Anda di halaman 1dari 26

Visi Program Studi:

Pada tahun 2025 menghasilkan ners yang unggul dalam menerapkan


ilmu dan teknologi keperawatan lanjut usia

KEPERAWATAN MATERNITAS
TUGAS MATA AJAR KEPERAWATAN MATERNITAS

“CARING DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS”

Dosen pembimbing: Ns Ulty Desmarnita SKp.MKes.Sp.Mat

Disusun oleh:
Kelompok 4 Kelas Alih Jenjang Ners B

1. RINA OCTAVIANA
2. RINI MANURUNG
3. RONNY SUCIPTO
4. SALIMAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring merupakan
jantung profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dan fokus sentral serta
unik dari keperawatan. Caring yang merupakan inti dari praktik keperawatan harus
tumbuh dari dalam diri dan berasal dari hati yang paling dalam untuk menolong
orang lain sejak menjadi mahasiswa keperawatan sehingga caring dalam asuhan
keperawatan harus dijadikan sebagai kompetensi dalam pendidikan keperawatan.
Caring adalah salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan setiap hari secara
terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi
(Watson,2011). Dalam memberikan pelayanan keperawatan, perlu diperhatikan tiga
aspek yakni care, cure, dan core. Proporsi pelayanan yang di berikan sebanyak tiga
perempatnya adalah caring (tindakan yang berfokus pada kenyaman dan kepuasan
bagi klien selama di rawat), sedangkan seperempatnya curing (tindakan pengobatan
yang di berikan dalam proses penyembuhan) (Lydia,2011).
Perilaku caring perawat merupakan hal yang penting bagi pasien sebagai
pengguna jasa dalam pelayanan keperawatan yang akan membantu salah satu
proses dari kesembuhan pasien itu sendiri. Perilaku caring adalah fokus utama dalam
praktik dari keperawatan. Caring mengandung nilai humanistik, menghormati
kebebasan manusia, menekankan pada peningkatan kemampuan dan kemandirian,
peningkatan pengetahuan dan menghargai setiap orang (Laila, 2011).

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan
karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat
bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan,
caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Tindakan caring atau perilaku caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima
kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat, (Sartika, 2010).
1.2 TUJUAN
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan maternitas .
2. Menambah wawasan tentang konsep caring dalam keperwatan maternitas
disepanjang rentang kehidupan.
3. Mahasiswa mampu , mengerti,memahami serta melakukan bagaimana perilaku
caring dalam proses dan praktik keperawatan
4. Sarana penunjang pembelajaran pada keperawatan maternitas khususnya
mahasiswa keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Caring

1. Pengertian Caring secara Umum

Pengertian caring secara umum merupakan suatu pengabdian diri kepada orang lain
yang berupa pengawasan, perhatian, rasa empati, maupun rasa cinta dan kasih sayang
yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring dapat diartikan
sebagai tindakan kepedulian. Caring juga dapat diartikan sebagai rasa kepedulian kita
untuk orang lain, pengawasan kita terhadap orang lain, perasaan empati dan perasaan
cinta serta rasa menyayangi terhadap sesama makhluk hidup.

Menurut Anjaswarni (2005), caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan


bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi manusia atau kehidupan. 

Menurut Meidiana (2007), caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain,
berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk
mencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan konsen,
menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan, otoritas dan
keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan. 

Menurut Morrison dan Burnard (2009), caring merupakan suatu proses yang
memberikan kesempatan kepada seseorang (baik pemberi asuhan (carrer) maupun
penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi, yang didukung dengan aspek-aspek
pengetahuan, penggantian irama, kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati,
harapan dan keberanian. 
Menurut Potter dan Perry (2005), caring adalah suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
yang merupakan kehendak keperawatan

Caring bukan sesuatu yang harus diajarkan, melainkan hasil dari tindakan
dari rasa peduli yang kita miliki. Seorang perawat harus memiliki sifat caring,
karena seorang perawat sudah sepatutnya peduli terhadap pasiennya dan juga
kepada orang lain. Tindakan caring seorang perawat tentunya bukan hanya kepada
keluarga atau orang terdekatnya saja, melainkan kepada siapapun.

Sikap dari seorang perawat yang berhubungan dengan caring adalah


kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengar keluh kesah seorang pasiennya,
memahami pasien, caring dalam spiritual dan juga dalam perawatan keluarga.
Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat,
Keperawatan adalah ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan
atau The Health Science of Caring (Lindbreg, 1990).

Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberi dukungan


kepada individu secara utuh. Tindakan dalam bentuk perilaku caring diajarkan
kepada manusia sejak lahir, masa pertumbuhan, masa perkembangan, masa
pertahanan, sampai meninggal. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi untuk
mengubah struktur sosial, pandangan hidup dan nilai dalam merawat diri sendiri
dan orang lain, serta dalam prakteknya akan berbeda pada setiap kultur dan etik
serta pada sistem profesioanal carenya (Leininger, 1991).

Proses keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat kepada


pasiennya dengan konsep caring ditunjukkan dengan memperkenalkan diri kita
kepada pasien kita serta membuat kontak hubungan yang baik, memanggil pasien
kita dengan menyebutkan namanya secara halus, selalu memotivasi pasien kita,
meyakinkan pasien bahwa seorang perawat akan terus membantunya jika terjadi
masalah, memenuhi kebutuhan dasar seorang pasien dengan iklas, menjadi
pendengar yang aktif, bersikap jujur, dapat mengendalikan perasaan kita dengan
baik, dan tentunya rasa empati kita terhadap seorang pasien.

Bentuk pelayanan kesehatan yang bekerja dengan terampil, cermat, cepat,


dan berdasarkan ilmu perawat yang benar dan sesuai akan membuat pasien kita
senang dengan bentuk pelayanan yang profesional tentunya. Bentuk dari sebuah
caring dalam keperawatan merupakan inti dari profesi keperawatan. Caring
memliki banyak makna yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian
(Barnum, 1994). Caring di dalam suatu praktik keperawatan juga termasuk dalam
tidak menerima uang atau meminta uang kepada seorang pasien, kolaborasi
dengan baik bersama anggota tim kesehatan yang lain, dan dalam kegiatan
jaminan mutu.

2. Persepsi pasien tentang Caring


Pelayanan kesehatan merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan
seorang klien atau pasien. Jika pasien merasakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap
mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman kerja yang aktif dalam
merencanakan perawatan (Attree, 2001). Dalam penelitian, pasien menunjukkan
bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan aksi sebuah caring.
Bagi seorang perawat, membangun suatu hubungan dengan pasien
sangatlah penting. Seperti contohnya, perawat yang mempunyai pasien yang takut
untuk dipasangkan kateter intravena. Kebetulan juga perawat ini masih baru dan
belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut pun
memutuskan untuk dibantu oleh perawat yang sudah terampil sehingga pasien
tidak akan cemas. Dengan mengetahui karakteristik pasien, seorang perawat akan
terbantu dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan pasien.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan
karakter dan sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan
perawat sebagai seseorang yang menolong pasien, memecahkan dilematis dengan
cara menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas kepada seorang pasien.
Kepuasan pasien dapat diukur dengan kepuasan terhadap akses layanan, mutu
layanan kesehatan dan kepuasan terhadap proses layanan kesehatan termasuk
hubungan antar manusia (Pohan, 2006).

3. Beberapa Teori Caring

Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1984) sebagai usaha untuk


menguraikan dan menjelaskan beberapa fenomena dalam keperawatan (dikutip
oleh Taylor C. Dkk, 1989). Teori keperawatan berperan dalam rangka membedakan
antara keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan
keperawatan yang dilakukan.

Teori keperawatan pada dasarnya terdiri dari empat konsep yang


berpengaruh dan menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia,
keperawatan, konsep sehat-sakit, dan konsep lingkungan. Meski keempat konsep
digunakan pada setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan antara
konsep ini berbeda antara teori yang satu dengan teori yang lain.

Pada teori Watson (1978, 1988), caring adalah model holistik keperawatan
yang menyebutkan bahwa tujuan caring adalah untuk mendukung proses
penyembuhan secara total (Hoover, 2002). Watson (2002) menggabungkan bahwa
proses pelayanan manusia dengan lingkungan pemulihan menyertakan proses
generasi kehidupan, penerimaan kehidupan dari pelayanan manusia, serta
pemulihan untuk perawat dan kliennya.

Watson (1988) juga menambahkan, teori ini menggambarkan suatu


kesadaran perawat untuk mengetahui apa itu perawat, sakit, caring, serta pulih.
Oleh karena itu, caring transpersonal menolak tempat maupun pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada penyakit sebelum pengobatan sebab harus
dilihat apa penyebab penyakit klien dan bagaimana pengobatannya terlebih
dahulu. Selain itu juga harus mencari sumber pemulihan dari dalam untuk
menjaga, meningkatkan, dan melindungi diri secara menyeluruh.

Teori Watson juga berhubungan erat dengan spiritual dan transformatif


yang berarti keperawatan pemulihan itu mendukung proses penyembuhan dari
dalam diri (batin). Terdapat sepuluh faktor karatif, yaitu sifat dari karakter perawat
yang menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan sebagai esensi dan inti
keperawatan. Teori Watson sebagai pembangun struktur ilmu caring, yaitu :

1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik yang dapat dipraktikkan


dengan menggunakan kebaikan hati dan kasih sayang untuk memperluas diri
dan juga sikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi
dengan klien. Jadi, dari kata altruistik dapat diartikan bahwa perawat harus
memiliki nilai mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan
pribadi.
2. Menciptakan kepercayaan, keyakinan, dan harapan, yaitu dengan cara
menciptakan suatu hubungan baik dengan klien yang menawarkan maksud
dan petunjuk saat mencari arti dari suatu penyakit.
3. Meningkatkan rasa sensitif terhadap diri sendiri dan sesama, yaitu dengan
cara belajar menerima keberadaan diri sendiri dan orang lain, atau
menempatkan kedudukan diri dengan orang lain secara merata.
4. Membangun pertolongan hingga memperoleh kepercayaan. Caranya dengan
belajar, membangun, mendukung pertolongan, dan lain-lain melalui
komunikasi yang efektif dengan klien.
5. Mempromosikan dan mengungkapkan perasaan positif dan negatif dengan
cara mendukung dan menerima perasaan klien.
6. Menggunakan proses caring yang kreatif dalam penyelesaian masalah
dengan cara menerapkan proses keperawatan secara sistematis dalam
membuat keputusan pemecahan masalah secara ilmiah dalam
menyelenggarakan pelayanan berfokus pada klien.
7. Mempromosikan transpersonal belajar-mengajar dengan cara belajar
bersama kepada klien guna mendapatkan keterampilan perawatan diri yang
dapat diimplementasikan pada kehidupan klien ke depan.
8. Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau perbaikan suasana mental,
fisik, sosial, serta spiritual dengan cara membuat pemulihan suasana pada
semua tingkatan, fisik maupun non-fisik. Juga dengan meningkatkan
kebersamaan, keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian.
9. Mendapatkan kebutuhan manusia dengan cara membantu klien
mendapatkan kebutuhan dasar dengan caring yang disengaja atau disadari.
10. Mengizinkan adanya kekuatan-kekuatan fenomenal yang bersifat spiritual
dengan cara memberikan pengertian yang lebih baik mengenai diri dan klien.
Adapun teori caring menurut Swanson dapat dibedakan menjadi lima
proses pelayanan, yaitu :
1. Mengetahui, dengan cara berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam
kehidupan seseorang akan menghindari asumsi, fokus pada pelayanan
seseorang, penilaian menyeluruh, mencari petunjuk dan mengikat diri atau
keduanya.
2. Melakukan bersama, dengan hadir secara emosional akan berakibat berada
di sana menunjukkan kemampuan berbagi perasaan dengan tidak marah-
marah.
3. Sebisa mungkin melakukan sesuatu kepada orang lain seperti melakukannya
terhadap diri sendiri yang berakibat timbulnya kenyamanan dan antisipasi
dengan cara menunjukkan kepercayaan dan keterampilan.
4. Kemampuan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi
kehidupan seperti kelahiran dan kematian atau kejadian tak terduga. Caranya
dengan memberi tahu, menjelaskan, mendukung, atau mengizinkan fokus
membuat alternatif, membenarkan, dan memberikan umpan balik.
5. Mengatasi kepercayaan dengan menaruh kepercayaan menjalani hidup atau
transisi dalam menghadapi masa depan. Caranya dengan mempercayai dan
mempertahankan sikap penuh pengharapan menawarkan keyakinan yang
realistik.
4. Defenisi keperawan Maternitas
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas
pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-
fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru lahir. (May &
Mahlmeister, 1990).
Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan
dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu
beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal.
(Auvenshine & Enriquez, 1990)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai
dari konsepsi sampai dengan enam minggu setelah melahirkan.
(Shane,et.al.,1990)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas
yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama
proses konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir
dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentral pelayanan.
(Reede, 1997)
Dari semua derfinisi di atas dapat kami simpulkan sesuai pemahaman kami,
Keperawatan Maternitas yaitu perawat yang memberikan pelayanan dan
menjaga kesehatan wanita atau ibu hamil dengan bekerjasama dengan
keluarga klien dan tim kesehatan lainnya seperti dokter, bidan, dan perawat
lainnya mulai dari masa prenatal, intranatal, postnatal, hingga masa
interpartal, yang difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari
klien, keluarga , dan bayi baru lahir.
5. Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut
Reeder (1997):
a. Pelaksana
Perawat yang memberi asuhan keperawatan ditempat dan pelayanan
kesehatan
b. Pendidik
Pendidik disini dapat sebagai dosen bagi pasien maupun perawat
memberikan pendidikan pada pasien
c. Konselor
Perawat sebagai seorang yang mempunyai keahlian dalam memberikan
konseling kepada pasien,konselor bertanggung jawab memberikan
layanan dan konseling
d. Role model bagi para ibu
Panutan bagi para ibu-ibu yang sedang menjalankan keperawatan
maternitas
e. Role model bagi teman sejawat
Panutan sesama perawat atau saling bekerjasama antar perawat
f. Perumusan masalah
Mengetahui masalah-masalah yang muncul pada pasien dan merumuskan
masalah tersebut
g. Ahli keperawatan
Perawat harus ahli dalam melaksanakan tugas keperawatan

6. Pendekatan pelayanan keperawatan maternitas


1. Sistem Holistik
2. Penghargaan terhadap pasien
3. Peningkatan kemampuan pasien dalam kemandirian
4. Pemanfaatan dan peningkatan sumber daya yang diperlukan
5. Proses keperawatan
6. Berpusat pada keluarga= FCMC (family centered maternity Care)
7. Caring : siap dengan klien,menghargai system nilai,memenuhi
kebutuhan dasar klien,penyuluhan/konseling kesehatan

7. Perbedaan Caring dan Curing


Perbedaan caring dan curing yaitu, caring merupakan mengidentifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien, membantu klien
memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, membantu
pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi, serta membantu pasien atau klien
beradaptasi dengan masalah kesehatan. Intinya caring lebih menitikberatkan pada
kebutuhan dan respon klien untuk ditanggapi dengan pemberian perawatan.
Sedangkan curing merupakan suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit
yang diderita klien, melakukan tindakkan pengobatan dengan obat, serta
menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah masalah
penyakit dan penanganannya.
Jadi caring merupakan sikap kepedulian, perhatian, kasih sayang, simpati
yang kita berikan kepada siapapun. Caring dalam keperawatan juga sangatlah
penting bagi pasien atau klien karna seperti kehadiran, sentuhan, mendengarkan,
dan memahami klien sangat dibutuhkan klien dalam menghadapi situasi yang
sesulit apapun. Sedangkan curing merupakan lebih memperhatikan penyakit yang
diderita serta penanggulangannya.

8. Karakteristik Caring
Menurut Meidiana (2007), karakteristik caring adalah sebagai berikut:
1. Be ourself, sebagai manusia harus jujur, dapat dipercaya, tergantung pada orang
lain.
2. Clarity, keinginan untuk terbuka dengan orang lain.

3. Respect, selalu menghargai orang lain.

4. Separateness, dalam caring perawat tidak terbawa dalam depresi atau ketakutan
dengan orang lain.

5. Freedom, memberi kebebasan kepada orang lain untuk mengekspresikan


perasaannya.

6. Empathy, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui
apa yang orang lain rasakan dan pikirkan. 

7. Communicative, komunikasi verbal dan non verbal harus menunjukan kesesuaian


dan evaluasi dilakukan secara bersama-sama.

9. Bentuk perilaku caring keperawatan maternitas terhadap pasien dalam


pelayanan :
1. Sikap peduli terhadap pemenuhan kebutuhan pasien.
Sebisa mungkin kita lakukan pemenuhan kebutuhan pasien secepat mungkin,
tetap jaga ekspresi wajah bahwa kita siap untuk memenuhi kebutuhan pasien
sesuai asuhan keperawatan yang dibutuhkan pasien.
2. Ramah dalam melayani pasien dan keluarga,setiap keluhan pasien kita harus
layani dengan wajah tersenyum.
3. Bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pasien,seperti dalam pemberian
obat,pemberian pelayanan keperawatan pada saat bertugas.
4. Sikap tenang dan sabar dalam melayani pasien,ketika menerima keluhan dan
complain dari pasien dan keluarganya sebaiknya kita sabar dan mengklarifikasi
pada pasien dan keluarganya mengenai apa yang kurang terhadap pelayanan dan
fasilitas lain, lalu kita usahakan memenuhi tuntutannya kalu itu bias kita lakukan.
5. Selalu siap sedia dalam memenuhi kebutuhan pasien, kepentingan pasien
diutamakan daripada kepentingan lain, sebelum pasien meminta sebaiknya kita
sudah tahu kebutuhan pasien kita apa.
6. Memberi motivasi kepada pasien dalam memberikan pelayanan
keperawatan,apabila ada pasien kita malas untuk makan dan memberi asi kepada
anaknya atau tidak bergairah dalam perawatan bersama dengan bayinya kita
harus mengkaji penyebab dan memberikan jalan keluar sehingga pasien
termotivasi kembali.
7. Sikap empati terhadap pasien dan keluarga, kita harus menempatkan diri kita
terhadap pasien dan keluarga,perilaku mencampur adukkan kehidupan pribadi
dengan pasien dan keluarga tidak diperbolehkan dalam memberikan asukan
keperawatan.
9. Membantu klien dalam mengatasi masalah reproduksi dalam mempersiapkan diri
untuk persiapan kehamilan.
10. Memberi dukungan agar ibu hamil memandang kehamilan sebagai pengalaman
yang positif dan menyenangkan.
11. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal pada orangtua
12. Mengikut sertakan keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan dan nifas.
13. Mengikut sertakan keluarga dalam tindakan operasi sesuai standar dengan rs
masing-masing
14. Memahami pengalaman hidup pasien dengan mengesampingkan asumsi perawat
memenuhi kebutuhan pasien, menggali dan menyelami informasi pasien secara
detail.
15. Sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal ,focus kepada satu tujuan
keperawatan,serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang
diberikan asuhan serta menyamakan persepsi atara perawat dan pasien
16. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan prosedur kelahiran yang tidak berbelit
belit sehingga tidak meningkatkan kecemasan pasien dan keluarga saat waktu
prenatal dan post partum.
17. Pemulangan secepat mungkin bila tidak ada indikasi perawatan lama dengan
diikuti follow up atau kunjungan nifas.
18. Menghormati nilai – nilai agama dan budaya pasien dalam pengambilan
keputusan atau ritual keagamaan yang dilakukan pasien saat dalam kehamilan.
19. Memerikan penkes dan informasi yang benar pada pasien bersalin bagaimana
perawatan yang benar dan baik sesuai dengan ilmu yang sudah berkembang saat
ini.

B. CARING KEPERAWATAN MATERNITAS PADA IBU HAMIL

Perawatan antenatal adalah program yang meliputi observasi, pendidikan dan


pengobatan pada ibu hamil untuk memberikan keselamatan dan kepuasan pada saat
kehamilan dan proses melahirkan.
Tujuan dan perawatan antenatal adalah melakukan monitoring perkembangan
kehamilan dan menjamin kesehatan ibu dan pertumbuhan janin.
Kunjungan pada perawatan antenatal ini dipengaruhi oleh motivasi internal dan
eksternal
Antenatal Care (ANC) sebagai salahsatu upaya pencegahan awal dari factor resiko
kehamilan.
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya,dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal
sesuai standar meliputi anamnesis,pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan),pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus
(Depkes RI, 2009)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi ini
terjadinya res iko tinggi terhadap keha milan dan per salinan dan dapat
menurunkan angka kematian ibu serta memantau keadaan janin (Winkjosastro
dalamDamayanti, 2009).
Pemeriksaan kehamilan dalam Antenatal Care (ANC) berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan adalah menurut teori 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan
2 kali pada trimester III (Saifudin, 2002).
Kunjungan antenatal care yang belum optimal mengakibatkan risiko dan komplikasi
kehamilan tidak terdeteksi secara dini, kunjungan antenatal minimal 4 kali merupakan
salah satu upaya untuk menurunkan komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu dan bayi baru lahir (Depkes, 2005).
Cakupan K4 yang rendah menggambarkan masih banyak ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan per tama pelayanan antenatal, akan tetapi tidak meneruskan
hingga kunjungan ke-4 pada trimester 3, sehingga kehamilannya lepas dari
pemantauan petugas kesehatan. Kondisi tersebut membuka peluang terjadinya
kematian pada ibu melahirkan dan bayi yang dikandungnya. Kondisi tersebut harus
diantisipasi dengan meningkatkan penyuluhan ke masyarakat serta melakukan
komunikasi dan edukasi yang intensif kepada ibu hamil dan keluarganya agar
memeriksakan keha milannya sesuai standar (DinasKesehatan Propinsi Jawa Timur,
2010).
Motivasi berpengaruh terhadap keberhasilan cakupan kunjungan pada ibu hamil
(Notoatmodjo, 2003).
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Ibu hamil yang
memiliki motivasi untuk melakukan kunjungan antenatal,kemungkinan besar akan
berpikir untuk menentukan sikap, berper ilaku untuk mencegah, menghindari, atau
mengatasi masalah resiko kehamilan. Ibu memiliki kesadaran untuk melakukan
kunjungan antenatal untuk memeriksaka kehamilannya, sehingga apabila terjadi resiko
pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga
kesehatan,sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi
di Indonesia
(Depkes, 2004).

Caring atau peran perawat pada masa kehamilan ini sebagai educator dan konselor,
meningkatkan pemberian informasi, motivasi dan konseling pada ibu hamil pada
kegiatan ANC.

C. CARING KEPERAWATAN MATERNITAS PADA IBU MELAHIRKAN

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan masyarakat. AKI di Indonesia berdasarkan Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 1994, sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2002 AKI turun menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
berdasarkan SDKI 2007, AKI di Indonesia turun mencapai 228 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI,1994:SDKI,2002/2003:SDKI,2007).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, eklamsia, infeksi,


komplikasi masa nifas, abortus, partus lama/macet, emboli dan penyebab lain-lain.
Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena “Tiga Terlambat” dan
“Empat Terlalu”, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan
ekonomi (Riskesdas, 2010).
Program Pemerintah telah banyak dilakukan untuk mengatasi masalah kematian ibu di
Indonesia, namun belum mengatasi masalah, yaitu AKI masih tinggi.

Salah satu penyebab kematian ibu melahirkan adalah partus lama atau partus macet
yang disebabkan oleh faktor fisik, faktor emosi dan faktor sosial.

Salah satu faktor emosi atau psikologis terjadinya partus lama adalah ketakutan dan
kecemasan ibu yang tidak teratasi selama melahirkan (Dolea dan Abouzahr, 2003).
Ketakutan memiliki efek negatif terhadap persalinan (Sercekus dan Okumus, 2009).
Perbedaan waktu persalinan antara wanita yang mengalami ketakutan dengan yang
tidak mengalami ketakutan adalah 1 jam 32 menit (Adam, Eberhard dan Esklid, 2012).
Kecemasan yang tidak teratasi juga merupakan prediktor terjadinya nyeri selama
melahirkan yang akan mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi.

Sebaliknya nyeri selama melahirkan juga menyebabkan timbulnya kecemasan, sehingga


antara stress, kecemasan, ketakutan dan nyeri merupakan siklus yang
berkesinambungan (Thompson, et al, 2008:Baesdo, et al, 2009:Lang, et al, 2006).

Nyeri persalinan dialami oleh sebagian besar wanita, dengan rata-rata intensitas nyeri
selama persalinan adalah 8.83 (Abushaikha dan Oweis, 2005:Habanananda, 2004:
Rusdiatin dan Maulana, 2007).

Nyeri persalinan harus diatasi karena mempengaruhi mekanisme fungsional yang


menyebabkan respon stress fisiologis. Nyeri juga menyebabkan aktifitas uterus yang
tidak terkoordinasi sehingga persalinan menjadi lebih lama yang akhirnya mengancam
kehidupan ibu maupun janin (Alehagen, et al, 2005:Mander, 2003).

Untuk menghindari dampak nyeri persalinan yang terjadi, maka perawat perlu
memberikan pelayanan keperawatan /caring lebih focus pada fase ini

Pelayanan perawatan /caring perawat merupakan salah satu harapan ibu selama
mengalami nyeri persalinan, seperti mengusap-usap perut, mendampingi ibu, care atau
memperhatikan dan lebih mengerti kondisi ibu serta peralatan yang lengkap. Caring
kepada klien seharusnya dikerjakan oleh perawat termasuk klien yang sedang menjalani
proses persalinan yang merupakan peristiwa kritis dalam kehidupan seorang wanita. Jika
perawat tidak dapat mengusap-usap perut dan pinggang diperlukan suatu intervensi
yang bisa menggantikan tugas perawat dalam mengusap-usap perut dan pinggang.
Perawat seharusnya juga lebih memahami, mengerti kondisi klien tidak bercanda sendiri
ketika ibu mengalami nyeri . Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara nyeri dan faktor lingkungan. Lingkungan yang ramai,
gaduh meningkatkan persepsi nyeri (Manizheh dan Leila, 2009). Melahirkan merupakan
pengalaman penting dalam kehidupan wanita dan memiliki dampak psikologis,
emosional dan fisik. Pengalaman melahirkan yang positif penting untuk kesehatan ibu
dan janin serta interaksi antara ibu dan janin (Berfucci, et al, 2012). Untuk menghindari
pengalaman negative melahirkan yang bisa berdampak pada kesehatan ibu dan janin,
maka perawat seharusnya melaksanakan perannya sesuai dengan kebutuhan klien.

D. CARING KEPERAWATAN MATERNITAS PADA IBU MENYUSUI

Keadaan kurang gizi ini dapat diatasi salah satunya dengan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun
sesuai anjuran WHO. Namun banyak hal yang menjadi penghambat pada ibu untuk
memberikan ASI seperti kurangnya pengetahuan dan informasi serta dukungan (Bigger,
2008; Edmond, 20006, Taveras, 2004) yang berdampak pada tertundanya pemberian ASI
secara dini (Monhason-Bello, 2009). Usaha untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI
Eksklusif (manajemen laktasi) perlu didukung oleh suami, keluarga, lingkungan, dan
tenaga kesehatan seperti perawat.

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang cukup berperan dalam
pemberian dukungan ternyata memilliki hambatan tersendiri. Pada dasarnya perawat
akan optimal melaksanakan manajemen laktasi jika adanya kerja sama dan saling
memberikan dukungan antara berbagai pihak seperti klien, perawat sebagai pemberi
palayanan, keluarga, dan RS sebagai pendukung dalam memfasilitasi kegiatan.
Hasil penelitian Walsh (2010) melaporkan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai
usia 6 bulan sulit dicapai tanpa adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah.
Tanpa adanya pengawasan dari masyarakat, upaya yang optimal, sanksi, reward,
monitoring, dan evaluasi dari pemerintah dalam mensikapi gencarnya pemasaran susu
formula sangat sulit untuk mencapai target pemberian ASI eksklusif dan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD). Adanya kejelasan peraturan pemerintah dalam pelaksanaan IMD, ASI
Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (PASI), akreditasi untuk RS Sayang
Bayi (RSSIB) turut berperan dalam meningkatkan pencapaian (IMD) dan durasi
pemberian ASI eksklusif (Fikawati & Syafiq, 2010).

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan manajemen laktasi di


ruang post partum adalah motivasi kerja perawat dan dukungan RS terhadap
pelaksanaan manajemen laktasi. Perawat yang mempunyai motivasi baik lebih dominan
melaksanakan manajemen laktasi di ruang post partum. Motivasi kerja berasal dari
dalam individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja keras.
Motivasi kerja muncul karena adanya berbagai kebutuhan yang tersusun secara
alamiyah dari kebutuhan dasar yang terendah sampai pada kebutuhan yang tertinggi
yaitu aktualisasi diri (Mubarak & Chayatin, 2010).

Aidam, Perez-Escamilla, & Lartey (2005) yang menyatakan bahwa peran konseling
laktasi pada ibu menyusui dapat meningkatkan pencapaian pemberian ASI Eksklusive
100% di Ghana. Hannula (2008) yang melakukan penelitian di Nigeria menambahkan
adanya dukungan pada ibu post partum berupa bimbingan, konsultasi, dan pemberian
motivasi dari petugas kesehatan membantu keberhasilan ibu menyusui. Ekstrom (2005)
menemukan hasil bahwa klien menyampaikan adanya kepuasan jika mendapatkan
konseling dari petugas yang professional, dan merasa lebih dekat diantara mereka. Abba
(2008) juga sependapat dengan pernyataan bahwa keputusan ibu untuk menyusui
secara eksklusif dipengaruhi nasihat petugas kesehatan yang professional karena
informasi yang diberikan tepat, tidak salah informasi.
Mardiana (2000) mengatakan ada hubungan dukungan petugas kesehatan
melalui pemberian informasi dengan perilaku ibu menyusui, berperilaku positif 1,5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberikan penyuluhan.

Disini perawat dituntut untuk mampu mampu berkomunikasi dengan baik dan
efektif sehingga akan terjalin hubungan saling percaya dengan mudah, dengan demikian
tujuan pendidikan kesehatan mudah diterima dan tujuan pendidikan kesehatan akan
tercapai. Salah satu faktor dari luar yang mendorong seseorang berbuat sesuatu karena
adanya pengetahuan terkait sesuatu yang akan dilakukan, adanya keyakinan tentang
manfaat dan kebenaran dari apa yang akan dilakukannya (perilaku positif). Pengetahuan
dan sikap positif tidak selalu diikuti oleh tindakan, namun jika kita membudayakan
perilaku yang didasari oleh pengetahuan maka akan melembaga atau lestari. Agar
menimbulkan suatu tindakan maka diperlukan adanya pengetahuan dan sikap yang
positif tentang apa yang akan dikerjakan (Mubarak & Chayatin, 2009). Seseorang akan
melakukan suatu pekerjaan bila ada sikap positif terhadap sesuatu yang akan kerjakan.

E. CARING KEPERAWATAN MATERNITAS PADA GANGGUAN REPRODUKSI

Peran dan tanggung jawab Perawat dalam pelayanan kesehatan reproduksi


perempuan Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.

Peran perawat dalam pelayanan kesehatan reproduksi (CHS ,1989)

 Pemberi asuhan keperawatan: memperhatikan keadaan kebutuhan dasar pelayanan


kesehatan reproduksi karena sebagian besar perawat perempuan, Lebih memahami
terhadap stress krn refleksi dirinya.
 Edukator: meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan
 Kolaborator: mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
 Advokat klien: membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
keputusan, melindungi hak-hak pasien.
 Pembaharu dan peneliti: mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
 Konsultan: tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan
Contohnya Pencegahan dan penanganan sebab-sebab kemandulan (ISR/PMS) dan
Informasi secara menyeluruh termasuk dampak terhadap otot dan tulang, dan perlunya
skrining keganasan (kanker) organ reproduksi
Bab III

Kesimpulan

Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan Maternitas

Caring merupakan sikap peduli terhadap semua makhluk hidup, misalnya keluarga,
teman, orang-orang di sekitar, bahkan terhadap makhluk hidup lain, seperti hewan dan
tumbuhan. Caring bukan hanya sekedar sikap peduli saja tetapi juga menunjukkan
perhatian, rasa empati, kasih sayang, dan lain-lain. Tindakan caring bertujuan untuk
memberikan pelayanan, asuhan, dan memperhatikan emosi sang pasien. Pelaksaan
caring dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan memperbaiki image perawat
di kalangan masyarakat.Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring yaitu
kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami klien atau
pasien. Itu semua merupakan tindakan caring dalam keperawatan.

Caring dilakukan pada saat pendekatan pelayanan dalam setiap pertemuan dengan klien
atau pasien.Kehadiran bertujuan untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan manfaat-
manfaat caring pada suatu pertemuan. Kehadiran seorang perawat sangat penting bagi
pasien ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya.

Dalam kehadirannya, perawat dapat memberikan dukungan, kenyamanan, dan


menenangkan hati seorang klien atau pasien. Bentuk kehadiran juga merupakan suatu
keadaan dimana seorang perawat dapat selalu ada dan bersedia untuk sang pasien.
Dengan adanya kehadiran perawat, pasien juga dapat merasakan dan mengerti tentang
keadaan dirinya sendiri.

Sentuhan merupakan kegiatan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien
untuk memberikan perhatian dan dukungan dalam situasi yang dapat memalukan,
menakutkan, ataupun menyakitkan klien tersebut. Perlakuan yang ramah dan cekatan
akan memberikan rasa aman. Sentuhan dapat dilakukan dengan cara memegang tangan
klien, memberikan pijatan pada punggung, menempatkan klien dengan hati-hati, atau
ikut serta dalam pembicaraan. Sentuhan dapat memberikan beragam pesan, oleh karena
itu harus digunakan secara bijaksana
DAFTAR PUSTAKA

1. Liu, J.E., Moke, E., & Wong, T. (2006). Caring in nursing.


http://search.epnet.com diperoleh 15 Februari 2007. PERILAKU CARING
PERAWAT PELAKSANA DI SEBUAH RUMAH SAKIT DI ANDUNG: STUDI
GROUNDED THEORY.
2. Servir. 2008 Sep-Dec;56(5-6):184-8. [Caring: a fundamental concept in
nursing.
A riview of literature]. Pubmed. Diperoleh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19685613 pada 16 September 2018.
(KONSEP CARING)

3. McDonough, Debra S. Caring: The Core of Nursing Practice. Hurst


Revies Services. Diperoleh dari https://www.hurstreview.com/blog/caring-the-
core-of-nursingpractice pada 16 September 2018. (KONSEP CARING)

4. Nevada State College. Importance of Care in Nursing. Diperoleh dari


https://online.nsc.edu/articles/rn-bsn/importance-of-care-innursing. aspx pada 16
September 2018. (KONSEP CARING)
5. Buku Perilaku Caring Perawat Profesional, Kusnanto. (2019)
6. Ozan, Y. D. (2015). Implementation of Watson ’ s Theory of Human Caring : A
Case Study, 8(1), 25–36.
7. Versi online / URL: MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL
CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III Motivation and Obedience of
Antenatal Care (ANC) Visit of 3RD Trimester Pregnant Mother Ratna Sari
Hardiani1 & Agustin Purwanti2 1Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember Email: nane_manis@yahoo.com 2Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember.
8. PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH KESELAMATAN PASIEN
MATERNITAS (IBU HAMIL) Angel Ester Simanjuntak / 181101142
angelester85@gmail.com
9. KEBUTUHAN IBU MELAHIRKAN UNTUK MENGATASI NYERI SELAMA
PROSES PERSALINAN Heni Setyowati ER FIKES UMM henisetyowati
akper@gmail.com
10. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/863/917
11. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Peran%20dan%20Tanggung%20Jawab
%20Perawat pdf

Anda mungkin juga menyukai