Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

TEORI_TEORI TENTANG CARING

OLEH :

NAMA: NURYANTI AUFAT

PRODI: KEPERAWATAN

KELAS: AMBON (SIANG)

MK : (KDK I)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MALUKU HUSDA

AMBON 2021
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang di berikan kepada
klien oleh suatu tim multi displin termasuk tim keperawatan .Perawat merupakan tenaga
kesehatan dengan proporsi terbanyak di rumah sakit dan memegang peranan penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan dapat terwujud dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional. Profesionalisme perawat di ikuti oleh
pengetahuan dan ketarampilan khusus yang meliputi ketarampilan intelektual, teknikal, dan
interpesonal yang pelaksanaannya harus mencerminkan perilaku caring [Dwiyanti,2007].

Perawat harus mengembangkan kemampuan berpikir kritis agar meningkatkan perilaku


caring kepada pasien. Hal ini sesuai dengan salah satu caratif Watson dalam Alligood dan
Tomay [2006] yaitu menggunakan metode sistematis dalam pemecahan masalah dengan

menumbuhkan kemampuan pengambilan keputusan pada klien dan keluarga. Berpikir kritis
adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta
yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat
tersebut untuk mendapat kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru [Strader
dalam Maryam, Setiawati dan Ekasari, 2008]. Berpikir kritis merupakan komponen penting
dari perawatan karena perawat selalu dihadapkan dengan setuasi yang kompleks, yang
menuntut penilaian akurat, pengambilan keputusan yang tepat dan merupakan proses
pembelajaran terus menerus. Zori dan Morrison [2009] menyatakan bahwa berpikir kritis
dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang dihadapi oleh manajer perawat setiap hari.

Perawat merupakan pemikir kritis yang efektif, sehingga perawat diharapkan dapat
melakukan asuhan keperawatan dan mampu memacahkan masalah klinis, baik yang
bermanfaat bagi pasien, perawat, dan lembaga. Berpikir kritis dalam keperawatan sangat
dipengaruhi oleh sifat sifat psikologis, fiisiologis dan lingkungan seperti usia, tingkat
kepercayaan, bias, keterampilan, stress, kelelahan, dan rekan kerja [America Society of
Registered Nurses, 2007]. Namun kemampuan berpikir kritis perawat dalam proses
keperawatan tidak di pengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, pengelaman kerja dan
status perkawinan [Sumartini, 2010].

1. Rumusan Masalah T
2. Apa yang dimaksud dengan konsep caring?
3. Apa teori keperawatan yang dikemukakan oleh jean Watson?
4. Apa hubungan teori yang dikemukakan oleh jean Watson dengan konsep
keperawatan?
5. Tujuan

Adapun tujuan dari penlisan makalah ini adalah


1. Dapat mengetahui konsep caring
2. Mengetahui bagaimanakah teori keperawatan jean Watson.
3. Mengetahui bagaimanakah hubungan antara teori jean Watson dengan paradigma
keperawatan.

BAB II

PEMBAHSAN

1. Konsep Caring
2. Pengertian Caring

Caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan
filosifikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatan rasa aman dan keselamatan klien. Caring adalah
manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang, komitmen untuk mencegah
terjadinya suatu yang memburuk,memberi perhatian dan konsen, menghormati kepada orang lain
dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati,
pengetahuan, penghargaan dan penyenangkan [Meidiana, 2007].

Tujuan asumsi yang mendasari konsep caring menurut [Meidiana 2007], yaitu:

1. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan secara interpersonal.
2. Caring terdiri dari faktor karatif tang berasal dari kepuasan dalam membantu
memenuhi kebutuhan manusia atau klien.
3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.
4. Caring merupakan respon yang diterima seseorang tidak hanya saat itu saja
namun juga mempengarugi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya.
5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan
seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik
untuk dirinya sendiri.
6. Caring lebih kompleks dari pada caring, praktik caring memadukan antara
pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang
berguna meningkatkan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit.
7. Caring merupakan inti dari keperawatan.

Sikap caring diberikan malalui kejujuran,kepercayaan.dan niat baik.caring menolong klien


meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,psikologis,spirutual,dan sosial.Bersukap caring
untuk klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.Meidiana[2007], menguraikan
bahwa profesional caring adalah seseorang yang mempraktekan, merancang dan menyediakan atau
memberikan bantuan kepada orang lain. Dia juga menjelaskan bahwa dalam penekanan
keperawatan adalah asuhan keperawatan yang bersifat humanistik yang ditunjukan pada pandangan
hubungan profesional kepada manusia dari perawat kepada pasien dan pengakuan pasien atas
aspek penting dalam keperawatan humanistik.Pendekatan humanistik ini adalah aspek keperawatan
tradisiona dari caring,yang diwujudyatakan dalam pengertian dan tindakan. Pengertian
membutuhkan kemampuan mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima
perasaan-perasaan , orang lain. Prasyarat bertindak adalah mampu bereaksi terhadap kebutuhan
orang lain dengan keikhlasan,kehangatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku caring perawat adalah sifat
dasar perawat sebagai manusia untuk membantu, memperhatikan, mengurus dan menyediakan
bantuan serta memberi dukungan untuk kemandirian klien melalui hubungan perawat-klien yang
terapeutik dan melalui intervensi keperawatan dalam rangka mencapai derajat kesejahteraan yang
lebuh tinggi dengan penuh perasaan berdasarkan kemanusiaan dan aspek moral. Dengan caring ini
memungkinkan terjalinya hubungan dan interaksi teraupetik antara perawat-klien. Caring
merupakan dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan pofesional untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dan memberikan kepuasan kepada klien.

2. Karakteristik caring 2007

Menurut Meidiana [2007]’ karakteristik caring adalah :

1. Be ourself, sebagai manusia harus jujur, dapat dipercaya, tergantung pada orang lain,
2. Clarity, keinginan untuk terbuka dengan orang lain,
3. Respect, selalu menghargai orang lain,
4. Separateness, dalam caring perawat tidak terbawa dalam depresi atau ketakutan dengan
orang lain,
5. Freedom, memberi kebebasan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaannya,
6. Empathy,
7. Communicative, komunikasi verbal harus menunjukan kesesuaian dan evaluasi
Dilakukan secara bersama-sama.

3. Mengembangkan dan meningkatkan sikap caring

Proses pembentukan caring sebernanya sudah dimulai sejak awal kehidupan bersosialisasi dan
perawat dapat mengembangkan melalui budaya profesi. Caring tidak dapat diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya malalui genetikan. Caring menentukan aspek waktu, energi dan
keterampilan dapat ditingkatkan melalui budaya profesi, mengembangkan pengetahuan dan
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal serta meningkatkan kemampuan dalam keterbukaan
[Sundeen & Stuart, 1995].

Meidina [2007]’ menjelaskan bahwa caring ditunjukan dengan sikap jujur, berprilaku penuh
kebenaran, dan kesediaan membantu, memiliki sensitivitas terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain. Sedangkan Wolf Bannum [1994] yang telah mengembangkan daftar inventarisasi perilaku
caring penulisan sepuluh peringkat tertinggi perilaku caring tersebut adalah :

Mendengarkan dengan penuh perhatian, memberi rasa nyaman, berkata jujur, mempunyai
kesabaran, tanggap, menyediakan informasi, sehingga klien dapat menentukan keputusan
berdasarkan informasi yang di peroleh, memberikan sentuhan, memperlihatkan sensitivitas,
memperlihatkan rasa hormat, memanggil klien atau pasien dengan namanya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring

Caring merupakan aplikasi dari proses keperawatan sebagai bentuk kinerja yang ditampilkan oleh
seorang perawat. Gibson, janes, & john [2000] mengemukan 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja individu meliputi: faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi.

1. Konsep Teori Jean Watson


1. Teori Keperawatan Jean Watsoon

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dngan teori pengetahuan manusia dan
merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat
cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan di antaranya:

1. Kebutuhan biopysical [keb. Makan, cairan, eliminasi, ventilasi]


2. Kebutuhan psikofikal [keb. Aktivits, istirahat dan sexsual]
3. Kebutuhan psikososial [keb. Berpretasi dan berorganisasi]
4. Kebutuhan intrapersonal dan interpersonal [keb. Aktualisasi diri]

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah mahluk
yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai
kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena
sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai
keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meninggalkan status kesehatan, mencagah
terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan menyembuhkan kesehatan dan fokusnya
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Selain itu ada 7 [tujuh] asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain:

1. Asuhan keperawatan dapat secara efektif didomenstrasikan dan dipraktekkan hanya secara
interpersonal.
2. Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang hasilnya dapat
memuaskan kebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
3. Asuhan keperawatan yang efektif meningkatan kesehatan dan berkembang ke arah
perbaikan bagi individu, serta keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di rawat saja,
tetapi juga kemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
5. Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga bisa menawarkan kepada
pasien untuk mengembangkan potensinya untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya
saat itu.
6. Asuhan keperawatan lebih”healthogenic” dari pada pengobatan. Praktek asuhan
keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal dengan pengetahuan tentang
perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan untuk memberikan bantuan /
pertolongan kepada mereka yang sakit.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.

2. Hubungan Teori Jean Watson Dengan Konsep Keperawatan

Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 [empat] bagian, yaitu:

1. Kemanusiaan [Human Beeing]

Menurut pandangan Watson orang yang bernilai nb agi dirinya atau orang lain dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh, mau mengerti dan
membantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi umum, manusia itu mempunyai
fungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai sempurna,
karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi
perkembangannya dia harus selalu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Jika adapta tersebut
tidak berhasil, maka akan terjadi konflik [terutama kngi.onflik psikososial], yang berdampak pada
terjadinya krisis disepanjang kehidupannya. Agar dapat ditanggulangi.

1. Kesehatan.

Menurut WOH meliputi bagian positif dari fisik, mental, dan sosial yang baik. Akan tetapi watson
juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang di butuhkan untuk dimasukan dalam
devisini sehat ini, yaitu: fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/ serasi, adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan
lingkungannya, tidak adanya penyakit, asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada (gaya hidup,
kondisi sosial, dan lingkungan) dan kesehatan adalah hubungan harmonis antara pikiran, tubuh, dan
jiwa serta kesehatan juga di hubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang di rasakan
dengan apa yang di alami.

2. Lingkungan sosial

Salah satu variabel yang mempengerahui masyarakat saat ini adalah lingkungan sosial. Masyarakat
memberikan nilai yang menentukan terhadap bagimana seharusnya berkelakuan dan tujuan apa
yang harus di capai. Nilai-nilai tersebut di pengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural, spritual.

Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat biasanya mempunyai
seseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa merawat, dan keperawatan
itu ternyata sanagat di butuhkan oleh setiap lingkungan sosial yang mempunyai beberapa orang
yang saling peduli dengan lainnya. Sikap merawat tidak di turunkan dari generasi ke generasi, ,
melalui gen, tetapi di turunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang unik terhadap
lingkungan.

3. Keperawatan
Menurut watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
merawat yang sakit dan pemulihan keadaan fisik. Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya
sama dengan mengobati penyakit. Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua daera, yaitu:
masalah penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya perawatan
kesehatan yang holistik, yang di percayai dapat menjadi pusat dari praktik keperawatan. Salah satu
asumsi watson mengatakan bahwa kondisi sosial , moral, dan ilmi pengatahuan sangat
berkontrabusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu
berkomitmen terhadap pemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan
riset Keperawatan.

Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:

 Membentuk sistem nilai humanistic altruitis.


 Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
 Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
 Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
 Meningkatkan intuisi, peka terhadap ekspresi perasaan baik positif /negatife.
 Menggunakan metode ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk mengambil
keputusan.
 Memberikan dukungan /support, melindungu, dan membantu memperbaiki kondisi
mental, fisik, sosia-kultural, serta spiritual.
 Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.

10). Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

3. Hubungan teori jean watson dengan proses keperawatan

Watson merekomendasikan suatu pendekatan penilitian keperawatan yang lebih dalam, agar
menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan kebutuhan manusia. Agar hasilnya
semputna, maka perawat perlu melakukan metode pemecahan masalah secara ilmiah. Watson juga
menyatan proses keperawatan terdiri atas langkah-langkah yang sama dengan proses ilmiah.

1. Pengkaian

Pengkajian meliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan menelaan masalah yang
muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi literatur. Untuk dapat menelaah dan memprediksi
suatu masalah dengan baik sesuai kerangka keja yang telah dibuat, maka perlu menggali lebih dalam
pengetahuan yang terkait secara konseptual. Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis
mengenai hubungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah. Selain itu juga dalam menilai
situasi perlu mencantumkan devinisi dari variabel-variabel yang akan diperiksa dalam pemecahan
masalah ini.

2. Perencanaan

Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan bagaimana variabel-
variabel dapat diuji atau diukur. Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu pada
rencana asuhan keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual. Selain itu juga dalam
perencanaan tercantum data-data yang telah dikumpulkan & sesuai.
3. Intervensi

Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan sebuah metode dan proses untuk menganalisasi hasil pelaksanaan intervensi
dari setiap masalah yang ada.

Disamping itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu memberikan generalisasi terhadap
hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang mungkin akan terjadi untuk mendorong teori
keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan masalah.

4. Hubugan dengan ciri teori

Menurut watson, bahwa sebuah teori itu merupakan sebuah pengelompokkan dari ide-ide, dan
pengalaman yang memberikan penjelasan mengenai fenomena-fenomena. Dia menolak konsep
tradisional, dan moetodologi kuantitatif harus di korbankan saat mendapatkan pengetahua baru dari
tingkah laku manusia. Dia melihat bahwa keperawatan dapat dikembangkan dengan melibatkan
prosedur-prosedur, dan manipulasi variabel sementara yang terbaik adalah dengan melakukan
penilitian untuk melihat berbagai alternatif dalam merawat manusia, baik sehat, maupun sakit, serta
mendorong peningkatan kesehatan. Karya watson telah dikembangkan dalam konteks tradisional:

Teori-teori tersebut berhubungan dengan konsep seperti dalam membangun solusi berbeda dalam
melihat fenomena tertentu.

1. Teori harus logis alami.


2. Teori seharusnya sederhana sebelum digeneralisasikan.
3. Teori dapat didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji
4. Teori berkotribusi dan membantu dalam pengembangan pengetahuan secara umum sesuai
displin ilmunya melalui penelitian untuk mencapai sesuatu yang valid.
5. Teori dapat digunakan oleh para praktis untuk menjadi pedoman dan meningkatkan mutu
dari tindakan pelayanan ataupun asuhan keperawatan yang diberikan.

5. Carrative Faktor

Carative faktor menurut watson adalah mencoba menghargai dimensi manusia dalam perawatan
dan pengalaman-pengalaman subjektif dari orang yang kita rawat. Elemen-elemen yang terdapat
dalam carative faktor adalah:

1. Nilai-nilai kemanusiaan dan altruistic (humanistic – Altruistic system Values). Watson


mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan
(humastic) dan perilaku mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan
pribadi (altruistik).
2. Keyakinan dan harapan (Faith and Hope). Menekankan pentingnya obat-obatan untuk
carative, perawat juga perlu memberi tahu individu alternatif pengobatan lain yang
tersedia (mis:meditasi, relaksasi atau kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau
secara spiritual)
3. Peka pad diri sendiri dan kepada orang lain (sensitivity to self and others). Perawat di
tuntut untuk mampu meningkatkan sensitivasi terhadap diri pribadi dan orang lain serta
bersikap lebih otentik.
4. Membantu menumbuhkan kepercayaan, membuat hubungan dalam
perawatan secara manusiawi. Ciri hubungan helping-trust adalah harmonis
(hubungan yang harus dilakukan secara jujur dan terbuka), empati
(perawat harus menunjukkan sikap dengan berusah merasakan apa yang
di rasakan oleh klien) dan hangat (menerima orang lain secara positif).
5. Pengekspresian perasaan positif dan negatif. Perawat harus menerima
perasaan orang lain serta memahami perilaku mereka.
6. Proses pemecahan masalah perawatan secara kreatif (creative problem solving caring
process). Metode ini merupakan metode yang memberikan control dan prediksi serta
memungkinkan koreksi diri sendiri.
7. Pembelajaran secara transpersonal (transpersonal teaching learning). Perawat harus
mampu memahami persepsi klien dan meredakan situasi yang menegangkan agar proses
belajar mengajar ini berjalan lebih efektif.
8. Dukungan, perlindungan, perbaikan fisik, mental, social dan spritual. Perawat dapat
memberi dukungan situaional, membantu individu mengembangkan persepsi yang lebih
akurat serta memberi informasi sehingga klien dapat menanggulangi masalanya. Perawat
juga harus menyakurkan perasaan nyaman, aman, dan keleluasan pribadi kepada klien.
9. Bantuan kepada kebutuhan manusia (Human needs assistance. Menurut hararki
kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fungsional, kebutuhan integrative,
kebutuhan untuk tumbuh dan kebutuhan untuk mencari bantuan (seeking) ketika
individu kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.
10. Eksistensi fenomena kekuatan spiritual. Kedua faktor ini membantu seseorang untuk
mengerti kehidupan dan kematian serta membantu seseorang untuk menemukan
kekuatan atau keberanian untuk menghadapi kehidupan dan kematian.

Dari kesepuluh carrative faktor diatas, caring dalam keperawatan menyangkut upaya
memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia
lainnya (Watson,1985). Ini berkenaan dengan proses yang humanitis dalam menentukan kondisi
terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya pemenuhannya melalui
berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis tetapi disertai “warmth,
kindness,compassion”.

6. Clinical caritas process

Watson kemudian memperkenalkan “Clinical Caritas procss” (CCP), untuk menempatkan carative
faktor-nya, yang berasal dari bahasa yunani “cherich”, yang berarti memberi cinta dan perhatian
khusus. Jadi Clinucal caritas process adalah suatu praktek perawatan pasien dengan sepenuh hati
kesedaran, dan cinta. Merawat pasien dengan penuh kesadaran, sepenuh hati dan cinta. Hadir
secara jiwa dan raga, supportif dan mampu mengekspresikan perasaan negative dan positif dari
dasar-dasar nilai spritual diri dalam hubungannya dengan pasien sebagai one-being-cared-for.
Budidaya nilai spritual dan transpersonal,melampaui diri sendiri dan upaya lebih terbuka peka dan
iba. Kreatif menggunakan diri dan segala cara dalam proses perawatan, secara artistk, sebagai
bagian dari caring-healing-practice. Menciptakan lingkungan penyembuhan di semua level, fisik dan
non fisik, dengan penuh kesadaran dan keseluruhan, yang memperhatikan keindahan, kenyamanan,
kehormatan dan kedamaian. Terlibat dalam proses pengalaman belajar mengajar, yang dihadirkan
sebagai kesatuan “(being and meaning)”, dan mencoba melihat dan mengacu pada kerangka berfikir
orang lain.

7. Transpersonal Caring Relationship

Menurut Watson (1999), Transpersonal caring relationship itu berkarakteriskkan hubungan khusus
manusia yang tergantung pada: moral perawat yang berkomitmen melindungi dan meningkatkan
martabat manusia seperti dirinya atau lebihtinggi dari dirinya.

Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai
spiritual oleh karena itu tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek. Perawatan
berkesadaran bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk menyembuhkan sejak, hubungan,
pengalaman dan persepsi sedang berlangsung.

8. Caring Occation Moment

Caring Occation Moment (tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain datang pada saat
human caring dilaksanakan, dan dari keduanya dengan fenomena tempat yang unik mempunyai
kesempatan secara bersama datang dalam moment interaksi human to human.

Bagi watson (1988-1999) bidang yang luar biasa yang sesuai dengan kerangka refensi seseorang atau
perasaan-perasaan yang dialami seseorang, sensasi tubuh, pikiran atau kepercayaan spiritual, tujua-
tujuan, harapan-harapan pertimbangan dari lingkungan, arti persepsi seseorang kesemuannya
berdasar pada pengalaman hidup yang dialami seseorang, sekarang atau masa yang akan datang.
Watson (1999) menekankan bahwa perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu memahami
kesadaran dan kehadirannya dalam moment merawat dengan pasienya, lebih lanjut dari kedua bela
pihak perawat maupun yang dirawat dapat di pengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang di
lakukan keduanya, dengan demikian akan menjadi bagian dari pengalaman hiduonya sendiri. Caring
occation bisa menjadi transpersonal bilamana memungkinkan adanya semangat dari keduanya
(perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan yang memungkinkan keterbukaan dan
kemampuan-kemampuan untuk berkembang”. (A.Aziz Alimu hidayat 2002 hal. 116-117).

9. Penerapan Teori Watson Dalam Kasus Di Rumah Sakit

Berikut ini kami berikan sebuah contoh kasus. Pada kasus ini akan diterapkan proses keperawatan
berdasarkan teori Watson. Proes keperawatan pada kasus ini didasarkan pada aplikasi teori Watson
dalam George (1995). Empat derajat kebutuhan di gunakan dalam tahap pengkajian dan sepuluh
faktor karafit digunakan dalam tahap perencanaan dan implementasi. Diagnosa keperawatan yang di
angkat dan dibahas pada aplikasi dalamkasus ini hanya satu saja dengan maksud sebagai prioritas
penyelesaian. Diagnosa keperawtan lain dapat saja dirumuskan dan diselesaikan dengan
menggunakan metode yang sama dengan diagnosa keperawatan yang dibahas di bawah ini.

Adapun kasus tersebut adalah : Ny. S, 70 tahun di larikan ke sebuah rumah sakit pemerintah oleh
para tetangganya karena sesak nafas dan batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci pakaian di
depan rumahnya. Ny. S tampak kurus, kering, badan lemah dan muka pucat. Para pengantar
mengatan selama ini Ny. S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny. S termasuk
kurang mampu. Ny. S sehari-hari bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang akan dijual kepada
pabrik pengolah plastik. Ny. S Tinggal di rumah sempit dan kurang ventilasi. Dari hasil pemeriksaan
saat masuk rumah sakit didapatkan data tekanan darah 80/60 mmmhg, nadi 100 kali /menit, suhu
37 derajat celcius, pernafasan 25 kali /menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan
laboratorium darah didapatkan hb 10 gr / dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul,
dan albimun diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.
Proses keperawatan menurut teori watson untuk kasus Ny. S adalah : proses keperawatan aplikasi
teori pengkajian kebutuhan derajat lebih rendah (biofisik) bagaimana Ny. S Melihat dirinya? Apakah
tinggi badan , berat badan, hasil pemeriksaan fisik Ny. S normal? Apakah pola eliminasi dan
pernafasan Ny. S normal? Kebutuhan derajat lebih rendah (psikofisik) apakah citra tubuh Ny. S
positif? Apakah dia berpartisipasi dalam aktivitas yang biasa pada seusianya? Apakah evaluasi hasil
nilai lab dalam batas normal? Bagaimana kehidupan
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

a. Konsep

Utama teori jean watson adalah “ Human Science and Human Care “, yang
fokus utamanya dalam keperawatan adalah careative factor, dimana dia berasal
dari humanistic perspective yang dikombinasikan dengan dasar ilmu
pengetahuan ilmiah.

b. Hubungan teori Jean Watson ini dengan konsep utama keperawatan, yaitu
adanya unsur teori kemanusiaan dalam pandangan yang mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang semprna yang memiliki berbagai ragam
perbedaan.
c. Hubungan dengan proses keperawatan, Jean Watson menganjurkan supaya
penilitian-penilitian di bidang keperawatan dapat dihubungkan dengan proses
keperawatan, sebab di dalam proses keperawatan langkah langkahnya sama
dengan proses ilmiah.
d. Penerapan teori Jean Watson, terdiri dari: pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, perencanan, implementasi, dan evaluasi.

2. SARAN

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari teori dan model
konsep keperawatan yang telah ada sebagai salah satu kunci dalam
mengembangkan ilmu dan praktek, serta profesi keperawatan di indonesia.

Daftar pustaka

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hidayat Aziz Alimual A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental keperawatan konsep, proses dan
praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Potter, Patrucia A. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku Jakarta: Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai