Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. BALITA
1. Pengertian
Para ahli tumbuh kembang anak mengatakan bahwa periode 5 (lima)
tahun pertama kehidupan anak sebagai Masa Keemasan (golden period)
atau Jendela Kesempatan (window opportunity), atau Masa Kritis (critical
period). Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak (masa balita)
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada
otak manusia dan merupakan masa yang sangat peka bagi otak anak dalam
menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya.
Pada masa ini otak balita bersifat lebih plastis dibandingkan dengan
otak orang dewasa dalam arti anak balita sangat terbuka dalam menerima
berbagai macam pembelajaran dan pengkayaan baik yang bersifat positif
maupun negatif. Sisi lain dari fenomena ini yang perlu mendapat
perhatian, otak balita lebih peka terhadap asupan yang kurang mendukung
pertumbuhan otaknya seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang
stimulasi dan kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Oleh karena itu kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
memberi masukan dan nilai-nilai yang postiif, menghindari masukan yang
bersifat negatif dan sedapat mungkin memberikan asupan gizi yang
adekuat, memberikan stimulasi yang baik dan benar, serta memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik bagi anak. Mengingat masa 5 tahun
pertama merupakan masa yang relatif pendek dan tidak akan terulang
kembali dalam kehidupan seorang anak, maka para orang tua, pengasuh
dan pendidik harus memanfaatkan periode yang singkat ini untuk
membentuk anak menjadi bagian dari generasi penerus yangtangguh dan
berkualitas.
Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh
kembang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan
mengetahui penyimpangan tumbuh kembang secara dini sehingga upaya-
upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta pemulihannya dapat
dibenarkan dengan ini yang jelas sedini mungkin pada masa-masa peka
proses tumbuh kembang anak sehingga hasilnya dapat diharapkan akan
tercapai (Depkes RI, 2009).
Pada masa anak dibawah lima tahun, terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi eksresi.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan
serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf
dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan
antara sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai
dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk
pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun
apabila tidak di deteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia di kemudian hari (Depkes,
2012:9).

B. PERKEMBANGAN MOTORIK
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang
terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembanga refleksi dan
kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Selama 4 atau 5 tahun pertama
kehidupan pasca lahir, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar.
Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan
dalam berjalan, berlari, melompat, berenang dan sebagainya. Setelah
berumur 5 tahun, terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian
koordinasi yang lebih baik melibatkan kelompok otot yang lebih keil yang
digunakan untuk menggenggam, menangkap bola, menulis dan
menggunakan alat (Elizabeth B Hurlock, 2010 :151).
Umur 15 bulan merupakan puncak perkembangan motorik kasar dini,
yakni saat anak mulai berlari. Berkali tidak hanya sekedar berjalan cepat.
Saat berlari satu tungkai ke depan dan tungkai yang lain merentang ke
belakang. Kebanyakan anak dapat berjalan dengan gaya jalan dewasa dan
berlari dengan mantap sebelum akhir tahun ketiga (Soetjiningsih dan
Ranuh, 2013:29).
Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik
yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu
anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh
kelompok sosialnya. Banyak penyebab terlambatnya perkembangan
motorik, sebagian dapat dikendalikan sebagiannya lagi tidak. Akan tetapi,
keterlambatan lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk
mempelajari keterampilan motorik, perlindungan orang tua yang
berlebihan, atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya.
Pengaruh perkembangan motorik yang terlambat berbahaya bagi
penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik. Alasannya ada dua.
Pertama, hal itu menimbulkan akibat yang tidak menguntungkan konsep
diri anak. Akibatnya sering menimbulkan masalah prilaku dan emosi.
Sehingga pada saatn anak berusaha mencapai kemandirian ternyata gagal
dan pada saatnya harus bergantung pada bantuan orang lain, mereka
menjadi putus asa. Kedua, keterlambatan perkembangan motorik
berbahaya karena tidak menyediakan landasan bagi keterampilan motorik.
Apabila upaya mempelajari keterampilan terlambat karena terlambatnya
peletakan landasan bagi keterampilan itu, maka akan menimbulkan
kerugian pada saat mereka mulai bermain dengan anak lainnya
(Perkembangan Anak, 2010 : 165).
Orang tua dan pengasuh perlu mengetahui tahapan perkembangan
anak, apakah perkembangannya berlangsung normal atau ada
penyimpangan. Bilamana orangtua menurigai anaknya mengalami
penyimpangan perkembangan atau terlambat berkembang dibandingkan
dengan usainya maka dapat segera memeriksakan anaknya ke fasilitas
kesehatan sehingga dapat ditanggulangi secara dini (Marmi, S.ST dan
Kukuh Rahardjo, 2015).
Umur 12-18 bulan anak seharusnya sudah mampu melakukan :
1. Berdiri tanpa berpegangan
2. Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
3. Berjalan mundur 5 langkah

C. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK


Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih
mudah dilakukan.
Ada jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
a. Skrining/pemeriksan perkembangan anak menggunakan kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP).
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
Jadwal skrining pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12,
15, 18, 21, 24, 30, 36, 43, 48, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum
mencapai umur skrining tersebut, mintai bu datang kembali pada umur
skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Skrining/ pemeriksaan
dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PADU terlatih.
Interprestasi hasil KPSP :
1) Hitung berapa jumlah jawaban Ya.
2) Jumlah Jawaban ‘Ya’ = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangannya (S)
3) Jumlah Jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
4) Jumlah Jawaban ‘Ya’= 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P)
5) Untuk jawaban ‘Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban ‘Tidak’
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Intervensi:
1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik.
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan
anak.
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap
ada kegiatan BKB.
e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan
pada anak berumur < 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak
umur 24 sampai 72 bulan.
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi.
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan.
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e) Jika hasil KPSP ulang jawaan ‘Ya’ tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan
tindakan berikut :
Rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara &
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

D. STIMULASI TUMBUH KEMBANG


Stimulasi perkembangan anak adalah kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar berkembang secara optimal.
Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin secara dini dan terus-menerus
pada setiap kesempatan. Stimulasi anak dilakukan oleh ibu, ayah,
pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat
dilingkungan sekitarnya. Selain itu, kadang secara otomatis anak juga
terstimulasi sendiri oleh teman bermainnya ketika dalam permainan yang
diatur oleh sistem permainan dan interaksi yang bermanfaat juga untuk
tumbuh kembang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan yang bersifat menetap.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi
dan kemandirian (Deteksi Tumbuh Kembang Anak, 2014 : 65).
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, beberapa prinsip dasar
yang harus diperhatikan antara lain :
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukan sikap dan prilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang didekatnya
3. Berikan stimulasi sesuai kelompok usia anak
4. Lakukan stimulasi dengan cara ajak anak bermain, bernyanyi
bervariasi secara menyenangkan tanpa adanya paksaan
5. Lakukan stimulasi terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak
secara bertahap dan berkelanjutan
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman, dan ada
disekitar anak
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak perempuan atau laki laki
8. Anak selalu diberikan pujian.
Stimulasi Pada Anak Umur 12-15 Bulan (Depkes RI, 2012) :
1. Kemampuan gerak kasar
a. Stimulasi yang perlu dilakukan : dorong agar anak dan temannya main
bola, permainan menjaga keseimbangan tubuh, berjalan sendiri.
b. Menarik mainan : bila anak sudah jalan tanpa berpegangan, berikan
mainan yang bisa ditarik ketika anak berjalan. Umumnya anak senang
mainan yang bersuara
c. Berjalan mundur : bila anak sudah jalan tanpa berpegangan, ajari anak
cara melangkah mundur. Berikan mainan yang bisa ditarik karena
anak akan mengambil langkah mundr untuk dapat memperhatikan
mainan itu.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG


Secara umum terdapat dua faktor umum yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu :
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung di dalam sel
telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-
sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai
akhir hayatnya.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir.
(faktor postnatal) yaitu :
1) Lingkungan Biologis
a. Umur
Umur paling rawan adalah masa balita, oleh karena itu masa balita
merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan
perhatian khusus.
b. Hormon
Hormon yang berpengaruh pada perkembangan antara lain adalah hormon
tiroid karena hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak,
karena mempunyai fungsi pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak
dan maturasi tulang. Demikian pula dengan fungsi otak sangat tergantung
pada tersedianya hormon tiroid. Defisiensi hormon tiroid melibatkan retrdasi
fisik dan mental yang kalau berlangsung terlalu lama, dapat menjadi
permanen.
Hormon Glukortikoid mempunyai fungsi yang bertentangan dengan
somatotropin, tiroksin serta androgen, karena kortison mempunyai efek anti-
anabolik, kalau kortison berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan
terhambat dan terjadinya osteoporosis.
c. Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat
kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang
terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Faktor Psikososial
a. Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur bakan lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat
stimulasi.
b. Teman sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman
sebaya. Tetapi perhatian dari orangtua tetap dibutuhkan untuk memantau
dengan siapa anaknya bergaul.
c. Stres
Stres pada anak juga mempengaruhi terhadap tumbuh kembangnya,
misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat sosialisasi sehingga
berpengaruh terhadap motorik kasar.

F. KOMPLIKASI
1. Gangguan Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh kelainan tonus otot
atau penyakit neuromskular. Penyakit neuromuskular seperti muscular distrofi
memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan.
2. Reterdasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ <
70) yang menyebabkan ketidakmampuan indvidu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan perkembangan anak yaitu :
1. Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP)
2. Melakukan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh kembang
3. Selalu beritahu ibu setiap hasil dari pemeriksaan
4. Selalu puji apapun hasil akhir pada pemeriksaan untuk memotifasi anaknya
5. Anjurkan ibu untuk rajin menstimulasi anaknya
6. Menganjurkan ibu untuk mengawasi perkembangan anaknya
7. Beritahu ibu menu bergizi seimbang untuk menunjang tumbuh kembang
anaknya.

Anda mungkin juga menyukai