Anda di halaman 1dari 55

Proposal

GAMBARAN JUMLAH NEUTROFIL PADA PETANI SAYUR YANG


TERPAPAR PESTISIDA DI PERUMNAS DESA
WAIHERU AMBON

Disusun dan Diajukan Oleh :

Nama : farda wael


NIM. 1420811642

Sekolah tinggi ilmu kesehatan stikes


Maluku Husada
Ambon 2021

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH yang maha esa, karena atas

perkenaan dan cinta-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan

penelitian karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Jumlah Neotrofil

Pada Petani Sayur Yang Terpapar Pestisida”. Karya Tulis Ilmiah ini,

Teknologi Laboratorium Medis disusun dalam rangka memenuhi salah satu

syarat program Diploma III. Rasa hormat, terimakasih yang sebesar–

besarnya kepada orang tua saya tercinta atas Doa tulus dan semua

motivasi, dukungan, bantuan materi serta cinta kasih yang tulus. Dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Rizal, S.Farm.,

M.Farm.Klin.Apt selaku pebimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran dalam membimbing penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

dan penghargaan kepada:

1. Hairudin Rasako, S.KM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku, yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti

pendidikan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Jurusan

Teknologi Laboratorium Medis.


v

2. Ns. Wahyuni Aziza, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Teknologi

Laboratorium Medis dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan

motivasi dan arahan selama mengikuti pendidikan.

3. Mintje M Nendissa, S.Pd., M.Kes., selaku penguji I saya yang telah

memberikan saran, masukan dan arahan selama Usulan Penelitian

hingga karya tulis ilmiah

4. Ramdhani M Natsir, S.Farm., M.Si., Apt., Selaku penguji II yang telah

memberikan saran, masukan dan arahan selama Usulan Penelitian

hingga karya tulis ilmiah

5. Siti Mardianti Mandar, S.Tr.Kes selaku Penguji Teknis.

6. Nurlaila Marasabessy, S.KM., M.Med.Ed Selaku Pembimbing Akademi

yang telah memberikan dukungan dan nasehat selama mengikuti

pendidikan

7. Seluruh staf dosen Program Studi Teknologi Laboratorium Medis

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku yang selama ini memberikan

dukungan, nasehat, masukan dan membimbing selama mengikuti

pendidikan. Afni Juhairia Laisouw,S.Tr.AK., selaku wali kelas peneliti yang

telah memberikan arahan dan motivasi selama mengikuti pendidikan.

8. Yang teristimewa untuk Papa, Mama, dan adik - adik tercinta serta

seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan nasehat selama

penulis mengikuti pendidikan.


vi

9. Teman-teman mahasiswa Program Studi Teknologi Laboratorium Medis

angkatan 2018, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya satu demi satu yang juga telah memberikan dukungan kepada

peneliti.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Karya tulis ilmiah ini.

Semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah serta bermanfaat bagi pembaca dan

semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Ambon, Juli 2021

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul....................................................................................... i
Halaman Persetujuan............................................................................ ii
Kata Pengantar...................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................. v
Daftar Lampiran..................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5


A. Peptisida................................................................................. 5
B. Neutrofil................................................................................... 13
C. Kerangka Konsep................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 26


A. Desain Penelitian.................................................................... 26
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian.................................................. 26
C. Populasi Dan Sampel............................................................. 27
D. Variabel Dan Definisi Operasional.......................................... 29
E. Instrumen Penelitian Dan Prosedur Kerja.............................. 29
F. Etika Penelitian Dan Penyajian Data...................................... 31
G. Etika Penelitian....................................................................... 32

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5


A. Hasil........................................................................................ 5
B. Pembahasan........................................................................... 13

BAB V PENUTUP.................................................................................. 5
A. Kesimpulan............................................................................. 5
B. Saran...................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Formulir Persetujuan (Informed Consent).......................... 33
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Judul.................................................. 34
Lampiran 3 Surat Izin Pengambilan Data Awal..................................... 35
Lampiran 4 Surat Izin Pemeriksaan Sampel......................................... 36
Lampiran 5 Surat Selesai Pemeriksaan Sampel................................... 37
Lampiran 6 Hasil Penelitian................................................................... 38
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian...................................................... 39
Lampiran 8 Lembar Konsultasi.............................................................. 40

vii
ABSTRAK

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku


Program Studi Teknologi Laboratorium Medis
Ambon, Juni 2021

Sulfiyati Samak1, Rizal, S.Farm., M. Farm.Klin.Apt2

Xi + 30 Halaman + 5 Tabel + 8 Lampiran

GAMBARAN JUMLAH NEUTROFIL PADA PETANI SAYUR YANG TERPAPAR PESTISIDA


DI PERUMNAS DESA WAIHERU AMBON

Latar Belakang. Pestisida merupakan bahan beracun yang digunakan masyarakat Desa
Waiheru perumnas yang sebagian besar menjadi petani sayur. Penggunaan pestisida secara
terus menerus tanpa memperhatikan APD, penggunaan tidak sesuai dengan aturan,
frekuensi penyemprotan, serta lama terpapar dapat menimbulkan berbagai macam
gangguan kesehatan yang dimana dapat mengakibatkan inflamasi sehingga meningkatkan
jumlah neutrofil pada Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi
kesehatan serta lingkungan.
Tujuan. Untuk mengetahui gambaran jumlah neutrofil pada petani sayur yang terpapar
pestisida di perumnas Desa waiheru ambon.
Metode. Penelitian ini bersifat dekskriptif. Sebanyak 10 responden dipilih dengan random
sampling.Jumlah Neutrofil diperiksa menggunakan metode Hematologi Analyzer.
Hasil. Pemeriksaan Jumlah Neutrofil Dari 10 sampel diperoleh hasil yaitu 3 sampel (30%)
Normal sedangkan 7 sampel (70%) ditanyakan tidak Normal.
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Gambaran
Jumlah Neutrofil Pada Petani Sayur Di Perumnas Desa Waiheru Ambon, dapat disimpulkan
bahwa jumlah neurofil rendah sebanyak 7 orang (70%) dan jumlah neutrofil normal sebanyak
3 orang (30%).

Daftar Pustaka : 23 (2010 – 2018)


Kata Kunci : Jumlah Neutrofil, Pestisida

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) diperkirakan

setiap tahunnya akan terjadi 1-5 juta kasus keracunan pestisida yang

dialami oleh petani dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban

jiwa (Suparti et.al 2016). Di indonesia Kejadian keracunan yang

diakibatkan oleh pestisida setiap tahun lebih dari 12.000 kematian.

Menurut Data Sastra Informasi Keracunan Nasional (SIKERNAS) pada

tahun 2014 terdapat 710 kasus keracunan pestisida di berbagai wilayah

di Indonesia baik dengan sengaja maupun tidak sengaja serta terdapat

keracunan pestisida di jawa timur pada tahun 2015 dengan korban

sebanyak 29 orang dikarenakan penggunaan pestisida tidak sesuai dan

terpapar dengan cara terhirup (AyuNingtias E, 2016).

Pestisida merupakan bahan beracun yang digunakan masyarakat

Desa Waiheru perumnas yang sebagian besar menjadi petani sayur.

Penggunaan pestisida secara terus menerus tanpa memperhatikan APD,

penggunaan tidak sesuai dengan aturan, frekuensi penyemprotan, serta

lama terpapar dapat menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan

yang dimana dapat mengakibatkan inflamasi sehingga meningkatkan

jumlah neutrofil pada Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang

sangat berbahaya bagi kesehatan serta lingkungan. karena pestisida

1
2

bersifat polutan serta menyebarkan radikal bebas yang dapat

menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti Gen dan Saraf Pusat.

Selain itu residu dari zat kimia tersebut dapat tertinggal pada produk

pertanian dapat memicu kerusakan sel serta menyebabkan stres oksidatif

(Wahyudi ddk, 2018).

Pestisida mengakibatkan meningkatnya peroksidasi lipid dalam

tubuh sehingga meningkatkan radikal bebas yang akan memicu reaksi

inflamasi dan berdampak meningkatnya reaksi inflamasi yang berdampak

pada meningkatnya jumlah sel leukosit dalam darah. Apabila pestisida

terabsorbsi ke dalam tubuh. Singh et all yang melakukan penelitian

terhadap 20 orang penyemprot sebagai kasus dan 20 orang sebagai

control. Hasil studi meunjukkan melondialdehyde (MDA) secara

signifikan lebih tinggi pada kelompok terpapar dibanding kelompok tidak

terpapar. Hal ini menunjukkan indikator adanya peroksidasi lipid yang

tinggi. Peningkatan yang paling signifikan pada peroksidasi lipid

dimungkinkan karena produksi radikal bebas. Peningkatan jumlah

neutrofil sangat dimungkinkan karena pengaruh toksisitas kronik

pestisida yang berlangsung cukup lama (Suhartono, Endah, & Marinajati,

2015).

Penggunaan pestisida oleh petani sayur bukan atas dasar

keperluan secara indikatif, namun dilaksanakan secara “cover blanket

system” artinya ada atau tidak ada hama tanaman, racun berbahaya ini
3

terus disemprotkan ketanaman. selain itu teknik penyemprotan yang

melawan arah angin menyebabkan terhirupnya pestisida tanpa disadari

oleh petani. Perilaku penggunaan pestisida yang tidak sesuai justru

menimbulkan masalah baru yakni adanya residu pestisida pada produk

pertanian dan pada akhirnya membahayakan petani dan masyarakat luas

baik keselamatan maupun kesehatan kerjanya.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 22

Februari 2021 didapatkan hasil wawancara dengan 15 responden

ditemukan dari petani sayur yang terdapat 6 dari responden saat

melakukan penyemprotan pestisida menggunakan APD, 5 responden

menyatakan tidak menggunakan APD tetapi mencuci tangan setelah-

melakukan pesyemprotan pestisida, dan 5 dari responden melakukan

penyemprotan sambil merokok bahkan sisa atau bekas wadah pestisida

mereka buang disembarang tempat seperti dipinggiran perkebunan.

berdasarkan latar belakang diatas penelitian dengan judul “Gambaran

Jumlah Neutrofil Pada Petani Sayur Yang Terpapar Pestisida Di

Perumnas Desa Waiheru Ambon”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana gambaran jumlah neutrofil

pada petani sayur yang terpapar pestisida di perumnas Desa waiheru

ambon?
4

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran jumlah neutrofil pada petani sayur

yang terpapar pestisida di perumnas Desa waiheru ambon.

D. Manfaat Penelitian

1. Menyediakan informasi yang terkait dengan dampak bahaya paparan

pestisida pada jumlah neutrofil, sehingga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan informasi.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber masukan

terhadap penerapan keselamatan kerja kususnya mengenai

persentase neutrofil pada petani sayur yang terpapar pestisida

dalam upaya mengurangi angka keracunan pestisida pada sektor

pertanian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pestisida

1. Defenisi Pestisida

Pestisida berasal dari rangkaian kata pest yang berarti

hama dan cida atau sida yang berarti membunuh. Berdasarkan SK

Menteri Pertanian RI Nomor 434.1/TP.270/7/2001, tentang syarat dan

Tata Cara Pendaftaran yang dimaksud dengan pestisida adalah

semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang di

gunakan untuk beberapa tujuan yakni memberantas atau mencegah

hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian–bagian tanaman

atau hasil–hasil pertanian, memberantas rerumputan, mematikan

daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan,

mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian

tanaman, kecuali yang tergolong pupuk, memberantas atau

mencegah hama luar pada hewan piaraan dan ternak, memberantas

atau mencegah hama air, memberantas atau mencegah binatang

dan jasad renik dalam rumah tangga, dan memberantas atau

mencegah binatang yang dapat menimbulkan penyakit pada

manusia (Djojosumarto, 2008).

5
6

2. Jenis Pestisida

Direktorat jendral Tanaman Pangan dan Direktorat Bina

Perlindungan, Tanaman tahun 1993 menyatakan bahwa dari

banyaknya jasad pengganggu yang mengakibatkan fatalnya hasil

pertanian, pestisida ini diklasifikasikan lagi menjadi beberapa macam

yaitu :

a. Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa

kimia beracun dan bisa mematikan jenis serangga. Binatang

yang tergolong jenis serangga antara lain belalang, kepik,

wereng, kumbang, ulat, dan sebagainya.

b. Herbisida

Herbisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia

beracun dan digunakan untuk mematikan tanaman pengganggu

yaitu gulma. Gulma ini ada berbagai jenis yaitu gulma berdaun

lebar, rerumputan, alang-alang, enceng gondok, dan sebagainya.

c. Fungisida

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa

beracun yang bisa memberantas atau mencegah pertumbuhan

fungsi/cendawan. Jadi tidak hanya bahan yang mematikan saja.

Melainkan termasuk juga bahan kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dari cendawan dalam semetara waktu.


7

d. Bakterisida

Bakterisida adalah bahan yang mengandung senyawa

kimia beracun yang digunakan untuk mematikan bakteri atau

virus yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman.

e. Nematisida

Nematisida adalah bahan yang mengandung senyawa

kimia beracun yang digunakan untuk mematikan cacing

(nematode) yang merusak tanaman.Bagian tanaman, yang di

serang adalah bagian di dalam tanah, misalnya akar, umbi, dan

lain-lain. Serangga oleh cacing sering dijumpai pada tanaman,

kentang, ubi, tomat, jeruk, lada, dan sebagainya.

f. Akarisia

Akarisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia

beracun yang bisa di gunakan untuk membunuh berbagai jenis

tungau. Jenis tungau ini memang tidak begitu banyak, tapi kalua

tidak dimatikan dapat merusak dan mengganggu pertumbuhan

tanaman. Jenis pestisida ini biasanya mempunyai fungsi ganda

yaitu sebagai pembasmi tungau dan juga pembasmi serangga

Karena tungau sering kali digolongkan ke dalam jenis serangga.


8

g. Rodensida

Rodensida adalah bahan yang mengandung senyawa

kimia beracun yang digunakan untuk membasmi hewan

pengerat, seperti tikus. Tikus merupakan hama di rumah maupun

di sawah. Rodensida ini kebanyakan bersifat antikoagulan,

artinya bisa mematikan karena pembekuan darah terhambat.

h. Moluskisida

Moluskisida adalah senyawa yang mengandung senyawa

bersifat racun yang dapat membasmi hewan moluska, yaitu siput

telanjang, siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta

trisipan yang banyak terdapat di tambak (Djojosumarto, 2008).

3. Toksisitas Pestisida

Peraturan Menteri Pertanian No : 24 / Permentan / SR.

140 / 4 / 2011 tentang Syarat Dan Tata cara Pendaftaran Pestisida,

toksisitas adalah kapasitas atau kemampuan suatu zat dalam

menimbulkan kerusakan pada sistem biologi. Termasuk sistem

biologi adalah tubuh manusia, bagian tubuh (jantung, paru-paru,

ginjal), hewan atau bagian dari hewan, tumbuhan dan

mikrooraganisme. Efek toksik pestisida sangat tergantung pada

banyak faktor, yang terpenting adalah dosis. Sesuai peryataan

Paracelsus bahwa yang membedakan antara zat toksik dengan zat

non toksik adalah dosis atau takaran yang kedalam-tubuh. Dosis


9

menunjukan- berapa banyak dan berapa sering suatu zat masuk ke

dalam tubuh (Dewi, 2017).

4. Cara Masuk Pestisida Kedalam Tubuh

Pestisida bisa masuk ke dalam tubuh manusia, melalui 3 cara

yaitu:

a. Dermal, absorpsi melalui kulit atau mata. Absorpsi akan

berlangsung terus, selama pestisida masih ada di kulit.

b. Oral, absorpsi melalui oral (tertelan) karena kecelakaan,

kecerobohan atau sengaja (bunuh diri), akan mengakibatkan

keracunan berat hingga kematian.

c. Intalasi, melalui pernafasan, dapat menyebabkan kerusakan

serius pada hidung, tenggorokan jika terhisap cukup banyak

(Nugraha, P 2014).

5. Penggolongan Pestisida Berdasarkan Cara Kerja

a. Organofosfat adalah insektisida yang merupakan ester fosfat

atau asam tiofosfat, masing-masing diwakili oleh diklorvos dan

parathion. Senyawa ini menghambat asetilkolinesterase yang

mengakibatkan akumulasi asetolkolin sehingga terjadi

peningkatan aktifitas syaraf dengan gejala seperti sakit kepala,

mual, muntah, sesak nafas, kejang otot dan dapat menyebabkan

kelumpuhan. Umumnya digunakan sebagai racun pembasmi

serangga karena sifatnya yang paling beracun secara akut


10

terhadap binatang bertulang belakang seperti- ikan, burung, tikus,

dan lain sebagainya. (Lestari, P Raini, & M, Alegantina S. 2016).

b. Insektidakarbamat berkembang setelah organophospat.

Insektisiakarbamat biasanya daya toksisitasnya rendah terhadap

mamalia dibandingkan dengan organophospat, tetapi sangat

efektif untuk membunuh insekta. Mekanisme toksisitas dari

karbamat adalah sama dengan organophospat, dimana enzim

acetylcholinesterase dihambat dan mengalami karbamilas

(Ningtiyas, E, 2016).

c. Organoklorin Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitas

relatif rendah akan tetapi mampu bertahan lama dalam

lingkungan. Racun ini bersifat mengganggu susunan syaraf dan

larut dalam lemak. DDT ini sangat membahayakan bagi

kehidupan maupun lingkungan, karena meningkatnya residu

yang lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai

makanan (Runia Y.A. 2018).

6. Dampak Penggunaan Pestisida

Setiap racun berpotensi mengandung bahaya oleh karena itu,

ketidak bijaksanaan dalam penggunaan pestisida pertanian, bisa

menimbulkan dampak negatif. Beberapa dampak negatif dari

penggunaan pestisida dapat dijelaskan sebagai berikut.


11

a. Dampak Bagi Kesehatan Pengguna Pestida

Penggunaan pestisida bisa mengontaminasi pengguna

pestisida secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan.

Dalam hal ini,keracunan bisa dikelompokkan menjadi 2

kelompok,yaitu keracunan akut ringan, dan akut kronis :

1) Keracunan akut ringan menimbulkan pusing, sakit kepala,

iritasi kulit ringan, badan terasa sakit, dan diare. Keracunan

akut berat menimbulkan gejala mual, menggil, kejang perut,

sulit bernapas,keluar air liur, pupil mata mengecil, dan denyut

nadi meningkat. Selanjutnya, keracunan yang sangat berat

dapat mengakibatkan pingsan, kejang-kejang, bahkan bisa

mengakibatkan kematian.

2) Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak terasa dan

tidak menimbulkan gejala, serta tanda yang spesifik. Namun,

keracunan kronis dalam jangka waktu lama bisa

menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan

kesehatan yang sering dihubungkan dengan gangguan

pestisida di antaranya irirtasi mata dan kulit, cacat pada bayi,

serta gangguan saraf, hati, ginjal, dan pernapasan (Runia Y.

A. 2018).
12

7. Dampak Bagi Kesehatan Lingkungan

Dampak penggunaan pestisida bagi lingkungan bisa

dikelompokan menjadi dua kategori.

a. Bagi Lingkungan Umum

1) Pencemaran lingkungan (air,tanah,dan udara).

2) Terbunuhnya organisme non-target karena terpapar secara

langsung.

3) Terbunuhnya organisme non-target karena terpapar secara

langsung.

4) Menumpuknya pestisida dalam jaringan tubuh organisme

melalui makanan (bioakumulasi).

5) Pada kasus pestisida yang persisten (bertahan lama),

konsentrasi pestisida dalam tingkat trofik rantai makanan

semakin ke atas akan semakin tinggi (bioakumulasinya).

Penyederhanaan rantai makanan alami.

6) Penyederhanaan keragaman hayati.

7) Menimbulkan efek negatif terhadap manusia secara tidak

langsung melalui rantai makanan.

b. Bagi Lingkungan Pertanian

1) OPT menjadi kebal terhadap suatu pestisida (timbul

resistensi OPT terhadap pestisida).


13

2) Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida

(resujensi hama).

3) Timbulnya hama baru,bisa dianggap tidak penting selama ini,

hama yang dianggap tidak penting bagi pengguna pestisida

akan menimbulkan penyakit dan virus untuk hama yang

sama sekali baru.

4) Terbunuhnya musuh alami hama.

5) Perubahan flora,khusus pada penggunaan pestisida.

6) Fitotoksik (meracuni tanaman).

c. Dampak Sosial Ekonomi

1) Penggunaan pestisida yang tidak terkendali dapat membuat

anggaran produksi menjadi tinggi.

2) Timbulnya hambatan perdagangan,misalnya tidak bisa

ekspor karena residu pestisida tinggi.

3) Timbulnya biyaya sosial misalnya biyaya pengobatan dan

hilangnya hari kerja jika terjadi keracunan.

4) Publikasi negatif di media masa (Djojosumarto, 2008).

B. Neutrofil

1. Definisi Neutrofil

Neutrofil merupakan mekanisme pertahanan tubuh pertama

apabila jaringan tubuh. yang rusak, atau ada benda asing masuk

kedalam tubuh. Neutrofil berfungsi sebagai garis pertahanan tubuh


14

terhadap zat asing terutama terhadap bakteri. Sirkulasi neutrofil

dalam darah yaitu sekitar 10 jam dapat hidup selama 1-4 hari pada

saat berada dalam jaringan, ekstravasculer. Neutrofil adalah jenis sel

leukosit yang paling banyak yaitu sekitr 50-70% diantara sel leukosit

yang lain (Wulandari R. 2016).

Neutrofil dengan proses kemotaksis berfungsi sebagai fagosit

dan bakteri yang mengontrol kontaminasi lokal dan mencegah infeksi.

Neutrofil melepaskan protease yaitu elastase dan kolagenase yang

berfungsi untuk memperbaiki kerusakan sel, merubah extracellular

matrix dan membersihkan luka dan sel yang rusak. Luka yang bersih,

bebas infeksi- akan memperbaiki penyembuhan luka. Di jaringan

sasaran. neutrofil aktif mematikan dan menghancurkan mikroba.

Jumlahnnya mengalami-peningkatan dengan cepat dan mencapai

puncaknya dalam 24-48 jam. Bila tidak hari ke 3 terjadi infeksi,

neutrofil berumur pendek dan jumlahnya menurun dengan cepat

setelah hari ke 3 (Arianti, 2016).

Gambar 1 Gambar 2
Neotrofil Stab A Neotrofil Segmen B (Nurul , 2014)
15

Neutrofil mampu bergerak aktif seperti amoeba dan menelan

berbagai zat dengan proses yang disebut fagositosis. Proses ini

dibantu oleh opsonin yang melapisi obyek untuk dicernakan dan

membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Neutrofil

berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi.Sel-

sel ini merupakan 60-70% dari leukosit yang beredar.Garis tengah

sekitar 12 µm, satu inti dan 2-5 lobus.Sitoplasma yang banyak diisi

oleh granula spesifik (0;3-0,8µm) mendekati batas resolusi berwarna

salmon pinkoleh campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil

ada dua yaitu (a). Azurofilik yang- mengandung lisosom dan

peroksidase. (b). Granula spesifik lebih kecil mengandung fosfatase

alkali dan zat-zat bakterisidal (protein kationik) yang dinamakan

fagositin (Ningtiyas, 2016).

Neutrofil jarang mengandung membran endoplasma granuler,

sedikit mitokondria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula

glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler

terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif.

Adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting

dalam penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino

D.Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mieloperoksidase

yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan


16

membran bekerja pada molekul tirosin dinding sel bakteri dan

menghancurkannya (Ningtiyas, 2016).

2. Membran sel neutrofil

Membran sel berfungsi sebagai barier semipermeabel yang

memungkinkan molekul yang berukuran kecil dapat keluar masuk ke

dalam sel. Hasil pengamatan mikroskop elektron terhadap membran

sel menunjukkan bahwa membran sel merupakan lipid bilayer

(disebut sebagai fluid-mosaic model). Membran plasma memiliki

struktur Seperti lembaran tipis. Membran plasma tersusun dari

molekul-molekul lipid, protein, dan sedikit karbohidrat yang

membentuk suatu apusan dengan sifat dinamis dan asimetri. Bersifat

dinamis karena memiliki struktur seperti fluida, sehingga molekul lipid

dapat bergerak. Bersifat asimetri karena- komposisi protein dan lipid

sisi luar tidak sama dengan sisi dalam membran sel (Firman, 2014).

Protein pada membran sel sebagian besar tersusun atas gliko

protein. Terdapat dua jenis protein membran yaitu protein integral

yang menembus membran sepenuhnya dan protein perifer yang

hanya melekat pada satu sisi atau permukaan membran dan tidak

menembus membran sepenuhnya. Protein integral memiliki banyak

fungsi, salah- satunya adalah sebagai reseptor.


17

Interaksi reseptor dengan molekul tertentu (ligan) spesifik yang

menempel pada reseptor, mengakibatkan perubahan bentuk

reseptor. Hal tersebut selanjutnya mengaktivasi bagian dalam protein

integral atau menginduksi terjadinya interaksi antara reseptor dan

protein yang terdapat dalam sitoplasma, yang berperan sebagai

second- messenger. Oleh karena itu sinyal dapat diteruskan dari

bagian luar reseptor ke dalam sel. Dalam hal ini protein integral yang

tersebar di membran sel berfungsi sebagai sarana penyampaian

informasi mengenai lingkungan di luar ke dalam sel.Pada neutrofil

reseptor ini berupa resepor Fc (FcR) dan reseptor C3b (C3bR) yang

berinteraksi dengan sebuah antibodi yang diangkut darah yaitu IgG

dan sebuah komponen komplemen dari plasma darah yaitu

C3b,yang melekat pada permukaan bakteri pada proses opsonisasi

(Susilawati, dkk, 2018).

Gambar 3
Membran sel

Gambar 3
Membran sel
18

3. Mekanisme Neutrofil dalam Pertahanan Tubuh

Neutrofil merupakan sel pertahanan tubuh non spesifik yang

pertama kali mengatasi adanya antigen dengan memfagosit antigen

tersebut. Neutrofil berperan penting pada respon radang akut,

dimana terjadi perubahan–perubahan vaskuler dan eksudasi

Beberapa jam setelah dimulai radang akut, terjadi peningkatan

jumlah neutrofil dalam darah, kadang-kadang sampai empat hingga

lima kali lipat dari jumlah normal. Hal ini disebabkan karena adanya

mediator keradangan seperti histamin, bradikinin, serotonin,

prostaglandin, beberapa produk sistem-komplemen dan produk

reaksi pembuluh darah yang memasuki aliran darah kemudian

ditranspor di sumsum tulang guna menggerakkan neutrofil-neutrofil

ke dalam sirkulasi untuk segera menuju daerah radang. Di dalam

jaringan, neutrofil memiliki sifat yaitu diapedesis, ameboid,

kemotaksis dan fagositosis (Pratiwi, 2014).

Secara in-vivo, proses fagositosis diawali dengan migrasi

neutrofil. Celah antara sel endotel pembuluh darah dilewati dengan

cara diapedesis. Jadi walaupun ukuran celahnya jauh lebih kecil dari

pada besarnya sel, pada suatu ketika sebagian kecil sel tersebut

meluncur dan berkonstriksi sesuai dengan ukuran celah tersebut.

Kemudian selanjutnya neutrofil bergerak melalui jaringan dengan


19

gerakan ameboid. Beberapa sel dapat bergerak dengan kecepatan

sebesar 40 µm/ dan diarahkan oleh suatu menit (Rahma Nur, 2018).

Neutrofil menuju jaringan terinfeksi dengan cara merangkak

kemotaktik faktor (kemoatraktan) sehingga neutrofil akan bergerak ke

arah konsentrasi kemoatraktan lebih tinggi. Kemoatraktan yang

mengarahkan gerak neutrofil antara lain adalah produ bakterial,

formil–methionil–leucocil-protein (FMLP), lektin, komplemen C5a,

kalikrein dan faktor Hageman. Sejumlah zat kimia dalam jaringan

memyebabkan leukosit bergerak mendekati atau menjauhi sumber

zat kimia. Fenomena ini dikenal hasil kemotaksis. Hasil-hasil

degenerasi jaringan yang meradang khususnya jaringan polisakarida

dan salah satu hasil zat-zat komplek yang dinamakan-komplemen

dapat menyebabkan neutrofil bergerak mendekati daerah

keradangan. Selain itu sejumlah toksin bakteri dapat menyababkan

kemotaksis leukosit (Besung, 2016).

Zat kimia dalam jaringan menyebabkan leukosit bergerak

mendekati atau menjauhi sumber zat kimia Fenomena ini dikenal

sebagai hasil kemotaksis. Hasil-hasil dengan degenerasi jaringan

yang meradang khususnya jaringan polisakarida dan salah satu hasil

reaksi zat-zat kompleks yang dinamakan komplemen dapat

menyebabkan neutrofil bergerak mendekati daerah. Selain itu


20

sejumlah toksin bakteri dapat menyebabkan kemotaksis leukosit

(Marlinda, 2015).

4. Pemeriksaan Neutrofil

Pemeriksaan hitung neutrofil umumnya digunakan untuk

mendeteksi keabnormalan masing-masing jenis leukosit.

Pemeriksaan hitung jenis leukosit biasanya diikuti dengan

pemeriksaan hitung jumlah atau termasuk bagian dari pemeriksaan

complete blood count (CBC). Tes ini dapat digunakan untuk skrining,

diagnosis, atau untuk memonitor kondisi dan penyakit yang

menyerang sel darah putih atau dapat juga untuk memantau hitung

jenis leukosit nilai normal dari neutrofil sebagai berikut (Nurjazuli,

2017):

a. Normal (50-70%)

b. Tinggi (> 70 %)

c. Rendah (< 50 %)

Ketika ada infeksi atau proses inflamasi di suatu tempat di

tubuh, sumsum tulang memproduksi lebih leukosit dan

melepaskannya ke dalam darah.Tergantung pada penyebab infeksi

atau peradangan, salah satu jenis tertentu dari sel darah putih dapat

meningkat.Namun setelah penyebab infeksi atau peradangan dapat

teratasi, produksi jenis sel darah putih ini turun kembali ke nilai

normal (Sipayung, 2015). Jika hasilnya menunjukkan masalah,


21

berbagai tes lainnya dapat dilakukan untuk membantu menentukan

penyebabnya. Sebuah penyedia layanan kesehatan biasanya akan

mempertimbangkan tanda-tanda individu dan gejala, riwayat medis,

dan hasil pemeriksaan fisik untuk memutuskan apakah ada tes lain

yang mungkin diperlukan. Misalnya, jika diperlukan, biopsi sumsum

tulang akan dilakukan untuk mengevaluasi status sumsum tulang

(Sipayung, 2015).

Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa atau

atom yang memiliki elektron yang tidak berpasangan pada orbital

luarnya. Pengertian radikal bebas berbeda dengan oksidan. Oksidan

adalah senyawa yang dapat menarik dan menerima elektron. Kedua

jenis senyawa ini memiliki kecenderungan untuk menerima elektron

dan dapat bereaksi dengan komponen-komponen sel yang penting

sehingga merusak integritas sel.Itulah sebabnya, radikal bebas

digolongkan dalam oksidan. Tetapi tidak setiap oksidan memiliki

radikal bebas (Priyanto, 2010).

Radikal bebas dapat diperoleh secara endogen dan eksogen.

Secara endogen, radikal bebas diperoleh dari hasil rantai

pernapasan, fungsi fisiologis tubuh normal seperti fungsi pencernaan

dan metabolisme, terjadinya proses inflamasi, olahraga berat atau

aktivitas fisik maksimal, dan kondisi leokemia. Beberapa organel sel

juga dapat menghasilkan radikal bebas antara lain inti sel,


22

mitokondria, membran sel, retikulum endoplasma, dan lisosom

(Priyanto, 2010). Secara eksogen sumber radikal bebas sering

didapat dari pestisida, padioterapi, dan sinar ultraviolet. Setiap

hisapan partikel pestisida mempunyai bahan oksidan dalam jumlah

besar sehingga mampu menghabiskan antioksi dan intraseluler

dalam sel. Pada radioterapi, radiasi elektromagnetik menghasilkan

radikal primer dan mengalami reaksi sekunder bersama oksigen.

Sedangkan paparan ultraviolet dapat merangsang pembentukan-

radikal bebas yang jumlahnya tergantung dosis ultaviolet. Sumber

eksogen lain radikal bebas adalah polutan, pestisida, ozon, dan

bahan kimia industri. Secara umum, radikal bebas terbentuk melalui 3

tahapan reaksi yaitu :

a. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas

b. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal

c. Tahap terminasi, yaitu bereaksinya Dua sifat utama radikal bebas

yaitu pertama, memiliki reaktivitas tinggi karena cenderung untuk

menarik elektron. Kedua, radikal bebas mampu mengubah suatu

molekul- menjadi suatu radikal. Kedua sifat tersebut

mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Selanjutnya

akan terjadi reaksi berantai (chain reaction) karena radikal baru

bertemu molekul lain dan menyebabkan terbentuknya radikal

baru lagi, dan seterusnya (Sadeli, 2016).


23

Jika elektron yang berikatan dengan radikal bebas berasal dari

senyawa yang berikatan kovalen seperti lipid, protein, dan DNA akan

sangat berbahaya karena ikatan digunakan bersama-sama pada

orbital luarnya. Misalnya senyawa radikal hidroksil (OH) yang

merupakan radikal bebas yang paling berbahaya karena mempunyai

tingkat-reaktivitas sangat tinggi. Radikal hidroksil dapat merusak tiga

jenis senyawa penting untuk mempertahankan integritas sel yaitu :

a. Asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) yang merupakan komponen

penting fosfolipid penyusun membran.

b. DNA, yang merupakan piranti genetik dari sel.

c. Protein, yang memegang berbagai peran penting seperti

enzim,reseptor, antibodi, pembentuk matriks, dan sitoskeleton.

Dari ketiga molekul target tersebut,asam lemak tak jenuh

adalah molekul yang paling rentan diserang oleh radikal bebas di

dalam tubuh. Hal ini berakibat pada dinding sel yang menjadi rapuh.

Senyawa radikal bebas ini juga berpotensi merusak basa DNA

sehingga mengacaukan sistem info genetika, dan berlanjut pada

pembentukan sel kanker. Komponen lainnya yang akan dirusak oleh

radikal bebas adalah pembuluh darah yang berakibat mengendapnya

kolesterol sehingga menimbulkan aterosklerosis dan juga jaringan

lipid yang memicu munculnya penyakit degeratif Membran sel


24

tersusun dari beberapa komponen penting seperti fosfolipid,

glikolipid, dan kolesterol.

Fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak jenuh

yang rawan terhadap serangan radikal bebas yang dapat

menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai peroksidasi lipid.

Akibat akhir dari rantai ini adalah terputusnya rantai asam lemak

menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel, antara-

lain berbagai macam aldehid, seperti Pestisida dapat menyebabkan

ketidak seimbangan oksidan serta antioksidan dalam tubuh sehingga

dapat mengakibatkan stres oksidatif sistemik dan inflamasi dari

sistem hematopoitik. Khususnya- sumsum tulang dalam

menghasilkan dan mengeluarkan leukosit pada sirkulasi, termasuk

neutrofil yang teraktivasi. Mekanisme peningkatan neutrofil ini dapat

disebabkan karena adanya partikel asing dalam pestisida yang

mengakibatkan jumlah sitokin yang bersirkulasi seperti Interleukin

(IL)-6 (IL-6),IL-1β (Fajrunnimah, 2016).


25

C. Kerangka Konseptual

Petani

Pestisida

Petani Pemakaian Dosis Petani Tidak


Berlebihan Menggunakan APD

Neutrofil

Rendah Normal Tinggi

Keterangan :

Diteliti
Tidak :
diteliti :

Gambar 1 Kerangka Konseptual Petani sayur yang terpapar pestisida


(Studi di perumnas desa waihon )

Keterangan Gambar

Peranan pestisida sangat penting dalam pertanian namun

pada saat menggunakan pestisida tersebut tidak sesuai dengan

petunjuk pemakaian dan tidak menggunakan APD, akan


26

menyebabkan petani terpapar oleh pestisida. Paparan pestisida

tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, liver, serta

darah. Didalam darah itu sendiri terjadi paparan- pestisida yang

masuk melalui pembuluh darah yang nantinya oksin tersebut

mempengaruhi sel-sel darah seperti eritrosit, trombosit dan leukosit.

Di dalam pemeriksaan leukosit terdapat 5 parameter jika terjadi

paparan pestisida.Namun peneliti hanya dapat meneliti neutrofilnya

saja karena lebih spesifik dalam inflamasi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Desain deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menganalisa, meringkas, dan menyajikan suatu data dengan tujuan

agar mudah dimengerti (Hidayat, 2017). Dalam penelitian ini hanya

menggambarkan jumlah neutrofil pada petani yang terpapar

pestisida.

B. Waktu dan lokasi penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan (April) 2021.

2. Lokasi Penelitian

a. Lokasi penelitian pengambilan sampel petani Di Waiheru

Desa Perumnas Ambon

b. Lokasi pemeriksaan sampel dilaksanakan di Balai

Laboratorium Kesehatan Dan Kalibrasi Alat Kesehatan

Provinsi Maluku.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan responden dengan

menggunakan semua karakteristik pada responden untuk diteliti

27
28

(Hidayat, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petani

sayur diperumnas desa waiheru ambon sejumla 50 orang.


29

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari objek yang akan diteliti.Peneliti

tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian semua populasi

(Hidayat, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah 10 sebagian

petani sayur yang berada diperumnas desa waiheru ambon, yang

memenuhi kriteria sampel inklusi. Adapun kriteria inklusi sampel

pada penelitian ini yaitu petani yang bersedia menjadi responden

peneliti dan bersediah menanda tangani informed consent. Pada

penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

puposive sampling. Purposive sampling merupakan cara

penarikan sampel dengan memilih subjek berdasarkan pada

karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai hubungan

dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya

adalah 10 sampel.

D. Variabel Dan Definisi Opervariabel

1. Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan

menjadi objek pengamatan penelitian.sering pula variabel

penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa

atau gejala yang akan diteliti (Suryabrata, 2010).

Penelitian ini terdapat satu buah variabel yaitu jumlah

neutrofil pada petani sayur yang terpapar pestisida pestisida di

perumnas desa waiheru ambon.


30

Definisi Parameter Alat ukur Kateogi Skala


Variabel operasional data
Neutrofil Neutrofil adalah Jumlah Lembar Normal Ordinal
merupakan Sel Neutrofil Obsevasi 70%
darah putih Hematologi Tinggi
yang memiliki Automatic >70%
ciri kusus Analyzer Rendah
berlobus serta <50%
berbentuk
seperti tapal
kuda yaitu
neutrofil yang
berperan
sebagai sel
fagosit pada
sistem imun
seseorang yang
bercocok tanam
sayur yang
terpapar bahan
kimia pembunuh
hama.

Tabel 1 Definisi Operasional gambaran jumlah neutrofil pada petani sayur yang terpapar
peptisida (Studi Di Perumnas Desa Waiheru Ambon).

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas

sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi).

konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting,karena hal yang

dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain

peniliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga dapat

dilakukan peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain

(Suryabrata, 2010).

E. Instrumen Penelitian Dan Prosedur Kerja

1. Instrumen Penelitian

a. Alat :

1) Hematologi Auto Analyzer


31

2) Kapas

3) Spuit Injeksi 3 ml

4) Tabung Vacum EDTA

5) Tourniquet

b. Bahan :

1) Alkohol 70 %

2) Darah vena

2. Prosedur Kerja

a. Analitik

1) Menyiapakan alat dan bahan

2) Pengambilan darah vena dengan spuit 3cc

3) Membersihkan lokasi vena yang akan diambil dengan

alkohol 70%,dan dibiarkan supaya kering kembali.

4) Menusukan spuit 3cc dengan posisi lubang spuit diatas

sampai masuk kedalam vena.

5) Merenggangkan pembendungan dan perlahan-lahan

penghisap, spuit ditarik sampai didapatkan jumlah darah 3

ml.

6) Setelah itu melepaskan pembendung serta meletakan

kapas diatas jarum dengan spuit yang dicabut perlahan-

lahan.

7) Menusukan spuit pada tabung vacum yang sudah diberi

identitas responden, dan menghomogenkan tabung


32

vacum selama beberapa menit yang sudah berisi darah

vena.

b. Prosedur Kerja penanganan sampel

1) Setelah pengambilan darah vena,darah dimasukan

kedalam tabung EDTA

2) Setelah dimasukan darah vena ketabung EDTA ,maka

segera dibawah kelaboratorium.

3) Pemeriksaan neutrofil pada metode hematologi auto

analyzer

4) Dara vena di masukan kedalam tabung EDTA.

5) Tekan tombol (Analyzer) pada layar dari control module

(Mc).

6) Jika barcode scanner diaktifkan maka isi ID pasien

7) Masukan menu worklits,pilih new,kemudian isi data pasien

8) Isi data posisi rak,nmr sampel ,mode running,setelah

selesai kemudian pilih save,

9) Selesai diinput,siapkan sampel pada rak yang sudah

request,dan taruh diposisi alat

10) Pilih menu RUN, kemudian centang RUN As per The

Worklist, klik Run.

11) lihat hasil dan prin hasil yang telah keluaar.

12) Setelah selesai melakukan pemeriksaan,mematikan alat

dengan menekan tombolpower pada posisi OFF.


33

c. Pasca analitik

Nilai normalnya (50% - 70%)

F. Teknik Pengolaan Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing

dilakukan pada tahap pengumpulan data yang dikumpul

(Hidayat, 2014).

b. Tabulating

Tabunglating adalah membuat tabel-tabel data sesuai

tujuan yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).

Pada peneliti ini data yang disajikan adalah dalam bentuk

tabel sesuai dengan jenis variabel dengan mencari hasil yang

menjelaskan dan hasil jumlah eritrosit pada petani.

2. Analisa Data

Analisa data merupakan proses pemelihan dari beberapa

sumber maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian

yang dilakukan (Notoatmodjo, 2010).


34

G. Etika Penelitian

Etika Penelitian merupakan pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak yang diteliti

dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian

tersebut (Notoatmodjo,2010).

Kemudian peneliti langsung melakukan penelitian dengan

memperhatikan :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent diberikan sebelum penelitian

dilakukan pada subjek penelitian diberitahu tentang maksud dan

tujuan pnelitian, jika subjek bersedia maka responden akan

menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada

lembar pengumpulan data cukup menulis nomor responden atau

inisial untuk menjamin kerahasiaan identitas.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan

dijamin kerahasiaan oleh peneliti, penyajian data atau hasil

penelitian hanya ditampilkan pada forum akademis.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan pengambilan sampel di

perumnas desa waiheru dan pemeriksaan Jumalah neutrofil di

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Maluku, yang digunakan

untuk berbagai pemeriksaan seperti darah lengkap, urin lengkap,

kimia darah, parameter air minum dan lain-lain. Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi maluku terbagi dalam beberapa

instalasi yaitu instalasi flebotomi, dan laboratorium yang

mencakup hematologi, urinalisa, kimia klinik, imunologi,

mikrobiologi, dan kimia kesehatan/lingkungan.

2. Data Khusus

a. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 27 Mei

2021 di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Maluku

didapatkan karakteristik responden seperti diperlihatkan pada

tabel 2 berikut ini.

34
36

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Petani Sayur Yang Terpapar
Pestida

No Kategori Jenis Kelamin


. ∑ %
1 Laki-laki 6 60
2 Perempuan 4 40
Total 10 100,0

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa petani sayur yang

terpapar pestisida yang dilakukan pemeriksaan jumalah

neutrofil di Perumnas Desa Waiheru dari 10 orang berjenis

kelamin laki-laki yaitu 6 orang (60%) dan Perempuan

sebanyak 4 orang (40%)

b. Jumlah Neutrofil

Hasil penelitian Jumlah Neutrofil pada petani sayur

yang terpapar pestisida yang dilakukan di Balai Laboratorium

Kesehatan Provinsi Maluku didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Jumlah Neutrofil Pada
Petani Sayur Yang Terpapar Pestisida

No Jumlah Neutrofil Frekuensi %


1 Normal 3 30
2 Rendah 7 70
Total 10 100

Berdasarkan tabel 3 diatas, peneliti mendapatkan dari 10

pasien Petani sayur yang terpapar pestisida dengan jumlah


37

neutrofil kategori; Normal sebanyak 3 orang (30 %) dan rendah

sebanyak 7 orang (70%)

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan secara observasi laboratorik yang

bersifat deskriktif yang bertujuan untuk pemeriksaan jumalah neutrofil

pada petani sayur yang terpapar pestisida di Perumnas desa waiheru.

Nilai jumlah neutrofil pada sampel darah sangat berperan penting

untuk menentukan sel darah putih seseorang mengalami gangguan

kesehatan atau tidak. Untuk itu dilakukan pemeriksaan jumlah

neutrofil yang merupakan bagian dari pemeriksaan darah Lengkap.

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah darah dari

responden dengan hasil laboratorium bervariasi (Normal, Rendah,dan

tinggi). Hasil pemeriksaan laboratorium jumlah neutrofil pada pasien

petani yang terpapar pestisida ditemukan Normal 3 orang (30%) dan

rendah 7 orang (70%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada petani sayur yang

terpapar pestisida di perumnas desa waiheru yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran Jumlah neutrofil pada petani sayur yang

terpapar Pestisida di perumnas desa waiheru. Pada tabel 2

berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa dari total 10

Responden, sebagian besar (60%) yaitu 6 orang berjenis kelamin laki-

laki, 4 Responden berjenis kelamin perempuan.


38

Pada 10 orang petani yang terpapar pestisida pada penelitian

ini terdapat 7 orang (70%) dengan hasil jumlah neutrofil rendah,

sedangkan 3 orang lainya negatif. pestisida kimia merupakan bahan

beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan serta lingkungan. Hal

tersebut diakibatkan pestisida bersifat polutan serta menyebarkan

radkal bebasyang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti

gen dan saraf pusat. Selain itu residu dari zat kimia tersebut dapat

tertinggal pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel serta

menyebabkan stres oksidatif.

Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa atau

atom yang memiliki elektron yang tidak berpasangan pada orbital

luarnya. Pengertian radikal bebas berbeda dengan oksidan. Oksidan

adalah senyawa yang dapat menarik dan menerima elektron. Kedua

jenis senyawa ini memiliki kecenderungan untuk menerima elektron

dan dapat bereaksi dengan komponen-komponen sel yang penting

sehingga merusak integritas sel. Itulah sebabnya, radikal bebas

digolongkan dalam oksidan. Tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal

bebas (Priyanto, 2010).

Radikal bebas dapat diperoleh secara endogen dan eksogen.

Secara endogen, radikal bebas diperoleh dari hasil rantai pernapasan,

fungsi fisiologis tubuh normal seperti fungsi pencernaa dan

metabolisme, terjadinya proses inflamasi, olahraga berat atau aktivitas

fisik maksimal, dan kondisi iskemia. Beberapa organel sel juga dapat
39

menghasilkan radikal bebas antara lain inti sel, mitokondria, membran

sel, retikulum endoplasma, dan lisosom (Priyanto, 2010).

Secara eksogen sumber radikal bebas sering didapat dari

pestisida, radioterapi, dan sinar ultraviolet. Setiap hisapan partikel

pestisida mempunyai bahan oksidan dalam jumlah besar sehingga

mampu menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel. Pada

radioterapi, radiasi elektromagnetik menghasilkan radikal primer dan

mengalami reaksi sekunder bersama oksigen. Sedangkan paparan

ultraviolet dapat merangsang pembentukan radikal bebas yang

jumlahnya tergantung dosis ultaviolet. Sumber eksogen lain radikal

bebas adalah polutan, pestisida, ozon, dan bahan kimia industri.

Secara umum, radikal bebas terbentuk melalui 3 tahapan reaksi yaitu

tahap inisiasi, tahap propagasi, serta tahap terminasi (Priyanto, 2010).

Dampak negative radikal bebas terhadap membrane sel

terutama endotel pembulu darah akan meningkatkan eksprei

Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) dan molekul adhesi lainya

yang akan menarik neutrofil dari sirkulasi. Respon inflamasi dari

endotel pembuluh darah membuat endotel mengekspresikan mediator

inflamasi seperti Intracellular Adhesion Molucule (ICAM). Ekspresi

ICAM banyak terjadi pada endotel neutrofil dan bioaktif darah lainya

menuju tempat lesi ( Marinajati, 2015).

Pestisida dapat menyebabkan ketidak seimbangan oksidan

serta antioksidan dalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan stres


40

oksidatif sistemik dan inflamasi dari sistem hematopoitik. Khususnya

sumsum tulang dalam menghasilkan dan mengeluarkan leukosit pada

sirkulasi, termasuk neutrofil yang teraktivasi. Mekanisme peningkatan

neutrofil ini dapat disebabkan karena adanya partikel asing dalam

pestisida yang mengakibatkan jumlah sitokin yang bersirkulasi seperti

Interleukin (IL)-6 (IL-6), IL-1β (Fajrunni, 2015)

Penelitian pada petani di polandia menunjukan bahwa pestisida

dapat merusak fungsi neutrofil. Pada petani tersebut memiliki indikasi

gejalah supresi fungsi neutrofil, seperti infeksi saluran pernafsan atas

yang mana berkolerasi dengan durasi paparan pestidida. Walaupun

infeksi saluran pernafasan atas berhubungan dengan paparan

pestisida, tetapi mekanisme patologinya belum diketahui secara pasti.

Pada penelitian ini sebagian besar respondent memiliki jumlah

neutrofil dibawah nilai normal. Penurunan jumlah neutrofil dapat terjadi

akibat paparan zat kimia, contohnya pestisida yang bisa menurunkan

fungsi neutrofil dan makrofag. Hal ini dapat menyebabkan penurunan

sistem imun yang berhubungan dengan infeksi saluran nafas, sinusitis

( Marinajati, 2015).

Prinsip kerja hematologi Analyzer Bc-5380 adalah mengukur

sel darah secara otomatis secara impedansi aliran listrik atau berkas

cahaya terhadap sel-sel yang dilewati atau pengukuran dan

penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang

gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya.


41
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai

Gambaran Jumlah Neutrofil Pada Petani Sayur Di Perumnas Desa

Waiheru, dapat disimpulkan bahwa jumlah neurofil rendah sebanyak 7

orang (70%) dan jumlah neutrofil normal sebanyak 3 orang (30%).

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat peneliti

sarankan:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap kepada peneliti

selanjutnya untuk menggunakan sampel penelitian yang lebih besar

dan dapat melakukan penelitian dengan objek yang lain dengan

metode yang berbeda.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini sebagai salah satu tugas akhir, yang di berikan

dari institusi pendidikan, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan

pemeriksaan WBC (White Blood Cell).

42
DAFTAR PUSTAKA

AyuNingtias, E. 2016. Deteksi Migrasi Polymorphonuklear neutrofil (PMN)


Akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Cairan Sulkus Ginggiva
Dan Whole Saliva. Jember. Universitas Negeri Jember.

Bahri, 2018. Analisa Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit Pada Individu Yang
Tidur Dengan Lampu Yang Menyala Dan Di Padamkan.Makasar,
Poltekes Kemenkes Makasar.

Besungg, N.K. 2016. Hubungan Antara Aktifitas Makrofaq Dengan Kadar


Interleukin Dan Antibodi Terhadap Salmonela Thyphi Pada Mencit.
Denpasar. Universitas Udaya Bali.

Dewi, 2017. Penggunaan Pestisida Dan Hubungan Terhadap Kejadin Mild


Congnitive Impairement (MCI) (Studi Pada Petani Jeruk Di Desa
Sukorejo Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember). Jember,
Universitas Jember.

Direktorat Bina Rehabilitasi Dan Pengembangan Lahan. 1993. Laporan


Inventarisasi Dan Identifikasi Lahan Marginal/Kritis Pada Kawasan
Lahan Usaha Tani Seluruh Indonesia. Depertemen Pertanian Jakarta.

Fazruni’mah. 2016. Jus Noni Untuk Menurunkan Jumlah Leukosit Dan


Neutrofil Sebagai Indikator Inflamasi Pada Paparan Asap Rokok.
Jakarta. Poltekes Kemenkes Jakarta.

Hidayat Alimul Aziz. 2017. Metodologi Penelitian Keperawatan dan


Kesehatan. Jakarta. Salemba Medika.

Ikawati K. Munabri F, 2018. Gambaran Absolut Dan Jenis Leukosit Pada


Petani Yang Terpapar Pestisida Di Desa Glongong Kecamatan
Wanasari Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Semarang. Akademi Analis
Kesehatan 17 Agustus 1945.

Kusumastuti E. 2014. Ekspresi Cox-2 dan jumlah Neutrofil Fase Inflamasi


Pada Proses Penyembuhan Luka Setelah Pemberian Iskemik Ekstrak
Etanolik Rosela (Hibisuus Sabdariffa) (Studi In Vivo Pada Tikus Wistar).
Kediri. Fakultas Kedokteran Institut Ilmu Kesehatan Bakti Wiyata Kediri.

Leo Pardon S. 2015. Korelasi Paparan Benzene Melalui Pemeriksaan Kadar,


Trans, Trans Muconic Acid (TTMA) Dalam Urin Dengan Gambaran
Complete Blood Count (CBC) Pada Karyawan Di Stasiun Pengisian

43
44

Bahan Bakar Umum (SPBU) X Dan Y PT, Pertamina Medan. Medan.


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Lestari P. Raini M. Alegantina S. 2016. Penelitian Kandungan Organofosfat


Dalam Tomat Slada Yang Beredar Di Beberapa Jenis Pasar Di DKI
Jakarta . Jakarta. Media Litbang Kesehatan Volume XV.

Marlinda H. 2015. Pengaruh Pemberian Senyawa Taurin Dan Ekstrak Daun


Dewa Gyunora Segetum (Lour) Merr Terhadap Eritrosit Dan Leukosit
Mencit (Mus Musculcus) Yang Di Induksi Benzo (α) Pire. Bandar
Lampung. Universitas Lampung.

Masturoh Imas & T. Anggita Nauri. 2018. Metode Penelitian Kesehatan.


Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan
Pengembangan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Ningtyas E. 2016. Inhibisi Ekstrak Daun Beluntas Pluchea Indica (L) Less
Terhadap Indeks Adhesi Streptococcus Mutans Pada Neutrofil. Jember.
Universitas Jember.

Notoadmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.


Rineka Cipta.

Nugraha P. 2014. Jumlah Neutrofil Pada Petani Terpapar Pestisida Di


Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur. Manado. Fakultas
Kedokteran Samratulangi.

Nurjazuli. 2017. Hubungan Pajanan Pestisida Dengan Gangguan


Keseimbangan Tubuh Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang. Semarang. Universitas Diponegoro.

Prijanto B. 2016. Analisis Faktor Keracunan Pestisida Pada Keluarga Petani


Holtikultura Di Kecamatan Ngablak Kbaupaten Magelang. Semarang.
Universitas Diponorogo.

Pratiwi L.L. 2014. Adhesi Porphyromonas Gingivalis Pada Neutrofil Yang


Diinkubasi Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa).
Jember. Universitas Jember.

Rahma Nur. 2018. Peran Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.)
Griff) Terhadap Adhesi Streptococcus Mutans Pada Neutrofil. Jember.
Universitas Jember.
45

Runia Y.A. 2018 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan


Pestisida Organofosfat, Karbamat Dan Kejadian Anemia Pada Petani
HOrtikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngamblak Kabupaten
Magelang. Semarang. Universitas Diponegoro.

Sadeli Adison R. 2016. Uji Aktivitas Dengan Metode DDPH (1,1 – Diphenyl –
2 – Pieryllhydrazyl ) Ekstrak Bromelain Buah Nanans (Ananas Conosus
( L. ) Merr ). Yogyakarta. Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

Sipayung, R. 2015. Stres Garam Dan Mekanisme Toleransi Taman. Fakultas


Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Suharto. Endah W.N. Marinajati D. 2015 Hubungan Riwayat Paparan


Pestisida Dengan Profil Darah Pada Wanita Usia Subur Di Daerah
Pertanian Cabai Dan Bawang Merah. Semarang. Program Kesehatan
Lingkungan.

Susilalawati, R. A. E., Abdillah, S. Y., Dan Purwanto, N. (2016). Pengaruh


Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2014).

Wahyudi R. 2018. Pengaru Polisakarida Krestin Dari Ekstrak Corrolus


Versicolor Terhadap Jumlah Leukosit Dan Konsetrasi Interleokin-23
Pada Mus Muscolus Yang Di Papar Staphylococcus Aureus . Surabaya.
Universitas Airlangga.
46

INFORMED CONSENT

(Persetujuan Menjadi Responden)

Diawali dengan penjelasan penjelasan secara ringkas terkait


pelaksanaan penelitian yang akan disampaikan kepada responden yang
akan menjadi sampel,yang akan dilakukan oleh Sulfiyati Samak NIM
PO7172318045 dengan Judul “Gambaran Jumlah Neoutrofil Pada Petani
Sayur Yang Terpapar Pestisida Di Waiheru Desa Perumnas Ambon.
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
ALAMAT :
NO HP :
Saya setuju untuk memutuskan ikut berpatisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan, bila selama penelitian ini saya menginginkan
untuk memundurkan diri maka saya dapat memundurkan sewaktu-waktu
tanpa sanksi apapun.

Ambon Juni 2021

Sanksi Yang Memberikan


Persetujuan

(.............................) (...........................)

Peneliti

Sulfiyati Samak
NIM. P07172318045
47

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gamabar 1
48

Alat hemetologi analyzer Dan sampel

Gambar 2 Gambar 3
Menghomogen sampel Pengertikan profil Sampel

Gambar 3 Gambaran 4
Pemeriksaan Sampel Pada Alat Proses Pembacaan Hasil
Hematologi Analyzer

Anda mungkin juga menyukai