Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia

seutuhnya, antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya

kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan,

ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat

(intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam

kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya ditujukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup

anak agar mencapai tumbuh kembang optimal (Depkes RI, 2010).

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak akan mengalami siklus yang

berbeda-beda. Peristiwa tumbuh kembang anak dapat secara cepat maupun lambat

tergatung dari individu atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan

tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh faktor hereditas, faktor lingkungan

dan faktor hormonal (Hidayat, 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan

(Dewi, 2010).

Perkembangan anak menuju dewasa terdapat berbagai tahapan yang harus

dilalui anak. Tahapan terpenting adalah masa dibawah lima tahun terutama masa
2

tiga tahun pertama atau pada usia toddler (Mar’at, 2007, h.129). Anak usia

toddler merupakan anak usia 12-36 bulan atau usia 1-3 tahun pada periode ini

anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana

mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala.

Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan

perkembangan intelektual secara optimal (Hamaidah, 2015).

Usia toddler merupakan langkah awal yang dapat menentukan kecerdasan

anak di masa mendatang dan jika pada usia toddler anak tidak mendapatkan

stimulus yang optimal, maka anak akan mengalami gangguan emosi, moral,

intelekual, mental, dan sosial (Setiyadi, 2014). Perkembangan anak terdiri atas

motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian.

Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan

perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum

diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5

tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum (Medise, 2013).

Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak telah dibuat, salah satunya adalah Pra Skrining

Perkembangan. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) adalah suatu

daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang tua dan dipergunakan

sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak (Diana,

2010).

Hasil penelitian yang dilakukan Sutrisno (2003) tentang hubungan status

gizi dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia 2 - 3 tahun pada
3

keluarga sejahtera di Wilayah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan

Propinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa diskripsi sampel yang berstatus gizi

baik adalah : 68 % dalam indeks TB/U; 88 % dalam indeks BB/TB; 49 % dalam

tingkat kecukupan energi; 100 % dalam tingkat kecukupan protein dan 53 %

dalam tingkat kecukupan zat besi. Selanjutnya 60 % anak memiliki tingkat

perkembangan motorik kasar baik.

Data yang diperoleh dari Posyandu Puspa Kencana didapatkan jumlah anak

usia toddler sebanyak 130 anak. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan

terhadap 10 anak di Posyandu Puspa Kencana pada bulan 12 Februari 2018

dengan melakukan observasi didapatkan hasil bahwa 5 anak perkembangan

dengan kategori meragukan, kemudian dengan kategori penyimpangan sebanyak

4 anak dan sesuai dengan perkembangan sebanyak 1 anak.

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul Gambaran Karakteristik dan Perkembangan

pada Anak Usia Toddler Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

(KPSP) di Posyandu Puspa Kencana Kecamatan Cilacap Selatan tahun 2018.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian

adalah Bagaimana gambaran karakteristik dan perkembangan pada anak usia

toddler menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) di

Posyandu Puspa Kencana Kecamatan Cilacap Selatan tahun 2018?”.


4

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

karateristik dan perkembangan pada anak usia toddler menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) di Posyandu Puspa Kencana

Kecamatan Cilacap Selatan tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui gambaran karakteristik anak usia toddler berdasarkan usia,

jenis kelamin dan status gizi di Posyandu Puspa Kencana Kecamatan

Cilacap Selatan tahun 2018.

b. Mengetahui gambaran perkembangan pada anak usia toddler

menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) di Posyandu

Puspa Kencana Kecamatan Cilacap Selatan tahun 2018

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Penelitian diharapkan dapat mengembangkan ilmu kebidanan secara

umum dan khususnya tentang karakteristik dan perkembangan pada anak usia

toddler menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dan

penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan

penelitian selanjutnya.
5

2. Manfaat praktis

a. STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan khususnya

tentang karakteristik dan perkembangan pada anak usia toddler

menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

b. Orang tua

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi khususnya

tentang pentingnya gizi bagi perkembangan anak pra sekolah sehingga

orang tua dapat memberikan gizi seimbang pada anaknya agar

perkembanganya dapat optimal.

c. Bidan

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat khususnya tentang deteksi dini

perkembangan pada anak usia toddler dengan menggunakan KPSP dan

menanganinya secara terpadu dan profesional sehingga diharapkan dapat

dicapai hasil yang maksimal.

d. Posyandu

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi tentang

perkembangan anak pada usia toddler dengan menggunakan Kuesioner

Pra Skrining Perkembangan (KPSP).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Karakteristik Anak Usia Todller

a. Pengertian

Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup

seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga

tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.

karakteristik merupakan ciri atau karateristik yang secara alamiah

melekat pada diri seseorang yang meliputi umur, jenis kelamin,

ras/suku, pengetahuan, agama atau kepercayaan dan sebagainya

(Caragih 2013).

Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun) pada

periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan

bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan

tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting

untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara

optimal (Hamaidah, 2015).

b. Karakteristik anak usia Todller

1) Usia

Anak pada usia 1-2 tahun kecepatan pertumbuhan mulai

menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.


7

Perkembangan pada masa usia lebih dari 3-tahun dapat berlangsung

stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan

perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan

kognitif.

Menurut teori Erikson (dalam Nursalam, 2010, h.25), pada

usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah.

Pada masa ini, rasa ingin tahu dan adanya imajinasi anak

berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala

sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua

mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa

bersalah. Sedangkan menurut teori Freud (dalam Muslimah), anak

berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan

jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan

mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya sehingga

kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa

disekitarnya.

Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses perubahan

dalam pola makan dimana pada umunya anak mengalami kesulitan

untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan

proses kemandirian dan perkembangan kognitif sudah mulai

menunjukkan perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri untuk

memasuki sekolah (Hidayat, 2008, h.35).


8

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan

gizi untuk seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga

dan protein dibandingkan wanita. Pria lebih sanggup mengerjakan

pekerjaan berat yang tidak biasa dilakukan wanita. Selama masa

bayi dan anak-anak, anak perempuan cenderung lebih rendah

kemungkinannya menjadi stunting dan severe stunting dari pada

anak laki-laki, selain itu bayi perempuan dapat bertahan hidup

dalam jumlah lebih besar daripada bayi laki-laki pada negara

berkembang termasuk Indonesia (Ramli et al. 2013).

Kecepatan laju pertumbuhan lebih cepat anak perempuan

dari pada anak laki-laki dalam usia balita. Akan tetapi pertumbuhan

anak perempuan lebih cepat berhenti dari pada laki-laki.

(Soetjingsih, 2010, h.39).

3). Status Gizi

a. Pengertian

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara

status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatzier, 2009, h.3).

Menurut Supariasa dkk (2007, h.17), status gizi adalah ekspresi

dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,

atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.


9

b. Penilaian status gizi

Chandra (2016) menjelaskan bawa penilaian status gizi

dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

1) Penilaian gizi secara langsung

a) Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri

gizi berhubungan dengan berbagi macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan

antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan

fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot

dan jumlah air dalam tubuh

Dalam program gizi masyarakat, pemantauan

status gizi anak balita menggunakan metode

antropometri. Antropometri sebagai indikator status

gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul

dan tebal lemak di bawah kulit. Beberapa indeks

antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan


10

menurun umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

(TT/U) dan berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB).

b) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat

penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode

ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.

Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial

epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan

metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat

(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk

mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping

itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi

seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu

tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat

penyakit.

c) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah

pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris


11

yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah,

urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti

hati dan otot. Penggunaan metode ini digunakan untuk

suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi

keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak

gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan

kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah

metode penentuan status gizi dengan melihat

kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat

digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta

senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara

yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2) Penilaian status gizi secara tidak langsung

a) Survei konsumsi makanan

b) Statistik vital

c) Faktor ekologi

c. Klasifikasi status gizi

Chandra (2016) menjelaskan bahwa pengukuran baku

antropomentri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah


12

WHO-NCHS. Klasifikasi status gizi dapat dibedakan menjadi

empat yaitu:

1) Gizi lebih (Over weight)

Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi

dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek

toksis atau membahayakan. Kelebihan berat badan pada

balita terjadi karena ketidakmampuan antara energi yang

masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit

olahraga atau keduanya. Kelebihan berat badan anak tidak

boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus

menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan (Zebua, 2014).

2) Gizi baik (well nourished)

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila

tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan

secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan

secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier,

2009).

3) Gizi kurang (under weight)

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami

kekurangan satu atau lebih zat-zat esensia (Chandra 2016).


13

4) Gizi buruk (severe Protein Calori Malnutrition)

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang

dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain

status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi

yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.

Di Indonesia, kasus Kurng Energi Protein (KEP) adalah

salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada

balita (Zebua, 2014).

Menurut Depkes RI (2010) Paremeter BB/U berdasarkan

Z-Score diklasifikasikan menjadi :

1) Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3SD

2) Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD

3) Gizi Baik (Normal) : -2SD sampai +2SD

4) Gizi Lebih (Gemuk) : > +2SD

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat

diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS)

dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang

bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku

Rujukan (NSBR), atau dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita


14

Sevtiyana (2010) menjelaskan bahwa status gizi balita pada

prinsipnya dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu sebagai

berikut :

1) Genetik

Faktor genetik misalnya peran sistem immun

berpengaruh pada status gizi anak

2) Perilaku kesehatan

Faktor perilaku diantaranya adalah diet, merokok,

aktifitas fisik, transportasi, orientasi spiritual dan

sebagainya yang dapat mempengaruhi status gizi balita.

3) Program kesehatan

Program kesehatan misalnya kualitas pelayanan

kesehatan, ketanggapan pelayanan kesehatan, rawat inap

atau berobat jalan, pelayanan kesehatan ibu dan anak,

pemberian makanan tambahan dan lain sebagainya dapat

mempengaruhi status gizi pada balita.

4) Lingkungan.

Status gizi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

dalam hal ini termasuk pengaruh sosial (misal :

pendidikan, pekerjaan, pendapatan), pengaruh budaya

(misal : keluarga, agama), pengaruh fisik (misal : air

bersih, iklim, sanitasi), pengaruh emosi dan biologi,


15

kesemua hal tersebut berkaitan dapat mempengaruhi status

gizi balita.

e. Gizi seimbang pada balita

Ramli (2013) menjelaskan bahwa gizi seimbang

merupakan pola makan yang seimbangantara zat gizi yang di

peroleh dari aneka ragammakanan dalam memenuhi kebutuhan

zat gizi untukhidup sehat, cerdas, dan produktif. Seimbang

adalah keseimbanganantara asupan dan kebutuhan zat gizi,

antara kelompokpangan sumber tenaga, sumber pembangun

(lauk-pauk), dan sumber zat pengatur (sayuran dan bua), serta

keseimbangan antara waktu makan (pagi, siang, dan malam).

Sukmo (2012) menjelaskan bahwa kebutuhan gizi yang

harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi energi dan

protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama

kurang lebih 100-120 kkal/ kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan

pertambahan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10

kkal/ kg berat badan. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan

adalah 60-70% dari total energi. Sumber karbohidrat dapat

diperoleh dari beras, jagung, singkong, tepung-tepungan, gula,

dan serat makanan. Serat makanan sangat penting untuk

menjaga kesehatan alat pencernaan. Vitamin dan mineral pada

masa balita sangat diperlukan untuk mengatur keseimbangan

kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan. Kebutuhan akan


16

vitamin dan mineral jauh lebih kecil dari pada protein, lemak,

dan karbohidrat

f. Hubungan gizi dengan tumbuh kembang balita

Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh dalam membantu

proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta mencegah

terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh,

seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi

yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi

tiamin, defisiensi kalium, dan lain-lain yang dapat

menghambat proses tumbuh kembang anak (Hidayat, 2011,

h.41).

Gizi merupakan salah satu penentu kwalitas sumber daya

manusia. Akibat kekurangan gizi akan menyebabkan beberapa

efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak

optimalnya perkembangan dan kecerdasan. Akibat lain adalah

terjadinya penurunan produktifitas, menurunnya daya tahan

tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko

kesakitan dan kematian. Gizi yang baik sangat diperlukan

untuk proses tumbuh kembang bagi anak-anak yang normal

ditinjau dari segi umur, anak balita yaitu anak yang berumur di

bawah lima tahun, merupakan anak yang sedang dalam masa

tumbuh kembang adalah merupakan golongan yang paling

rawan terhadap kekurangan kalori protein (Sukmo, 2012).


17

2. Perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun)

a. Pengertian

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kamandirian (Depkes RI 2010, h. 4). Anak

usia toddler (1-3 tahun) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai

membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal.

Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan

diluar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan teman,

mengembangkan perilaku/moral secara simbolis dan kemampuan

berbahasa yang minimal (Hamaidah, 2015).

b. Aspek-aspek perkembangan

Susanto (2012, h.33) menjelaskan bahwa aspek-aspek

perkembangan pada meliputi :

1) Aspek perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

2) Aspek perkembangan intelegensi

3) Aspek perkembangan bahasa

4) Aspek perkembangan sosial

5) Aspek perkembangan moral

c. Tahapan perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun)

Hasan (2009, h.116) menjelaskan bahwa tahapan perkembangan

kemampuan balita usia 1 hingga 3 tahun di adalah sebagai berikut:

1) Anak usia 13-15 bulan sudah berminat pada gambar, mengambil

mainan sendiri, berceloteh, dan mampu meniru kegiatan orang lain.


18

2) Anak usia 16-18 bulan sudah bisa mengucapkan kata-kata yang lebih

banyak, menemukan mainan yang disembunyikan, dan mengerti

fungsi benda.

3) Anakusia 19-24 bulan anak sudah memahami konsep sederhana

bentuk benda (seperti segitiga dan persegi), menyebut nama sendiri,

serta mengucapkan satu kalimat.

4) Anak usia 2-3 tahun sudah dapat mencocokkan bentuk, membangun

dan menghubungkan balok, berpakaian sendiri, dan semakin

memahami kata-kata orang lain.

d. Perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun)

1) Anak usia 1-2 tahun

a) Perkembangan motorik halus

Sarawaswati (2012) menjelaskan bahwa keterampilan

motorik halus adalah keterampilan yang memerlukan kecermatan

dalam melakukan gerakan-gerakan yang lebih kecil. Tugas-tugas

ini biasanya dilakukan dengan tangan dan jari, seperti

menggunting, merobek, menulis, melipat, merangkai dan lain

sebagainya. Menurut Hidayat (2011, h.19), perkembangan motorik

halus pada anak usia 1-2 tahun ditunjukkan dengan kemampuan

anak dalam mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus

Sukarnadi (2014) menjelaskan bahwa ketrampilan motorik

halus pada anak usia 1-2 tahun adalah sebagai berikut :

(1) Mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk


19

(2) Mengambil benda kecil dalam membungkuk

(3) Membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan

(4) Menyusun beberapa balok menjadi menara

(5) Menuang cairan dari wadah ke wadah lainnya

(6) Memakai kaus kaki, sepatu sendiri dengan hasil kurang

sempurna

(7) Memutar tombol radio atau TV

(8) Mengupas pisang dengan hasil kurang sempurna

b) Perkembangan motorik kasar

Sarawaswati (2012) menjelaskan bahwa keterampilan

motorik kasar adalah keterampilan yang melibatkan kelompok otot

besar seperti berjalan, naik turun tangga, berlari, melompat,

memanjat dan lain-lain. Semua kegiatan fisik ini membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi dengan anggota tubuh lainnya.

Perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-2 tahun

meningkat secara signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu

melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan, anak

mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang dan pada

akhir tahun kedua, anak sudah mampu berlari-lari kecil,

menendang bola dan mulai mencoba melompat (Hidayat, 2011,

h.20).

Ekowati (2009, h.36) menambahkan bahwa perkembangan

motorik kasar pada anak usia 12 bulan sampai kurang dari 18


20

bulan ditandai dengan anak sudah mampu berdiri sendiri, naik

tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan merangkak,

menendang bola ke arah depan dan berdiri dengan satu kaki

selama satu detik. Sedangkan perkembangan motorik kasar pada

anak usia 18- 24 bulan ditandai dengan anak mampu melompat di

tempat, naik tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan

berpegangan, berjalan mundur beberapa langkah dan meraik benda

yang tidak terlalu berat.

c) Perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa anak usia 1-2 tahun adalah anak

mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata, kemampuan

meniru, mengenal dan responsif terhadap orang lain, mampu

menunjukkan dua gambar dan mampu mengkombinasikan kata-

kata (Hidayat, 2011, h.21).

Perkembangan bahasa pada anak berumur 12-15 bulan,

muncul kata-kata baru sebanyak 4-6 kata. Selain itu, terdengar

immature jargoning, yaitu anak berbicara dalam bahasa yang aneh

atau mencoba mengucapkan kalimat berupa suara yang tidak jelas

artinya. Pada umur 16-17 bulan, anak sudah dapat menguasai 7-20

kata jargoning menjadi lebih matang dan ditandai munculnya kata

yang benar di antara kata yang tidak benar. Pada usia 18 bulan, ia

dapat mengucapkan kalimat pendek yang susunannya belum benar,


21

misalnya, “Joni minta”, “Kasih Joni”, “Minta susu” (Hasan, 2009,

h. 58).

d) Perkembangan sosial

Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan

tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup

sebagai bagian dari kelompoknya. Perilaku sosial merupakan

aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman

sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya.

Perkembangan sosial pada anak usia 1-2 tahun adalah anak mulai

tertarik terhadap anak lainnya, anak ingin dekat dan berkomunikasi

dengan orang dewasa, anak mampu melakukan aktivitas

sederhana, anak dapat menggunakan alat permainan sebagai alat

untuk hubungan sosial dan anak mampu bermain bersama tanpa

interaksi (Pratisto, 2012).

Perkembangan sosial pada anak usia 1-2 tahun dapat

ditunjukkan dengan adanya kemampuan membantu kegiatan di

rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigiserta mencoba

mengenakan baju sendiri (Hidayat, 2011, h. 22).

2) Anak usia 2-3 tahun

a) Perkembangan motorik halus

Judarwanto (2012) menjelaskan bahwa perkembangan

motorik halus pada anak usia 2-3 tahun adalah anak sudah mampu

mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan,


22

memegang pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju dan

memakai baju sendiri. Menurut Ekowati (2009, h.38) menjelaskan

bahwa kemampuan motorik halus pada anak usia 2-3 tahun adalah

anak dapat meremas kertas atau kain dengan menggerakkan lima

jari, melipat kertas meskipun belum rapi atau lurus, mengguntung

kertas tanpa pola dan koordinasi jari tangan cukup baik untuk

memegang benda pipih seperti sikat gigi, sendok dan sebagainya.

b) Perkembangan motorik kasar

Sarawaswati (2012) menjelaskan bahwa beberapa

keterampilan motorik kasar yang sebaiknya harus sudah dikuasai

anak usia 2-3 tahun seperti berlari tanpa jatuh, membuka laci dan

lemari, membungkuk untuk mengambil suatu benda dan tidak

terjatuh, menendang bola besar, melompat di tempat dengan kedua

kaki jatuh bersamaan, berdiri dengan satu kaki, berjalan sendiri

tanpa jatuh, berjingkat di atas jari-jari kaki (berjinjit), melempar

bola, memanjat, berguling, berjalan naik turun tangga sendiri dan

mulai belajar naik sepeda roda tiga.

c) Perkembangan bahasa

Anak umur 21 bulan, perbendaharaan kata anak mencapai 50

kata dan ia dapat mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata. Ia

sudah menggunakan kata “saya” dan “kamu” walaupun seringkali

penggunaannya belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata “saya” dan

“kamu” sudah benar (Hasan, 2009, h. 58).


23

Menurut Ekowati (2009, h. 39), perkembangan bahasa pada

anak usia 2-3 tahun dapat menerima dan mengungkapkan bahasa.

Menerima bahasa meliputi hafal beberapa lagu anak sederhana,

memahami cerita/dongeng sederhana, memahami perintah

sederhana seperti letakkan mainan di atas meja dan dapat

mengambil mainan dalam kotak. Sedangkan mengungkapkan

bahasa, anak dapat mengungkapkan kata tanya dengan tepat (apa,

siapa, bagaimana, mengapa dan dimana).

d) Perkembangan sosial

Sukarnadi (2014) menjelaskan bahwa anak umur 2 tahun

sudah memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat dalam dunia

sosial yang lebih luas. Anak umur 2 tahun mulai gemar terlibat

bermain interaktif bersama anak/orang lain. Mereka juga memiliki

kegemaran bermain peran “pura-pura seolah-olah” mengeksplorasi

daya khayalnya yang sangat penting bagi perkembangan. Aksi

permainan “seolah-olah menjadi” ini akan membantu anak

mengembangkan ketrampilan bahasa, berpikir dan sosial. Anak

akan mampu mengembangkan ide dan kisahnya sendiri.

Ekowati (2009, h. 39) menambahkan bahwa perkembangan

sosial pada anak usia 2-3 tahun mampu mengendalikan emosi,

yaitu antara lain :

(1) Anak mulai bisa mengungkapkan ketika ingin buang air kecil

dan buang air besar.


24

(2) Mulai memahami hak orang lain seperti harus antri dan

menunggu antrian.

(3) Mulai menunjukkan sikap berbagi, membantu dan bekerja

sama dengan temannya.

(4) Menyatakan persaan terhadap anak lain seperti suka dengan

teman karena baik hati, tidak suka karena nakal dan

sebagainya.

(5) Berbagi peran dalam suatu permainan (menjadi dokter,

perawat, pasien, penjaga toko atau pembeli).

e. Gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan

Depkes RI (2010, h. 13) menjelaskan bahwa gangguan tumbuh

kembang yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :

1) Gangguan bicara

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh

perkembangan anak, kaerena kemampuan berbahasa sensitif terhadap

keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, melibatkan

kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar

anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara

dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

2) Cerebral palsy

Cerebral palsy merupakan suatu kelainan gerakan dan postur

tubuh yang tidak progresif yang disebabkan karena suatu kerusakan


25

atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang

sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya.

3) Syndrom down

Anak dengan syndrom down adalah individu yang dapat dikenal

dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, terjadi

akibat adanya jumlah .kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya

lebih lambat dari pada anak yang normal.

4) Perawakan pendek

Perawakan pendek merupakan suatu terminologi mengenai

tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva

pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat

karena varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit

sistemik atau karena kelainan endokrin.

5) Gangguan autisme

Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti

meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut

sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.

Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup

bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

6) Retardasi mental

Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang

rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk


26

belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan

yang dianggap normal.

7) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk

memusatkan perhatian yang seringkali disertai hiperaktivitas.

f. Tahap perkembangan normal balita

Depkes RI (2010, h. 4-5) menjelaskan bahwa ciri-ciri tumbuh

kembang balita adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya

perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan

sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang

anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak

tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain

yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu

perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan

menentukan perkembangan selanjutnya.


27

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai

kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun

perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing

anak.

4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun

demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan

lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi

badannya serta bertambah kepandaiannya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum

yang tetap, yaitu:

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian

menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (polas sefalokaudal).

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak

kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur

dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,

misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum


28

mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan

dan sebagainya.

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Hidayat (2011, h. 11) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut :

1) Faktor hereditas

Faktor hereditas merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai

dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor lain.

Faktor hereditas meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa

2) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi lingkungan prenatal (lingkungan

dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (lingkungan setelah bayi

lahir.

a) Lingkungan prenatal, merupakan lingkungan dalam kandungan,

mulai darikonsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu

hamil, lingkungan mekanis, zat kimian atau toksin dan hormonal.

b) Lingkungan postnatal

(1) Budaya lingkungan

Budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana

seseorang atau masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat,

hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti

budaya yang ada sehingga kemungkinan besar dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.


29

(2) Status sosial ekonomi

Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi

tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik

dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah.

Demikian juga dengan anak dengan pendidikan rendah tentu

akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan

mereka sering tidak mau atau tidak menyakini pentingnya

pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingya pelayanan kesehatan

lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak.

(3) Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam

menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan

perkembangan anak.

(4) Iklim dan cuaca

Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan

perkembangan. Misahnya pada saat musim tertentu kebutuhan

gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim

yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim

kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah

sulit.

(5) Olah raga atau latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan

anak karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga


30

suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur serta dapat

meningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan

pertumbuhan sel lainnya.

(6) Posisi anak dalam keluarga

Secara umum, anak pertama atau anak tunggal memiliki

kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat berkembang

karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, namun dalam

perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena

tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara

kandungnya. Sedangkan pada anak kedua atau anak tengah,

kecenderungan orang tua yang merasa sudah biasa dalam

merawat anak lebih percaya diri sehingga kemampuan anak

untuk beradaptasi lebih cepat dan mudah, meskipun dalam

perkembangan intelektual biasanya kurang apabila

dibandingkan dengan anak pertamanya.

(7) Status kesehatan

Anak yang berada dalam kondisi sehat dan sejahtera,

maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat

mudah dan sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak

seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan dan

perkembangan, namun apabila saat itu pula terjadi penyakit

kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan

untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat

karena anak memiliki masa kritis.


31

3) Faktor hormonal.

Hidayat (2011, h. 12), faktor hormonal yang berperan dalam

tumbuh kembang anak antara lain hormon somatotropin, tiroid, dan

glukokortikoid. Hormon somatotropin (growth hormone) berperan

dalam memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi

terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid

berperan menstimulasi metabolime tubuh. Hormon glukokortikoid

mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari

testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk

memproduksi estrogen).

3. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan(KPSP)

a. Pengertian

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) merupakan suatu

instrumen deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun.

KPSP ini berguna untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan. Instrumen KPSP ini dapat dilakukan di semua tingkat

pelayanan kesehatan dasar (Diana, 2010). Formulir KPSP terdiri dari 9-10

pertanyaan tentang kemampuan perkembanganyang telah dicapai anak

yang terdiri dari gerak kasar, gerak halus, sosialisasi dan kemandirian

serta berbicara dan berbahasa (Depkes RI, 2010, h. 48).

c. Cara penggunaan KPSP

Depkes RI (2010, h.48) menjelaskan bahwa cara penggunakan KPSP

adalah sebagai berikut :

1) Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.


32

2) Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur

anak.

3) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :

a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak.

b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.

4) Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak

jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum

melaksanakan.

5) Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.

6) Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban Ya atau Tidak.

7) Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

c. Interpretasi hasil KPSP

Depkes RI (2010, h. 49) menjelaskan bahwa interpretasi hasil KPSP

adalah sebagai berikut :

1) Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)

2) Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)

3) Bila jawaban Ya = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan

perkembangan (S)

4) Bila jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

5) Bila jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan

(P).
33

6) Rincilah jawaban Tidak pada nomer berapa saja menurut jenis

keterlambatan.

d. Intervensi

Depkes RI (2010, h.49) menjelaskan bahwa intervensi hasil KPSP

adalah sebagai berikut :

1) Bila perkembangan anak sesuai (S)

a) Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.

b) Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan

stimulasi sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.

c) Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan

stimulasi. Tidak usah mengambil momen khusus. Laksanakan

stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah.

d) Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

2) Bila Perkembangan anak meragukan (M)

a) Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa

yang diberikan lebih sering.

b) Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar

ketertinggalan anak.

c) Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter anak.

Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat

perkembangannya.

d) Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP

yang sama pada saat anak pertama dinilai.


34

e) Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama

sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang

sesuai umur anak.

3) Bila Perkembangan anak terjadi penyimpangan (P)

Tindakan yang dapat dilakukan adalah merujuk ke Rumah Sakit

dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan

(gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan

kemandirian).
35

B. KERANGKA TEORI

Usia

Karakteristik Anak Jenis kelamin Klasifikasi status gizi :


usia Todller 1) Gizi Buruk : <-3 SD
2) Gizi Kurang : -3 SD
Status Gizi s/d <-2 SD
3) Gizi Baik : -2 SD s/d
+2 SD
4) Gizi Lebih : > +2
SD

Kuesioner Pra Skrining


Perkembangan Perkembangan (KPSP)

Aspek perkembangan : Kriteria :


1) Aspek perkembangan 1. Sesuai dengan tahapan
motorik kasar dan perkembangan (S)
motorik halus. 2. Perkembangan anak
2) Aspek perkembangan meragukan (M)
intelegensi 3. Kemungkinan ada
3) Aspek perkembangan penyimpangan (P)
bahasa
4) Aspek perkembangan
sosial
5) Aspek perkembangan
moral

Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Caragih (2013), Hamaidah (2015), Nursalam (2010), Hidayat (2008), Ramli
et al. (2013), Soetjingsih (2010), Almatzier (2009), Chandra (2016), Zebua (2014)
Depkes RI (2010), Sevtiyana (2010), Ramli (2013), Sukmo (2012), Hidayat (2011),
Hamaidah (2015), Susanto (2012), Hasan (2009), Sarawaswati (2012), Sukarnadi
(2014), Ekowati (2009), Pratisto (2012), Judarwanto (2012)
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP

Input Process Output

1. Karakteristik :
Mendeskripsikan a. Usia
Anak usia Todller karakteristik dan b. Jenis kelamin
(1-3 tahun) perkembangan c. Status gizi
2. Pra Skrining: Aspek
menggunakan KPSP
perkembangan :
1) Aspek perkembangan
motorik kasar dan
motorik halus.
2) Aspek perkembangan
intelegensi
3) Aspek perkembangan
bahasa
4) Aspek perkembangan
sosial
5) Aspek perkembangan
moral

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

B. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana


37

variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat 2009, h.79).

definisi opersional dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
operasional Ukur
1. Karakteristik Ciri-ciri anak usia
anak usia toddler berdasarkan
toddler di usia, jenis kelamin
Posyandu dan status gizi.
Puspa Kencana
tahun 2018
a. Usia Usia balita Menggunakan Untuk keperluan Nominal
terhitung dari lahir checklist dengan analisis, data
sampai saat melihat KMS dikategorikan
dilakukan pada anak usia menjadi:
pengambilan data toddler di a. 1-2 tahun
Posyandu Puspa b. 2-3 tahun
Kencana tahun
2018
b. Jenis kelamin jenis kelamin anak Menggunakan Untuk keperluan Nominal
usia toddler checklist dengan analisis, data
melihat KMS dikategorikan
pada anak usia menjadi:
toddler di a. Laki-laki
Posyandu Puspa b. Perempuan
Kencana tahun
2018
c. Status gizi Keadaan tubuh Diukur Untuk keperluan Ordinal
sebagai akibat menggunakan analisis, data
konsumsi makanan BB/U untuk dikategorikan
dan penggunaan mengetahui nilai menjadi:
zat-zat gizi pada status gizi 1) Gizi Buruk
anak usia toddler di (Sangat Kurus)
Posyandu Puspa <-3SD
Kencana tahun 2) Gizi Kurang
2018 (Kurus) : -3SD
sampai <-2SD
3) Gizi Baik
(Normal) : -2SD
sampai +2SD
4) Gizi Lebih
(Gemuk): >
+2SD
38

2. Perkembangan Perkembangan Diukur Untuk keperluan Ordinal


anak usia anak usia toddler menggunakan analisis, data
toddler (1-3 tahun) yang Kuesioner Pra dikategorikan
meliputi Skrining menjadi:
perkembangan Perkembangan 1. Sesuai dengan
motorik kasar, (KPSP) dengan tahapan
perkembangan kriteria jawaban perkembangan
motorik halus, Ya bila dijawab (S) = 9-10
perkembangan bisa atau sering 2. Perkembangan
bahasa, atau kadang- anak meragukan
perkembangan kadang diberi (M) = 7-8
sosial dan skor 1 dan 3. Kemungkinan
kemandirian jawaban Tidak ada
bila jawaban penyimpangan
belum pernah (P) = ≤ 6
atau tidak pernah
diberi skor 0
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey deskriptif. Metode

penelitian survey deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu

populasi. Pendekatan dalam penelitian menggunakan cross sectional.

menjelaskan bahwa cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara

pendekatan, obervasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach), artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan (Notoatmodjo 2010, hh.35-37).

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

karakteristik dan perkembangan pada anak usia toddler menggunakan Kuesioner

Pra Skrining Perkembangan (KPSP) di Posyandu Puspa Kencana Kecamatan

Cilacap Selatan tahun 2018.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan


40

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono

]2009, h. 80). Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia toddler

(1-3 tahun) di Posyandu Puspa Kencana Kecamatan Cilacap Selatan tahun

2018 yaitu sebanyak 51 anak.

2. Sampel

Sugiyono (2014, h. 85) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling adalah

merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari

populasi yang ada sehingga jumlah sampel mewakili keseluruhan populasi

yang ada. Saryono (2008, h. 63) menjelaskan bahwa supaya hasil penelitian

sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel yang ditetapkan harus sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria ini berupa kriteria inklusi dan

eksklusi. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Anak usia 1-3 tahun di Posyandu Puspa Kencana Kecamatan Cilacap

Tengah Kabupaten Cilacap.

2) Anak yang tidak mengalami cacat bawaan.

3) Anak usia toddler yang datang ke Posyandu minimal 4 kali.

b. Kriteria eksklusi

1) Anak yang mengalami gangguan bicara, cerebral palsy, syndrom

down, stunting, gangguan autisme, retardasi mental dan gangguan

pemusatan perhatian serta hiperaktivitas.

2) Anak yang mengalami cacat fisik.


41

3) Anak yang sedang sakit atau anak yang sedang dalam pengobatan

intensif dokter

4) Anak usia toddler yang tidak bersedia menjadi responden yang

dinyatakan oleh ibunya.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

total sampling. Menurut Sugiyono (2014, h.124), total sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai

responden atau sampel dan dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak

51 anak.

C. TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Posyandu Puspa Kencana Kecamatan Cilacap

Tengah Kabupaten Cilacap.

D. WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 – Juli 2018.

E. ETIKA PENELITIAN

Moleong (2007, h. 134) menjelaskan bahwa etika dalam penelitian

merupakan hal yang sangat penting karena dalam pelaksanaannya berhubungan

langsung dengan manusia. Selain itu penelitian bertujuan untuk melindungi dan

menjamin kerahasiaan responden. Peneliti berhubungan secara langsung dengan

seseorang yang memiliki adat kebiasaan, norma, nilai sosial dan nilai pribadi yang
42

ada pada diri seseorang tersebut. Oleh sebab itu peneliti menghormati, mematuhi,

nilai-nilai dalam diri seseorang tersebut agar tidak terjadi benturan antara peneliti

dengan respondennya. Etika penelitian dalam penelitian ini antara lain :

1. Peneliti selalu mencantumkan nama dan sumber dalam mengambil karya

orang lain.

2. Peneliti menjaga privasi responden penelitian dengan tidak mencantumkan

nama responden (anonymity). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data pada lembar observasi.

3. Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah didapatkan dari

responden dalam penelitian (confidentiality).

4. Peneliti selalu melakukan Informed consent terlebih dahulu sebelum

penelitian, dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Peneliti menjelaskan secara detail tentang tujuan dilakukan penelitian,

manfaat, kerahasiaan, prosedur pelaksanaan, partisipasi responden, serta jenis

data yang dibutuhkan dalam penelitan. Dalam penelitian informed consent

ditandatangani oleh ibu anak usia toddler.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data

Saryono (2008, h. 77) menurut sumbernya, data dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu :

a. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan

menggunakan alat pengukuran data langsung pada subyek sebagai sumber


43

informasi yang dicari (Saryono, 2008, h. 77). Data primer dalam

penelitian ini di dapat dari hasil observasi yang dilakukan terhadap anak

usia toddler (1-3 tahun) di Posyandu Puspa Kencana Kabupaten Cilacap

tahun 2018 untuk mengetahui karakteristik anak usia toddler yang

meliputi usia, jenis kelamin dan status gizi dengan mengukur berat badan

menggunakan timbangan injak yang belum ditera serta mengetahui

perkembangan anak dengan menggunakan KPSP dengan melakukan

kunjungan dari rumah ke rumah responden.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Biasanya berupa

data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Saryono, 2008, h.

77). Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Posyandu Puspa

Kencana berupa data jumlah anak usia toddler (1-3 tahun) yang berjumlah

51 anak.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data (Sugiyono, 2014, h.116). Instrumen yang digunakan

untuk mengetahui status gizi anak usia toddler (1-3 tahun) adalah dengan

menggunakan alat pengukur timbangan berat badan. Penilaian status gizi

dihitung dengan menggunakan Rumus Z Score.

Instumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak usia

toddler (1-3 tahun) adalah dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP) untuk usia 12, 15, 18, 21, 24, 30 dan 36 bulan. Kriteria
44

jawaban kuesioner adalah Ya dan Tidak. Penilaian Ya jika anak dapat

melakukan perintah dari pertanyaan pada KPSP diberi skor 1 dan Tidak jika

anak tidak dapat melakukan perintah dari pertanyaan pada KPSP diberi skor 0.

Interpretasi KPSP adalah sebagai berikut

a. Bila jawaban Ya = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan

perkembangan (S)

b. Bila jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

c. Bila jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

3. Uji instrumen penelitian

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen yang reliabel

adalah instrumen yang bila digunakan bebera kali untuk mengukur obyek

yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono 2014, h.121). Alat

pengukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah lembar formulir

KPSP. Lembar formulir KPSP merupakan alat pengukur baku untuk

mengukur perkembangan anak dan dijadikan pedoman pelaksanaan stimulasi,

deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak dalam Depkes tahun 2006,

sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

G. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai

tahap. Tahap yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:


45

1. Tahap Persiapan

Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung dalam

penelitian. Selanjutnya menyusun proposal penelitian yang terlebih dahulu

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing I dan II. Setelah mendapatkan izin

dari pihak STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap untuk melakukan studi

pendahuluan, peneliti kemudian melakukan koordinasi dengan pihak terkait

(Posyandu Puspa Kencana) untuk mengidentifikasi jumlah anak usia toddler.

Tahap selanjutnya adalah melaksanakan ujian proposal penelitian dan

merevisi proposal penelitian. Setelah mendapatkan izin dari STIKES Al-

Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap untuk melakukan penelitian, peneliti meminta

izin kepada kantor Kesatuan Bangsa, politik, dan Perlindungan Masyarakat

(Kesbangpolimas), diteruskan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA), kemudian diserahkan ke Kelurahan kemudian dilanjutkan ke

Ketua pengurus Posyandu Puspa Kencana Kecamatan Cilacap Tengah untuk

mengadakan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam penelitian ini proses pengambilan dan pengumpulan data

diperoleh setelah sebelumnya mendapatkan izin dari pihak Ketua pengurus

Posyandu Puspa Kencana Kabupaten Cilacap untuk mengadakan penelitian.

Sebagai langkah awal penelitian, peneliti mencari informasi tentang daftar

nama dan alamat sampel yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan

penapisan terhadap sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Peneliti

dibantu oleh 2 teman mahasiswa sebagai asisten penelitian yang sebelumnya


46

telah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini untuk

berkunjung secara door to door dalam melaksanakan penelitian ini. Sebelum

pengambilan data dilakukan, peneliti meminta persetujuan dari responden

penelitian dengan memberikan surat persetujuan menjadi responden (informed

consent). Setelah mendapatkan persetujuan dari responden, peneliti

melakukan observasi langsung dengan melakukan penilaian status gizi dan

menilai perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun) dengan mengukur berat

badan anak dan mengajukan pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam

kuesioner pra skrining perkembangan.

H. ANALISA DATA

1. Pengolahan Data

Suyanto dan Salamah (2009, h.57-59) menjelaskan bahwa sebelum

melaksanakan analisa data beberapa tahapan yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut :

a) Editing

Tahapan ini dilakukan pada saat mengumpulkan data kuesioner dari

responden atau ketika memeriksa lembar observasi. Setelah dilakukan

pemeriksaan, tidak terdapat hasil observasi dan kuesioner yang belum

terisi sehingga semua data digunakan dalam penelitian ini.

b) Coding

Coding adalah tahapan memberikan kode pada jawaban responden

yang terdiri dari :


47

1) Memberi kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan

identitas responden dan mempermudah proses penelusuran biodata

responden bila diperlukan, selain itu juga untuk mempermudah

penyimpanan dalam arsip data.

2) Menetapkan kode untuk scoring jawaban responden atau hasil

observasi yang telah dilakukan.

Coding dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Usia

a) 1-2 tahun = 1

b) 2-3 tahun = 2

2) Jenis kelamin

a) Laki-laki = 1

b) Perempuan = 2

3) Status gizi

a) Gizi Buruk = 1

b) Gizi Kurang = 2

c) Gizi Baik = 3

d) Gizi Lebih = 4

4) Perkembangan

a) Sesuai dengan tahapan perkembangan (S) = 1

b) Meragukan (M) = 2

c) Penyimpangan (P) = 3
48

c) Scoring

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil

observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat

diberi skor. Tidak ada pedoman baku untuk scoring, namun scoring harus

diberikan dengan konsisten. Selain itu perlu diperhatikan dengan seksama

terhadap pernyataan dalam kusioner yang bersifat negatif. Pernyataan

yang demikian harus diberi kode terbalik. Scoring perkembangan anak

usia 1-3 tahun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Ya (sesuai dengan perkembangan) = 1

2) Tidak (tidak sesuai dengan perkembangan) = 0

d. Entering

Memasukkan data yang telah diskor dan diolah menggunakan

komputerisasi.

2. Analisa Data

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan analisis data.

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat. Analisa

univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo 2010, h.182). Untuk menghitung distribusi frekuensi

karakteristik anak usia toddler yang meliputi usia, jenis kelamin dan status

gizi serta perkembangan anak usia toddler di Posyandu Puspa Kencana

Kecamatan Cilacap Tengah, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


49

Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi responden
N : Jumlah seluruh responden
100 : Bilangan Tetap

Anda mungkin juga menyukai