Anda di halaman 1dari 35

Mata Kuliah

praktik keperawatan anak I

PENGASUH :
EVI YANTI, SKM. M.KES

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUMI PERSADA
2017
Konsep tumbuh kembang anak
Pengukuran SDIDTK (STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI
TUMBUH KEMBANG)
Pengertian SDIDTK
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
pada masa 5 tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan
sosial).

Pengertian :
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang
perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya.
Penyimpangan bisa salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak
kasar gerak halus bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian anak.
Program SDIDTK
Program Stimulasi, Deteksi & Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan
revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah dilakukan sejak
tahun 1988 , merupakan program pokok Puskesmas yang dilakukan menyeluruh dan
terkoordinasi dilaksanakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat
dengan tenaga professional.

Program ini merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara


komprehensif & berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi & intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak
dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi
profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional kesehatan,
pendidikan dan sosial).
Sasaran
1. Sasaran Langsung :
Semua anak umur 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas
2. Sasaran Tidak Langsung :
Tenaga kesehatan yang berkerja di lini terdepan (Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi,
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan sebagainya). Tenaga pendidik, Petugas lapangan KB,
Petugas sosial yang terkait dengan pembinaan tumbuh kembang anak, Petugas sektor
swasta dan profesi lainnya.

Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang


3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas & jaringannya, berupa:
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
yaitu untuk mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk & mikrosefali/makrosefali.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan
yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (Keterlambatan), gangguan daya
lihat, gangguan daya dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
Kegiatan SDIDTK meliputi:
1. Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan
kemampuan gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian anak berlangsung
secara optimal sesuai usia anak.
2. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu melakukan skrining
atau mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya penyimpangan tumbuh
kembang anak balita.
3. Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak
untuk memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang dengan tujuan agar
pertumbuhan dan perkembangan anak kembali kejalur normal dan penyimpangannya
tidak menjadi lebih berat.
4. Rujukan dini, yaitu merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah
penyimpangan tumbuh kembang tidak dapat diatasi meskipun sudah dilakukan
intervensi dini.
Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak

Stimulasi dini adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar
anak mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Anak usia
0-6 tahun perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus-menerus pada
setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh-
kembang yang bahkan dapat menyebabkan gangguan yang menetap. Stimulasi kepada
anak hendaknya bervariasi dan ditujukan terhadap kemampuan dasar anak yaitu:
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa,
kemampuan sosialisasi dan kemandirian, kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral-
spiritual.

Prinsip Dasar Stimulasi Tumbuh Kembang Anak


1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih saying.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan meniru tingkah laku orang-
orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak , terhadap ke 4
aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Jenis Skrining / Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang :

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur Berat Badan (BB), Tinggi
Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK).
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu meliputi :
Pendeteksian menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tes Daya Lihat (TDL)
Tes Daya Dengar (TDD)
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan :
Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
Check List for Autism in Toddlers (CHAT) atau Cek lis Deteksi Dini Autis
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat
ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi.

Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut :


a. Tingkat keluarga dan masyarakat
b. Tingkat Puskesmas dan jaringannya
c. Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Pengukuran Tumbuh Kembang Anak dengan Denver
Denver Developmental Screening Test (DDST)

Adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai
kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Manfaat pengkajian perkembangan
dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini
dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah satunya serebral palsi.
DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes
ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998).

Fungsi DDST
DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa
dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.
Aspek Penilaian Perkembangan
Dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas
perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4
kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi :
A. Personal Social (Perilaku Sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, diantara nya:
1. Menatap muka
2. Membalas senyum pemeriksa
3. Tersenyum spontan
4. Mengamati tangannya
5. Berusaha menggapai mainan
6. Makan sendiri
7. Tepuk tangan
8. Menyatakan keinginan
9. Daag-daag dengan tangan
10. Main bola dengan pemeriksa
B. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan dalam
antaranya :
1. Mengikuti ke garis tengah
2. Mengikuti lewat garis tengah
3. Memegang icik-icik
4. Mengikuti 1800
5. Mengamati manik-manik
6. Tangan bersentuhan
7. Meraih
8. Mencari benang
9. Menggaruk manik-manik
10. Memindahkan kubus
C. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan yang meliputi :
1. Bereaksi
2. Bersuara
3. Oooo ? Aaaah
4. Tertawa
5. Berteriak
6. Menoleh ke bunyi icik-icik
7. Menoleh ke arah suara
8. Satu silabel
9. Meniru bunyi kata-kata
10. Papa/mama tidak spesifik
D. Gross Motor (Gerak Motorik Kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, meliputi kemampuan
dalam, antaranya :
1. Gerakan seimbang
2. Mengangkat kepala
3. Kepala terangkat ke atas
4. Duduk kepala tegak
5. Menumpu badan pada kaki
6. Dada terangkat menumpu satu lengan
7. Membalik
8. Bangkit kepala tegak
9. Duduk tanpa pegangan
10. Berdiri tanpa pegangan
Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST
Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya
berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya
sekitar 15-20 menit saja

Alat yang Digunakan


1.Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan
pensil.
2. Lembar formulir DDST
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara menilainya.
2 Tahap Prosedur DDST :
1. Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 6
bulan, 9 12 bulan, 18 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
2. Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis
berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Kemudian dihitung pada masing-masing
sektor, berapa P & berapa F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes
diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) & tidak dapat
dites (Untestable).
Metode & tahap pra skrining dengan menggunakan :
1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas (sehingga
seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu
gagal atau ditolak, maka dianggap suspect dan perlu dilanjutkan dengan DDST
lengkap.
2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire)
Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke atas
dapat diisi orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10
pertanyaan pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak. Kemudian dinilai
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai
dilakukan tes DDST lengkap. (Soetjiningsih, 1998)
Pengukuran Tumbuh Kembang Adaptasi Sosial
Anak Vineland
Suatu skala pengukuran yang baik untuk perkembangan sosial adalah
skala maturitas sosial dari Vineland (Vineland Sosial Maturity Scale),
yaitu sebuah tes yang digunakan untuk mengukur dan mengungkapkan derajat
tingkat kematangan anak. Tes ini diberikan kepada anak usia 0-12 tahun dengan
tujuan untuk mencari kemasakan atau kematangan sosial anak.

Dalam tes ini terdapat poin yang menunjukkan kematangan sosial yang dimilki oleh
anak seperti :
1. keterampilan dalam membantu diri sendiri (self-help general)
2. keterampilan mengarahkan diri sendiri (self-direction)
3. keterampilan dalam pekerjaan (occupation)
4. keterampilan gerak (locomotion)
5. keterampilan sosialisasi (sosialization)
6. keterampilan komunikasi (communication).
Cara tes Vineland Social Maturity Scale (VSMS)

1. Langkah- langkah tes VSMS


Pada tes ini akan diperoleh nilai kematangan sosial dengan cara atau langkah-langkah
yang meliputi:
1. Tentukan responden yang akan diberikan tes VSMS ini.
2. Tes ini tidak dapat dilakukan langsung kepada responden akan tetapi harus
melalui media orang tua, guru ataupun tester sendiri yang melakukan pengisian form
VSMS ini.
3. Bila responden telah ditentukan, dan ada yang mengisi dari form VSMS ini maka
bisa meneruskan ke langkah-langkah selanjutnya.
4. Tentukan usia testee dengan cara mengurangkan tanggal bulan tahun tes
dengan tanggal bulan tahun lahir testee
5. Tes dimulai pada hari periode umur yang sesuai dengan usia testee dikurangi satu
periode ke atas
2. Sistem penilaian
Untuk menentukan sistem penilaian VSMS ini digunakan sistem penilaian seperti
kaidah di bawah ini:
a. Bila testee dapat melakukan seperti yang tertulis dalam form VSMS maka
mendapatkan nilai + (plus) = 1.
b. Bila testee dalam melakukan apa yang seperti tertulis dalam form VSMS maka
diberikan nilai +/- (plus minus) = .
c. Bila testee tidak dapat dan atau belum dapat melakukan seperti yang tertulis
dalam form VSMS, maka mendapatkan nilai (minus) = 0.
d. Pelaksanaan penialaian dilakukan terus-menerus dari periode awal penilaian
sampai dengan satu periode yang hasil penilaiannya menunjukkan nilai (minus) =
0, secara keseluruhan.
3. Skor
a. Skor dasar
Skor dasar diperoleh dari nomor soal terakhir dari periode umur yang mempunyai nilai +
(plus) semua.
b. Skor tambahan
Penjumlahan nilai dari periode umur-umur selanjutnya setelah skor dasar sampai periode
umur yang mempunyai nilai (minus) semua.
c. Skor total
Skor dasar + skor tambahan
4. Sosial Age (SA)
Lihat tabel (jumlah skor total).
5. Sosial Quotient (SQ)
SQ = SA/CA x 100%
SQ : Sosial Quotient (nilai kematangan sosial)
SA : Sosial Age (nilai kematangan sosial/keterampilan hidup yang dimiliki oleh anak ketika
dilakukan tes )
CA : Cronological Age (usia kronologis adalah usia sesungguhnya saat dilakukan tes)
6. Cronological Age (CA)
Cara penghitungan CA adalah sebagai berikut : Dari umur testee, misalnya, umur 4 tahun, 10
bulan, 29 hari
7. Kategori nilai VSMS
Untuk memberikan batasan tentang kematangan sosial anak, dapat diberikan
batasan dan dekskripsi nilai VSMS Pada Tabel di bawah :

SCORE TOTAL SOSIAL AGE KATEGORI NILAI VSMS KETERANGAN HASIL


TES VSMS
Kematangan sosial
yang dimiliki oleh anak
<61,0 <6,0 tahun KURANG SESUAI USIA kurang sesuai denagn
usia yang dimiliki saat
ini.
Kematangan sosial
yanng dimiliki oleh
61,5-64,5 6,1-6,5 tahun SESUAI USIA anak sesuai dengan
usia yang dimiliki saat
ini.
Kematangan sosial
anak berada di atas
65,0-76,0 7,0-9,5 tahun DI ATAS RATA-RATA
rata-rata usia yang
dimiliki saat ini.
Kematangan sosial
yang dimiliki oleh anak
>77,0 >9,5 tahun TINGGI melampaui usia rata-
rata yang dimiliki oleh
anak seusianya.
Sex Education (pendidikan sexual)
Pengertian
Seks dalam kamus bahasa Indonesia adalah jenis kelamin.
Dalam Kamus Oxford, seks adalah menyatakan tentang laki-laki atau perempuan &
seksual adalah hal-hal yang berhubungan dengan bagian bagian atau organ tubuh
pada laki-laki atau perempuan ataupun perbedaan dan karakteristik laki-laki &
perempuan

Pendidikan Seks
adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah
seksual. Informasi yang diberikan di antaranya adalah pengetahuan tentang fungsi
organ, reproduksi dengan menanamkan moral, etika, komitmen, dan agama, agar
tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.
Sex education/pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas
yaitu suatu pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas. Seksualitas
meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek biologik,
orientasi, nilai sosiokultur dan moral, serta perilaku.

Sesuai dengan kelompok usia berdasarkan perkembangan hidup manusia,


maka pendidikan sex dapat dibagi menjadi
Pendidikan seks untuk anak prasekolah
Pendidikan seks untuk anak Sekolah
Pendidikan seks untuk remaja
Pendidikan seks untuk dewasa
Pendidikan seks untuk pranikah serta menikah.
Sex education untuk anak-anak bertujuan agar anak mengerti identitas dirinya
dan terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat buruk bagi anak.
Pendidikan seks untuk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian informasi
berdasarkan komunikasi yang benar antara orangtua dan anak.
Sex education untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat
buruk karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru.
Sementara pendidikan sex untuk dewasa bertujuan agar dapat membina
kehidupan sexual yang harmonis sebagai pasangan suami istri.

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan


biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral.
Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi
manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan
merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Tahapan pendidikan seks sesuai usia pendidikan anak Anda, antara lain :

Untuk anak usia pra sekolah materi sex education meliputi pengenalan jenis
kelamin
Untuk usia SD kelas 1-3 materi hampir sama dengan usia pra sekolah namun
lebih mendalam. Anda bisa mulai mengenalkan anggota bagian tubuh pribadi,
mengajarkan bahwa dari bagian tertentu pada tubuh ini ada yang tidak boleh
sembarangan disentuh atau dilihat orang lain. Serta mengajarkan anak untuk
melakukan tindakan pencegahan jika ada orang yang memaksa, seperti berteriak,
lari, memukul, dan sebagainya.
Untuk usia SD kelas 4 ke atas, materinya masih berupa pengulangan topik
sebelumnya. Hanya saja mulai ditambah tentang pubertas yang isinya antara lain
menjelaskan tentang kematangan alat reproduksi. Pada perempuan akan segera
mendapatkan menstruasi dan resiko hamil bila berhubungan seksual. Sedangkan
para anak laki-laki juga dijelaskan perubahan seperti mulai tumbuhnya rambut di
ketika dan di alat kelamin dan lain-lain.
Untuk level kelas yang lebih tinggi, setelah semua sudah Anda perkenalkan.
Namun bisa ditambahkan tentang gaya pacaran, bahaya dari seks bebas, dan
sebagainya.
Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja:
Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja
Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas
Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya
Memahami masalah-masalah seksualitas remaja
Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah
seksualitas
2 faktor pendidikan seks sangat penting bagi remaja

Faktor pertama
adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex
education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks
adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak
bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.

Faktor kedua
Dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di
lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-
media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah,
internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti
itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-hal
negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak
diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai