Anda di halaman 1dari 4

Video 3 tentang perawatan bayi hiperbilirubin yang menjalani fototerapi.

Buatlah uraian tentang


fototerapi meliputi : definisi, tujuan, mekanisme kerja fototerapi, cahaya yang digunakan,
indikasi, faktor yang mempengaruhi efektivitas terapi sinar, komplikasi, persiapan alat dan
bagaimana urutan prosedurnya.

FOTOTERAPI

Pengertian
Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan terhapa bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia (Kumar et al, 2010 dalam Shinta, 2015). Fototerapi merupakan
penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang bertujuan untuk menurunkan konsentrasi bilirubin
dalam sirkulasi atau mencegah peningkatan kadar bilirubin.
Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat dilihat untuk pengobatan
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Keefektifan suatu fototerapi ditentukan oleh intensitas
sinar.
Fototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi
bilirubin indirect yang mudah larut di dalam plasma dan lebih mudah di ekskresi oleh hati ke
dalam saluran empedu. Meningkatnya foto bilirubin dalam empedu menyebabkan bertambahnya
pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan
lebih cepat meninggalkan usus.

Tujuan 
Terapi sinar (fototerapi) bertujuan untuk mengendalikan kadar bilirubin serum agar tidak
mencapai nilai yang membahayakan sampai terjadi bilirubin ensefalopati maupun kern-ikterus.
Fototerapi bertujuan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dikeluarkan
melalui empedu atau air seni.

Indikasi Fototerapi
Fototerapi direkomendasikan apabila :
1. Kadar bilirubin total 5-8 mg/dl pada bayi dengan berat badan <1500 gram.
2. Kadar 8-12 mg/dl pada bayi dengan berat badan 1500-1999 gram.
3. Kadar 11-14mg/dl pada bayi dengan berat badan 2000-2499 gram.
(wong et al., 2009).

Faktor yang mempengaruhi evektivitas Fototerapi


1. Jenis Cahaya
Cahaya biru (fluoresens biru) dengan spektrum 460-490 nm merupakan cahaya yang paling
efektif dalam fototerapi karena dapat menembus jaringan dan diabsorbsi oleh bilirubin (bilirubin
menyerap lebih kuar pada cahaya biru dengan spektrum 460 nm ini).
2. Saluran energi atau imadiance sumber cahaya
Imadiance diukur dengan radiometer atau spektroradiometer dalam satuan watt/cm¬¬2 atau µ
watt/cm¬¬2nm. Sebagai contoh, sumber cahaya (tipe konvensional atau standar) yang
diletakkan ±20 cm diatas bayi dapat menghantarkan spektrum imadiance, berkisar 8-10 µ
watt/cm¬¬2 nm pada panjang gelombang cahaya 430-490 nm.
Adapun cahaya flourenens biru dapat menghantarkan spektrum imadiance berkisar 30-40 µ
watt/cm¬¬2nm.
American academy of pediatriks mendefinisikan intensif fototerapi sebagai fototerapi dengan
spektrum imadiance berkisar 30-40 µ watt/cm¬¬2 nm yang dapat menjangkau permukaan tubuh
bayi dengan lebih luas. (Maisels & McDonagh, 2008).
3. Jarak antara bayi dengan sumber cahaya dan luasnya area kulit yang terpajan
Jarak antara bayi dengan sumber cahaya tidak boleh kurang dari 45 cm. Penelitian terkontrol
menyebutkan bahwa semakin luas daerah kulit yang terpajan, semakin besar reduksi kadar
bilirubin total. (Wong et al., 2009).
Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang dipancarkan lampu (panjang
gelombang), intensitas cahaya (iridasi), luas permukaan tubuh, ketebalan kulit dan pigmentasi,
lama paparan cahaya, kadar bilirubuin total saat awal fototerapi (Sakundarno,2008).

Mekanisme kerja fototerapi 


Foto terapi dapat memecah bilirubin menjadi dipirol yang tidak toksis dan di ekskresikan dari
tubuh melalui urine dan feses. Cahaya yang dihasilkan oleh terapi sinar menyebabkan reaksi
fotokimia dalam kulit (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin tak terkonjugasi ke dalam
fotobilirubin dan kemudian di eksresi di dalam hati kemudian ke empedu, produk akhir reaksi
adalah reversible dan di ekresikan ke dalam empedu tanpa perlu konjugasi. Energy sinar dari
foto terapi mengubah senyawa 4Z-15Z bilirubin menjadi senyawa bentuk 4Z-15E bilirubin yang
merupakan bentuk isomernya yang mudah larut dalam air.

Cahaya yang digunakan


Sinar yang digunakan pada fototerapi adalah suatu sinar tampak yang merupakan suatu
gelombang elektromagnetik. Sifat gelombang elektromagnetik bervariasi menurut frekuensi dan
panjang gelombang, yang menghasilkan spektrum elektromagnetik. Sprektrum dari sinar tampak
ini terdiri dari sinar merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu. Masing-masing dari sinar
memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda.
Panjang gelombang sinar yang paling efektif untuk menurunkan kadar bilirubin adalah sinar biru
dengan panjang gelombang 425-475 nm. Sinar biru lebih baik dalam menurunkan kadar bilirubin
dibandingkan dengan sinar biru-hijau, sinar putih, dan sinar biru.

Komplikasi 
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada terapi sinar antara lain :
1. Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu biru dan mengakibatkan peningkatan insensible
water loss (penguapan cairan). Pada BBLR kehilangan cairan dapat meningkat 2-3 kali lebih
besar.
2. Frekuensi defeksi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan
empedu dan meningkatkan peristaltik usus.
3. Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar (berupa kulit kemerahan)
tetapi akan hilang jika terapi selesai.
4. Gangguan retina jika mata tidak ditutup.
5. Kenaikan suhu akibat sinar lampu jika hal ini terjadi sebagian lampu dimatikan, terapi
diteruskan jika suhu terus naik, lampu semua dimatikan sementara bayi dikompres dingin dan
berikan ekstra minum.

PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI


Persiapan alat terapi sinar 
1. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga suhu di bawah
lampu antara 38 0C sampai 30 0C.
2. Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik.
3. Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering):
a. Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.
b. Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun tabung masih
bisa berfungsi.
4. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar daerah
unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi.

Urutan prosedur pemberian terapi sinar 


1. Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.
a. Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet.
Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.
b. Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
2. Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup.
Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip.
3. Balikkan bayi setiap 3 jam.
4. Pastikan bayi diberi makan:
5. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum, paling kurang setiap 3 jam:
6. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata.
7. Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh: pengganti
ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
8. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah), tingkatkan
volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selama bayi masih diterapi sinar.
9. Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan pindahkan bayi dari
sinar terapi sinar.
10. Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek
dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus.
11. Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan:
12. Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa
dilakukan di dalam unit terapi sinar.
13. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar untuk mengetahui
apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru)
14. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih
dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar
sampai suhu bayi antara 36,5 0C – 37,5 0C.
15. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus:
16. Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 13mg/dL.
17. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar, persiapkan kepindahan
bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar.
Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
18. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
19. Setelah terapi sinar dihentikan:
20. Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan,
atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis.
21. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi
sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap
penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui
metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar.
22. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada
masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
23. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi
bertambah kuning.

Anda mungkin juga menyukai