Anda di halaman 1dari 48

o

Cari Jurnal

PENGERTIAN CARING
Ada beberapa pengertian caring menurut para ahli. Watson (2004) menyebutkan
caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus serta sentral dari praktik
keperawatan yang dilandaskan pada nilainilai kebaikan, perhatian, kasih terhadap diri
sendiri dan orang lain serta menghormati keyakinan spiritual pasien. Tujuan
keperawatan menurut Watson adalah memfasilitasi individu mencapai tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi meliputi jiwa, raga, dan perkembangan pengetahuan
diri, peningkatan diri, penyembuhan diri dan proses asuhan diri.
Griffin (1983) membagi konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah satu
konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep
caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan
fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai
sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas
peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi
tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu,
menolong, dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini
dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien.
Meleis (1997) menyebutkan caring adalah pertimbangan pribadi, psikologistik,
perspektif budaya, manifestasi perasaan empati, dedikasi dan intervensi terapeutik
kepada pasien. Dengan caring memungkinkan terjadinya interaksi terapeutik antara
perawat dan pasien.
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring
bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang 9 memiliki makna dan

memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan


memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman
dan keselamatan klien (Carruth et al., 1999).
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011). Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Hall (1969) mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai
seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang
sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Care
merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan
dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja
sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu
patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada
klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).
Caring merupakan dasar dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan memberikan kepuasan kepada
pasien.
o

PERBEDAAN CARING DAN CURING


Kita harus mengetahui Perbedaan Caring dan Curing, agar jelas dalam
pemanfaatannya. Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau
pasien yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
caring (Johnson, 1989). Caring merupakan fenomena universal yang berhubungan

dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan bersikap terhadap orang lain.
Dalam teori caring, human care merupakan hal yang mendasar. Human care terdiri dari
upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain, mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan
keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengendalian diri (Pasquali dan Arnold, 1989 dan Watson, 1979). Di samping itu,
Watson dalam Theory of Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis
hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan

dan

melindungi

pasien

sebagai

manusia,

dengan

demikian

mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.


Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang
lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan
bersikap sebagai media pemberi asuhan (Carruth et al., 1999). Caringdalam asuhan
keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien.
Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat bermutu atau tidak. Caring
sebagai inti profesi keperawatan dan fokus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat
universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi
dalam konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas, sikap
(emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner
(1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan
bahwa sekitar pelayanan kesehatan merupakan caring sedangkan -nya
merupakan curing. Sebagai seorang perawat, kemampuan care dan cureharus
dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal
untuk klien. Curing sendiri memiliki pengertian yaitu upaya kesehatan dari kegiatan
dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat dipahami
bahwa curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/data dan
mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Hall (1969) mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya, care


merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Sedangkan cure
merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara total kepada klien, maka kedua aspek ini harus dipadukan (Julia,
1995). Namun, tetap ada perbedaan yang jelas diantara keduanya. Dalam UU no. 23
tahun 1992 menyebutkan bahwa penyembuh penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter
dan perawat melalui kegiatan pengobatan dan/ atau keperawatan berdasarkan ilmu
keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat perbedaan.
Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekundernya. Begitu
pula curing, curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagai tugas
sekundernya.
Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring termasuk
salah satunya adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu
penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis,
intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang
merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan
kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu
suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Dengan kata
lain dapat disebut diagnosa penyakit.
Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk
ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih memperhatikan
penyakit yang diderita serta penanggulangannya. Selain itu, dapat juga dilihat dari
intervensinya. Intervensi keperawatan (caring) yaitu membantu klien memenuhi
masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dengan tindakan keperawatan
yang meliputi intervensi keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling.
Sedangkan intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan pengobatan
dengan obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat dipahami bahwa
caringmemperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya
sedangkan curing menekankan pada aspek kesehatan dan fisik kliennya.

Satu hal lagi yang dapat dipahami dari perbedaan caring dan curing yaitu dari aspek
tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
2. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan,
dan meningkatkan fungsi dari tubuh pasien.
Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa caring
lebih kompleks daripada curing. Karena caring memberikan pelayanan yang
menyangkut seluruh kebutuhan pasien baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual.
Curing hanya bagian dari caring. Sebagai seorang perawat, kita harus mampu
membedakannya dan melakukan caring dengan sebaik-baiknya. Kesejahteraan klien
didapat dari totalitas kita dalam melakukan caring. Caring tidak akan pernah lepas dari
profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi keperawatan itu sendiri.
Teori Caring Jean Watso
Latar Belakang

Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, segala hal dituntut untuk
semakin baik, berkualitas dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Begitu pula
halnya dengan pelayanan kesehatan. Masyarakat mengharapkan kulaitas
pelayanan yang semakin baik.

Kualitas pelayanan keperawatan sangat

mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu


faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata
masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi
dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan
orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu
indikator

mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien ketika

mendapatkan pelayanan dari perawat.

Perilaku Caring perawat dapat

menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu atau tidak.

Dengan mengetahui bagaimana caring yang sebenarnya, diharapkan


perawat mampu melakukan pelayanan secara totalitas terhadap kliennya.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. (Potter, P. A. & Perry A.
G. 2005).
Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Perspektif

klien

mengenai

caring

juga

perlu

dipertimbangan

untuk

meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan caring, selain itu


untuk dijadikan penilaian kepuasaan terhadap pelayanan kesehatan. Banyak
teori teori yang membahas tentang caring dalam keperawatan. Salah satu
tokoh yang terkenal dengan teori caringnya adalah Jean Watson. Nilai-nilai
dalam konsep caring (Watson) diantaranya konsep tentang manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Konsep tentang manusia meliputi
keinginan untuk dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan
dibantu. Kesehatan merupakan menekankan pada fungsi pemeliharaan dan
adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan seharihari. Lingkungan. Lingkungan mencakup pengaruh budaya sebagai strategi
untuk

melakukan

mekanisme

koping

terhadap

lingkungan

tertentu.

Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan


caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Dalam
hal melakukan caring, ada tiga aspek pendorong yang membuat perawat
melakukannya ialah aspek kontrak (keterikatan dengan pekerjaan), etika dan
spritualitas (keagamaan). Manfaat caring itu sendiri amat beragam, yang
pada dasarnya betujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien.

Definisi Caring

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


berdedikasi bagi orang lain, pegawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian,perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. Selain itu caring
mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang.
( Potter,P.A & Perry, A.G ; 2005 )
Caring adalah sentral untuk

praktik

keperawatan

karena

caring

merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja


untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Caring merupakan
bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. ( Sartika ;
2011 )
Menurut Madeline Leininger dikutip dari Kozier ( 2010 ), mengemukakan
bahwa care merupakan intisari keperawatan dan karakteristik yang dominan,
khusus serta tidak terpisahkan dalam keperawatan. Leininger mengatakan
tidak akan ada cure tanpa curing, tetapi dapat ada caring tanpa curing.
Menurut Jeann Watson ( 1985 ) dikutip dari Kozier ( 2010 ), yang juga
meyakini praktik caring sebagai pusat keperawatan, menggambarkan caring
sebagai dasar dalam kesatuan nilai nilai kemanusiaan yang universal
( kebaikan, kepeduliaan, dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain ).
Caring digambarkan sebagai moral ideal keperawatan, hal tersebut meliputi
keinginan untuk perawat, kesungguhan untuk merawat, dan tindakan
merawat ( caring ). Tindakan caring meliputi komunikasi, tanggapan positif,
dukungan, atau intervensi fisik oleh perawat.
Miller ( 1995 ) dikutip dari Kozier mendefinisikan caring sebagai tindakan
disengaja yang membawa rasa aman baik fisik dan emosi serta kerterikatan
yang tulus dengan orang lain atau sekelompok orang. Menurut Gadow ( 1984
) dan Woddings ( 1984 ), caring dapat melibatkan tindakan atau komunikasi
verbal, dapat juga tidak.
Kesimpulan Caring adalah sikap kepeduliaan perawat terhadap klien
dalam pemberian asuhan keperawatan dengan cara merawat klien dengan
kesungguhan lewat komunikasi, dukungan, dan intervensi fisik oleh perawat.
A.

Persepsi Klien Tentang Caring

Menurut Williams (1997) dalam Potter dan Perry (2009) mengenali


kebiasaan perawat yang di rasakan klien sebagai caring menegaskan apa
yang klien harapkan dari pemberi layanan. Menjadikan kehadiran yang
menentramkan, mengenali individu sebagai sesuatu yang unik, dan menjaga
kebersamaan dan perhatian penuh kepada klien merupakan sikap pelayanan
yang dinilai klien. Semua klien memiliki ciri khas, meskipun pemahaman
akan sikap yang dihubungkan klien dengan pelayanan membantu anda
melakukan pelayanan dalam praktik.
Menurut Attree (2001) dalam Potter dan Perry (2009), jika klien
merasakan penyelenggara pelayanan kesehatan bersikap sensitif, simpatik,
merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu, mereka
biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan.
Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari
transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat
dibatasi oleh ruang dan waktu
Teori caring Swanson (1991) dalam Potter dan Perry (2005) menjelaskan
tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti
kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional,
melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap
diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam
menjalani hidup.
Pada saat kita memulai praktik klinik, kita perlu mengetahui mengenai
penerimaan caring yang diterima oleh klien. Sebagai contoh, jika kita datang
kepasien, kita memberi salam kepada klien, memperkenalkan diri, memberi
senyuman, mempertahankan kontak mata saat interaksi, menyakan keluhan
apa yang ada pada pasien, memeriksa cairan intravena, memeriksa keadaan
klinis pasien, memberi sentuhan, mengevaluasi intervensi yang sudah
dilakukan, dan memberikan salam sebelum meninggalkan ruangan.

Hal ini akan mempersepsikan klien mengenai kepuasaan terhadap


pelayanan perawat. Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli,
hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih
kepada klien dan bagaimana seseorang itu bertindak.

B.

Teori Caring Jean Watson


Jean Watson memulai karya tentang teori metafisik dan transpersonalnya
mengenai caring pada manusia pada tahun 1970-an. Watson berkeyakinan
bahwa keperawatan jauh lebih dari sekedar pendekatan eksistensial
fenomologis untuk memadukan konsep kejiwaan dan transendensi. Jiwa
adalah esensi dari seseorang, mengandung geist ( roh atau kesan diri yang
lebih tinggi ), yang memiliki kesadaran, tingkat kesadaran yang lebih tinggi,
suatu kekuatan internal dan kekuatan yang dapat memperbesar kapasitas
manusia serta memungkinkan sesorang untuk melebihi diri lazimnya.
Transendensi mengacu pada kapasitas untuk eksis bersama dengan masa
lalu, saat ini dan sekarang.
Transpersonal Human Caring dipandang baik

sebagai ideal moral

keperawatan maupun sebagai proses caring. Ideal moral mengandung


interaksi transpersonal dan intersubjektif dengan orang orang. Proses caring
terdiri atas komitmen untuk melindungi, meningkatkan dan memulihkan
humanitas dengan mengembalikan martabat, keselarasan bathin dan
memfasilitasi

penyembuhan.

Perawat

membantu

orang

lain

untuk

mendapatkan pengetahuan diri, dan kesiapan untuk penyembuhan diri, yang


memungkinkan mereka untuk meraih kembali rasa keselarasan bathin
mereka.
Dasar teori Watson adalah nilai dan penghormatannya yang sangat
mendalam tehadap keajaiban dan misteri kehidupan, suatu pengakuan
terhadap dimensi spiritual kehidupan dan keyakinan terhadap kekuatan
internal proses perawatan dan penyembuhan. System nilai ini dipadukan
dengan sepuluh factor karatif yang mencakup altruisme manusia , kepekaan
terhadap diri dan orang lain, dan mencintai serta percaya akan hidup dan
kekuatan bathin orang lain dan diri kita sendiri.
Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip holografis
keperawatan transpersonal. Ia berkeyakinan bahwa jiwa seseorang memiliki

tubuh yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagian dari asumsi
Watson yang mendasari nilai-nilai asuhan manusia dalam keperawatan
adalah :
1.

Kasih sayang dan cinta adalah kekuatan kosmik yang paling universal dan
misterius dan tersusun atas energy psikis universal dan primal

2.

Untuk dapat bertahan hidup, seseorang harus menjadi lebih menyayangi


dan mencintai untuk memelihara humanitas mereka

3.

Menyayangi dan mencintai diri sendiri adalah hal penting sebelum


seseorang dapat menghargai dan merawat orang lain dengan welas asih dan
penuh martabat

4.

Kasih saying adalah esensi dari keperawatan dan merupakan focus paling
utama dan penyatu untuk praktik keperawatan

5.

Peran merawat mengalami penurunan dalam system layanan kesehatan


dan terancam oleh meningkatnya penggunaan teknologi medis dan batasan
birokrasi-manajerial institusi.

6.

Kontribusi moral, social dan ilmiah keperawatan terhadap manusia dan


masyarakat terletak pada komitmennya terhadap ideal perawatan manusia
dalam teori, praktik dan penelitian.

Beberapa prinsip holografis dasar yang diterapkan oleh Watson kedalam


perawatan transpersonal adalah :
a.

Kesadaran merawat-menyembuhkan yang utuh terkandung dalam suatu


waktu perawatan tunggal.

b.

Merawat

dan

menyembuhkan

adalah

saling

berhubungan

dan

berhubungan dengan manusia lain, lingkungan, dan dengan energy alam


semesta yang lebih tinggi.

c.

Kesadaran merawat-menyembuhkan manusia atau sebaliknya dari


perawat dikomunikasikan kepada orang yang mendapatkan perawatan

d.

Kesadaran merawat-menyembuhkan diberikan secara temporer dan


spasial ; seperti kesadaran yang ada sepanjang waktu dan ruang

Watson mengungkapkan bahwa keperawatan adalah Ilmu tentang


manusia

tentang

pengalaman

sehat

sakit

serta

penyembuhan

yang

diperantarai oleh transaksi perawatan manusia yang professional, personal,


ilmiah, estetik dan etik. Tujuan umum keperawatan adalah meningkatkan
pertumbuhan dan spiritual bagi diri dan orang lain juga untuk menemukan
kekuatan bathin dan pengendalian diri seseorang.
Didalam interaksi manusia transpersonal, perawat menggunakan sepuluh
factor perawatan sebagai pedoman dalam interaksi perawat-klien yang
didasarkan pada kepekaan terhadap diri dan orang lain.

Faktor-faktor utama ini adalah :


1.

Membentuk nilai nilai sistem humanistik dan altruistik

2.

Memelihara kepercayaan dan harapan

3.

Menumbuhkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain

4.

Mengembangkan hubungan peduli manusia yang menbantu dan percaya

5.

Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negative

6.

Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif

7.

Meningkatkan belajar mengajar transpersonal

8.

Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki


mental, fisik, sosiokultural dan spiritual

9.

Membantu mahasiswa memuaskan kebutuhan kebutuhan manusia

10.

Memberikan keleluasaan untuk kekuatan eksistensial fenomologis

spiritual.

Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi
kerangka kerja dalam pengembangan teori; yaitu:

1.
Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal.
2. Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
3.
Caring yang efektif akan menigkatkan
perkembangan individu dan keluarga.
4.
Respon caring adalah menerima

status

seseorang tidak

kesehatan
hanya

dan

sebagai

seseorang berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi
dimasa depannya.
5. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan
keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu
yang telah ditentukan.
6. Caring bersifat healt hogenic daripada sekedar curing. Praktek caring
mengitegrasikan

pengetahuan

biopisikal

dan

perilaku

manusia

untuk

meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu pasien yang sakit, dimana


caring melengkapi curing.
7.
Caring merupakan inti dari keperawatan.
(Tomey, AM, Alligood, MR.2006).

Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson


meliputi:

1.

Konsep tentang manusia


Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin
dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu). Manusia
pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa
dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan

2.

merasa dicintai dan merasa mencintai.


Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan
fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan
merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson

3.

menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.


Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta
dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan
pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping

4.

terhadap lingkungan tertentu.


Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

ILMU KEPERAWATAN
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan
kehendak keperawatan. (Potter, P. A. & Perry A. G. (2005). Fundamentals of
Nursing : Concepts, Process, and Practice. 6th Ed. St. Luois, MI : Elsevier Mosby.).
Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif. Perspektif
klien mengenai caring juga perlu dipertimbangan untuk meningkatkan kemampuan
perawat dalam memberikan caring, selain itu untuk dijadikan penilaian kepuasaan
terhadap pelayanan kesehatan. Adapun nilai-nilai dalam konsep caring (Watson)
diantaranya konsep tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

Konsep tentang manusia meliputi keinginan untuk dirawat, dihormati, mendapatkan


asuhan, dipahami dan dibantu. Kesehatan merupakan menekankan pada fungsi
pemeliharaan

dan

adaptasi

untuk

meningkatkan

fungsi

dalam

pemenuhan

kebutuhan sehari-hari. Lingkungan. Lingkungan mencakup pengaruh budaya


sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring
ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Dalam hal
melakukan

caring,

ada

tiga

aspek

pendorong

yang

membuat

perawat

melakukannya ialah aspek kontrak (keterikatan dengan pekerjaan), etika dan


spritualitas (keagamaan). Manfaat caring itu sendiri amat beragam, yang pada
dasarnya betujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien.

MANFAAT CARING
Manfaat Caring sangat besar. Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari
oleh perilaku caring perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Penerapan caring yang diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan
mengenai perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan
memfasilitasi pemberian pelayanan kepada pasien.
Watson (1979 dalam Tomey & Alligod, 2006) menambahkan bahwa caring yang
dilakukan dengan efektif dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain
itu, William (1997) dalam penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan
antara persepsi mengenai perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh
seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.
Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan klien,
namun juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit. Godkin dan Godkin
(2004) menyampaikan bahwa perilaku caring dapat mendatangkan manfaat finansial

bagi industri pelayanan kesehatan. Issel dan Khan (1998) menambahkan bahwa
perilaku caring staf kesehatan mempunyai nilai ekonomi bagi rumah sakit karena
perilaku ini berdampak bagi kepuasan pasien.
Dengan demikian, secara jelas dapat diketahui bahwa perilaku caring perawat
dapat memberikan kemanfaatan bagi pelayanan kesehatan karena dapat meningkatkan
kesehatan dan pertumbuhan individu serta meningkatakan kepuasan pasien sehingga
akan meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya memberikan
keuntungan finansial bagi rumah sakit.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, segala hal dituntut untuk
semakin maju dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Termasuk salah satunya
merambah pada bidang kesehatan terutama keperawatan. Kualitas pelayanan
keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata
masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi
dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang
lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu
layanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi
jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.
Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang
sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup keterampilan
intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring
(Johnson,

1989).

Dengan

mengetahui

bagaimana

caring

yang

sebenarnya,

diharapkan perawat mampu melakukan pelayanan secara totalitas terhadap


kliennya.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.

Menjelaskan pengertian caring secara umum dan teori caring menurut Watson.

2.

Memahami persepsi klien tentang caring.

3.

Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan.

4.

Memahami perbedaan caring dan curing.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Caring

1. Pengertian Caring Secara Umum


Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian,
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang
merupakan kehendak keperawatan. (Potter, P. A. & Perry A. G. (2005). Fundamentals
of Nursing : Concepts, Process, and Practice. 6th Ed. St. Luois, MI : Elsevier Mosby.)
Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan
seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan
bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Saat ini, caring
adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan. Banyak ahli keperawatan
yang

mengungkapkan

mengenai

teori

caring,

antara

lain

sebagai

berikut:

(Sartika,Nanda.(2011) Konsep Caring. Diambil dari http://www.pedoman.news.com).


1. Watson (1979), yang terkenal dengan Theory of Human Caring,
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan
antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh.
2. Marriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan
filosofikal.Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki
makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang

bertujuan

memberikan

asuhan

fisik

dan

memperhatikan

emosi

sambil

meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).


3. Griffin (1983), membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah
satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara
konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam
keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan
perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan
menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut
menurut

Griffin

meliputi

membantu,

menolong,

dan

melayani

orang

yang

mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara


perawat dengan pasien.
4. Lydia Hall (1969) , mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya.
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara
seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien.
Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core
merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure
merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan
(Julia, 1995).
5. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, verifikasi yang baik dan tenang kepada klien.
6. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan
keputusan yang bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk meningkatkan status kesehatan.
7. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap
(emosional) dan kehati-hatian. Secara garis besar, dapat dikatakan caring adalah
sentral praktik keperawatan berupa tindakan yang memperhatikan kesehatan klien

dengan menunjukkan perhatian, empati maupun rasa menyayangi yang berupaya


untuk meningkatkan kesehatan klien.

2. Persepsi Klien Tentang Caring


Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang
dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk
memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson
(1991) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat
mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional,
melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri
sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani
transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
(Potter & Perry, 2005 : 110).
Mengenali

kebiasaan

perawat

yang

dirasakan

klien

sebagai

Caring

menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien
menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai
pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri
dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien,
menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama,
perawat masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu
melakukan kontak mata, kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang
apa yang ada dipikiran klien lalu mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan
intravena, mengkaji, dan memeriksa rangkuman tanda vital klien sebelum
meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke kamar klien kemudian
memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital, melakukan salam
tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien
kemudian pergi.
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga
klien merasa nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap

masalah klien sehingga klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat berbedabeda karena semua klien memiliki ciri khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting
bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan fokus
terbesar dari tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai dari
bagaimana klien menggunakan sistem pelayanan kesehatan. Apa keuntungan yang
klien dapat juga sebagai indikator tingkat kepuasan klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi
kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta
mudah berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat
melakukan tindakan Caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri dari perhatian
yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku Caring. Kepuasan klien tidak
hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali
untuk berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan Caring membangun
kepercayaan klien terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan.
Kepercayaan pada tindakan keperawatan juga memunculkan kepercayaan terhadap
institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima Caring dan
pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap
Caring merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan
persepsi dan harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik
terhadap klien dapat membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien.
Sikap ini juga membantu perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat
dan klien tentang Caring. Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali
klien agar suatu hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

3. Teori Caring Menurut Watson

Caring merupakan sentral praktik keperawatan, tetapi hal ini lebih penting
dalam kekacauan lingkungan pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan,
batas waktu dalam waktu pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas
waktu dalam lingkungan pelayanan kesehatan berada dalam ruang kecil praktik
caring yang membuat perawat dan profesi kesehatan klien (Watson, 2006 a). (Potter
dan Perry edisi 7 : P.140). Watson menjelaskan bahwa konsep dia didefinisikan
untuk membawa arti baru untuk paradigma keperawatan adalah berasal dari
pengalaman empiris klinis dilantik dikombinasikan dengan latar belakang filsafat
saya, intelektual dan experiental : dengan demikian pekerjaan awal saya muncul
dari nila sendiri-sendiri, keyakinan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan,
kesehatan,

dan

persepsi

tentang

kepribadian,

kehidupan,

kesehatan,

dan

penyembuhan. ( Watson, 1997, P.49). (Tomey, AM, Alligood, MR.2006).


Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai
person as a whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan
sehat sebagai kondisi yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini
berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang
diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di atas dapat dikemukakan beberapa
hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya
multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktorfaktor yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk
beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik
tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada
lingkungan yang dinamis.

Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan


penyakit dan dibangun dari sepuluh faktor carativ, yang meliputi :
a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic

Nilai-niai humanistic dan altruistic dipelajari sejak awal kehidupan tetapi dapat
dipengaruhi
didefinisikan

dengan

sangat

sebagai

oleh

kepuasan

para

pendidik

melalui

perawat.

pemberian

dan

Faktor

ini

perpanjangan

dapat
dari

kesadaran diri.

b. Penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope


Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu
memiliki positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan
membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.

c. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain


Karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa.

d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya


Sebuah

hubungan

saling

percaya

digambarkan

sebagai

hubungan

yang

memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam
hal ini, kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi efektif

e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan


baik ekpresi perasaan positif maupun negatif

f.Menggunakan

metode

ilmiah

dan

menyelesaikan

masalah

dan

pengambilan keputusan
g. Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat
interpersonal

h.

Menciptakan

lingkungan

yang

mendukung,

melindungi

dan

meningkatkan atau memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan


lingkungan spiritual
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias
(kebutuhan-kebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup)
j. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic

Dalam praktek keperawatan caring ditujukan untuk perawatan kesehatan


yang holistik dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan..

Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka
kerja dalam pengembangan teori; yaitu:
Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal.
Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu
dan keluarga.
Respon

caring

adalah

menerima

seseorang

tidak

hanya

sebagai

seseorang

berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa
depannya.
Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan
memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah
ditentukan.
Caring bersifat healthogenic daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan
pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan
untuk membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.
Caring merupakan inti dari keperawatan.

(Tomey, AM, Alligood, MR.2006).

Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi:


1. Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin
dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu) Manusia pada
dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan
merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan
merasa mencintai.
2. Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan keutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi
sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan
fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan
terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha
yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.

3. Konsep tentang lingkungan


Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam
setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke
generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya
sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.
4. Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring
ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan


Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik
keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis,
dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien.
Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010).
Tindakan

caring

bertujuan

untuk

memberikan

asuhan

fisik

dan

memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.


Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik

keperawatan,

menerima

kelebihan

perawat
maupun

senantiasa
kekurangan

selalu
klien

menghargai
sehingga

bisa

klien

dengan

memberikan

pelayanan kesehatan yang tepat.


Mengapa perawat harus care? Pertanyaan ini dapat dijawab dalam beberapa cara,
tetapi terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care
terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, dan aspek spiritual dalam
caring terhadap orang lain yang sakit (Fry, 1988).

1.

Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah kewajiban kontrak
untuk care. Radsma (1994) mengatakan, perawat memiliki tugas profesional untuk
memberikan care. Untuk itu, kita sebagai perawat yang profesional diharuskan
untuk bersikap care sebagai kontrak kerja kita.
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, bagaimana
membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi tertentu. Jenis
pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat memberikan asuhan. Seorang
perawat harus care karena hal itu merupakan suatu tindakan yang benar dan

sesuatu yang penting. Dengan care perawat dapat memberikan kebahagiaan bagi
orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah ide
utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah orang yang
care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota
suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care terhadap klien.

Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan


hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan
saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam
keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti
perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan positif
terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan
tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain-lain (Nurachmah,2001;
Dwidiyanti,1998; Barnhart, etal, 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb,
1985). Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik,
psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling
mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Perawat juga
harus memberikan informasi kepada klien. Perawat bertanggungjawab akan
kesejahteraan dan kesehatan klien.
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan
seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan dianggap
sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau
pengaturan

manajemen

asuhan

keperawatan

ruangan

yang

kurang

baik.

Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, memperbaiki


image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan memiliki tempat
khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.

5. Perbedaan Caring dan Curing

Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien


yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup ketrampilan
intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring
(Johnson, 1989). Caring merupakan fenomena universal yang berhubungan dengan
bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan bersikap terhadap orang lain.
Dalam teori caring, human care merupakan hal yang mendasar.
Human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga
atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain, mencari arti
dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri (Pasquali dan Arnold, 1989 dan
Watson, 1979). Di samping itu, Watson dalam Theory of Human Care mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai
manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang
lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan
bersikap sebagai media pemberi asuhan (Carruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper
& Burroughs, 1999).
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja
perawat dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah
perawat bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi keperawatan dan focus
sentral dalam praktik keperawatan, bersifat universal dan terdiri dari perilakuperilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi dalam konteks budaya. Di
dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehatihatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984),
Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan.
Diperkirakan bahwa sekitar pelayanan kesehatan merupakan caring sedangkan
-nya merupakan curing. Sebagai seorang perawat, kemampuan care dan cure
harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan
yang optimal untuk klien. Curing sendiri memiliki pengertian yaitu upaya kesehatan

dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga
dapat

difahami

berdasarkan

bahwa

bukti/data

curing
dan

merupakan
mengobati

ilmu
dengan

yang

empirik,

patofisiologi

mengobati
yang

bisa

dipertanggungjawabkan.
Lydia Hall mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya,
care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka kedua aspek ini
harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada perbedaan yang jelas diantara
keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyembuh penyakit
dilaksanakan oleh tenaga dokter dan perawat melalui kegiatan pengobatan dan/
atau keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara
caring dan curing terdapat perbedaan. Caring merupakan tugas primer perawat dan
curing adalah tugas sekundernya.Begitu pula curing, curing merupakan tugas
primer dokter dan caring sebagai sebagi tugas sekundernya. Curing merupakan
komponen dalam caring. Karena di dalam caring termasuk salah satunya adanya
kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu penyembuhan klien. Jadi,
tetap mempunyai hubungan yang saling melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari
diagnosis,

intervensi,

dan

tujuannya.

Di

dalam

caring

terdapat

diagnosis

keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan


penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam curing
terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit
yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut diagnosa penyakit. Dalam
caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk ditanggapi
dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih memperhatikan
penyakit yang diderita serta penanggulangannya.
Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan
(caring) yaitu membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial,
dan spiritual dengan tindakan keperawatan yang meliputi intervensi keperawatan,
observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling. Sedangkan intervensi kedokteran
(curing) lebih ke melakukan tindakan pengobatan dengan obat (drug) dan tindakan

operatif. Dari sini dapat difahami bahwa caring memperhatikan klien dari aspek
fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya sedangkan curing menekankan pada aspek
kesehatan dan fisik kliennya.
Satu hal lagi yang dapat difahami dari perbedaan caring dan curing yaitu dari
aspek tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
2. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan
meningkatkan fungsi dari tubuh pasien. Sedangkan tujuan dari kegiatan curing
adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah
problem penyakit dan penanganannya.

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa caring
lebih kompleks daripada curing. Karena caring memberikan pelayanan yang
menyangkut seluruh kebutuhan pasien baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual.
Curing hanya bagian dari caring. Sebagai seorang perawat, kita harus mampu
membedakannya dan melakukan caring dengan sebaik-baiknya. Kesejahteraan
klien didapat dari totalitas kita dalam melakukan caring. Caring tidak akan pernah
lepas dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi keperawatan itu
sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam caring terdapat tiga makna yang
ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian, bertanggung jawab, dan
ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di bawah kewajiban kontrak untuk care.
Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku caring yang dimiliki
perawat. Jika perawat memiliki sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi
kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta
mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.
Watson

mengemukakan

sepuluh

faktor

carativ

yang

menjadi

fokus

keperawatan dalam promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit klien. Di


antaranya yaitu pembentukan sistem humanistic dan altruistic, penanaman (melalui
pendidikan) Faith-Hope, pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada
orang lain, dan lain-lain. Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan
mengembangkan

hubungan

saling

percaya

antara

perawat

dan

klien.

Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk


menjalin hubungan dalam keperawatan. Selain itu caring juga dapat ditunjukan oleh
perawat melalui tindakan sebagai berikut:
1. Mengenalkan diri serta membuat kontrak hubungan
2. Menyebut klien dengan namanya
3. Menggunakan sentuhan
4. Meyakinkan klien, perawat akan membantu
5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas
6. Dan lain-lain

Dalam kesehatan selain ada caring juga ada curing. Perbedaan antara caring
dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di
dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan suatu kegiatan
mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja
yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Untuk itu sebagai seorang
perawat kita harus bangga karena kita melakukan tindakanyang mulia yaitu care,
merawat. Namun, sebagai professional, kita harus melakukan semua itu dengan
penuh rasa ikhlas.

KONSEP PERILAKU CARING


1. Konsep Perilaku Caring
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu paradigma
atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan
dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran
dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus
dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami
masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik.
Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain,
ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau
kasih sayang (Dwidiyanti, 2007).
Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk praktek
keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan
meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia (Blais, 2007).
Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi
perhatian dan mempelajari kesukaan kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan
bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan
emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai
perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial,
pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yg berbeda pada satu tempat ( Dwidiyanti, 2007 ).
Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam
mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas
pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan
kepuasan pasien dan mutu pelayanan ( Potter & Perry, 2005 ).
Perilaku caringdalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar. Caring adalah kegiatan
langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau membolehkan individu (kelompok)

melalui antisipasi bantuan untuk meningkatkan kondisi individu atau kehidupan George (2002)
dikutip dalam Leininger (1979).
Leininger dalam Farland, (2002) mengemukakan juga bahwa caring adalah kebutuhan dasar
manusia yang esensial, caring adalah keperawatan, caring adalah penyembuhan, caring adalah
jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah kekuatan, caring adalah ciri-ciri istimewa dari
keperawatan sebagai suatu profesi atau disiplin.
Meskipun perkataan caring telah digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat definisi dan
konseptualisasi yang universal mengenai caring itu sendiri Leddy (1998) dikutip dalam Swanson
(1991). Caring sulit untuk didefinisikan karena memiliki makna yang banyak, sebagai kata
benda atau kata kerja, sebagai sesuatu yang dapat dirasakan, sebagai sikap ataupun perilaku
(Berger & William, 1992).
1. Peran perawat yang caring
Peran perawat menurut CHS Community Health Service (1989) dikutip dalam Zaidin (2002)
terdiri dari :
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosa keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks.
2. Sebagai advokat. Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk ganti rugi akibat
kelalaian.
3. Sebagai edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit dan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Sebagai koordinator. Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan
kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Sebagai kolaborator. Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar


pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Sebagai konsultan. Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang diberikan tepat tujuan. Peran ini dilakukan atas permintaan
pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Sebagai pembaharu. Peran disini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja
sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

Menurut Leininger (1981), dikutip dalam Kozier dkk (2004) menjelaskan bahwa perawatan dan
caring adalah :
1. Caring meliputi tindakan-tindakan membantu, mendukung dan menfasilitasi orang lain
atau kelompok yang mempunyai kebutuhan yang nyata atau yang dipikirkan sebelumnya.
2. Caring berfungsi untuk meningkatkan kondisi manusia. Hal ini menekankan aktivitas
yang membantu dari seseorang dan kelompok yang didasarkan kepada model yang
membantu mendefinisikan secara budaya.
3. Caring sangat penting bagi perkembangan manusia, pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya.
4. Perilaku-perilaku caring meliputi rasa nyaman, perhatian, kasih, empati, minat,
keterlibatan, kegiatan konsultasi kesehatan, perilaku membantu, cinta, pengasuhan,
keberadaan, perilaku melindungi, perilaku memberikan stimulasi, penghilangan stress,
dukungan, kelembutan, sentuhan dan kepercayaan.
5. Asumsi-asumsi caring perawat
Caring merupakan kekuatan yang sangat penting dalam hubungan antara pasien dengan perawat,
dan suatu kekuatan untuk melindungi dan meningkatkan martabat pasien. Sebagai contoh,
dibimbing oleh kerangka kerja ini para perawat menggunakan sentuhan dan ucapan yang jujur
untuk menegaskan kepada pasien sebagai manusia, bukan objek-objek, dan membantu mereka
membuat pilihan-pilihan dan menemukan arti dalam pengalaman sakit mereka (Kozier, 2004).
Watson mengemukakan 11 asumsi yang berhubungan dengan caring, yaitu :
1. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan universal.
2. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan, tetapi sering
diabaikan dalam hubungan antar sesama.

3. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caringdi dalam praktek keperawatan
akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan menentukan kontribusi
keperawatan kepada masyarakat.
4. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.
5. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan dengan orang lain
dalam rentang sehat-sakit.
6. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama dalam praktek
keperawatan.
7. Pelayanan kesehatan secara signifikan telah menekankan pada human care.
8. Pondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh tekhnologi medis dan birokrasi institusi.
9. Penyediaan dan perkembangan dari human care menjadi isu yang hangat bagi
keperawatan untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
10. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan interpersonal.
11. Kontribusi keperawatan kepada masyarakat terletak pada komitmen pada humancare
(Nurachmah, 2001).

Tahap perkembangan hubungan caring :


1. Attachment (pertalian), empat tugas yang menandai pertalian yaitu recognisi (menyadari
kehadiran orang lain dan menerima orang ini dapat mempunyai arti), membuka diri
(membagi informasi yang beresiko rendah atau tidak mengancam), validasi (memberikan
persetujuan pada informasi yang dibagikan atau perilaku yang diperlihatkan) dan potensi
(kehendak dan kekuatan untuk memajukan hubungan).
2. Assiduity (perilaku selalu penuh perhatian), selama tahap ini perhatian yang diteliti
diberikan pada kerja menjalin hubungan kepedulian. Respek adalah perilaku atau tugas
pertama dari assiduity, respek melibatkan mengakui dan menerima keinginan, kebutuhan,
kesukaan, perbedaan dan permintaan orang lain. Selanjutnya potentiality, dimana
recognisi diberikan pada kemungkinan saling meningkatkan hubungan, yang tidak akan
terjadi dengan mengorbankan individualitas orang lain. Memperhatikan, melibatkan,
mendengar dan menerima orang lain. Menurut Murray dan Bevis ini merupakan salah
satu aspek hubungan memperhatikan yang paling penting. Kejujuran diperlukan agar
hubungan menjadi terbuka, kejujuran dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan
untuk tidak membahas sesuatu. Membuka diri terjadi dalam dua tahap yaitu rasa
tanggung jawab dan keberanian untuk maju.

3. Intimasi (melibatkan berbagi diri), tahap ditandai dengan hubungan fisik dan mental yang
tepat. Tugas dalam tahap ini memerlukan ketulusan (integritas, kepercayaan), membuka
diri (yang mempunyai arti menempatkan seseorang dalam posisi yang terbuka), wawasan
(memiliki pandangan yang cepat terhadap orang lain) dan perlibatan (orang lain dapat
dilibatkan dalam hubungan tanpa terancam).
4. Konfirmasi, validasi personal menghasilkan perasaan positif tentang kesadaran dan
pertumbuhan. Argumentasi memungkinkan untuk memperbesar, memperkuat dan lebih
mempermudah hubungan memperhatikan, karena kemampuan untuk peduli dengan dasar
yang luas (Rothrock, 2000).
5. Faktor-faktor pembentuk perilaku caring
Struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh faktor carative, yaitu:
1. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.
Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan
(humanistik) dan perilaku mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi
(altruistik). Hal ini dapat dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang,
keyakinan, interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi. Semua ini dirasa perlu untuk
mematangkan pribadi perawat agar dapat bersikap altruistik terhadap orang lain.
a. Menanamkan keyakinan dan harapan ( faith-hope).
Pemahaman ini diperlukan untuk proses carative. Selain menekankan pentingnya obat-obatan
untuk curative, perawat juga perlu memberi tahu individu alternatif pengobatan lain yang
tersedia (mis., meditasi, relaksasi, atau kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau secara
spritual). Dengan mengembangkan hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi
perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya
b. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan
orang lain serta bersikap lebih otentik. Perawat juga perlu memahami bahwa pikiran dan emosi
seseorang merupakan jendela jiwanya.
c. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).
Ciri hubungan helping-trust adalah harmonis, empati, dan hangat. Hubungan yang harmonis
haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka, tidak dibuat-buat.
d. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.

e. Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif


Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat
menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada
pasien.
f. Meningkatkan belajar mengajar transpersonal.
Memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan
untuk pertumbuhan personal pasien.
g. Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki mental, fisik,
sosiokultural, dan spiritual.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan
kondisi penyakit pasien.
h. Membantu memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan pasien. Pemenuhan kebutuhan paling
dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
i. Memberikan keleluasaan untuk kekuatan ekstensial-fenomenologis-spiritual.
Ketiga faktor ini membantu seseorang mengerti kehidupan dan kematian. Selain itu, ketiganya
dapat membantu seseorang untuk menemukan kekuatan dan keberanian untuk menghadapi
kehidupan dan kematian

Teori Caring Dalam Keperawatan


Sebagai perawat/ners materi yang sangat penting dan menentukan adalah memahami konsep
caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan
kemampuan soft skill sebagai perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan
mampu belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat kalau mereka
mampu memahami apa itu caring.Saat ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme
keperawatan. Mata ajaran ini mendeskripsikan tentang keperawatan dasar dimana perawat akan
mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan perawat mampu memahami
tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai oleh perawat / ners.
Teori Caring Dalam Keperawatan
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat pasien yang sedang
sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam
melayani orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu

perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih
sayang/cinta (Johnson, 1989) .
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan
dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik .
Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold
(1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam
sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri .
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai
jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh .
Lebih lanjut Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan
membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga memperkenalkan
sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring sebagai
suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan
mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan
berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus
terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien,
yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah
melakukan tindakan amoral pada saat melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga
sebagai suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati
terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien.
Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa
merawat pasien .
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan,
inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan
emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999) Sikap caring
diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan
perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien
dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut,
sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai
media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para
perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan
dengan menggunakan spirit caring .

Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat
yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang
bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat
memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien .
Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut Watson, ada tujuh
asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah
1. caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal,
2. caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi
kebutuhan manusia atau klien,
3. caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
4. caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun
juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya,
5. lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan
seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk
dirinya sendiri,
6. caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan
biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam
peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,
7. caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).
Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif yang
berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor karatif
membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan
dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam
melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien.
Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada klien.
2. Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan
keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam
mencari pertolongan kesehatan
3. Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.

Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat
menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya.
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu
turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam faktor
ini antara lain adalah kongruen, empati, dan kehangatan.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat
memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
6. Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan.
Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan
asuhan kepada klien.
7. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri,
menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan
personal klien.
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap
kesehatan dan kondisi penyakit klien.
9. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi. Perawat perlu mengenali
kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai
sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
10. Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan diri dan
kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan
pada pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat
meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).
Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan tiga faktor karatif yang menjadi
filosofi dasar dari konsep caring. Tiga faktor karatif tersebut adalah: pembentukan sistem nilai
humanistik dan altruistik, memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas
terhadap diri sendiri dan orang lain (Julia, 1995).
Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri
klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan.
Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami
diri sebelum memahami orang lain (Nurahmah, 2006).
Leininger (1991) mengemukakan teori culture care diversity and universality, beberapa konsep
yang didefinisikan antara lain :

1. kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai, kepercayaan, norma,
dan gaya hidup antar kelompok yang dapat mempengaruhi cara berpikir, mengambil
keputusan, dan bertindak dalam pola-pola tertentu;
2. keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan perbedaan dalam
arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara sekelompok orang yang berhubungan,
mendukung, atau perbedaan dalam mengekspresikan human care;
3. cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam pembelajaran dan
pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang mendukung dan memfasilitasi
individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi
sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan;
4. dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda;
5. care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan konkrit yang
berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan
untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya;
6. care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk membimbing,
mendukung, dan ada untuk orang lain guna meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam
menghadapi kematian;
7. caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan kognitif dan formal
mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian untuk mendampingi,
mendukung, membimbing, dan memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka
meningkatkan kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau dalam
bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang
sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Lydia Hall
mengemukakan perpaduan tiga aspek tersebut dalam teorinya. Care merupakan komponen
penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri
dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).
Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring dipengaruhi oleh dua
hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat sebagai disiplin ilmu dan profesi.
Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup individu, namun tidak semua perilaku manusia
mencerminkan caring (Julia, 1995).
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-klien yang bersifat

professional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan
ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk
bertanggungjawab terhadap kondisi kesehatannya.

CARA MENGUKUR PERILAKU CARING


Ada beberapa Cara Mengukur Perilaku Caring. Perilaku caring dapat diukur
dengan beberapa alat ukur (tools) yang telah dikembangkan oleh para peneliti yang
membahas ilmu caring. Beberapa penelitian tentang caring bersifat kuantitatif maupun
kualitatif. Watson (2009) menyatakan bahwa pengukuran caring merupakan proses
mengurangi subyektifitas, fenomena manusia yang bersifat invisible (tidak terlihat) yang
terkadang bersifat pribadi, ke bentuk yang lebih obyektif. Oleh karena itu, penggunaan
alat ukur formal dapat mengurangi subyektifitas pengukuran perilaku caring.
Tujuan pemakaian alat ukur formal pada penelitian keperawatan tentang perilaku
caring antara lain: untuk memperbaiki caring secara terus menerus melalui penggunaan
hasil (outcomes) dan intervensi yang berarti untuk memperbaiki praktik keperawatan;
sebagai studi banding (benchmarking) struktur, setting, dan lingkungan yang lebih
menujukkan caring; mengevaluasi konsekuensi caring dan non caring pada pasien
maupun perawat. Alat ukur formal caring dapat menghasilkan model pelaporan
perawatan pada area praktik tertentu, mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan proses
caring dan melakukan intervensi untuk memperbaiki dan menghasilkan model praktik
yang lebih sempurna. Selain itu, penggunaan alat ukur formal dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan caring, kesehatan dan proses
kesembuhan dan sebagai validasi empiris untuk memperluas teori caring serta
memberikan petunjuk baru bagi perkembangan kurikulum, keilmuan keperawatan, dan
ilmu kesehatan termasuk penelitian (Watson, 2009).
Pengukuran perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui pengukuran
persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat. Penggunaan persepsi pasien dalam
pengukuran perilaku caring perawat dapat memberikan hasil yang lebih sensitif karena

pasien adalah individu yang menerima langsung perilaku dan tindakan perawat
termasuk perilaku caring (Rego, Godinho, McQueen, 2008).
Beberapa alat ukur formal yang mengukur perilaku caring perawat berdasarkan
persepsi pasien antara lain caring behaviors assesment tool(digunakan oleh Cronin dan
Harrison, 1988), caring behavior checklist and client perception of caring (digunakan
oleh McDaniel, 1990), caring professional scale(digunakan oleh Swanson, 2000), caring
assesment tools (digunakan oleh Duffy, 1992, 2001), caring factor survey (digunakan
oleh Nelson, Watson, dan Inovahelath, 2008).
Caring behaviors assesment tool (CBA) dilaporkan sebagai salah satu alat ukur
pertama yang dikembangkan untuk mengkaji caring. CBA dikembangkan berdasarkan
teori Watson dan menggunakan 10 faktor karatif. CBA terdiri dari 63 perilaku caring
perawat yang dikelompokkan menjadi 7 subskala yang disesuaikan 10 faktor karatif
Watson. Tiga faktor karatif pertama dikelompokkan menjadi satu subskala. Enam faktor
karatif lainnya mewakili semua aspek dari caring. Alat ukur ini menggunakan skala
Likert (5 poin) yang merefleksikan derajat perilaku caring menurut persepsi pasien
(Watson, 2009).
Validitas dan reliabilitas alat ukur ini telah diuji oleh empat ahli berdasarkan teori
Watson. Cronin dan Harrison (1988 dalam Watson, 2009) meneliti 22 pasien infark
miokard, kemudian Huggins et.al (1993 dalam Watson, 2009) meneliti 288 pasien ruang
emergensi. Mereka menggunakan Alpa Cronbach pada 7 subskala yang berkisar antara
0,66 sampai 0.90.
Selain itu, Schultz, et.al. (1999 dalam Watson 2009) menggunakan alat ukur ini
dengan tes reliabilitas dengan kisaran 0.71 sampai 0,88 pada subskala, dan Alpa
Cronbach 0.93 pada skala total. Penelitian terbaru oleh Manogin, Bechtel, dan Rami
(2000 dalam Watson, 2009) menggunakan CBA, mereka melaporkan reliabilitas Alpa
Cronbach tiap subskala berkisar dari 0,66 sampai 0.90. Cronin dan Harrison (1988
dalam Watson 2009) menemukan dua perilaku caring paling penting menurut pasien
yaitu membuat saya merasa sebagai seseorang jika saya membutuhkan mereka, dan
tahu apa yang mereka lakukan.

Sedangkan perilaku caring yang paling tidak penting menurut pasien adalah
mendatangi saya ketika saya pindah ke rumah sakit lain dan menanyakan kepada
saya apa nama panggilan kesukaan saya. Ini menunjukan bahwa perilaku caring yang
paling penting menurut pasien yaitu bagaimana perawat menampilkan kemampuan
profesionalnya.
Alat ukur caring behavior checklist (CBC) and client percepstion of caring (CPC)
dikembangkan oleh McDaniel (1990 dalam Watson 2009) dengan dua jenis
pengukuran. McDaniel membedakan caring for dan caring about. CBC didesain
untuk mengukur ada tidaknya perilaku caring (observasi). CPC merupakan kuesioner
yang mengukur respon pasien terhadap perilaku caring perawat. Dua alat ukur ini
digunakan bersama-sama untuk melihat proses caring.
CBC terdiri dari 12 item perilaku caring. Alat ukur ini membutuhkan seorang
observer yang menilai interaksi perawat-pasien selama 30 menit. Rentang nilai 0
35(nol) sampai 12 (dua belas), nilai tertinggi menunjukkan ada perilaku caring yang
ditampilkan. CPC ditunjukkan kepada pasien setelah diobservasi. Alat ukur ini terdiri
dari 10 item dengan 6 rentang skala. Rentang skor 10 sampai 60, dimana skor tertinggi
menunjukkan derajat perilaku caring yang ditunjukkan yang dipersepsikan pasien
bernilai tinggi, begitu juga sebaliknya (McDaniel, 1990 dalam Watson, 2009).
Validitas CBC menggunakan Content Validity Index (CVI) yakni sebesar 0,80.
Reliabilitas CPC menggunakan konsistensi internal yakni alpa sebesar 0.81. reliabilitas
CBC menggunakan pernyataan interater dan dihasilkan nilai rentang 0,76 sampai1,00,
dimana 8 dari 12 item adalah 0,90 atau di atas rata-rata (McDaniel, 1990 dalam
Watson, 2009).
Alat ukur caring professional scale (CPS) dikembangkan oleh Swanson (2000,
dalam Watson 2009) dengan menggunakan teori caring Swanson (suatu middle range
theory yang dikembangkan berdasarkan penelitiannya pada 185 ribu yang mengalami
keguguran). CPS terdiri dari dua subskala analitik yaitu Compassoionate Healer dan
Competent Practitioner, yang berasal dari 5 komponen caring Swanson yakni

mengetahui, keberadaan, melakukan tindakan, memampukan, dan mempertahankan


kepercayaan.
CPS terdiri dari 14 item dengan 5 skala Likert. Validitas dan reliabilitas CPS
dikembangkan dengan menghubungkan alat ukur CPS dengan subskala empati The
Barret-Lenart Relationship Inventory (r=0,61, p<0,001). Nilai estimasi Alpa Cronbach
untuk konsistensi internal digunakan untuk membandingkan beberapa tenaga
kesehatan advance practice nurse (0,74 sampai 0,96), nurse (0,97), dan dokter (0.96).
Alat ukur caring assesment tools (CAT) dikembangkan oleh Duffy (1990 dalam
Watson, 2009) pada program doktoralnya. Alat ukur ini didesain untuk penelitian
deskriptif korelasi. CAT menggunakan konsep teori Watson dan mengukur 10 faktor
kuratif. Alat ukur ini terdiri dari 100 item dengan menggunakan skala Likert dari 1 (caring
rendah) sampai 5 (caring tinggi), sehingga kemungkinan skor total berkisar antara 100
samapai 500. Sampel penilitian yang digunakan saat itu dalah 86 pasien medikal
bedah.
Duffy (1993 dalam Watson 2009) mengembangkan CAT versi admin (CATadmin) yang mengukur persepsi perawat tentang manajer mereka untuk administrasi
riset keperawatan. Alat ukur ini menambahkan pertanyaan kualitatif pada versi CAT
original, dan masih menggunakan 10 faktor karatif. CAT-admin diuji pada 56 perawat
part-time dan full-time, dan diperoleh nilai Alpa Cronbach sebesar 0,98. Kemudian pada
tahun 2001, CAT dikembangkan oleh Duffy ke versi CAT-edu yang didesain
menggunakan pendidikan keperawatan, dengan sampel 71 siswa program sarjana dan
magister. CAT-edu terdiri dari 95 item pertanyaan dengan 5 poin skala Likert. Nilai Alpa
Cronbach sebesar 0,98.
Caring factor survey (CFS) merupakan alat ukur terbaru yang menguji hubungan
caring dan cinta universal (caritas). Caritas merupakan merupakan pandangan baru
Watson tentang caring (2008). CFS mengkaji penggunaan caringfisik, mental, dan
spiritual yang dilaporkan oleh pasien yang mereka lewat. CFS dikembangkan oleh
Karen Drenkard, John Nelson, Gene Rigotti dan Jean Watson 37 dengan bantuan
program riset dari Inovahealth di Virginia. Alat ukur ini awalnya terdiri 20 item kemudian

direduksi menjadi 10 item pertanyaan, tiap pernyataan mewakili satu proses caritas.
CFS menggunakan skala Likert dari 1 sampai 7.
Skala terendah (1-3) mengindikasi tidak setuju, 7 sangat setuju, dan 4 netral.
Semua item berupa pernyataan positif, ditujukan kepada pasien atau keluarga pasien.
Nilai Alpa Cronbach pada 20 pernyataan adalah 0,70 kemudian 20 item tersebut
direduksi menjadi 10 item untuk menaikkan nilai Alpa Cronbach (Watson, 2009).
Beberapa alat ukur di atas merupakan instumen yang dapat digunakan untuk
mengukur perilaku caring perawat menurut persepsi pasien. Penilaian ini tentunya
sangat bergantung dari persepsi pasien terhadap tindakan atau pelayanan yang
diterimanya dari perawat.

Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring

Abstract: Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang
dan bagaimana seseorang itu bertindak karena perilaku caring merupakan
perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan
dalam membantu pasien yang sakit. Perilaku caring sangat penting untuk
mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup
manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Persepsi pasien
tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
yang di rawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa. Desain penelitian yang
digunakan bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Pengambilan data dimulai sejak tanggal 1 November sampai
tanggal 30 November 2012.
Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner perilaku
caring perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas (80%) menyatakan
bahwa perawat di ruang rawat inap sudah menunjukkan perilaku caring dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dan (20%) menyatakan bahwa perilaku
perawat tidak caring. Berdasarkan 10 faktor caratif, faktor no. 5 metode pemecahan
masalah merupakan faktor yang paling menonjol dilakukan oleh perawat (83,6%).
Sedangkan faktor no. 6 merupakan faktor caring yang mempunyai nilai skor paling

rendah (74,5%). Berdasarkan hasil diatas penelitian ini merekomendasikan agar


Rumah Sakit Langsa dapat menerapkan program model pengembangan perilaku
caring perawat sebagai kinerja perawat dapat meningkat lebih jauh sehingga dapat
meningkatkan citra Rumah Sakit Langsa secara keseluruhan.

v
KONSEP CARING
Keperawatan adalah suatu interaksi antara perawat dan klien, perawat
dan profesional kesehatan lain. Proses interaksi manusia terjadi melalui
komunikasi :verbal dan non verbal, tertulis dan tidak tertulis, terencana dan tidak
terencana.Komunikasi diantara manusia menyampaikan pikiran, ide, perasaan dan
informasi.A g a r p e r a w a t e f e k t i f d a l a m b e r i n t e r a k s i , m e r e k a h a r u s m e m i l i k i
k e t e r a m p i l a n komunikasiyang baik. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai
pemberian atau pertukaran informasi dengan cara verbal atau tertulis. Kozier dan
rekan (2000)m e n d e f i n i s i k a n k o m u n i k a s i s e b a g a i S u a t u p r o s e s d u a
a r a h y a n g m e l i p u t i pengiriman dan penerimaan pesan. Sherman (1994)
mendefinisikan komunikasis e b a g a i b e r b a g a i p e n g a l a m a n d a n b e r b a g a i
p e r a s a a n d a n e m o s i . K o n s e p i n i ditemukan pada komunikasi efektif. Perawat
yang berkomunikasi secara efektif l e b i h m a m p u m e m b i n a h u b u n g a n y a n g
berhasil antara diri mereka sendiri danorang lain, termasuk klien dan
keluarga serta komponen mas yarakat lainn ya. K o m u n i k a s i y a n g
efektif juga dapat mencegah banyak kesalahan
y a n g men yebabkan insiden legal yang berkaitan dengan praktik
k e p e r a w a t a n . C i r i Komunikasi yang efektif itu salah satunya adalah jika
didalamnya terdapat sikapatau perilaku Caring perawat yang profesional terhadap klien
atau keluarga danorang lainnya. Sehingga tercipta hubungan yang baik antara perawat dan
klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutamadalam praktik
keperawatan. Konsep caring pun mengalami perkembangan yang p e s a t . B e b e r a p a
t o k o h k e p e r a w a t a n s e p e r t i Wat s o n ( 1 9 7 9 ) , L e i n i n g e r ( 1 9 8 4 ) , Benner (1989),
menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan.
A. DEFINISI1 . R u b e n f e l d
( 1 9 9 9 ) ,
Mendefinisikan Caring : memberikan asuhan , dukungan emosional padaklien, keluarga dan
kerabatnya secara verbal maupun non verbal

Anda mungkin juga menyukai