KEPERAWATAN MATERNITAS
TUGAS MATA AJAR KEPERAWATAN MATERNITAS
Disusun oleh:
Kelompok 4 Kelas Alih Jenjang Ners B
1. RINA OCTAVIANA
2. RINI MANURUNG
3. RONNY SUCIPTO
4. SALIMAH
Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring merupakan
jantung profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dan fokus sentral serta
unik dari keperawatan. Caring yang merupakan inti dari praktik keperawatan harus
tumbuh dari dalam diri dan berasal dari hati yang paling dalam untuk menolong
orang lain sejak menjadi mahasiswa keperawatan sehingga caring dalam asuhan
keperawatan harus dijadikan sebagai kompetensi dalam pendidikan keperawatan.
Caring adalah salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan setiap hari secara
terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi
(Watson,2011). Dalam memberikan pelayanan keperawatan, perlu diperhatikan tiga
aspek yakni care, cure, dan core. Proporsi pelayanan yang di berikan sebanyak tiga
perempatnya adalah caring (tindakan yang berfokus pada kenyaman dan kepuasan
bagi klien selama di rawat), sedangkan seperempatnya curing (tindakan pengobatan
yang di berikan dalam proses penyembuhan) (Lydia,2011).
Perilaku caring perawat merupakan hal yang penting bagi pasien sebagai
pengguna jasa dalam pelayanan keperawatan yang akan membantu salah satu
proses dari kesembuhan pasien itu sendiri. Perilaku caring adalah fokus utama dalam
praktik dari keperawatan. Caring mengandung nilai humanistik, menghormati
kebebasan manusia, menekankan pada peningkatan kemampuan dan kemandirian,
peningkatan pengetahuan dan menghargai setiap orang (Laila, 2011).
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan
karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat
bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan,
caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Tindakan caring atau perilaku caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima
kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat, (Sartika, 2010).
1.2 TUJUAN
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan maternitas .
2. Menambah wawasan tentang konsep caring dalam keperwatan maternitas
disepanjang rentang kehidupan.
3. Mahasiswa mampu , mengerti,memahami serta melakukan bagaimana perilaku
caring dalam proses dan praktik keperawatan
4. Sarana penunjang pembelajaran pada keperawatan maternitas khususnya
mahasiswa keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Caring
Pengertian caring secara umum merupakan suatu pengabdian diri kepada orang lain
yang berupa pengawasan, perhatian, rasa empati, maupun rasa cinta dan kasih sayang
yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring dapat diartikan
sebagai tindakan kepedulian. Caring juga dapat diartikan sebagai rasa kepedulian kita
untuk orang lain, pengawasan kita terhadap orang lain, perasaan empati dan perasaan
cinta serta rasa menyayangi terhadap sesama makhluk hidup.
Menurut Meidiana (2007), caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain,
berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk
mencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan konsen,
menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan, otoritas dan
keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan.
Menurut Morrison dan Burnard (2009), caring merupakan suatu proses yang
memberikan kesempatan kepada seseorang (baik pemberi asuhan (carrer) maupun
penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi, yang didukung dengan aspek-aspek
pengetahuan, penggantian irama, kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati,
harapan dan keberanian.
Menurut Potter dan Perry (2005), caring adalah suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
yang merupakan kehendak keperawatan
Caring bukan sesuatu yang harus diajarkan, melainkan hasil dari tindakan
dari rasa peduli yang kita miliki. Seorang perawat harus memiliki sifat caring,
karena seorang perawat sudah sepatutnya peduli terhadap pasiennya dan juga
kepada orang lain. Tindakan caring seorang perawat tentunya bukan hanya kepada
keluarga atau orang terdekatnya saja, melainkan kepada siapapun.
Pada teori Watson (1978, 1988), caring adalah model holistik keperawatan
yang menyebutkan bahwa tujuan caring adalah untuk mendukung proses
penyembuhan secara total (Hoover, 2002). Watson (2002) menggabungkan bahwa
proses pelayanan manusia dengan lingkungan pemulihan menyertakan proses
generasi kehidupan, penerimaan kehidupan dari pelayanan manusia, serta
pemulihan untuk perawat dan kliennya.
8. Karakteristik Caring
Menurut Meidiana (2007), karakteristik caring adalah sebagai berikut:
1. Be ourself, sebagai manusia harus jujur, dapat dipercaya, tergantung pada orang
lain.
2. Clarity, keinginan untuk terbuka dengan orang lain.
4. Separateness, dalam caring perawat tidak terbawa dalam depresi atau ketakutan
dengan orang lain.
6. Empathy, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui
apa yang orang lain rasakan dan pikirkan.
Caring atau peran perawat pada masa kehamilan ini sebagai educator dan konselor,
meningkatkan pemberian informasi, motivasi dan konseling pada ibu hamil pada
kegiatan ANC.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan masyarakat. AKI di Indonesia berdasarkan Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 1994, sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2002 AKI turun menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
berdasarkan SDKI 2007, AKI di Indonesia turun mencapai 228 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI,1994:SDKI,2002/2003:SDKI,2007).
Salah satu penyebab kematian ibu melahirkan adalah partus lama atau partus macet
yang disebabkan oleh faktor fisik, faktor emosi dan faktor sosial.
Salah satu faktor emosi atau psikologis terjadinya partus lama adalah ketakutan dan
kecemasan ibu yang tidak teratasi selama melahirkan (Dolea dan Abouzahr, 2003).
Ketakutan memiliki efek negatif terhadap persalinan (Sercekus dan Okumus, 2009).
Perbedaan waktu persalinan antara wanita yang mengalami ketakutan dengan yang
tidak mengalami ketakutan adalah 1 jam 32 menit (Adam, Eberhard dan Esklid, 2012).
Kecemasan yang tidak teratasi juga merupakan prediktor terjadinya nyeri selama
melahirkan yang akan mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi.
Nyeri persalinan dialami oleh sebagian besar wanita, dengan rata-rata intensitas nyeri
selama persalinan adalah 8.83 (Abushaikha dan Oweis, 2005:Habanananda, 2004:
Rusdiatin dan Maulana, 2007).
Untuk menghindari dampak nyeri persalinan yang terjadi, maka perawat perlu
memberikan pelayanan keperawatan /caring lebih focus pada fase ini
Pelayanan perawatan /caring perawat merupakan salah satu harapan ibu selama
mengalami nyeri persalinan, seperti mengusap-usap perut, mendampingi ibu, care atau
memperhatikan dan lebih mengerti kondisi ibu serta peralatan yang lengkap. Caring
kepada klien seharusnya dikerjakan oleh perawat termasuk klien yang sedang menjalani
proses persalinan yang merupakan peristiwa kritis dalam kehidupan seorang wanita. Jika
perawat tidak dapat mengusap-usap perut dan pinggang diperlukan suatu intervensi
yang bisa menggantikan tugas perawat dalam mengusap-usap perut dan pinggang.
Perawat seharusnya juga lebih memahami, mengerti kondisi klien tidak bercanda sendiri
ketika ibu mengalami nyeri . Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara nyeri dan faktor lingkungan. Lingkungan yang ramai,
gaduh meningkatkan persepsi nyeri (Manizheh dan Leila, 2009). Melahirkan merupakan
pengalaman penting dalam kehidupan wanita dan memiliki dampak psikologis,
emosional dan fisik. Pengalaman melahirkan yang positif penting untuk kesehatan ibu
dan janin serta interaksi antara ibu dan janin (Berfucci, et al, 2012). Untuk menghindari
pengalaman negative melahirkan yang bisa berdampak pada kesehatan ibu dan janin,
maka perawat seharusnya melaksanakan perannya sesuai dengan kebutuhan klien.
Keadaan kurang gizi ini dapat diatasi salah satunya dengan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun
sesuai anjuran WHO. Namun banyak hal yang menjadi penghambat pada ibu untuk
memberikan ASI seperti kurangnya pengetahuan dan informasi serta dukungan (Bigger,
2008; Edmond, 20006, Taveras, 2004) yang berdampak pada tertundanya pemberian ASI
secara dini (Monhason-Bello, 2009). Usaha untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI
Eksklusif (manajemen laktasi) perlu didukung oleh suami, keluarga, lingkungan, dan
tenaga kesehatan seperti perawat.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang cukup berperan dalam
pemberian dukungan ternyata memilliki hambatan tersendiri. Pada dasarnya perawat
akan optimal melaksanakan manajemen laktasi jika adanya kerja sama dan saling
memberikan dukungan antara berbagai pihak seperti klien, perawat sebagai pemberi
palayanan, keluarga, dan RS sebagai pendukung dalam memfasilitasi kegiatan.
Hasil penelitian Walsh (2010) melaporkan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai
usia 6 bulan sulit dicapai tanpa adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah.
Tanpa adanya pengawasan dari masyarakat, upaya yang optimal, sanksi, reward,
monitoring, dan evaluasi dari pemerintah dalam mensikapi gencarnya pemasaran susu
formula sangat sulit untuk mencapai target pemberian ASI eksklusif dan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD). Adanya kejelasan peraturan pemerintah dalam pelaksanaan IMD, ASI
Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (PASI), akreditasi untuk RS Sayang
Bayi (RSSIB) turut berperan dalam meningkatkan pencapaian (IMD) dan durasi
pemberian ASI eksklusif (Fikawati & Syafiq, 2010).
Aidam, Perez-Escamilla, & Lartey (2005) yang menyatakan bahwa peran konseling
laktasi pada ibu menyusui dapat meningkatkan pencapaian pemberian ASI Eksklusive
100% di Ghana. Hannula (2008) yang melakukan penelitian di Nigeria menambahkan
adanya dukungan pada ibu post partum berupa bimbingan, konsultasi, dan pemberian
motivasi dari petugas kesehatan membantu keberhasilan ibu menyusui. Ekstrom (2005)
menemukan hasil bahwa klien menyampaikan adanya kepuasan jika mendapatkan
konseling dari petugas yang professional, dan merasa lebih dekat diantara mereka. Abba
(2008) juga sependapat dengan pernyataan bahwa keputusan ibu untuk menyusui
secara eksklusif dipengaruhi nasihat petugas kesehatan yang professional karena
informasi yang diberikan tepat, tidak salah informasi.
Mardiana (2000) mengatakan ada hubungan dukungan petugas kesehatan
melalui pemberian informasi dengan perilaku ibu menyusui, berperilaku positif 1,5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberikan penyuluhan.
Disini perawat dituntut untuk mampu mampu berkomunikasi dengan baik dan
efektif sehingga akan terjalin hubungan saling percaya dengan mudah, dengan demikian
tujuan pendidikan kesehatan mudah diterima dan tujuan pendidikan kesehatan akan
tercapai. Salah satu faktor dari luar yang mendorong seseorang berbuat sesuatu karena
adanya pengetahuan terkait sesuatu yang akan dilakukan, adanya keyakinan tentang
manfaat dan kebenaran dari apa yang akan dilakukannya (perilaku positif). Pengetahuan
dan sikap positif tidak selalu diikuti oleh tindakan, namun jika kita membudayakan
perilaku yang didasari oleh pengetahuan maka akan melembaga atau lestari. Agar
menimbulkan suatu tindakan maka diperlukan adanya pengetahuan dan sikap yang
positif tentang apa yang akan dikerjakan (Mubarak & Chayatin, 2009). Seseorang akan
melakukan suatu pekerjaan bila ada sikap positif terhadap sesuatu yang akan kerjakan.
Kesimpulan
Caring merupakan sikap peduli terhadap semua makhluk hidup, misalnya keluarga,
teman, orang-orang di sekitar, bahkan terhadap makhluk hidup lain, seperti hewan dan
tumbuhan. Caring bukan hanya sekedar sikap peduli saja tetapi juga menunjukkan
perhatian, rasa empati, kasih sayang, dan lain-lain. Tindakan caring bertujuan untuk
memberikan pelayanan, asuhan, dan memperhatikan emosi sang pasien. Pelaksaan
caring dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan memperbaiki image perawat
di kalangan masyarakat.Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring yaitu
kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami klien atau
pasien. Itu semua merupakan tindakan caring dalam keperawatan.
Caring dilakukan pada saat pendekatan pelayanan dalam setiap pertemuan dengan klien
atau pasien.Kehadiran bertujuan untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan manfaat-
manfaat caring pada suatu pertemuan. Kehadiran seorang perawat sangat penting bagi
pasien ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sentuhan merupakan kegiatan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien
untuk memberikan perhatian dan dukungan dalam situasi yang dapat memalukan,
menakutkan, ataupun menyakitkan klien tersebut. Perlakuan yang ramah dan cekatan
akan memberikan rasa aman. Sentuhan dapat dilakukan dengan cara memegang tangan
klien, memberikan pijatan pada punggung, menempatkan klien dengan hati-hati, atau
ikut serta dalam pembicaraan. Sentuhan dapat memberikan beragam pesan, oleh karena
itu harus digunakan secara bijaksana
DAFTAR PUSTAKA