan bicara, Berdasarkan pendapat tersebut, stimulasi
kemampuan bicara, dan kemampuan dini dipandang sebagai suatu proses
sosialisasi (Depkes RI, 2010). perilaku yang dilakukan oleh ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang terhadap anaknya. Perkembangan
dilakukan hasil dari 77 responden orang memerlukan rangsangan/ stimulasi
tua yang memberikan stimulasi baik 24 khususnya dalam keluarga. Stimulasi
responden (31,2%) dengan hasil merupakan hal yang penting dalam
perkembangan anak normal 24 anak proses tumbuh kembang anak. Anak
(100%), suspec 0%, dan untestable 0% , yang mendapat stimulasi yang terarah
Stimulasi cukup 47 responden(61%) dan teratur dari orang tua akan lebih
dengan perkembangan normal 15 (31,9%), cepat berkembang dibandingkan dengan
suspec 24(51%), dan untestable 8(17,1%). anak yang kurang/tidak mendapat
Sedangkan stimulasi kurang 6 responden stimulasi
(7,8%) dengan perkembangan normal Stimulasi tumbuh kembang anak
0(0%), suspec 1(16,6%) dan unstetable 5( dilakukan oleh ibu dan ayah yang
83,4%). merupakan orang terdekat dengan anak,
Setiap anak perlu mendapat anggota keluarga lain dan kelompok
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus masyarakat di lingkungan rumah tangga
menerus dan setiap saat. Stimulasi adalah masing-masing dan dalam kehidupan
kegiatan merangsang kemampuan dasar sehari-hari. Kemampuan dasar anak yang
anak usia 0-6 tahun agar dapat tumbuh dapat dirangsang dengan stimulasi adalah
dan berkembang secara optimal (Depkes kemampuan gerak kasar, kemampuan
RI, 2013) gerak halus, kemampuan bicara,
Menurut hasil penelitian Supinah, kemampuan bicara, dan kemampuan
sebagian besar sebesar 53% memberikan sosialisasi (Depkes RI, 2010).
stimulasi adalah baik dan menghasilkan Ada beberapa hal yang tidak boleh
sebagian besar anak usia 3-5 tahun, dilupakan untuk memberikan stimulasii
sebesar 71% memiliki perkembangan yaitu adalah waktu istirahat yang cukup
yang sesuai. Analisa spearman rank dan pemberian stimulasi sesuai umur
menghasilkan nilai rho hitung sebesar anak. Umur adalah usia saat dilahirkan
0,687 menunjukkan bahwa antara individu buat berberulang tahun
memberikan stimulasi dengan (Elizabeth, 2010). Berdasarkan penelitian
perkembangan pada anak usia 3-5 tahun menunjukkan 77 responden anak jumlah
memiliki keeratan yang kuat. Artinya usia 36-48 bulan sebanyak 27 responden(
baik buruknya dalam menstimulasi 35,1%), usia 48-60 bulan sebanyak 27
anaknya akan sangat berpengaruh pada responden (35,1%) dan 60-71 bulan 23
perkembangan anaknya. Penelitian responden(29,9%).

951
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

f. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang REFERENSI
hubungan pola asuh dan stimulasi orang
tua dengan perkembangan anak pada Adriana D. 2013. Tumbuh kembang dan
usia 3-5 tahun di Desa Karangrowo terapi bermain pada anak. Jakarta:
Demak dapat diambil kesimpulan: Selemb Medika.
1. Hasil penelitian tentang pola asuh
orang tua di Desa Karangrowo Akhriani, H. N. (2015). Hubungan Pola
didapatkan bahwa mayoritas pola Asuh Orangtua dengan
asuh orang tua sedang sebanyak 62 Perkembangan Anak Prasekolah di
responden (80,5%), pola asuh kurang Pendidikan Anak Usia Dini Aisyiyah
sebanyak 3 responden (3,9%). Insan Robbani Muntilan. Doctoral
2. Hasil penelitiian tentang stimulasi Dissertation. Stikes Aisyiyah
yang diberikan orang tua pada anak Yogyakarta.
usia 3-5 tahun di Desa Karangrowo
didapatkan mayoritas orang tua Annisa. (2012). Hubungan antara Pola
memberikan stimulasi baik sebanyak Asuh Ibu dengan Perilaku Bullying
24 responden ( 31,2%), dan stimulasi Remaja.Skripsi. Progam Studi Ilmu
kurang sebanyak 6 responden (7,8%). Keperawatan UI: Depok.
3. Hasil penelitian perkembangan anak
Anwar, Sanusi. 2014. Metodologi
usia 3-5 tahun di Desa Karangrowo,
penelitian bisnis. Jakarta. Salmeba
didapatkan mayoritas stimulasi baik
Empat
24 responden (31,2%) dengan hasil
perkembangan anak normal 24 anak Bernie, Madise Endyani. 2014.
(100%), suspec 0% dan untestable Pengetahuan ibu tentang stimulasi
0%, stimulasi cukup 47 responden perkembangan motorik anak. Unit
(61%) dengan perkembangan normal Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang
15 anak ( 31,9%), suspec 24 anak Pediatrik Sosial. Jakarta: IDAI
(51%),dan untestable 8 anak (17,1%). (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Sedangkan stimulasi kurang 6
responden (7,8%) dengan Broot. (2009). America’s Children: Key
perkembangan normal 0 (0%), suspec National Indicators of Well-Being.
1 anak (16,6%), dan untestable 5 Annals of Epidemiology, 19(9),
anak (83,4%). 667–668.
4. Ada hubungan antara pola asuh orang
tua dengan perkembangan anak pada Chamidah AN. 2009. Deteksi dini
usia 3-5 tahun di Desa Karangrowo gangguan pertumbuhan dan
Demak dibuktikan dengan uji chi perkembangan anak. Lumbung
square dan diperoleh p value=,000 Pustaka Universitas Negeri
lebih kecil dari tingkat kemaknaan a Yogyakarta [Online Journal]
< 0,05 . [diunduh 23 maret 2017]. Tersedia
5. Ada hubungan antara stimulasi dari:
dengan perkembangan anak usia 3-5 http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/422
tahun di Desa Karangrowo Demak 6.
dibuktikan dengan uji chi square dan
diperoleh p value = 0,002 lebih kecil
dari tingkat kemaknaan a< 0,05.

952
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Depkes RI. 2005. Pedoman nasional Soetjiningsih, Ranuh G. 2013. Tumbuh


tumbuh kembang anak. Jakarta: kembang anak Edisi ke-2. Denpasar:
Gramedia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes RI. 2010. Pedoman nasional Subandi. 2009. Masa Perkembangan


tumbuh kembang anak. Jakarta: Anak. Jakarta: Salemba Humanika.
Gramedia.
Suryanti. 2010. Aspek perkembangan
Gunarsa, Singgih.(2008). Psikologi motorik dan keterhubungannya
Perkembangan Anak. dengan aspek fisik dan intelektual
Jakarta:Gunung mulia anak. Di akses pada tanggal 10 mei
2018 di
Hurlock (2012). Psikologi Perkembangan. http://www.ibudanbalita.com
Ed ke-5. Jakarta: Erlangga
Supinah. 2011. Hubungan Antara
Hooshino, T., & Anme, T. (2012). Ketrampilan Stimulasi Ibu Dengan
Developmental Trajectories of Perkembangan Motorik Kasar Pada
Social Skills during Early Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Jintel
Childhood and Links to Parenting Kecamatan Rejoso Kabupaten
Practices in a Japanese Sample, 1– Nganjuk. Skripsi.Program Studi
14 Kebidanan (D-IV) Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Kadiri.
IDAI. 2012. Tumbuh kembang anak dan
remaja. Jakarta: Sagung Seto. Utami, Rahayu B. 2008. Pengaruh tingkat
pendidikan dan tipe pola asuh orang
Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas dan tua terhadap perkembangan
reliabilitas suatu instrumen psikososial anak prasekolah di
penelitian. Jurnal Tabularsa PPS taman kanak-kanak Aisyiyah
UNIMED. 6(1): 87-97. Nganjuk. Universitas Sebelas Maret.
(Unpublished Thesis).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
penelitian dan kesehatan. Jakarta: Widi, R. 2015. Uji validitas dan
Rieneka Cipta. reliabilitas dalam penelitian. Jurnal
UNEJ. 8(1): 27-34
Puspitawati, Herien & Herawati, Tin.
2013. Metode Penelitian Keluarga. Widyarini. (2003). Dasar-dasar
Bogor: IPB Press. Metodelogi Penelitian Klinis. Edisi
ke-5. Jakarta: Sagung Seto
Rivanti. (2015). Hubungan Pola Asuh
dengan Perkembangan Anak Usia
Prasekolah di TK kartika x-9 Wong,D.L.,Hockenberry,M.E.,Wilson,D.,
Cimahi 2012. Skripsi. STIKes Winkeltestein,M.&Schwartz,P.(2009).
Jendral Achmad Yani. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Ed.6
(Agus Sutarna,Neti Juniarti &
Sastroasmoro S, Sudigdo, Sofyan Ismael. H.y.Kuncara,Penerjemah). Jakarta: EGC
2010. Dasar-dasar metodelogi
penelitian klinis edisi ketiga.
Jakarta: Sagung Seto

953

Anda mungkin juga menyukai