Anda di halaman 1dari 24

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di

Ruangan RB2 RSUP HAM.


Nama : Ruspina Jenita Nadeak
NIM : 091121032
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2010
`
Abstrak
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Kecemasan merupakan bagian dari
kehidupan manusia yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruangan RB2 Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi
korelasional. Besar sampel adalah 62 orang dengan metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah statistik univariat
dan statistik bivariat.Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi digunakan uji Spearman, dimana didapat nilai r = 0,398 dan
nilai p = 0,01. Hasil penelitian diperoleh bahwa dukungan keluarga yang terbesar adalah
kategori baik 53,2% dan paling sedikit adalah kategori kurang 17,7%. Untuk tingkat
kecemasan kategori tertinggi adalah ringan 46,8% dan yang paling sedikit adalah kategori
berat 24,2%. Untuk peneliti keperawatan selanjutnya disarankan agar dapat melakukan
pendidikan kesehatan dan memberikan motivasi kepada keluarga dalam memberikan
dukungan pada pasien pre operasi untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien pre operasi.
Kata kunci : Dukungan Keluarga, Tingkat Kecemasan pasien pre operasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap
keadaan (sehatsakit) klien (Yosep, 2007). Keluarga merupakan bagian dari manusia yang
setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa
setiap individu merupakan bagiannya dan keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa
hambatan yang berarti (Suprajitno, 2004).
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di
rumah sakit, kecemasan yang sering terjadi adalah apabila pasien yang dirawat di rumah sakit
harus mengalami proses pembedahan. Pembahasan tentang reaksi-reaksi pasien terhadap
pembedahan sebagian besar berfokus pada persiapan pembedahan dan proses
penyembuhan.Pembedahan adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan
kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan
yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan pembedahan merupakan ancaman
potensial aktual terhadap integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis (Long 1990).

Pandangan setiap orang dalam menghadapi pre operasi berbeda, sehingga respon pun
berbeda. Setiap menghadapi pre operasi selalu menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada
pasien. (Stuart dan Sundeen, 1998). Seseorang
Universitas Sumatera Utara

yang sangat cemas sehingga tidak bisa berbicara dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kecemasan sebelum operasi, seringkali menjadi hambatan pada pasca operasi, pasien menjadi
cepat marah, bingung, lebih mudah tersinggung akibat reaksi psikis, dibandingkan dengan
orang yang cemas ringan (Long, 1996).
Menurut Brunner & Suddarth (1996) ansietas preoperasi merupakan suatu respons antisipasi
terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap
perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Pasien yang
menghadapi pembedahan dilingkupi oleh ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang
anastesia, kekhawatiran mengenai kehilangan waktu kerja dan tanggung jawab mendukung
keluarga.
Menurut Friedman (1998 ), dukungan yang diberikan keluarga untuk mengurangi kecemasan
pasien itu sendiri adalah dukungan informasional, dimana keluarga memberikan nasehat,
saran, dukungan jasmani maupun rohani.Dukungan emosional juga diberikan keluarga, yang
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan. Dukungan lainnya adalah dukungan penilaian dan dukungan
instrumental.
Pasien dapat mengekspresikan ketakutan dan kecemasannya pada keluarga dengan
mengurangi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan, akan
mempersiapkan pasien secara emosional. Selain itu, mempersiapkan keluarga terhadap
kejadian yang akan dialami pasien dan diharapkan keluarga banyak memberi dukungan pada
pasien dalam menghadapi operasi (Anderson dan Masur,1990).
Universitas Sumatera Utara

Dari survey awal yang dilakukan oleh peneliti di ruangan RB2 RSUP Haji Adam Malik
Medan, peneliti merasa hal ini penting untuk di teliti karena dari data yang diperoleh oleh
peneliti dilapangan, masih banyak pasien pre operasi yang merasa cemas saat akan
menghadapi operasi karena tidak mendapat dukungan dari keluarga. Untuk itu, dukungan
keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menghadapi operasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka perhatian terhadap hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pasien pre operasi perlu ditingkatkan. Apabila dukungan keluarga tidak
ada maka akan menyebabkan dampak psikologis terhadap pasien tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian untuk melihat adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi.
2. Rumusan Masalah
Dari berbagai uraian latar belakang tersebut diatas maka akan timbul masalah sebagai berikut
: Adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di
ruangan RB 2 rumah sakit Haji Adam Malik Medan?
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi.
Universitas Sumatera Utara

3.2 Tujuan Khusus


3.2.1 Mengidentifikasi karakteristik responden.
3.2.2 Mengidentifikasi dukungan keluarga.
3.2.3 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operasi.
3.2.4 Mengkaji hubungan dukungan keluarga dan tingkat kecemasan pasien pre operasi. .
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Instansi Pendidikan
Mengoptimalkan fungsi perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien
yang mengalami kecemasan, tanpa mengabaikan aspek-aspek psikologis, sehingga
profesionalisme perawat dalam bekerja dapat ditingkatkan lagi dan operasi berjalan dengan
lancar.
4.2 Bagi Rumah sakit
Dapat dipakai sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit
khususnya pada pasien yang mengalami kecemasan pre operasi.
4.3 Penelitian Berikutnya
Sebagai sumber data dan informasi bagi pengembangan penelitian berikutnya dalam ruang
lingkup yang sama.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas konsep-konsep yang terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu :
1. Dukungan Keluarga
1.1 Defenisi Keluarga
Friedman (1998) mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari
Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup
atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No.
10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Universitas Sumatera Utara

1.2 Defenisi Dukungan Keluarga


Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
1.3 Fungsi Dukungan Keluarga
Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa
fungsi dukungan yaitu :
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang
dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan
mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya
suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk dan pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi
pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya
memberikan support, penghargaan, perhatian.
Universitas Sumatera Utara

c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : kesehatan
penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dan
kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan.
1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil
penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari
keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga
dipengaruhi oleh usia.
Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan
atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang
lebih tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas
ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan
orangtua dan tingkat pendidikan.
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin
ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi.
Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah
Universitas Sumatera Utara

mempunyai tingkatdukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orangtua
dengan kelas sosial bawah.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas konsep-konsep yang terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu :
1. Dukungan Keluarga
1.1 Defenisi Keluarga
Friedman (1998) mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari
Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup
atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No.
10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Universitas Sumatera Utara

1.2 Defenisi Dukungan Keluarga


Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
1.3 Fungsi Dukungan Keluarga
Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa
fungsi dukungan yaitu :
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang
dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan
mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya
suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk dan pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi
pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya
memberikan support, penghargaan, perhatian.
Universitas Sumatera Utara

c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : kesehatan
penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dan
kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan.
1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil
penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari
keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga
dipengaruhi oleh usia.
Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan
atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang
lebih tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas
ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan
orangtua dan tingkat pendidikan.
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin
ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi.
Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah
Universitas Sumatera Utara

mempunyai tingkatdukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orangtua
dengan kelas sosial bawah.

2. Kecemasan
2.1 Defenisi Kecemasan
Menurut Nanda (1994 dikutip dari Taylor, 1997) kecemasan merupakan sesuatu hal yang
tidak jelas, adanya perasaan gelisah/ tidak tenang dengan sumber yang tidak spesifik dan
tidak diketahui oleh seseorang. Sedangkan Laraia dan Stuart (1998) mengemukakan bahwa
kecemasan sebagai respon emosional dengan objek yang tidak spesifik atau tidak jelas yang
secara subjektif dialami dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan
merupakan konsep multidimensional dan dimanifestasikan sebagai sebuah respon tubuh dan
juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman dan fenomena interpersonal. Seperti pada pasien
pembedahan terdapat respon cemas yang dipengaruhi pengalaman sebelumnya. Misalnya
pasien yang sudah dioperasi, ketika akan dioperasi lagi mungkin respon cemasnya tidak
terlalu tinggi atau malah sebaliknya, tergantung pengalaman operasi yang dilalui sebelumnya.
Laraia & Stuart (1998) menggambarkan adanya karakteristik respon terhadap kecemasan
yang rentangnya dari sangat adaptif dengan respon antisipasi sampai paling maladaptif
dengan respon panik.
Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan adalah suatu keadaan
yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan (Sundari, 2000)
Universitas Sumatera Utara

Ansietas atau kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, prilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal (Hawari, 2004). Ansietas adalah perasaan yang tergeneralisasikan
atas ketakutan dan kekhawatiran (Wiramihardja, 2004).
2.2 Faktor Predisposisi Kecemasan
Laraia & Stuart (1998) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat dipahami melalui
beberapa teori yaitu :
Teori Psikoanalitik. Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.
Teori Psikoanalitik. Menurut Sullivan, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan utama seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan
spesifik.
Teori Tingkah Laku (Pribadi). Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan
adalah hasil frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat
Universitas Sumatera Utara

menimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin adalah sejumlah stressor
internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang
untuk memperoleh kepuasan dan kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu
dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Teori Keluarga. Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam
keluarga.
Teori Biologis. Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambat asam
aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorfin.
Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
2.3 Faktor Presipitasi Kecemasan
Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Ada dua kategori faktor
pencetus kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri (Laraia
& Stuart, 1998).
Ancaman Terhadap Integritas Fisik. Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
Universitas Sumatera Utara

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme
fisiologis seperti jantung, sistem imun, regulasi temperatur, perubahan biologis yang normal
seperti kehamilan dan penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat
polutan, luka trauma. Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi
yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.
Ancaman Terhadap Sistem Tubuh. Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan
melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja dan di masyarakat. Sumber
eksternal dapat berupa kehilangan pasangan, orangtua, teman, perubahan status pekerjaan,
dilema etik yang timbul dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau
budaya. Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan dilakukan sehingga
akan menghasilkan suatu kecemasan.
2.4 Tingkat Kecemasan
Peplau (1963, dikutip dari Laraia & Stuart, 1998) mengidentifikasi empat tingkat kecemasan
dan menggambarkan efek pada tiap individu sebagai berikut:
Tingkat Kecemasan Ringan. Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari. Dalam tingkat ini seseorang lebih waspada dan lapangan persepsinya meningkat seperti
melihat, mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Tingkatan ini dapat memotivasi
untuk belajar dan meningkatkan perkembangan
Universitas Sumatera Utara

seseorang. Pada tingkat ini, biasanya muncul tanda dan gerakan seperti: jantung berdebar,
gelisah, lebih banyak bicara dari biasanya dan tangannya gemetar.
Tingkat Kecemasan Sedang. Seseorang pada tingkat ini, biasanya pikirannya akan terfokus
pada apa yang dilihatnya sesegera mungkin dan terhalangi dengan lingkungan luarnya.
Lapangan persepsinya menurun seperti penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam
berkurang. Pada tahap ini disertai tanda dan gerakan seperti mulut kering, anoreksia, badan
bergetar, ekspresi wajah ketakutan, gelisah, tidak mampu bersikap rileks, sukar tidur, dan
banyak bicara disertai suara yang keras.
Tingkat Kecemasan Berat. Pada tingkat kecemasan yang berat, seorang individu biasanya
akan mengalami lapangan persepsi yang menyempit, lebih memperhatikan hal-hal yang
spesifik dan tidak memikirkan hal yang lain. Perilakunya ditunjukkan untuk mencapai
ketenangan dan membutuhkan banyak bimbingan untuk memperhatikan keadaan. Tanda dan
gejala yang muncul biasanya seperti memainkan atau meremas jari, kecewa, tidak berdaya,
merasa bodoh terhadap tindakan yang dilakukan dan merasa tidak berharga.
Panik. Tingkatan ini berhubungan dengan perasaan takut dan cemas. Pada tingkatan ini hal
yang spesifik tidak lagi proporsional karena seseorang telah kehilangan kontrol, tidak dapat
melakukan hal-hal tertentu meskipun dengan bimbingan. Terjadi peningkatan aktivitas
motorik, penurunan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
terdistorsi dan kehilangan pemikiran yang rasional. Disertai tanda dan gejala seperti perasaan
jantung
Universitas Sumatera Utara

berdebar, penglihatan berkunang-kunang, sakit kepala, sulit bernafas, perasaan mau muntah,
otot lebih terasa tegang dan tidak mampu melakukan apa-apa.
2.5 Tipe Kepribadian Pencemas
Hawari (2004) menyatakan bahwa seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang
bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada
orang-orang tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial, yang bersangkutan
menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas,
yaitu antara lain: 1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang. 2) Memandang masa
depan dengan rasa was-was. 3) Kurang percaya diri. 4) Sering merasa tidak bersalah, dan
menyalahkan orang lain. 5) Gerakan sering serba salah, tidak tenang dan gelisah. 6)
Seringkali mengeluh dan khawatir yang berlebihan terhadap penyakit. 7) Mudah tersinggung
dan suka membesar-besarkan masalah yang kecil. 8) Sering bingung dan ragu dalam
mengambil keputusan. Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh
hal-hal yang sifatnya psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan-keluhan fisik dan juga
tumpang tindih dengan ciri-ciri kepribadian depresif atau dengan kata lain batasannya
seringkali tidak jelas.
2.6 Gejala Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan
kecemasan antara lain sebagai berikut: 1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan
pikirannya sendiri, mudah tersinggung. 2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah
terkejut. 3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4) Gangguan pola tidur,
mimpi-mimpi yang menegangkan. 5)
Universitas Sumatera Utara

Gangguan konsentrasi dan daya ingat. 6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada
otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala, dll (Hawari, 2004).
3. Prosedur Operasi
3.1 Defenisi Operasi
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani
ditampilkan dilakukan tindak perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan
luka (sjamsuhidajat, 1998).
Operasi umumnya dilakukan untuk berbagai alasan seperti diagnostik, kuratif, reparatif,
rekonstruktif, kosmetik dan paliatif (Brunner & Suddarth, 1996)
3.2 Klasifikasi operasi
Menurut Brunner & Suddarth (1996) operasi dibagi dua berdasarkan tingkat resikonya yaitu
operasi minor dan mayor.
Operasi minor. Operasi minor adalah operasi yang secara umum bersifat elektif, bertujuan
untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada kulit dan memperbaiki deformitas.
Contoh pencabutan gigi, pengangkatan kutil, biopsy kulit, kuretase, laparostomi, operasi
katarak dan arthroskopi.
Operasi mayor. Operasi mayor adalah operasi yang bersifat elektif, urgen dan
emergensi. Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyelamatkan nyawa, mengangkat atau
memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan
Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kesehatan.contoh kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi,


mastektomi, amputasi dan operasi akibat trauma.
Taylor (1997) menyatakan bahwa sebuah prosedur operasi apakah terencana atau tidak
diharapkan, mayor/ minor menyebabkan kecemasan dan ketakutan.
3.3 Tahapan Operasi
Menurut Brunner & Suddarth (1996) tindakan operasi melalui tiga fase yaitu preoperasi,
intraoperasi dan postoperasi.
Fase praoperatif. Fase ini dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan
berakhir ketika pasien dikirim kemeja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu
tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau dirumah,
menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dan
pembedahan.
Ansietas praoperatif merupakan suatu respons antisipasi terhadap suatu pengalaman yang
dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas
tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri.
Pasien yang menghadapi pembedahan dilingkupi oleh ketakutan akan ketidaktahuan,
kematian, tentang anestesia, kekhawatiran mengenai kehilangan waktu kerja dan tanggung
jawab mendukung keluarga.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan seorang perawat untuk mengurangi kecemasan pasien
adalah dengan memberikan dukungan psikologis seperti: menceritakan pada pasien apa yang
sedang tejadi, memberikan dorongan untuk pengungkapan, harus mendengarkan dan
memahami, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan, menentukan status
psikologis dan
Universitas Sumatera Utara

mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan lain yang berkaitan.
Fase intraoperatif. Fase ini dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian
atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan keruang pemulihan. Pada fase
ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infus, memberiakan medikasi
intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan
dan menjaga keselamatan pasien.
Fase pascaoperatif. Fase ini dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup
keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase
pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari agens anestesia, dan memantau
fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Universitas Sumatera Utara

mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan lain yang berkaitan.
Fase intraoperatif. Fase ini dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian
atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan keruang pemulihan. Pada fase
ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infus, memberiakan medikasi
intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan
dan menjaga keselamatan pasien.
Fase pascaoperatif. Fase ini dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup
keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase
pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari agens anestesia, dan memantau
fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruangan RB2 RSUP HAM
Saya adalah Mahasiswi S1 Ekstensi Fakultas Keperawatan USU yang sedang melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi Hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruangan RB2 RSUP H. Adam Malik medan.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya
mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana
penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia,
selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner dengan jujur dan apa
adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti
kesukarelaan Bapak/Ibu.
Identitas pribadi Bapak/ Ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang
diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian
ini bersifat sukarela sehingga Bapak/Ibu berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun.
Jika ada yang kurang jelas silahkan bertanya langsung kepada peneliti.
Terima kasih atas pertisipasi Bapk/Ibu dalam penelitian ini.
Tanda Tangan :
Tanggal :
Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN BENTUK KUESIONER


Kode :
Tanggal :
1. Data Demografi.
Petunjuk : Jawablah dengan ceklist ( ) pada kotak pilihan anda.
1.Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2.Pendidikan SD SLTP SMU PT
3.Suku : Batak Aceh
Mandailing Karo
Jawa Melayu
Minang Lain-lain..
4.Pekerjaan : Tidak bekerja PNS/ TNI/ POLRI
Buruh/ Tani Wiraswasta
Lain-lain,.
5.Penghasilan : Rp. 600.000-1.000.000
Rp. 1.000.000-2.000.000
Rp. > 2.000.000
6.Status perkawinan : Tidak menikah
Menikah
Janda/ Duda
7.Biaya Rumah Sakit ditanggung:
Asuransi
Sebagian
Biaya Sendiri
Universitas Sumatera Utara

I. Kuesioner Dukungan Keluarga


Petunjuk : Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan kecemasan saudara,
jawablah dengan memberi ( ) pada kotak pilihan anda.
Keterangan pilihan jawaban: Ya dan Tidak
Pernyataan
Ya
Tidak
Dukungan Informasional :
1. Keluarga memberitahukan bahwa penyakit saya bisa sembuh bila menjalani
operasi.
2. Keluarga mengatakan bahwa saya harus menjalani operasi agar penyakit saya
dapat sembuh.
3. Keluarga menunjukkan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk melakukan
operasi saya..

Dukungan penilaian :
4. Keluarga mendengarkan keluh kesah saya saat akan menghadapi operasi.
5. Keluarga peduli terhadap rasa takut saya saat akan
menjalani operasi.
6. Keluarga selalu melibatkan saya dalam mengambil keputusan untuk pengobatan
penyakit saya.

Dukungan instrumental :
7. Keluarga menemani saya selama dirumah sakit.
8. Keluarga selalu memperhatikan pola makan saya selamadirawat dirumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktik Revisi VI. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Dempsey, P.A. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Friedman, M. (1998). Keperwatan Keluarga: Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta:EGC.

Hidayat, A,A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa. Jakarta:
Salemba Medika
Hawari. D. (2003). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Jakarta FKUI.
Hidayat, T. (2004). 2004 merupakan tahun kemurungan. Diakes 26 April 2006 dari http
:www/pikiranrakyat.com/cetak/1204/hikmah/lainnya.htm.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta
Nursalam, (2006). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Teses dan Instumen Penelitian, Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Polit & Hungler. (1999). Nursing research principles and methods (9 edition) Philadelphia :
Lippincott Company.
Sudjana, M.A. (2000). Metode statistik (edisi enam). Bandung : Tarsito.
Universitas Sumatera Utara
th

Anda mungkin juga menyukai