Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level individu hingga
masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan. Layanan keperawatan
diberikan karena adanya kelemahan fisik, mental, dan keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-
hari secara mandiri(Asmadi, 2008, p. 9).
Berbagai masalah yang terjadi pada saat ini, dari masalah kesehatan yang
sederhana sampai yang sangat kompleks telah menuntut perhatian berbagai
kalangan kesehatan termasuk keperawatan.System kolaborasi yang baik dan
koordinasi kegiatan yang terjadi antar disiplin pemberi pelayanan diharapkan
dapat mengantisipasi kompleksitas masalah kesehatan yang terjadi.Oleh karena
itu, kondisi ini mengharuskan profesi keperawatan untuk menungkatkan diri agar
tetap memberikan pelayanan keperawatan yang terintigrasi dan paripurna.Sifat
pelayanan kesehatan saat ini dan di masa mendatang lebih menekankan pada
upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif).
(Simamora, 2009, p. 24).
Sebagai perawat, materi yang sangat penting dan menentukan adalah
memahami konsep caringdan mampu menanamkan dalam hati, disirami dan
dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai perawat,
yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan mampu belajar seumur
hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat kalau mereka mampu
memahami apa itu caring. Saat ini, caringadalah isu besar dalam profesionalisme
keperawatan. Mata ajaran ini mendeskripsikan tentang keperawatan dasar dimana
perawat akan mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan
perawat mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar
yang harus dikuasai oleh perawat.

1
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian caring secara umum.
2. Memahami persepsi klien tentang caring.
3. Menjelaskan teori caring menurut Jean Watson.
4. Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan.
5. Memahami perbedaan caring dan curing.

C. Manfaat
Penulisan makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis. Melalui penulisan
makalah ini penulis bisa mengetahui dan memahami tentang konsep caring
dalam keperawatan beserta teori-teorinya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Caring Secara Umum
Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring
secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak
perawat.Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan
perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan
etis perspektif.
Pengertian caring berbeda dengan care.Care adalah fenomena yang
berhubungan dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku kepada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care
yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Saat
ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan. Banyak ahli
keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain sebagai
berikut :(Tarida & Sauliyusta, 2011, pp. 3-4)
1. Crips dan Taylor (2001), caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku
dalam hubungannya dengan orang lain.
2. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab,
dan ikhlas.

3
3. Barnum(1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap
(emosional) dan kehati-hatian.
4. Delores gaut (1984), caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi
ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian,
bertanggung jawab, dan ikhlas.
5. Marriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik
dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara
yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan
sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan
klien.
6. Griffin (1983), membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah
satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara
konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam
keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang
mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam
sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada
resepien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong,
dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini
dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien.
7. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan
keputusan yang bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk meningkatkan status kesehatan.
8. Lydia Hall (1969), mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya.
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan
secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal
untuk klien. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri

4
seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari
kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan
terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada
klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan.
9. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan,
memberikan lingkungan bersih, verifikasi yang baik dan tenang kepada
klien.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian
caring secara umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai
suatu cerminan perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain,
dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring
merupakan inti dari keperawatan.
B. Persepsi Klien Tentang Caring
Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan
merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien.Jika klien merasakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa
kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi
teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan(Rangkuti, 2012).
Sering kali klien bertanya dalam hati “sejauh mana perawat care terhadap
mereka”. Perasaan bahwa klien diperhatikan sebagai individu membuat klien
merasa aman walaupun ia dalam keadaan sakit atau bahaya. Pada umumnya klien
merasa cemas saat kontak dengan perawat, sehingga sikap perawat yang
memerhatikan, mau membantu dan menghargai klien akan membantu
mengurangi kecemasan klien. Sikap caring juga akan meningkatkan kepercayaan
klien kepada perawat (Sitorus, 2009, pp. 8-9).

5
Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku caring yang
dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk
memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson
(1991) menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat
mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional,
melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri
sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani
transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai caring
menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien
menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya.Klien juga menilai
pengaruh dari pelayanan keperawatan.Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri
dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien,
menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang
caring. Untuk alasan tersebut, fokuskan pada membangun suatu hubungan yang
membuat perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat
mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut
adalah perawat yang belum terampil dalam memasukkan kateter intravena.
Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih diuntungkan jika dibantu
oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan penjelasan prosedur
untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien, dapat membantu
perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien
(Rangkuti, 2012).
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh
pertama, perawat masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman,
lalu melakukan kontak mata, kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya
tentang apa yang ada dipikiran klien lalu mendengarkannya, kemudian
memeriksa cairan intravena, mengkaji, dan memeriksa rangkuman tanda vital

6
klien sebelum meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke kamar
klien kemudian memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital,
melakukan salam tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang
keadaan klien kemudian pergi.
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga
klien merasa nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap
masalah klien sehingga klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat
berbeda-beda karena semua klien memiliki ciri khas.Persepsi klien menjadi hal
yang penting bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan (Tarida &
Sauliyusta, 2011, pp. 5-6).
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai
dari bagaimana klien menggunakan sistem pelayanan kesehatan.Apa keuntungan
yang klien dapat juga sebagai indikator tingkat kepuasan klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi
kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta
mudah berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat
perawat melakukan tindakan caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri
dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku
caring.Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan
tetapi juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali
untuk berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan caring
membangun kepercayaan klien terhadap kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan. Kepercayaan pada tindakan keperawatan juga memunculkan
kepercayaan terhadap institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima caring dan
pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap
caring merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan

7
persepsi dan harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik
terhadap klien dapat membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien.
Sikap ini juga membantu perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat
dan klien tentang caring. Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali
klien agar suatu hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Etika pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang
ideal, memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi
seperti perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat
bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik.Kata etika
merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan
dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika.
Etika keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat
keputusan hanya berdasarkan prinsip intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan
karakter dan sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan
perawat sebagai penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara
menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas kepada klien dengan
kepribadian khusus.
NurseCaringBehavior (Rangkuti, 2012).
1. Persepsi klien wanita
a) Berespon terhadap keunikan klien
b) Memahami dan mendukung perhatian klien
c) Hadir secara fisik
d) Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa
dihargai sebagai manusia
e) Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta

8
f) Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi
klien
g) Bersuara halus dan lembut
h) Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria
a) Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
b) Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
c) Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
d) Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien
sebelum diminta
e) Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan
menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga
a) Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
b) Bersikap ceria
c) Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai
masalah
d) Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
e) Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat
4. Persepsi klien dewasa yang dirawat
a) Kehadirannya menentramkan hati
b) Memberikan informasi
c) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
d) Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
e) Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
f) Mempromosikan otonomi
g) Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
h) Selalu mengawasi klien
5. Persepsi dari keluarga

9
a) Jujur
b) Memberikan penjelasan dengan jelas
c) Selalu menginformasikan keluarga
d) Mencoba untuk membuat klien nyaman
e) Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
f) Memberikan perawatan emergensi bila perlu
g) Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
h) Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
i) Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman
C. Teori Caring Menurut Jean Watson
Teori Human Caring berkembang dari kepercayaan, nilai, dan anggapan
tentang caring Watson.Menurut pandangan Watson (1985), caring dan cinta
terdiri dari semua hal yang penting dari kekuatan jiwa dan merupakan dasar dari
sifat kemanusiaan kita.Watson mencatat itu di seluruh sejarah keperawatan yang
berbelit-belit dalam hal caring dan benar-benar mengembangkan caring.
(Delaune & Ladner, 2002, p. 36)
Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam waktu pelayanan kesehatan saat
ini.Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam lingkungan pelayanan kesehatan
berada dalam ruang kecil praktik caring yang membuat perawat dan profesi
kesehatan klien.Watson menjelaskan bahwa konsepnya didefinisikan untuk
membawa arti baru untuk paradigma keperawatan adalah “berasal dari
pengalaman empiris klinis dilantik dikombinasikan dengan latar belakang filsafat
saya, intelektual dan experiental : dengan demikian pekerjaan awal saya muncul
dari nilai sendiri-sendiri, keyakinan, dan persepsi tentang kepribadian,
kehidupan, kesehatan, dan penyembuhan.
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini

10
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan di antaranya :
1. Kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi
kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan
ventilasi.
2. Kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual.
3. Kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan
untuk berprestasi, kebutuhan organisasi.
4. Kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri (Jukarnain, 2011, pp. 57-58).
Kebutuhan untuk bertahan
hidup (biofisikal) :

 Makanan dan
Kebutuhan tingkat
minuman
yang lebih rendah
 Eliminasi
 ventilasifungsional
Kebutuhan
(psikofisikal):

Hierarki  Aktivitas dan istirahat


kebutuhan dasar  seksualitas
manusia
Kebutuhan integratif
(psikososial) :

 Berprestasi
 berafiliasi

Kebutuhan untuk berkembang


(interpersonal) :

Kebutuhan tingkat  Aktualisasi diri


yang lebih tinggi

11
Gambar
Hierarki kebutuhan dasar manusia menurut Jean Watson (Hidayat A. A., 2008, p. 7)

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa


manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya
dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, dan spiritual karena sejahtera
merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk
mencapai keadaan tersebut perawat harus berperan dalam meningkatkan status
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit(Hidayat A. A., 2009, pp. 49-50).
Teori Human Caring
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah
“Human Scince And Human Care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam
keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif humanistik
yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah.Oleh karena itu, perawat
perlu mengembangkan filosofi humanistik dan sistem nilai, serta seni yang
kuat.Filosofi humanistik dan sistem nilai ini memberi fondasi yang kokoh bagi
ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu perawat
mengembangkan visi mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir
yang kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan
keperawatan, namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan
pengobatan penyakit (Jukarnain, 2011, p. 58).

12
Fokus uatam carative
keperawatan

Perspektif humanistik Pengetahuan ilmiah

Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai


person as a whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson
mendefinisikan sehat sebagai kondisi yang utuh dan selaras antara badan,
pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang
dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di atas
dapat dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya
multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara
faktor-faktor yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai karena adanya kemampuan seseorang untuk
beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik
tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi
pada lingkungan yang dinamis.
Menurut watson ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring, ketujuh
asumsi tersebut adalah :
1. Caring akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan secara interpersonal.
2. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.
3. Caring merupakan respon yang di terima klien tidak saat itu saja, tapi dapat
memengaruhi keadaan klien selanjutnya.
4. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan klien.

13
5. Caring terdiri dari faktor kuratif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memnuhi kebutuhan klien.
6. Caring lebih kompleks dari pada curing, karena praktek caring memadukan
antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia
yang berguna dalam meningkatkan derajat kesehatan klien.
7. Caring merupakan inti dari keperawatan.
Watson menekankan sikap caringini harus tercemin pada sepuluh faktor
kuratif yang berasal dari perpaduan nilai nilai humanistik dengan ilmu
pengetahuan dasar. Sepuluh faktor tersebut meliputi :
1. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik
Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-
nilai kemanusiaan (humanistik) dan perilaku mementingkan kepentingan
orang lain di atas kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat
dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang,
keyakinan, interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi. Semua ini dirasa
perlu untuk mematangkan pribadi perawat agar dapat bersifat altruistik
terhadap orang lain.
2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope)
Pemahaman ini diperlukan untuk proses carative. Selain menekankan
pentingnya obat-obatan untuk curative, perawat juga perlu memberi tahu
individu alternatif pengobatan lain yang tersedia (meditasi, relaksasi, atau
kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau secara spiritual). Dengan
mengembangkan hubungan perawat-klienyang efektif, perawat memfasilitasi
perasaan optimis, harapan dan rasa percaya.
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain
Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap
diri pribadi dan orang lain serta bersikap lebih otentik. Perawat juga perlu
memahami bahwa pikiran dan emosi seseorang merupakan jendela jiwanya.
4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust)

14
Citra hubungan helping-trust adalah harmonis, empati, dan hangat.Hubungan
yang harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka,
tidak dibuat-buat. Perawat menunjukkan sikap empati dengan berusaha
merasakan apa yang dirasakan oleh klien dan sikap hangat dengan menerima
orang lain secara positif.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
Perasaan mempengaruhi pikiran seseorang, hal ini perlu menjadi
pertimbangan dalam memelihara hubungan. Oleh sebab itu, perawat harus
menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku mereka.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam
pengambilan keputusan.
Watson percaya bahwa tanpa metode pemecahan masalah yang sistematis,
praktik yang efektif adalah hal yang kebetulan, sembrono, dan
berbahaya.Metode pemecahan masalah ilmiah merupakan metode yang
memberi kontrol dan prediksi serta memungkinkan koreksi diri sendiri.
7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
Ini merupakan faktor utama ketika seseorang berusaha mengontrol kesehatan
mereka sendiri setelah mendapatkan sejumlah informasi dan alternatif
pengobatan lain. Dalam hal ini perawat harus mampu memahami persepsi
klien dan meredakan situasi yang menegangkan agar proses belajar-
mengajar ini dapat berjalan lebih efektif.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau
memperbaiki mental, sosiokultural, dan spiritual.
Melalui pengkajian, perawat dapat menentukan penilaian seseorang terhadap
situasi dan dapat menanggulanginya.Perawat dapat memberi dukungan
situasional, membantu individu mengembangkan persepsi yang lebih akurat,
serta memberi informasi sehingga klien dapat menanggulangi
masalahnya.Perawat juga harus menyalurkan perasaan nyaman, aman, dan
keleluasaan pribadi kepada klien.

15
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Dalam membantu memenuhi kebutuhan dasar klien, perawat harus
melakukannya dengan gembira. Hierarki kebutuhan dasar Watson hamper
sama dengan Maslow, yakni kebutuhan untuk bertahan hidup (survival),
kebutuhan fungsional, kebutuhan integrative, kebutuhan untuk tumbuh, dan
kebutuhan untuk mencari bantuan (seeking) ketika individu kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis.
Kedua factor ini (eksistensial-fenomenologis) membantu seseorang untuk
mengerti kehidupan dan kematian.Selain itu, keduanya dapat membantu
seseorang untuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk menghadapi
kehidupan dan kematian(Asmadi, 2008, pp. 130-132).
Pada tahun 1988 di dalam bukunya yang kedua, Nursing Human Science
and Human care: A Theory of Nursing. Watson mengemukakan 11 asumsi yang
berhubungan dengan caring:
1. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan
universal.
2. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan,
tetapi sering diabaikan dalam hubungan antar sesama.
3. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caring di dalam praktik
keperawatan akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan
menentukan kontribusi keperawatan pada masyarakat.
4. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.
5. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan
dengan orang lain dalam rentang sehat-sakit.
6. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama dalam
praktik keperawatan.
7. Praktik keperawatan secara signifikan telah menekankan pada Human care.

16
8. Fondasi caring keperawatandipengaruhi oleh teknologi medis dan birokrasi
institusi.
9. Penyediaan dan perkembangan dari Human care menjadi isu yang hangat
bagi keperawatan untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
10. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan
interpersonal.
11. Kontribusi keperawatan kepada masyarakat terletak pada komitmen pada
Human care.
Dalam praktek keperawatan “caring” ditujukan untuk perawatan kesehatan
yang holistik dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan.
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi:
1. Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin
dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu). Manusia
pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa
dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan
merasa dicintai dan merasa mencintai.
2. Kosep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan
fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.Kesehatan
merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson
menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
3. Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta
dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan
pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping
terhadap lingkungan tertentu.

17
4. Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Walaupun konsep caring telah ditekankan dalam lingkungan keperawatan
saat ini, namun karena maraknya teknologi dan strategi penahanan kerugian
perawat harus tekun dalam memberikan pelayanan kepada klien. Tantangan bagi
perawat adalah saat-saat proses pertama yaitu interaksi pertama manusia kepada
manusia yang merupakan awal dari seluruh kegiatan perawatan kesehatan
(Delaune & Ladner, 2002, p. 36).
D. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia.Betapa tidak, merawat
pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah.Tak semua orang
bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita
penyakit.Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang besar.Untuk itu perawat memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau
kasih sayang/cinta (Dwidianti, 2010).
Hildegard D Peplau mengenali 4 fase dalam hubungan interpersonal
perawat-klien yang meliputi :
1. Fase orientasi
Fokusnya adalah fase menentukan atau menemukan masalah. Pertama kali
perawat dan pasien bertemu masih sebagai orang yang asing satu sama lain,
pasien dan keluarganya memiliki perasaan butuh bantuan professional
walaupun kebutuhan ini kadang-kadang tidak dapat dikenali atau dimengerti
oleh mereka.
Pada fase ini paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi
dengan pasien dengan keluarganya dalam menganalisis situasi yang

18
kemudian bersama-sama mengenali, memperjelas dan menentukan masalah
yang ada.
2. Fase identifikasi
Fase ini fokusnya memilih bantuan professional yang sesuai.Pada fase ini
pasien merespons secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya, setiap pasien mempunyai respon berbeda-beda pad fase ini.
Respons pasien terhadap keperawatan adalah : (a) berpartisipasi dan
interdependen dengan perawat, (b) otonomi dan independen dari perawat, (c)
pasif dan dependen pada perawat.
3. Fase eksploitasi
Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan professional untuk
alternative pemecahan masalah.Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat
dan kebutuhan dari pasien, pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari
lingkungan pelayanan.Pada fase ini pasien mulai menerima informasi-
informasi yang diberikan padanya tentang penyembuhan, mungkin
berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada perawat,
mendengarkan penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya.
4. Fase revolusi
Fokusnya adalah mengakhiri hubungan professional.Pasien dan perawat
dalam fase ini perlu untuk mengakhiri hubungan terapeutik mereka.
(Kusnanto, 2004, pp. 16-17)
Hubungan Antara Keperawatan dan Caring (Morrison & Burnard, 2008, p.
12).
Analisisteologis Campbell (1984) tentang asuhanprofessional
mengharuskan agar caring dipersepsikan sebagai sebuah bentuk “cinta”.Istilah
cinta menunjukkan bahwa hubungan caring secara professionalrikat kuat oleh
konvensi dan undang-undang.
McFarlane (1976) mengartikan keperawatan sebagai proses menolong,
membantu, melayani, caring. Ini menunjukkan bahwa keperawatan dan caring

19
adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dan pada saat yang sama mengindikasikan
bahwa beberapa aktivitas praktik dilakukan dalam proses caring dalam
lingkungan keperawatan. Sudut pandang ini diadopsi dan diperluas oleh Griffin
(1980, 1983) yang membagi konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah
satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara
konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
melaksanakan fungsi keperawatannya.
Griffin (1983) menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah
proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas
peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-
emosi tertentu kepada resipien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi
membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus.
Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien. Emosi
“menyukai” dan “kasih sayang” ditawarkan secara sementara sebagai respons
afektif penting yang diekspresikan melalui hubungan ini.
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara
seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang
lain. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk
praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang
dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan.
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

20
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang
lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan
manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan
“ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik,
melainkan juga komunikasi dan pengertian.Sedangkan “ada dengan” berarti
perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993).Kehadiran
seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena
situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana
perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian
dan dukungan.Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan
non-kontak.Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kulit dengan
kulit.Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis
sentuhan ini digambarkan dalam tiga kategori :
a) Sentuhan berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan
ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur
akan memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara
hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
b) Sentuhan pelayanan (caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien,
memijat punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau
terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal).Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga
diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson,
1994).
c) Sentuhan perlindungan

21
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk
melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari
sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan
cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh. Sentuhan
dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan
secara bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan
merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan
ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam memahami
dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara
untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam
membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman
perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi
berikutnya.Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan
sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan
saling memahami.
5. Caring dalam spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan
fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik
melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri,
interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan, serta
transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat
memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan

22
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan
yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya
sosial, emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring
menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting.Keberhasilan intervensi
keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan.
Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses
penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.
Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu
keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan
anggota keluarga klien (Rangkuti, 2012).
Menurut Leddy & Pepper (1993), perilaku seorang perawat yang caring
terhadap klien, misalnya menjadi pendengar yang baik memberi arti bagi pasien
:bahwa pasien merasa dihargai oleh perawat dan perawat menaruh perhatian
kepada pasien. Tanpa menjadi pendengar yang baik, klien tidak akan terbuka,
merasa tidak dihargai, dan tidak akan puas. Dengan demikian sikap care perawat
saat berkomunikasi ialah :
1. Berhenti berbicara atau paling tidak berbicara apabila klien tidak berbicara
dan jangan memotong pembicaraan klien.
2. Menjauhkan distraksi.
3. Melihat klien pada saat berbicara.
4. Memerhatikan hal-hal yang utama.
5. Mengevaluasi bagaimana penerimaan pesan yang sudah diberikan.
6. Mengkaji apa yang diabaikan dalam komunikasi tersebut.
7. Mengevaluasi intensitas emosi yang ditunjukkan klien(Sitorus, 2009, p. 9).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan

23
klien.Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam
melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Sikap perawat yang care akan membantu klien mengerti masalahnya
sehingga dapat mengatasinya. Hal itu dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah dan penyebabnya bersama klien, menjelaskan kecenderungan yang
mungkin terjadi, menjelaskan tujuan berbagai tindakan, dan bertanggung jawab
atas asuhan klien. Sikap yang care juga akan menigkatkan kepercayaan klien dan
mengurangi kecemasan klien. Kedua hal tersebut dapat menguatkan mekanisme
koping klien sehingga memaksimalkan proses penyembuhan. Perawat yang
caring juga akan menghargai klien dengan menunjukkan komitmennya untuk
mengerti, menerima klien, dan meningkatkan kemampuan klien untuk
bertanggung jawab atas dirinya sehingga identitas diri klien meningkat. Caring
yang berarti memlihara (nurturing) dan membantu orang lain menjadi komponen
utama praktik keperawatan professional.
Mengapa perawat harus care? Pertanyaan ini dapat dijawab dalam beberapa
cara, tetapi terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk
care terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek
spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit.
1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah kewajiban
kontrak untuk care.Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki tugas
profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, kita sebagai perawat yang
profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai kontrak kerja kita.
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apayang benar atau salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam
situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat

24
memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu merupakan
suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat
dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain
adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious
adalah orangyang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih
karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care
terhadap klien(Tarida & Sauliyusta, 2011, p. 11).
Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan
mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk
menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang
terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.
Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan
melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan
lain-lain.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan
biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien.Pemenuhan kebutuhan
yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang
selanjutnya.Perawat juga harus memberikan informasi kepada klien. Perawat
bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Peran perawat konsep caring komunitas dalam asuhan keperawatan
Komunitas adalah kelompok sosial yang tingga dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest
yang sama. (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama

25
dimana mesekak tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama
(Linda Jarvis).
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga
diperlukan suatu kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat untuk
mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan perawat komunitas
merupakan suatu upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan oleh komunitas,
mudah dijangkau, dengan pembiayaan yang murah, lebih ditekankan pada
penggunaan teknologi tepat guna. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan
dimana individu, keluarga maupun masyarakat sebagai pelaku kegiatan upaya
peningkatan kesehatan serta bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
berdasrkan azas kebersamaan dan kemandirian. Perawatan kesehatan masyarakat
merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat
yang diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
dari masyarakat. Perawatan kesehatan masyarakat mempunyai tujuan membantu
masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan terhadap
penyakit melalui:
1. Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga,
dan kelompok dalam masyarakat, dengan strategi intervensi yaituproses
kelompok, pendidikan kesehatan serta kerjasama (partnership).
2. Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh
masyarakat secara komprehensive.
Pada Perawatan Kesehatan Masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas.
2. Kerjasama

26
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan.
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dari komunitas itu sendiri.
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada.
Saling membantu memungkinkan dukungan perilaku, atau fasilitasi dalam
hal atau untuk orang atau kelompok lain untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, cedera, dan mempercepat penyembuhan. Sejarah, komunitas
perawat kesehatan telah bekerja untuk membangun kemitraan dengan keluarga
dan masyarakat peduli memiliki ini, mereka fokus pada pengembangan
hubungan mereka, layanan mereka berdasarkan pemberdayaan (memungkinkan
dari orang lain dengan pengetahuan dan keterampilan untuk membuat keputusan
dan menawarkan orang lain kekuasaan untuk membuat keputusan yang
mempengaruhi mereka) orang lain, dan mempromosikan saling menghormatidan
kerjasama. Memfasilitasi perawat lingkungan yang manusiawi dan penyembuhan
adalah intidari praktek keperawatan komunitas.
Perawat memanifestasikan pandangan mereka melalui kerja murah hati
mereka dengan individu,keluarga dan kelompok serta partisipasi mereka dalam
perumusan kebijakan publik. Banyak perawat kesehatan masyarakat bekerja
dengan populasi terpinggirkan dan miskin. Menurut definisi kepedulian, mereka
bekerja mengembangkan hubungan saling percaya dengan keluarga dan

27
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit dan
mempercepat penyembuhan. Perawat kesehatan adalah instrumen kunci dari
perawatan dan dapat membantu mengubah sistem perawatan kesehatan saat
inidan masa depan dengan menunjukkan tindakan yang berani, kompeten, penuh
kasih, dan kreatif lokal, regional, nasional dan internasional (E, Phyllis, &
Thomas, 2003, p. 8).
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan
seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang
tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang
baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
E. Perbedaan Caring dan Curing
Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien
yang sedang menderita sakit.Kemampuan khusus tersebut mencakup
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring. Caring merupakan fenomena universal yang berhubungan
dengan bagaimana seseorang
berpikir, berperasaan, dan bersikap terhadap orang lain. Dalam teori
caring, human care merupakan hal yang mendasar. Human care terdiri dari upaya
untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain, mencari arti dalam sakit, penderitaan,
dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan
dan pengendalian diri. Di samping itu, Watson dalam Theory of Human Care
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh.

28
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku.Sikap caring dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata
yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di samping
klien, dan bersikap sebagai media pemberi asuhan.Caring dalam asuhan
keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat
pasien.Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat bermutu atau
tidak.Caring sebagai inti profesi keperawatan dan focus sentral dalam praktik
keperawatan, bersifat universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang
ditentukan oleh dan terjadi dalam konteks budaya.Di dalamnya memiliki makna
yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian.
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984),
Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek
keperawatan.Diperkirakan bahwa sekitar ¾ pelayanan kesehatan merupakan
caring sedangkan ¼ nya merupakan curing.Sebagai seorang perawat,
kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga
menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien.Curing sendiri
memiliki pengertian yaitu upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam
prakteknya untuk mengobati pasien.Selain itu juga dapat dipahami bahwa curing
merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/ data dan mengobati
dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Lydia Hall mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya,
care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka kedua aspek ini
harus dipadukan. Namun, tetap ada perbedaan yang jelas diantara
keduanya.Dalam UU no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyembuh
penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter dan perawat melalui kegiatan
pengobatan dan/ atau keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan.Dari situ
terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat perbedaan.Caring merupakan

29
tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekundernya.Begitu pula curing,
curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagi tugas
sekundernya.Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring
termasuk salah satunya adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
membantu penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling
melengkapi. (Tarida & Sauliyusta, 2011).
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari
diagnosis, intervensi, dan tujuannya.Di dalam caring terdapat diagnosis
keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan
penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.Sedangkan di dalam curing
terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan
penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut diagnosa penyakit.
Dalam caring lebih dititik beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk
ditanggapi dengan pemberian perawatan.Berbeda dengan curing lebih
memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya.
Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya.Intervensi keperawatan
(caring) yaitu membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual dengan tindakan keperawatan yang meliputi intervensi
keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling.Sedangkan
intervensi kedokteran (curing) lebih kepada melakukan tindakan pengobatan
dengan obat (drug) dan tindakan operatif.Dari sini dapat difahami bahwa caring
memperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya
sedangkan curing menekankan pada aspek kesehatan dan fisik kliennya.
Satu hal lagi yang dapat difahami dari per bedaan caring dan curing yaitu
dari aspek tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
2. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan, dan meningkatkan fungsi dari tubuh pasien.

30
Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan
penanganannya.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa caring lebih
kompleks daripada curing.Karena caring memberikan pelayanan yang
menyangkut seluruh kebutuhan pasien baik fisik, psikologi, sosial maupun
spiritual.Curing hanya bagian dari caring. Sebagai seorang perawat, kita harus
mampu membedakannya dan melakukan caring dengan sebaik-baiknya.
Kesejahteraan klien didapat dari totalitas kita dalam melakukan caring. Caring
tidak akan pernah lepas dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan
esensi keperawatan itu sendiri.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk
lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam caring terdapat tiga
makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian,
bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat
dari perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika perawat memili sikap sensitif,
simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan,
maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.
Watson mengemukakan sepuluh faktor carativ yang menjadi fokus
keperawatan dalam promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit klien. Di
antaranya yaitu pembentukan sistem humanistic dan altruistic, penanaman
(melalui pendidikan) Faith-Hope, pengembangan sensisitifitas atau kepekaan
diri kepada orang lain, dan lain-lain. Caring dalam praktik keperawatan dapat
dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan
lien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi
untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Selain itu caring juga dapat
ditunjukan oleh perawat melalui tindakan sebagai berikut:
1. Mengenalkan diri serta membuat kontrak hubungan
2. Menyebut klien dengan namanya
3. Menggunakan sentuhan
4. Meyakinkan klien, perawat akan membantu
5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas
Dalam kesehatan selain ada caring juga ada curing. Perbedaan antara caring
dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi, dan tujuannya.

32
Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan suatu
kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan
respon klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu
bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Untuk itu
sebagai seorang perawat kita harus bangga karena kita melakukan tindakan yang
mulia yaitu care, merawat. Namun, sebagai professional, kita harus melakukan
semua itu dengan penuh rasa ikhlas.
B. Saran
Sebagai seorang perawat atau calon perawat sikap caring harus
dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari, agar perilaku caring tumbuh secara
alami dalam jiwa perawat.Ketika menghadapi klien, perawat dengan mudah
memberikan asuhan keperawatan. Klien yang sakit kadang hanya butuh perhatian
dan empati dari seseorang yang merawatnya agar ia lebih semangat dalam
menghadapi penyakitnya. Oleh karena itu sebagai perawat disarankan agar benar
– benar paham tentang perilaku caring ini.

33
DAFTAR PUSTAKA

Muhlisin, A., & Ichsan, B. (2008). Aplikasi Model Konseptual Caring Dari Jean
Watson Dalam Asuhan Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol
. 1 No.3, , 147-150.
Morison, P. (2009). Caring and Communicating. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan : aplikasi dalam praktek keperawatan


profesional (edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.

34

Anda mungkin juga menyukai