Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 6

PENDAHULUAN
Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang
tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat dirumah sakit, maka anak
tersebut akan mudah mengalami krisis. Karena, anak mengalami cemas
akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun
lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari. (Susilaningrum, 2013)

Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan


pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang,
terutama bagi anak yang masih dalam tahap proses pertumbuhan dan
perkembangan. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan
yang terencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi perawatan sampai pulang kembali ke rumah
(Supartini, 2012).
PENDAHULUAN
Menurut Puspitasari (2013) bahwa lingkungan rumah sakit yang
dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah lingkungan fisik rumah
sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian putih, alat alat
yang digunakan, dan lingkungan sosial antarsesama pasien. Dengan
adanya stressor tersebut, distress yang dapat dialami anak adalah
gangguan tidur, pembatasan aktifitas, perasaan nyeri, dan suara bising.
Sedangkan distress psikologis mencakup kecemasan, takut, marah,
kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah.

Perawat mempunyai peran di dalam pemberian pelayanan


keperawatan. Perawat hendaknya memperlihatkan bahwa dalam
pemberian pelayanan keperawatan tidak mengenal pasien atau kasus
pribadi, yang berarti bahwa semua pasien diperlakukan sama. Perawat
juga diharapkan memiliki kepedulian kepada pasien, dimana kepedulian
tersebut dapat ditunjukkan melalui tindakan yang segera dan tepat dalam
menanggapi keluhan pasien. Caring dalam praktik keperawatan dapat
ditunjukkan dengan kehadiran, sentuhan, mendengarkan, memahami
pasien
CARING
Secara umum merupakan suatu pengabdian diri kepada orang
lain yang berupa pengawasan, perhatian, rasa empati, maupun rasa cinta
dan kasih sayang yang merupakan kehendak keperawatan (Potter& Perry,
2005).
PERILAKU CARING
Daftar dimensi caring (Caring Dimensions Inventory = CDI)
merupakan instrumen yang dikembangkan untuk meneliti perilaku
perawat (perilaku caring). Watson dan Lea (1997), sebagai berikut :
Membantu klien dalam ADL.
Membuat catatan keperawatan mengenai klien.
Merasa bersalah /menyesal kepada klien
Memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu
Menjelaskan prosedur klinik
Berpakaian rapi ketika bekerja dengan klien
Duduk dengan klien
Mengidentifikasi gaya hidup klien
Melaporkan kondisi klien kepada perawat senior
Bersama klien selama prosedur klinik
LANJUTAN
Bersikap manis dengan klien
Mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk klien
Mendengarkan klien
Konsultasi dengan dokter mengenai klien
Menganjurkan klien mengenai aspek self care
Melakukan sharing mengenai masalah pribadi dengan klien
Memberikan informasi mengenai klien
Mengukur tanda vital klien
Menempatkan kebutuhan klien sebelum kebutuhan pribadi
Bersikap kompeten dalam prosedur klinik
Melibatkan klien dalam perawatan
Memberikan jaminan mengenai prosedur klinik
Memberikan privacy kepada klien
Bersikap gembira dengan klien
Mengobservasi efek medikasi kepada klien
CARING PADA TODDLER
Usia 1–5 tahun. Ukuran balita sefamily center carering
ditunjukkan dengan rentang usia dalam bulan (12–24) atau tahun (1–5).
TERDAPAT 2 ASPEK PADA KEPERAWATAN
TODDLER
FAMILY CENTER CARE

Memperkenalkan keluarga sebagai suatu kehidupan yang


konstan, dimana individu dalam keluarga harus saling mendukung,
menghargai, hingga meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam
memberikan asuhan terhadap anak. Aspek ini yang harus dipahami
dengan baik oleh seorang perawat.

Secara pskilogis, berbagai tindakan invasif, misalnya tindakan


pembedahan atau pemasangan infus akan menyebabkan anak akan
merasa nyeri, cemas, bahkan ketakutan. Perasaan cemas dan ketakutan
tersebut akan juga dirasakan baik oleh keluaganya, terutama orang
tuanya. Di dalam aspek family center care terdapat dua konsep penting
yaitu :
1. Konsep Enabling
Bahwa keluarga punya andil dalam asuhan yang diberikan.
Perawat harus melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan perawatan
agar memenuhi kebutuhan anak maupun keluarga secara umum
2. Konsep Empowering
Pada konsep empowering, Henny dosen lulusan program Doktor
di School of Nursing Faculty of Health Science Curtin University Australia
ini menjelaskan, perawat dapat melibatkan keluarga dalam hal
pengambilan keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Keterlibatan keluarga dibutuhkan mengingat anak selalu membutuhkan
orang tua ketika berada dirumah sakit.

Selain itu, hubungan keluarga dengan tenaga kesehatan selama


anak berada di rumah sakit juga sangat diperlukan. Fasilitasi anak dengan
keluarga oleh perawat dapat membantu proses penyembuhan anak,
sehingga kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi keluarga dan anak
dapat diperhatikan.
LANJUTAN

A TRAUMATIC CARE

Asuhan keperawatan yang tidak menyebabkan trauma pada anak.


Seorang perawat anak harus mampu memberikan asuhan keperawatan
terapeutik melalui pelaksananaan intervensi keperawatan. Intervensi ini
untuk mengurangi pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap anak
dan keluarga.

Perawat juga harus memandang bahwa anak merupakan individu yang


unik. Perawat harus menjaga anak jangan sampai mengalami trauma.
Asuhan yang diberikan kepada anak pun seminimal mungkin jangan
membuat anak menjadi trauma.

Agar lebih mendukung proses penyembuhan anak, agar sebisa


mungkin kontak orang tua dengan anak jangan terpisah. Orang tua
diusahakan untuk terus berada di samping anak. Ini dilakukan agar anak
minimal tidak mengalami trauma karena berada di tempat asing dan jauh
dari orang tua.
Tingkatkan Komunikasi Terapeutik
Perawat juga menjadi sektor krusial dalam meminimalkan
trauma pada anak. Perawat di bagian anak harus memiliki kemampuan
komunikasi terapeutik yang lebih luwes ketimbang perawat di bagian
umum.
Hal ini diperlukan karena anak merupakan individu yang unik.
Komunikasi tersebut akan mendorong anak lebih percaya kepada perawat.
Jika anak tidak punya rasa kepercayaan (miss trust) kepada perawat, itu
akan sulit bagi kita (perawat) melakukan pendekatan dan tindakan
tertentu.
Kemampuan komunikasi dan pendekatan yang baik juga
dibutuhkan agar anak tidak mengalami trauma pada saat dilakukan
tindakan. Anak sebisa mungkin tidak fokus pada tindakan yang dilakukan.
Perawat harus lihai mengalihkan perhatian sang anak atau melakukan
distraksi agar nyeri/trauma yang timbul pada proses tindakan tidak terlalu
kentara.
Namun, sebagai individu yang unik, tidak semua perawat
melakukan komunikasi yang sama kepada anak. karena tahap tumbuh
kembang yang berbeda, perawat anak harus punya strategi dalam
melakukan komunikasi dan pendekatan kepada tiap kliennya.
LANJUTAN
“Ada istilah ‘nursing is knowledge, nursing is art’. Artinya
keperawatan itu sebagai suatu ilmu juga keperawatan sebagai
suatu seni. Sebagai suatu seni, ada kiat-kiat yang harus dipahami
dan dilakukan oleh perawat dalam menghadapi anak
THANKS A LOT

Anda mungkin juga menyukai