Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN ANAK YANG DILAKUKAN


PEMASANGAN INFUS

Haijah

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
Jl. ByPass No.09, Aur Birugo Tigo Baleh, Bukittinggi, Sumatera Barat

e-mail : haijah123@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stressor bagi anak,
sehingga anak akan mengalami stress hospitalisasi. Stres pada anak dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perilaku perawat saat merawat pasien
harusnya mengembangkan perilaku caring. Kecemasan akan semakin meningkat
bila anak ternyata harus dirawat di rumah sakit. Tujuan Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat terhadap tingkat
kecemasan anak yang dilakukan pemasangan infus di wilayah Puskesmas
Kecamatan Kota Nopan Sumatera Utara Tahun 2015. Metode: Desain penelitian
ini adalah deskriptif korelasi dengan metode pendekatan cross sectional.
Pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling dan sampel
berjumlah 32 responden. Uji yang dipakai untuk kedua variabel adalah chi square.
Hasil: Dari hasil penelitian yang dlakukan pada 32 responden didapatkan data
Sebagain besar responden berusia rentang 20-30 tahun dengan masa kerja
terbanyak lebih dari 5 tahun. Sebanyak 87,5% responeden memiliki pendidikan
D3 Keperawatan dengan 90,8% memiliki jenis kelamin perempuan. Sebanyak
71,9% responden perawat memiliki perilaku caring yang baik. Kesimpulan:
Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat terhadap
tingkat kecemasan anak yang dilakukan pemasangan infus di wilayah Puskesmas
Kecamatan Kota Nopan Sumatera Utara Tahun 2015 nilai p-value = 0,015 < 0,05.

Kata Kunci : Perilaku Caring, Kecemasan, Pemasangan Infus Anak

Jurnal Menara Medika Vol 1 No 2 Maret 2019 | 101


PENDAHULUAN sekolah, kecemasan paling besar
Era globalisasi yang sedang dan yang dialami adalah ketika pertama
akan dihadapi dibidang kesehatan kali masuk rumah sakit dan kondisi
menimbulkan secercah harapan akan sakit yang dialami anak. Apabila
peluang meningkatnya pelayanan anak mengalami kecemasan tinggi
kesehatan. Terbukanya pasar bebas saat dirawat di rumah sakit maka
memberikan pengaruh yang penting besar sekali kemungkinan anak akan
dalam meningkatkan kompetisi mengalami disfungsi perkembangan.
disektor kesehatan. Persaingan antar Anak akan mengalami gangguan
rumah sakit memberikan pengaruh seperti gangguan-gangguan somatik,
dalam manajemen rumah sakit baik emosional dan psikomotor.
milik pemerintah, swasta dan asing Prevalensi disfungsi perkembangan
dengan tujuan akhir adalah untuk yang terdapat pada anak usia sekolah
meningkatkan pelayanan kesehatan. berkisar antara 1-30% yang
Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesemuanya bergantung pada
kesehatan yang memadai semakin batasan-batasan serta kriteria
meningkat turut memberikan warna diagnostik yang dipergunakan.
diera globalisasi dan memacu rumah Anak sangat rentan terhadap
sakit untuk memberikan pelayanan stres karena kemampuan anak untuk
terbaik (Dwidiyanti, 2009). mengatasi dan mengolah stres masih
Keperawatan merupakan terbatas. Keadaan hospitalisasi dapat
suatu bentuk pelayanan profesional menjadi stressor bagi anak, sehingga
yang mempunyai suatu paradigma anak akan mengalami stress
atau model keperawatan yang hospitalisasi. Stres pada anak
meliputi empat komponen yaitu : dipengaruhi oleh beberapa faktor,
manusia, kesehatan, lingkungan dan salah satunya adalah perilaku
perawat itu sendiri. Perawat adalah perawat saat merawat pasien.
suatu profesi yang mulia, karena Perawat yang bertugas memberikan
memerlukan kesabaran dan asuhan keperawatan harusnya
ketenangan dalam melayani pasien mengembangkan perilaku caring,
yang sedang menderita sakit. karena dengan perawat melakukan
Seorang perawat harus dapat perilaku caring berarti perawat
melayani pasien dengan sepenuh tersebut mampu mengurangi stress
hati. Sebagai seorang perawat harus atau trauma anak selama menjalani
dapat memahami masalah yang hospitalisas i(Blais, 2007).
dihadapi oleh klien, selain itu Kecemasan pada anak usia
seorang perawat dapat sekolah yang sakit timbul akibat
berpenampilan menarik. Untuk itu terjadinya perubahan-perubahan
seorang perawat memerlukan fungsi anak. Kecemasan akan
kemampuan untuk memperhatikan semakin meningkat bila anak
orang lain, ketrampilan intelektual, ternyata harus dirawat di rumah
teknikal dan interpersonal yang sakit, dimana lingkungan rumah sakit
tercermin dalam perilaku caring atau adalah lingkungan yang merupakan
kasih sayang (Dwidiyanti, 2007). penyebab stres dan kecemasan pada
Nelson dalam Laily (2006), anak, selain perasaan takut mati dan
mengemukakan pada anak usia adanya kelemahan fisik (Supartini,

102 | Jurnal Menara Medika Vol 1 No 2 Maret 2019


2004). Perawat merupakan tenaga caring perawat tidak hanya mampu
kesehatan yang paling sering meningkatkan kepuasan pasien,
berinteraksi langsung dengan klien. namun juga dapat menghasilkan
Perawat harus dapat melayani klien keuntungan bagi rumah sakit
dengan sepenuh hati dan (Ardiana, 2010). Caring sangatlah
memerlukan kemampuan untuk penting untuk keperawatan. Caring
memperhatikan orang lain, adalah fokus pemersatu untuk
keterampilan intelektual, tehnikal praktek keperawatan. Perilaku caring
dan interpersonal yang tercermin juga sangat penting untuk tumbuh
dalam perilaku caring (Qomariah, kembang, memperbaiki dan
2012). meningkatkan kondisi atau cara
Caring merupakan aspek hidup manusia (Blais, 2007).
penting yang harus dilakukan oleh Hasil penelitian Tanjung
perawat dalam praktik keperawatan. (2011) tentang harapan pasien dalam
Caring secara umum dapat diartikan kepuasan perilaku caring perawat di
sebagai suatu kemampuan untuk RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
berdedikasi bagi orang lain, mendapatkan hasil keperawatan
pengawasan dengan waspada, masih jauh dari yang diharapkan,
menunjukkan perhatian, perasaan seperti mengenalkan diri kepada
empati pada orang lain dan perasaan pasien atau keluarga pasien kurang
cinta atau menyayangi yang membudaya, kurang penjelasan atau
merupakan kehendak keperawatan informasi pada waktu memberikan
(Potter & Perry, 2005). Selama asuhan keperawatan, dan masih
proses pemasangan infus anak dapat kurangnya kegiatan monitoring dan
mengalami pengalaman yang sangat observasi. Fenomena tersebut diatas
traumatik dan penuh dengan stress. pada umumnya menunjukkan adanya
Selain itu pada saat dilakukan kecenderungan sikap dan perilaku
pemasangan infus, anak akan perawat yang tidak caring terhadap
mengalami berbagai perasaan yang pasien yang mempengaruhi kualitas
sangat tidak menyenangkan, seperti asuhan keperawatan dan berdampak
marah, takut, cemas, sedih dan nyer pada tingkat kepuasan pasien.
(Supartini 2004, h.188). Namun survei yang dilakukan
Pemberian pelayanan tentang tingkat kepuasan pasien yang
keperawatan yang didasari oleh telah dilakukan masih bersifat
perilaku caring perawat mampu umum, belum secara maksimal
meningkatkan kualitas pelayanan mengeksplorasi tentang perilaku
kesehatan. Penerapan caring yang caring perawat dalam berinteraksi
diintegrasikan dengan pengetahuan dengan pasien.
biofisikal dan pengetahuan mengenai Pemberian pelayanan
perilaku manusia akan dapat keperawatan yang didasari oleh
meningkatkan kesehatan individu perilaku tidak caring perawat dapat
dan memfasilitasi pemberian membuat jarak antara perawat pasien
pelayanan kepada pasien. Perilaku sehingga memperlambat kesembuhan
caring yang dilakukan dengan efektif pasien. Di dunia, caring sudah
dapat mendorong kesehatan dan menjadi hal biasa yang dipraktikan
pertumbuhan individu. Perilaku dalam pemberian asuhan

Jurnal Menara Medika Vol 1 No 2 Maret 2019 | 103


keperawatan. International yang dipasangkan infus pada tahun
Association of Human Caring 2014 berjumlah 817 kunjungan,
(Asosiasi Internasional untuk sedangkan kunjungan ditahun 2015
Kepedulian Terhadap Manusia) dari bulan Januari sampai Maret
menjelaskan bahwa keperawatan berjumlah 144 kunjungan, dari hasil
selalu meliputi empat konsep yaitu observasi juga didapatkan masih
merawat adalah apa yang perawat banyak perawat yang belum
lakukan, manusia adalah sasaran dari menerapkan perilaku caring, dari
apa yang perawat lakukan, kesehatan hasil wawancara salah seorang
adalah tujuannya dan lingkungan perawat puskesmas tersebut salah
adalah tempat dimana perawat satu penyebabnya adalah perawat
merawat. Inti dari semua teori lebih memfokuskan diri terhadap
tentang keperawatan adalah tindakan yang dilakukan
memeriksa dan menguraikan empat dibandingkan dengan menerapkan
konsep tersebut untuk memberi caring.
penjelasan dan panduan dalam hal
merawat (Burnard, 2009). METODE PENELITIAN
Hasil penelitian yang Desain penelitian yang
dilakukan Sari (2009) tentang digunakan adalah metode penelitian
gambaran perilaku caring perawat Deskriptif Korelasi. Penelitian ini
terhadap pasien di Instalasi Bedah dilakukan dengan menggunakan
Sentral RSUP Dr Kariadi Semarang desain penelitian Cross Sectional
didapatkan data bahwa dari 56 Study . Populasi dalam penelitian ini
perawat yang menjalankan tugas di berjumlah 144 orang. Jumlah sampel
Instalasi Bedah Sentral ada 30 orang pada penelitian ini sebanyak 32
(52%) yang belum memahami makna orang.
caring dan berperilaku caring kepada
pasien. Perawat lebih banyak HASIL DAN PEMBAHASAN
berkonsentrasi pada tanggung 1. Demografi Responden
jawabnya sebagai instrumentator dan Tabel 1
biasanya perawat menjadi kurang Distribusi Frekuensi Usia Perawat
memperhatikan keadaan pasien. No Demografi F %
Peneliti Sari menemukan bahwa Perawat
perawat tidak peduli dengan 1. Umur Perawat
kenyamanan pasien, tidak mampu - 20-30Th 13 40,6
mengungkapkan rasa cinta (loving), - 30-40 Th 8 25,0
jarang mendengarkan keluhan pasien - 40-50th 11 34,4
(listening), apalagi menghibur pasien
Jumlah 32 100
(compasionate) sangat jarang
dilakukan dengan adanya kesibukan
mempersiapkan operasi. Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
Survey awal yang dilakukan diketahui bahwa usia perawat pada
pada tanggal 5 Maret 2015 di rentang usia 20-30tahun sebanyak 13
puskesmas kecamatan kota nopan responden ( 40,6 %) di Wilayah kerja
sumatera utara didapatkan jumlah Puskesmas Kota Nopan Sumatera
kunjungan pasien diruangan anak Utara tahun 2015 .

104 | Jurnal Menara Medika Vol 1 No 2 Maret 2019


Tabel 2 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
Distribusi Frekuensi bahwa jenis kelamin perawat
Lama Kerja Perawat sebahagian besar yaitu perempuan
No Demografi F % sebanyak 29 responden ( 90,6 %) di
Perawat Wilayah kerja Puskesmas Kota
1. Lama Kerja Nopan Sumatera Utara tahun 2015 .
< 2 Tahun 11 34.4
2-5 tahun 7 21.9 Tabel 5
> 5 Tahun 14 43.8 Distribusi Frekuensi
Jumlah 32 100 Jenis Kelamin Pasien
No Demografi Pasien F %
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat 1. Jenis Kelamin Pasien
diketahui bahwa lama kerja perawat - Laki laki 12 37,5
sebahagian besar berada pada - Perempuan 20 62.5
rentang > 5 tahun sebanyak 14 Jumlah 32 100
responden ( 43.8 %) di Wilayah kerja
Puskesmas KotaNopan Sumatera Berdasarkan tabel 5 di atas dapat
Utara tahun 2015 . diketahui bahwa jenis kelamin pasien
Tabel 3 sebahagian besar perempuan
Distribusi Frekuensi sebanyak 20 responden (62.5 %) di
Pendidikan Perawat Wilayah kerja Puskesmas Kota
No Demografi F % Nopan Sumatera Utara tahun 2015.
Perawat
1. Pendidikan Tabel 6
Perawat 3 9.4 Distribusi Frekuensi Jumlah
- SPK 28 87.5 Pernah Dirawat Pasien
- DIII Kep 1 3.1
- Profesi Ners No Demografi F %
Pasien
Jumlah 32 100
1. Jumlah dirawat
- 1 kali 14 43.8
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat - > 2 kali 18 56.3
diketahui bahwa pendidikan perawat
sebahagian besar berada pada jenjang
Jumlah 32 100
pendidikan DIII Keperawatan
sebanyak 28 responden (87.5 %) di
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat
Wilayah kerja Puskesmas Kota
diketahui bahwa jumlah pernah
Nopan Sumatera Utara tahun 2015
dirawat pasien sebahagian besar
Tabel 4
berada pada lebih dari 2 kali rawatan
Distribusi Frekuensi Jenis
sebanyak 18 responden ( 56.3 %) di
Kelamin Perawat
Wilayah kerja Puskesmas Kota
No Demografi Perawat F % Nopan Sumatera Utara tahun 2015.
1. Jenis Kelamin
- Perempuan 29 90.6
- Laki laki 3 9.4
Jumlah 32 100

Jurnal Menara Medika Vol 1 No 2 Maret 2019 | 105


2. Perilaku Caring Perawat 4. Hubungan Perilaku Caring
Tabel 7 Perawat dengan Tingkat
Distribusi Frekuensi kecemasan
Perilaku Caring Perawat Tabel 9
Distribusi Frekuensi
No Caring Perawat F % Hubungan antara Perilaku
1. Perilaku caring Caring Perawat terhadap
- Kurang 2 6.3 Tingkat Kecemasan Anak yang
- Cukup 7 21.9 Dilakukan Pemasangan Infus
- Baik 23 71.9
Jumlah 32 100 Kecemasan Pemasangan Infus
Perilaku Cemas Cemas Tidak Jumlah
Caring Sedang Ringan Cemas pvalue
Berdasarkan tabel 7 di atas Perawat N %
N % N % N %
dapat diketahui bahwa perilaku
Kurang 0 0.0 2 100.0 0 0.0 2 100
Caring Perawat di Puskesmas Kota
Nopan sebahagian besar adalah baik Cukup 0 0.0 3 42.9 4 57.1 7 100

sebanyak 23 responden (71.9.%). Baik 2 8.7 9 39.1 12 52.2 23 100 0,015


Total 2 6.3 14 43.8 16 50.0 32 100
3. Kecemasan Pasien
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa
Kecemasan Pasien dari 23 responden yang memiliki
perilaku Caring perawat Yang baik
No Kecemasan F %
terdapat sebanyak 12 responden
Pasien
(52.2 %) yang merasakan Tidak
1. Tingkat Cemas Cemas, Dari 7 perawat yang
- Cemas 2 6.3 memiliki Perilaku Caring Cukup
Sedang terdapat sebanyak 4 responden (
- Cemas 14 21.9 57.1%) yang merasakan tidak cemas.
Ringan Sedangkan dari 2 orang responden
- Tidak 16 71.9 yang memiliki Caring Perawat Yang
cemas kurang terdapat sebanyak 2 (100%)
Jumlah 32 100 yang memiliki Cemas Ringan di
Puskesmas kota Nopan Sumatera
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat tahun 2015.
diketahui bahwa tingkat kecemasan Hasil uji statistik chi-square
pasien sebahagian besar adalah tidak didapatkan nilai p = 0,015 (p < 0,05)
cemas sebanyak 16 responden artinya terdapat hubungan bermakna
(71.9.%).di Puskesmas Kota Nopan antara perilaku Caring Perawat
Sumatera Barat tahun 2015. terhadap Tingkat Kecemasan Anak
yang dilakukan pemasangan infus di
Wilayah Puskesmas Kecamatan Kota
Nopan Sumatera Utara Tahun 2015.

106 | Jurnal Menara Medika Vol 1 No 2 Maret 2019


KESIMPULAN terkait dengan masalah
1. Diketahui distribusi frekuensi perilaku caring Perawat dan
karakteristik responden yang Kecemasan pasien
dilihat dari nama, umur, jenis khususnya di Puskesmas
kelamin, dan pendidikan. Kota nopan.
2. Diketahui distribusi frekuensi b. Diharapkan kepada
tingkat kecemasan anak usia pemerintah setempat
sekolah yang dirawat di menjalin kerjasama antar
ruang perawatan anak di Wilayah lintas sektoral, sehingga
Puskesmas Kecamatan Kota dengan kerjasama tersebut
Nopan Sumatera Utara Tahun pemerintah bersama badan
2015. terkait dapat melakukan
3. Diketahui distribusi frekuensi penyuluhan perilaku caring
perilaku caring perawat pada anak Perawat dan Kecemasan
yang dilakukan pemasangan infus. pasien.
4. Diketahui hubungan perilaku c. Pemerintah setempat dapat
caring perawat terhadap tingkat membentuk organisasi
kecemasan anak yang dilakukan kesehatan dalam
pemasangan infus. meningkatkan dan
menangani cara mengatasi
SARAN kecemasan pasien.
1. Institusi Pendidikan
a. Diharapkan kepada Institusi 3. Instansi Terkait
Pendidikan agar dapat lebih a. Diperlukan adanya proses
dalam membahas tentang yang berkesinambungan
keperawatan lansia lebih yang terkait dengan hal
mengembangkan materi- pemahaman perilaku caring
yang terkait dengan perilaku Perawat yang dilakukan oleh
caring Perawat dan badan-badan terkait,
Kecemasan pasien dalam sehingga masyarakat dapat
pemasangan Infus. memahami proses tersebut
b. Institusi hendaknya menjalin dengan baik.
kerjasama antar lintas b. Instansi terkait bisa
sektoral dengan badan ± melakukan simulasi-simulasi
badan yang terkait dengan pada wilayah yang termasuk
perilaku caring Perawat dan dalam kategori pasien anak.
Kecemasan pasien c. Diperlukan kerjasama yang
c. Menyediakan fasilitas yang baik antara pemerintah,
menunjang dalam masyarakat, dan instansi
pemasangan Infus di terkait, sehingga dengan
puskesmas. adanya kerjasama ini
2. Pemerintah Setempat diharapkan agar kecemasan
a. Diharapkan kepada anak dapat dipahami
pemerintah setempat untuk 4. Peneliti Selanjutnya
dapat lebih memberikan a. Kepada calon peneliti
informasi-informasi yang selanjutnya diharapakan jika

Jurnal Menara Medika Vol 1 No 2 Maret 2019 | 107


melakukan penelitian yang Consepts and Procendures,
sejalan dengan penelitian ini, California : Addison-Wesley
mungkin dapat menjadikan Publishing Company.
penelitian ini sebagai bahan Notoadmojo, S. 2010. Metode
acuan. Penelitian. Jakarta : Rineka
b. Peneliti selanjutnya Cipta
diharapkan lebih Nuracmah, E. 2001. Seminar Asuhan
memperdalam dan Keperawatan Bermutu di
memperkuat kajiannya Rumah Sakit, Jakarta : Penerbit
tentang aspek yang akan Buku Kedokteran EGC
diteliti, sehingga nantinya Potter Perry, 2005, Buku Ajar
akan sejalan dengan Fundamental kep:konsep
penelitian ini. proses dan praktik edisi 4 vol
c. Peneliti menyarankan judul 2, Jakarta:EGC
penelitian selanjutnya, yaitu Profil Kesehatan RI tahun 2012
tentang depressi pada kasus Kemenkes RI
lain. Riset Keperawatan Dasar 2013
Kemenkes RI
DAFTAR PUSTAKA Rothrock, J.T. 2000. Perencanaan
Arikunto, 2006. Manajemen Asuhan Keperawatan
Penelitian. Edisi Revisi. Perioperatif. Jakarta : Penerbit
Jakarta : Rineka cipta Buku Kedoktoran EGC
Ari, Y, dkk. (2012). Gangguan Stuart dan Sundeen.1998. Buku saku
Kecemasan Menyeluruh. keperawatan jiwa. Edisi 3.
Diakses Pada tanggal 12 April Jakarta : EGC
2015 dari Supartini, 2004, Buku Ajar Konsep
https://www.scribd.com/doc/76 Dasar Keperawatan Anak,
038638/gangguan anxietas- EGC, Jakarta
menyeluruh.pdf
Asmadi, 2005. Konsep Dasar
Pengobatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Burnard, P. 2009. Caring &
Communicating. Jakarta : EGC
Blais, KK. 2007. Praktek
Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Dwidiyanti, M. 2009. Caring.
Semarang : Hapsari\
Hidayat Aziz Halimul. (2004).
Pengantar Konsep
Keperawatan Dasar. Salemba
Medika : Jakarta
Kozier, Barbara dkk. 2004.
Fundamental of Nursing:

108 | Jurnal Menara Medika Vol 1 No 2 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai