Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman Konsep Dasar Keperawatan

Nama : Diyahayu Wahyu Utami


NIM : G2A021186
Prodi : S1 Keperawatan
Kelas :D1
Materi : Caring

Caring merupakan inti dari keperawatan, caring membantu klien meningkatkan


perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual dan social. Caring juga merupakan
suatu tindakan pemberian perhatian yang dilakukan antara seseorang pemberei asuhan dan orang
yang membutuhkan asuhan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat caring adalah usia,jenis kelamin,tingkatan
mahasiswa, minat,pengetahuan. Semakin dewasa usia seseorang maka tingkat caring seseorang
juga semakin tinggi. Faktor seperi usia, jenis kelamin dan tingkat Pendidikan disebut dengan
faktor individu
Komponen caring menutrut rouch pada tahun 1997 terbagi menjadi tuju komponen atau
disebut sebagai komponen caring 7C (Hurun Ain, 20190). Berikut adalah beberapa komponen
caring :
 Compassion
Compassion berarti belas kasih, dalam melakukakan asuhan seorang perawat
harus memiliki rasa empati terhadap masalah yang sedang dialami oleh klien dan
menemani klien dalam suka maupun dukanya.
 Communication
Seorang perawat harus pandai dalam melakukan komunikasi yang efektif kepada
pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat
untuk menjalin dan menciptakan rasa saling percaya antara perawat dan kliennya.
 Consideration
Kunci utama yang harus dipegang oleh perawat adalah memiliki kompetensi yang
tinggi. Seorang perawat yang memiliki kompetensi yang tinggi tercermin dari dirinya
yang menguasai pembelajaran kognitif, afektif dan psikomotor. Perawat diharuskan
memiliki kompetensi yang tinggi dikarenakan seorang perawat dalam terjun ke tengah-
tengah masyarakat harus mampu menyampaikan pengetahuannya tentang segala kondisi
masalah kesehatan dan cara menanganinya.
 Comfort
Kenyamanan merupakan suatu hal yang harus tercipta dalam hubungan yang
dilakukan antara perawat dan klien. Karena jika seorang mampu memberikan
kenyamanan maka kepercayaan yang muncul semakin erat dan proses keperawatan akan
berjalan dengan lancar.
 Carefullness
Komponen ini merupakan komponen paling penting diantara komponen yang
lain. Karena komponen ini merupakan komponen yang harus dipegang oleh perawat
untuk menjadi seorang perawat. Carefullness merupakan perilaku dimana seorang
perawat harus mampu melakukan tindakan kepedulian baik sikap, perilaku, pakaian dan
bahasa.
 Consistency
Dalam melakukan perilaku caring kepada klien seorang perawat harus memegang
komitmen yang tinggi untuk mengabdikan diri demi kesejahteraan klien dalam
menjalankan asuhan keperawatan.
 Closure
Asuhan keperawatan dapat berhasil jika perawat melakukannya sesuai dengan
panduan legal etik keperawatan. Pada komponen ini perawat akan mampu memahami
dirinya sendiri ataupun orang lain dan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi oleh dirinya sendiri ataupun kliennya.

Caring merupakan dasar suatu tindakan keperawatan dalam menjalankan asuhan


keperawatan. Caring memberikan manfaat bagi seorang perawat yang melakukannya
(Widyawati, 2009). Manfaat-manfaat caring antara lain ialah :
 Pasien memberikan respon yang positif
Maksud dari pasien memberikan respon yang positif adalah pasien zaman
sekarang sangatlah teliti, sehingga dapat membedakan perawat yang melakukan perilaku
caring dan tidak. Sehingga jika seorang perawat dalam menjalankan asuhan melakukan
perilaku caring maka pasien akan memberikan respon yang positif pula. Begitu
sebaliknya, jika perawat tidak melakukan perilaku caring dalam asuhan maka pasien akan
memberikan respon yang negatif.
 Berkomunikasi dengan pasien
Manfaat caring dapat dirasakan saat melakukan komunikasi dengan pasien. Hal
ini ditunjukkan kelancaran dan munculnya rasa saling percaya antara perawat dan klien
yang memudahkan asuhan keperawatan berjalan lancar.
 Kontribusi positif yang memuaskan
Caring yang dilakukan kepada pasien secara kontinu walaupun tidak selalu
menghasilkan suatu yang positif, namun perilaku caring akan memicu timbulnya aura
positif pada suatu kondisi selanjutnya yang nantinya dapat menghasilkan asuhan
keperawatan yang memuaskan.
 Memandang pasien sebagai teman
Jika melakukan asuhan keperawatan dengan menempatkan pasien sebagai teman
maka tidak akan timbul rasa canggung dan pasien akan mendapatkan kenyamanan serta
dapat lebih terbuka kepada perawat.
 Dihargai oleh pasien
Perawat yang melakukan perilaku caring kepada pasien akan lebih dihargai
karena pasien merasa dirinya ada yang memperhatikan saat memerlukan suatu support
selain dari keluarga. Namun tidak dapat dipungkiri motivasi utama pasien dalam
menghadapi masalah kesehatan adalah perhatian dari keluarga.
 Melakukan sesuatu yang berguna
Perilaku caring yang merupakan dasar perawat dalam melakukan asuhan akan
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi perawat yang mengamalkan secara sungguh-
sungguh dan ikhlas.
 Belajar banyak tentang manusia
Perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan mengamalkan perilaku
caring kepada pasiennya dengan baik maka dari diri kita akan mampu bersyukur dan
mampu menempatkan diri jika suatu saat diri sendiri ataupun keluarga berada pada posisi
pasien yang dirawatnya sekarang.
 Perkembangan pribadi
Seseorang yang melakukan sesuatu hal dengan terus menerus akan
mengakibatkan timbulnya rasa tanggung jawab dan meningkatkan kualitas pribadi.
Perilaku caring yang dilakukan kepada pasien akan mengakibatkan kita muncul rasa
tanggung jawab akan pekerjaan yang kita lakukan yang nantinya terlihat dari kualitas
pekerjaan yang dilakukan.
Kerangka Teori

Perilaku Caring

Suatu tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan


adanya rasa menghargai antara klien dan perawatsehingga
menghasilkan suatu asuhan yang bernilai, timbul rasa
memiliki dan penuh tanggung jawab.

Dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tingkatan Lima elemen Middle Range Theory
mahasiswa, minat, pengetahuan mahasiswa berdasarkan Teori Swanson :
1. Maintaining Belief
Dimanifestasikan melalui lima elemen Middle 2. Knowing
Range Theory Swanson 3. Being With
4. Doing For
5. Enabling
Definisi
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdediksi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang
penting terutama dalam praktik keperawatan.
Rubenfeld (1999), mendefinisikan caring: memberikan asuhan , dukungan
emosional pada klien, keluarga dan kerabatnya secara verbal maupun non verbal. Jean
Watson (1985), caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan
dan meningkatkan martabat manusia.
Teori Caring Dalam Keperawatan
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat pasien
yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa memiliki
kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu
untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal
yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989).
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang
berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam
keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik .
Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali
dan Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu
orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu
orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri.
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan
penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh .
Lebih lanjut Mayerhoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi
pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayerhoff
juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel
mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain.
Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai suatu moral
imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral
baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat
dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan
amoral pada saat melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu
affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap
pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien.
Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka
bisa merawat pasien.
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring
bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien
(Carruth et all, 1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat
baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,
psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan
klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan
asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan,
memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media
pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para
perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan
asuhan dengan menggunakan spirit caring.
Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari
hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang
dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh
karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan
asuhan kepada klien.
Konsep Caring Menurut Para Ahli
Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut Watson,
ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah;
1. caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara
interpersonal,
2. caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien,
3. caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
4. caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat
itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya,
5. lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang
terbaik untuk dirinya sendiri,
6. caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara
pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna
dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,
7. caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).

Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor
karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan
dasar. Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi
pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain
sehingga tercapai kepuasan dalam melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif
tersebut adalah;
1. Forming a humanistic – altruistic
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada
klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada klien,
2. Instilling faith & hope
Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan
asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien
dalam mencari pertolongan kesehatan,
3. Cultivating sensitivity to one’s self
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri
dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
4. Developing a helping – trust relation
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati
yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam
faktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan kehangatan.
5. Expressing & feeling
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat
memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
6. Using creative problem-solving caring process
Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan
keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan
pendekatan asuhan kepada klien.
7. Promoting interpersonal teaching – learning
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan
mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan personal klien.
8. Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical
sociocultural & spiritual environment
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang
mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien
terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.
9. Assisting with the gratification of human needs
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan
kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
10. Allowing for existential-phenomenologic forces
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan
diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seorang klien perlu
dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar
dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).
Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan tiga faktor karatif
yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring. Tiga faktor karatif tersebut adalah:
pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik, memberikan harapan dan
kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain (Julia,
1995).
Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua
aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan
bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga
dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum memahami orang lain (Nurahmah,
2006).
Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang dikemukakan
oleh Watson menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani dan kebutuhan
pendekatan spiritual bagi iman klien. Dengan demikian, perawat dituntut untuk mengenal
dirinya sendiri secara spiritual dan menerapkannya dalam profesi keperawatan dalam
memberikan perawatan dengan cinta dan caring. Jadi, dari teori caring menurut Watson
dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual dalam
asuhan keperawatan. (Sujana, 2008) Lima C dari caring, Roach (1984) :
1. Compassion (Kasih sayang)
2. Competence (Kompetensi)
3. Conscience (Kesadaran)
4. Confidence (Kepercayaan)
5. Commitment (Komitmen)
Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa komponen
yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu :
1. Terlihat sikap caring ketika harus memberikan asuhan keperawatan
kepada klien
2. Adanya hubungan perawat - klien yang terapeutik,
3. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, 4. Kemampun dalam
memenuhi kebutuhan klien,
5. Kegiatan jaminan mutu (quality assurance).
Sikap Caring
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila
perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan asuhan,
perawat menggunakan;
1. Keahlian,
2. kata-kata yang lemah lembut,
3. Sentuhan,
4. Memberikan harapan,
5. Selalu berada disamping klien,
6. Bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan.
Spirit Caring
Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat diperintah
untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring. Spirit caring seyogyanya
harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit
caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan
fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat
memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada klien.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan perhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien
(Carruth et all, 1999). Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik.
Prilaku caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,
psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini, bersikap caring untuk klien dan bekerja
bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Karakteristik “caring” (menurut Wolf dan Barnum, 1998);
1. Mendengar dengan perhatian,
2. Memberi rasa nyaman,
3. Berkata Jujur,
4. Memiliki kesabaran,
5. Bertanggung jawab,
6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan,
7. Memberi sentuhan,
8. Memajukan sensitifitas,
9. Menunjukan rasa hormat pada klien,
10. Memanggil klien dengan namanya.
Komponen utama “caring” (menurut Mayer, 1971);
1. Pengetahuan,
2. Kesabaran,
3. Kejujuran,
4. Kepercayaan,
5. Kerendahan Hati,
6. Harapan,
7. Keberanian.

Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity and universality”,


beberapa konsep yang didefinisikan antara lain;
1. kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai,
kepercayaan, norma, dan gaya hidup antar kelompok yang dapat mempengaruhi cara
berpikir, mengambil keputusan, dan bertindak dalam pola-pola tertentu,
2. keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan
perbedaan dalam arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara sekelompok orang
yang berhubungan, mendukung, atau perbedaan dalam mengekspresikan human care,
3. cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam
pembelajaran dan pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang mendukung dan
memfasilitasi individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan,
meningkatkan kondisi sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan,
4. dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek
sosial, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana faktor-
faktor tersebut mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda,
5. care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan konkrit
yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain yang
berkaitan untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya,
6. care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan
untuk membimbing, mendukung, dan ada untuk orang lain guna meningkatkan kondisi
kehidupan atau dalam menghadapi kematian,
7. caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan
kognitif dan formal mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian untuk
mendampingi, mendukung, membimbing, dan memfasilitasi individu secara langsung
dalam rangka meningkatkan kondisi kehidupannya, mengatasi
ketidakmampuan/kecacatan atau dalam bekerja dengan klien (Julia, 1995,
Madeline,1991).
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara
seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Lydia
Hall mengemukakan perpaduan tiga aspek tersebut dalam teorinya. Care merupakan
komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu
sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan
terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka
ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).
Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring
dipengaruhi oleh dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat sebagai
disiplin ilmu dan profesi. Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup individu,
namun tidak semua perilaku manusia mencerminkan caring (Julia, 1995).
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan
signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan
perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif
antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien
dengan memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi
kesehatannya.
Care sebagai sebuah ide moral
Care adalah semangat, tindakan penting dari inti keperawatan, kekuatan yang
menyatakan, proses dinamik dan intisari struktural. Care adalah nilai, caring adalah
sebuah kebaikan. Mayerhoff (1971) memberikan informasi yang berhubungan dengan
nilai care. Dalam konteks kehidupan manusia, caring sebagai salah satu cara mengatur
nilai-nilainya yang lain dan aktivitas sekitarnya. Bila pengaturan ini komprehensif,
karena keterlibatan caring-nya terdapat stabilitas dasar dalam kehidupannya. Dengan
melayani caring, seseorang manusia hidup dalam kehidupan sendiri yang berarti.
Carper (1979) “caring” sebagai nilai profesional dan nilai pribadi adalah pusat
penting dalam memberikan standar normatif yang mengatur tindakan dan sikap kita
untuk care kepada siapa. Dalam suatu dunia ketika ada kesepakatan yang besar tentang
kesendirian, nyeri, penderitaan, kesakitan, dan tragedi ketika itu pula kebutuhan care
menjadi penting.
Kita harus secara serius bercermin pada apa yang kita inginkan dan apa yang kita
cari. Dan ini adalah dasar dari caring kita. Berdasarkan Greene (1990) caring adalah
dasar keberadaan etik. Ia menyatakan bahwa “Praktek yang digambarkan dalam
pelayanan manusia harus dimulai dari kesadaran terhadap situasi, khususnya perasaan
dan kepedulia. Harapannya adalah bahwa makin dan makin banyak praktisi akan
berespons terhadap pentingnya caring imperatif dan berpikir apa artinya memilih diri
mereka sendiri dalam kaitannya dengan kebutuhannya.
Olsen (1993) “baik caring dan keadilan berbicara tentang rasa moral kebaikan
kita”. Mungkin saja tidak ada kebaikan yang tidak dapat mensintesis kedua konsep
tersebut, memahami dan menghormati orang lain adalah penting dalam tugas ini. Ini
mengikuti bahwa faktor yang lebih luas atau dasar seorang menggunakan care terhadap
orang lain, orang lain akan lebih care.
Membangun Pribadi Caring
Untuk membangun pribadi caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang
manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah,
keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia. Bukan berarti kalau
pengetahuan perawat tentang caring meningkat akan menyokong perubahan perilaku
perawat.
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat
dalam merawat pasien. Secara teoritik ada tiga kelokmpok variabel yang mempengaruhi
kinerja tenaga kesehatan diantaranya;
a) Variabel Individu
b) Variabel Psikologis
c) Variabel Organisasi.
Menurut Gibson (1987) yang termasuk variabel individu adalah kemampuan dan
ketrampilan, latar belakang dan demografi. Variable psikologi merupakan persepsi, sikap,
kepribadian, belajar dan motivasi. Dan variabel organisasi adalah kepemimpinan, sumber
daya, imbalan struktur dan desain pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi
caring perawat harus menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caring. Pendekatan organisasi dapat dilakukan
melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja
perawat dan serta adanya effektive leadership dalam keperawatan. Peran organisasi
(rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui
kepemmpinan yang efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur,
pengembangan system remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian
kepuasan kerja perawat. Karena itu semua dapat berdampak pada meningkatnya motivasi
dan kinerja perawat dalam caring.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat.
Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang. Yang terbaik adalah
membentuk caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan. Artinya
peran pendidikan dalam membangun caring perawat sangat penting. Dalam penyusunan
kurikulum pendidikan perawatan harus selalu memasukkan unsur caring dalam setiap
mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen
membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain harus ada dalam pendidikan
perawatan. Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada system yang bisa menemukan
bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat perbedaan yang
mendasar antara perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku caring – nya.

Anda mungkin juga menyukai