PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, segala hal dituntut
untuk semakin maju dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Termasuk salah
satunya merambah pada bidang kesehatan terutama keperawatan. Kualitas
pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan,
bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan
(rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan
merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan
terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami
masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan
pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan
bermutu apa tidak.
Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau
pasien yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring (Johnson, 1989). Dengan mengetahui bagaimana caring yang
sebenarnya, diharapkan perawat mampu melakukan pelayanan secara totalitas
terhadap kliennya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian caring secara umum dan teori caring menurut
Watson.
2. Memahami persepsi klien tentang caring.
3. Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan.
4. Memahami perbedaan caring dan curing.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan
klien (Carruth et all, 1999).
c. Griffin (1983), membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah
satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat,
sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan
perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin
menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses
interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas
peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi
emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut menurut Griffin
meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai
kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat
dengan pasien.
d. Lydia Hall (1969) , mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya.
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus
dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan
yang optimal untuk klien. Care merupakan komponen penting yang
berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial
yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu
patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara
total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).
e. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan,
memberikan lingkungan bersih, verifikasi yang baik dan tenang kepada
klien.
f. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan
keputusan yang bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk meningkatkan status kesehatan.
g. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap
(emosional) dan kehati-hatian. Secara garis besar, dapat dikatakan caring
3
adalah sentral praktik keperawatan berupa tindakan yang memperhatikan
kesehatan klien dengan menunjukkan perhatian, empati maupun rasa
menyayangi yang berupaya untuk meningkatkan kesehatan klien.
4
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat
sehingga klien merasa nyaman. Contoh kedua mengekspresikan
ketidakpedulian terhadap masalah klien sehingga klien merasa kurang
nyaman. Persepsi klien dapat berbeda-beda karena semua klien memiliki ciri
khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting bagi perawat dalam
meningkatkan kemampuan
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan
merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien
dapat dinilai dari bagaimana klien menggunakan sistem pelayanan kesehatan.
Apa keuntungan yang klien dapat juga sebagai indikator tingkat kepuasan
klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien,
memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih
dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin
puas saat perawat melakukan tindakan Caring. Pelayanan keperawatan yang
baik terdiri dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta
perilaku Caring. Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan
kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang
dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan
kembali untuk berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan
Caring membangun kepercayaan klien terhadap kemampuan perawat dalam
memberikan pelayanan. Kepercayaan pada tindakan keperawatan juga
memunculkan kepercayaan terhadap institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima
Caring dan pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan
pelayanan. Sikap Caring merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga
penting untuk menjelaskan persepsi dan harapan khusus klien. Membangun
suatu hubungan yang baik terhadap klien dapat membantu perawat
mengetahui apa yang penting bagi klien. Sikap ini juga membantu perawat
mengatasi perbedaan antara persepsi perawat dan klien tentang Caring.
5
Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali klien agar suatu
hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih pendekatan yang
sesuai dengan kebutuhan klien.
6
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik
tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi
pada lingkungan yang dinamis.
7
8. Menciptakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan
meningkatkan atau memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan
lingkungan spiritual
9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias
(kebutuhan-kebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup)
10.Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic
8
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi :
1. Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi
(ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu)
Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya
merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau
masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
2. Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan keutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan
fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan
merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson
menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal
tersebut.
3. Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta
dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan
dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme
koping terhadap lingkungan tertentu.
4. Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
9
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian
inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan
klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam
melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Mengapa perawat harus care? Pertanyaan ini dapat dijawab dalam
beberapa cara, tetapi terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan
perawat untuk care terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, dan
aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit (Fry, 1988) :
1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat
memiliki tugas profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, kita
sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai
kontrak kerja kita.
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam
situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat
memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu merupakan
suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat
dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain
adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious
adalah orang yang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih
karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus
care terhadap klien.
10
Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan
mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi
untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara
yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan
klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering
diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka,
ekspresi wajah, dan lain-lain (Nurachmah,2001; Dwidiyanti,1998; Barnhart,
etal, 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985). Perawat perlu
mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial,
psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling
mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Perawat
juga harus memberikan informasi kepada klien. Perawat bertanggungjawab
akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan
dan seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja
yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang
kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat
profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa
pelayanan kesehatan.
11
bersikap terhadap orang lain. Dalam teori caring, human care merupakan hal
yang mendasar.
Human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan,
dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang
lain, mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri
(Pasquali dan Arnold, 1989 dan Watson, 1979). Di samping itu, Watson
dalam Theory of Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis
hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan
untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap
caring dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan
keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu
berada di samping klien, dan bersikap sebagai media pemberi asuhan
(Carruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper & Burroughs, 1999).
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk
kinerja perawat dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi
jaminan apakah perawat bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi
keperawatan dan focus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat universal
dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi
dalam konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas,
sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger
(1984), Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek
keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾ pelayanan kesehatan merupakan
caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang perawat,
kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga
menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Curing sendiri
memiliki pengertian yaitu upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam
prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat difahami bahwa
12
curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/data dan
mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Lydia Hall mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut.
Menurutnya, care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri
seorang ibu. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan
terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,
maka kedua aspek ini harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada
perbedaan yang jelas diantara keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992
menyebutkan bahwa penyembuh penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter
dan perawat melalui kegiatan pengobatan dan/ atau keperawatan berdasarkan
ilmu keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat
perbedaan. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas
sekundernya.Begitu pula curing, curing merupakan tugas primer dokter dan
caring sebagai sebagi tugas sekundernya. Curing merupakan komponen
dalam caring. Karena di dalam caring termasuk salah satunya adanya
kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu penyembuhan klien.
Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat
dari diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis
keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan
penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam
curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang
mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut
diagnosa penyakit. Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan
respon klien untuk ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan
curing lebih memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya.
Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi
keperawatan (caring) yaitu membantu klien memenuhi masalah klien baik
fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dengan tindakan keperawatan yang
meliputi intervensi keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan
konseling. Sedangkan intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan
13
tindakan pengobatan dengan obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat
difahami bahwa caring memperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi,
sosial, serta spiritualnya sedangkan curing menekankan pada aspek kesehatan
dan fisik kliennya. Satu hal lagi yang dapat difahami dari perbedaan caring
dan curing yaitu dari aspek tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
2. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan, dan meningkatkan fungsi dari tubuh pasien. Sedangkan tujuan
dari kegiatan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab
penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
GASTRITIS
A. Defenisi
14
Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada
lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 492). Gastritis merupakan
peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang di
penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138)
1. Gastritis Akut
2. Gastritis Kronis
B. Etiologi
1. Gastritis Akut
15
a. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide
merupakan obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
b. Minuman beralkohol
c. Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
d. Infeksi virus oleh sitomegalovirus
e. Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis
f. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu
penyebab iritasi mukosa lambung.
2. Gastritis Kronik
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik,
yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008).
a. Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan
manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi
meliputi hal-hal berikut :
H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan
penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007).
Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin,
2006)
Infeksi parasit (Wehbi, 2008).
Infeksi virus (Wehbi, 2008).
b. Gastritis non-infeksi
Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherjee,
2009).
Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang
menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung
(Wehbi, 2008).
16
C. Patofisiologi
1. Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa
lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di
lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan
HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan
asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan
mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika
mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari
kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi
penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung
maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan
sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan
yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
17
gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya,
cuci tangan sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.
18
2. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica
(makanan yang merangsang perut dan dapat merusak dinding lambung).
3. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan
lambung. Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di
lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara lain
makanan berlemak, kue tar, coklat, dan keju.
4. Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga
menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan seperti alkohol,
coklat, makanan tinggi lemak, dan gorengan.
5. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang
terlalu banyak serat, antara lain:
Sayur-sayuran tertentu seperti sawi dan kol
Buah-buahan tertentu seperti nangka dan pisang ambon
Makanan berserat tinggi tertentu seperti kedondong dan buah yang
dikeringkan
Minuman yang mengandung banyak gas (seperti minuman bersoda).
19
BAB III
PEMBAHASAN
GASTRITIS
Nn. M merupakan Mahasiswa dengan latar belakang keluarga kurang mampu, hal
itu menuntut Nn. M untuk bekerja dan kuliah, hal itu menyebabkan waktu Nn.M
sangat padat, sehingga ia sibuk dan tidak ada waktu untuk mengatur
kebutuhannya sendiri, seperti makan yang tidak tepat waktu dan tidak teratur. Hal
itu lama kelamaan menjadi sebuah kebiasaan Nn. M. Suatu hari Nn. M merasakan
sakit dibagian perut di sertai dengan mual dan muntah, lalu di bawa ke rumah
sakit dan hasil diagnosa dokter menyatakan bahwa Nn. M mengalama gastritis.
P1 : Assalamualaikum Ibu
K : Waalaikumsalam Sus
P1 : Maaf mengganggu sebelumnya, perkenalkan saya Tri Irsa Bu, saya
adalah perawat di rumah sakit ini”
K : Emm, iya Sus
P1 : Berhubung Ibu akan di rawat untuk beberapa hari kedepan,
sebelumnya saya akan memberitahu tata tertib dirumah sakit ini
K : Oh, iya Sus. Apa saja yah kira-kira tata tertibnya
P1 : Saya bacakan ya Bu tata tertibnya
(perawat membacakan tata tertib hak/kewajiban pasien)
20
P1 : Nah seperti itu Bu tata tertibnya, apakah Ibu bersedia mematuhi tata
tertib dirumah sakit ini?
K : Iya Sus saya bersedia
P1 : Nah jika Ibu menyetujuinya, Ibu bisa tanda tangan di sebelah sini
K : (menandatangi surat tersebut)
P1 : Terima kasih ya Bu, jika begitu saya izin untuk pamit ya
K : Iya silahkan Sus
P1 : Assalamualaikum
K : Waalaikumsalam
P2 : Assalamualaikum (senyum)
K : Waalaikumsalam
P2 : Perkenalkan nama saya Annisa Nur, biasa dipanggil Suster Nisa (berjabat
tangan) Disini saya mau ngobrol dengan Ibu sebentar, apakah Ibu bersedia?
K : Nn.M, Suster
K : Tias aja
K : 23 tahun, Suster
K : Iya,suster
21
P2 : Disini yang menjadi penanggung jawab Tias, siapa?
P2 : Begitu ya, coba ceritakan kenapa Tias bisa masuk rumah sakit?
K : Jadi gini, akhir-akhir ini kan saya suka sakit perut karena memang suka
telat makan gitu. Terus saya beli obat ke warung, tapi sakitnya masih
terus ada. Terus saya coba ke Puskesmas terdekat dan udah dikasih
obat, tapi ga sembuh-sembuh, Sus. Dan suatu hari pas lagi kuliah saya
pingsan gitu katanya, terus dibawa deh ke sini sama teman-teman saya
K : Iya
P2 : Kan tadi Tias bilang perutnya terasa sakit, nah sakitnya itu di sebelah
mana?
K : Engga, Suster
P2 : Disini saya punya kertas untuk menunjukkan skala nyeri dari 0 sampai
5. Kira-kira rasa nyerinya berada di skala berapa?
K : Nomor 3, Sus
22
K : Iya, Suster
P2 : Apa saja yang dapat menambah dan mengurangi rasa sakit tersebut?
P2 : Begitu ya. Mungkin data-data yang saya butuhkan sudah cukup. Terima
kasih atas kerjasamanya. Kalau begitu saya permisi dulu ya.
Assalamualaikum
P3 : “Assalamualaikum.”
K : “Waalaikumsalam sus.”
P3 : “Perkenalkan Ibu, nama saya Deti Wilandari Rustianengsih, ibu bisa
panggil saya suster Deti. Apakah benar ini dengan Ibu Elfrida
Rindu?
K : “Iya benar sus.”
P3 : “Baik, Ibu lebih senang dipanggil apa?”
K : “Panggil saja Ibu Rindu sus.”
P3 : Baik kita mulai pemeriksaan yang pertama iya Ibu, saya akan
memeriksa tekanan darah Ibu. Apakah Ibu bersedia?
K : Iya sus
K : Sudah sus
P3 : Iya normal Bu, biasanya tekan darah mba rendah atau normal?
23
K : Oh emang normalnya berapa Sus? Biasanya tekanan darah saya
110/90 Sus
K : Oh segitu ya Sus, tapi sekarang tekanan darah saya jadi turun Sus
(klien terlihat sedih)
P3 : Iya wajar Bu tekanan darah Ibu turun karena Ibu sedang merasakan
nyeri dan ibu juga sering mual muntahkan?
P3 : Iya Bu kan mual muntah itu mengeluarkan energi yang banyak hal itu
membuat badan mba menjadi lemas sehingga tekanan darah mba
menjadi rendah.
K : (meminum air)
K : Ya Sus baik
24
P4 : Saya lihat ya (melihat hasil) suhu tubuh mba 37 C, normal ya Bu
K : Iya Sus
P4 : Kalau begitu saya sekarang keluar dulu ya Ibu. Dan saya pamit nanti
ada teman saya yang akan bergantian untuk merawat Ibu.
K : Oh baiklah Sus
P : Assalamualaikum
K : Waalaikumsalam
P5 : Assalamualaikum
K : Waalaikumsalam
K : Iya, betul.
K : Alhamdulillah baik.
K : Sudah.
K : Tidak.
P5 : Ibu, salah satu penyebab Ibu mengalami gastritis karena makan pedas
Ibu yang berlebihan, alangkah baiknya jika Ibu mengurangi takaran
makanan pedas Ibu.
25
K : Iya Sus, tapi saya suka pedas banget. Selain ngurangin makan pedas,
hal apa saja untuk mencegah penyakit ini muncul lagi?
P5 : Nah, untuk mencegah agar tidak kambuh lagi ada beberapa cara Bu.
Apa boleh saya menyampaikannya?
1. Jaga pola makan secara baik dan teratur, agar asam lambung tidak
meningkat
2. Makan makanan yang sehat, bersih, dan bergizi. Hindari makanan
yang merangsang lambung, seperti pedas, asam, dan kopi
3. HIndari stres berlebihan.dan yang terakhir jangan merokok dan
meminum alKohol.
P5 : Bagus kalau Ibu mau menerapkannya. Apa ada lagi yang ingin Ibu
tanyakan?
K : Tidak Sus.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk
lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam caring terdapat tiga
makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian,
bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang perawat dapat
terlihat dari perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika perawat memiliki sikap
sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan
kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang
dimilikinya.
Watson mengemukakan sepuluh faktor carativ yang menjadi fokus
keperawatan dalam promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit klien. Di
antaranya yaitu pembentukan sistem humanistic dan altruistic, penanaman
(melalui pendidikan) Faith-Hope, pengembangan sensisitifitas atau kepekaan
diri kepada orang lain, dan lain-lain. Caring dalam praktik keperawatan dapat
dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat
dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk
komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Selain itu caring
juga dapat ditunjukan oleh perawat melalui tindakan sebagai berikut:
1. Mengenalkan diri serta membuat kontrak hubungan
2. Menyebut klien dengan namanya
3. Menggunakan sentuhan
4. Meyakinkan klien, perawat akan membantu
5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas
6. Dan lain-lain
Dalam kesehatan selain ada caring juga ada curing. Perbedaan
antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi,
27
dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang
merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan
kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis
medis yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita
klien. Untuk itu sebagai seorang perawat kita harus bangga karena kita
melakukan tindakanyang mulia yaitu care, merawat. Namun, sebagai
professional, kita harus melakukan semua itu dengan penuh rasa ikhlas.
28
DAFTAR PUSTAKA
_____.2013. Konsep
Caring.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40425/3/Chapter%20II.pd
f. Di akses pada tanggal 14 Dember 2017
29