Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EFEK KONDISI KRISIS TERHADAP PASIEN DAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :
NAMA : FARDA WAEL
KELAS : PAGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES


MALUKU HUSADA
AMBON 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Efek kondisi kritis
terhadap pasien dan keluarga” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFT.............................................................................................................................iii
AR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN.............................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.1 EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP PASIEN:...........................................................3
2.1.1 Pasien kritis........................................................................................................3
2.1.2 Respon terhadap stress:........................................................................................3
2.1.3 Adapun efek psikologis terhadap pasien kritis antara lain:...........................................3
2.1.4 Adapun efek non psikologis terhadap pasien kritis antara lain......................................3
2.1.5 Respon terhadap kecemasan:.................................................................................4
2.2 EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP KELUARGA:.....................................................4
2.2.1 Efek kondisi kritis pada keluarga:...........................................................................4
2.2.2 Penyebab stress...................................................................................................4
2.2.3 Kecemasan Kecemasan........................................................................................5
2.2.4 Traumatis..........................................................................................................5
2.2.5 efek psikologis terhadap keluarga:..........................................................................5
2.2.6 efek non psikologis terhadap keluarga:....................................................................6
2.2.7 EFEK KONDISI KRITIS PADA PASIEN DAN KELUARGA....................................6
2.2.8 Menurut kelurga :................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................8
PENUTUP.......................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................8
3.2 SARAN..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian atau jalan
keluar dalam waktu yang terbatas.Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal
pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan
terapi. Pasien dalam kondisi gawat membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang
intensif. Suatu perawatan intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian
khusus dalam bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk merawat
pasien yang sedang kritis (Vicky, 2011). Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari
rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-
pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang potensial mengancam
nyawa. ICU menyediakan sarana-prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-
fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut (Kemenkes, 2011). Intensive
care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan perawatan pada
pasien-pasien gawat darurat dan untuk mendukung organ vital pada pasienpasien yang akan
menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan risiko tinggi untuk
fungsi vital. Keperawatan kritis termasuk salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang
secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang
perawat kritis bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis di Intensive Care Unit
(ICU) beserta keluarganya mendapatkan pelayanan
keperawatan yang optimal (Dossey, 2002). Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka
ICU harus dikelola dengan baik. Perawat yang bekerja di dalam Intensive Care Unit harus
memiliki kemampuan komunikasi dan kerjasama tim. Proses keperawatan kritis mengatasi
klien yang sedang dalam kondisi gawat tersebut. Oleh karena itu, diperlukan peran seorang
perawat yang dapat bertindak cepat dan tepat serta melaksanakan standar proses keperawatan
kritis.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana efek kondisi kritis terhadap pasien?


2. Bagaimana efek kondisi kritis terhadap keluarga?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui tentang bagaimana efek kondisi kritis terhadap pasien


2. Untuk mengetahui tentang bagaimana efek kondisi kritis terhadap keluarga

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP PASIEN:

2.1.1 Pasien kritis


Pasien krisis adalah pasien yang memiliki besar kemungkinan menjadi sangat rentan, tidak
stabil, dan kompleks sehingga memerlukan perawatan intensif dan asuhan keperawatan
(Nurhadi, 2014).
Area keperawatan kritis melibatkan keluarga karena keluarga dapat menjadi bagian integral
dari perawatan pasien di ICU dan mempengaruhi kesembuhan pasien. Pasien kritis dapat
diketahui dari beberapa tanda dan gejala berikut :
a) Kehilangan kesadaran
b) Mengalami kelumpuhan dan dapat dilakukan monitoring Stress: muncul apabila pasien
dihadapkan dengan stimulus yang menyebabkan ketidakseimbangan antara fungsi fisiologis
dan psikologis.

2.1.2 Respon terhadap stress:


Kecemasan yaitu penyebab: perasaan terisolasi, dan perasaan kesepian. Kecemasan terjadi
saat seseorang mengalami hal-hal:
a. Ancaman ketidakberdayaan
b. Kehilangan kendali
c. Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
d. Pernah mengalami kegagalan pertahanan e. Rasa isolasi
f. Rasa takut sekarat

2.1.3 Adapun efek psikologis terhadap pasien kritis antara lain:

a. Stres akibat kondisi penyakit


b. Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
c. Perasaan isolasi
d. Depresi
e. Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional(Morton et al, 2011) (Hudak &
Gallo, 1997) Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa penelitian kualitatif
pada pasien yang dirawat diruang ICU menemukan bahwa pasien mengalami stres yang
berhubungan dengan 3 tema besar, yaitu: a. Stres berkaitan dengan tubuh mereka b. Stres
berkaitan dengan ruangan ICU c. Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain
(Jastremski, 2000 dalam Suryani, 2012)

2.1.4 Adapun efek non psikologis terhadap pasien kritis antara lain

a. Ketidakberdayaan
b. Pukulan (perubahan) konsep diri

3
c. Perubahan citra diri
d. Perubahan pola hidup
e. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan pasien
dan keluarga)
f. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi) (Morton et al, 2011) (Suryani,
2012).

2.1.5 Respon terhadap kecemasan:

a. Respon fisologis frekuensi nadi cepat, peningkatan tekanan darah, peningkatan


pernapasan, dilatasi pupil, mulut kering, dan vasokontriksi perifer dapat tidak terdeteksi
b. Respon sosiopsikologis respon perilaku yang menandakan kecemasan seringkali didasari
oleh sikap keluarga dan budaya.
Peran Perawat pada pasien kritis:
a. Menciptakan lingkungan yang menyembuhkan
b. Menumbuhkan rasa percaya
c. Memberikan informasi
d. Memberikan kendali
e. Kepekaan budaya
f. Kehadiran dan penenangan
g. Teknik kognitif

2.2 EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP KELUARGA:

2.2.1 Efek kondisi kritis pada keluarga:

a. Stres. Stresor dapat berupa: fisiologis (trauma, biokimia, atau lingkungan), psikologis
(emosional, pekerjaan, sosial, atau budaya)
b. Rasa takut dan kecemasan
c. Peralihan tanggung jawab
d. Masalah keuangan
e. Tidak adanya peran social Respon keluarga merupakan respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan.
a. Stress Stress adalah suatu kondisi secara psikologis dimana seseorang merasakan tertekan
dan ingin menyerah.

2.2.2 Penyebab stress


inilah disebut dengan stressor. Stressor ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Jangka pendek yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 6 bulan
b. Jangka Panjang yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan. Penyebab stress pada keluarga ini dapat berasal dari :
1) Kondisi keluarga yang masuk ICU dan tidak dapat mengunjungi keluarga karena ruangan
intensif.

4
2) Keluarga tidak mampu beradaptasi dengan stressor yang dimiliki yaitu memikirkan
kondisi pasien yang berada di ICU.
3) Keluarga merasa takut akan kematian atau kecacatan tubuh yang terjadi pada pasien yang
sedang dirawat di ICU.
4) Masalah keuangan tarif di ruang ICU relatif mahal.

2.2.3 Kecemasan Kecemasan

Adalah perasaan yang tidak senang dan tidak nyaman sehingga orang-orang berusaha untuk
menghindarinya (Stuart, 2009). Penyebab kecemasan dapat berasal dari perilaku (Behaviour).
Teori ini menjelaskan bahwa kecemasan akan meningkat melalui konflik yang terjadi
sehingga tercipta perseosi dan menuju rasa tidak berdaya. Kecemasan dapat menimbulkan
berbagai respon, diantaranya:
a. Kognitif Gangguan kognitif merupakan gangguan pada proses berpikir, memecahkan
masalah, mengambil keputusan, dan mengingat.
b. Psikomotor Gangguan psikomotor merupakan gangguan yang terjadi saat melakukan
aktivitas fisik.
c. Fisiologis Gangguan fisiologis merupakan gangguan fungsi tubuh yang mendukung
kehidupan.
d Perasaan Tidak Nyaman Perasaan tidak nyaman terjadi ketika seseorang merasa berada di
dalam bahaya.

2.2.4 Traumatis

Traumatis berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang yang bersifat psikis
hingga memberikan dampak yang negatif pada dirinya untuk sekarang dan masa depan.
Trauma psikologis akan terus terbayang selama hidup jika individu tersebut tidak
menemukan dukungan. Dukungan yang diperlukan biasanya berasal dari keluarga dan teman-
teman terdekat. Traumatis adalah sikap dengan dukungan keluarga pasien dapat menurunkan
level kecemasan dan meningkatkan level kenyamanan ( Holly, 2012). Tugas keluarga pasien
kritis agama adalah mengembalikan keseimbangan dan mendapatkan ketahan. Menurut Mc
Adam,dkk (2008) peran keluarga :
a) Active Presence (keluarga berada di sisi pasien)
b) Protector (Memastikan perawatan terbaik) c) Facilitator( memberikan fasilitas sesuai
dengan kebutuhan pasien)
d) Historian ( Sumber informasi )
e) Coaching ( Pendukung pasien )

2.2.5 efek psikologis terhadap keluarga:

1. Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan


2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga)
3. Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga) (Hudak & Gallo, 1997).

5
2.2.6 efek non psikologis terhadap keluarga:

1. Perubahan struktur peran dalam keluarga


2. Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3. Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. Masalah financial keluarga
5. Perubahan pola hidup keluarga (Hudak & Gallo, 1997) *(Morton et al, 2011).

2.2.7 EFEK KONDISI KRITIS PADA PASIEN DAN KELUARGA

Pada Pasien Kondisi kritis Kecemasan menyebabkan respon :


1. Kognitif
2. Psikomotor
3. Fisiologis
4. Perasaan tidak nyaman
Per adalah kondisi dimana terjadi disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh
Pasien kritis adalah pasien yang beresiko tinggi terhadap masalah kesehatan yang
mengancam jiwa (American Association of Critical Nursing)

2.2.8 Menurut kelurga :


1. Active Pre disisi pasi
2. Protector terbaik)
3. Facilitator sesuai den
4. Historian
5. Coaching

a. Penjelasan Sakit kritis merupakan kejadian yang tiba-tiba dan tidak diharapkan serta
membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang mengancam keadaan stabil. Stress dan
penyakit merupakan efek dari kondisi kritis terhadap pasien.
b. Stress didefinisikan sebagai suatu stimulus yg mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi
fisiologis dan psikologis. Pada kenyataannya, bahwa dengan diterimanya pasien di ICU
menjadikan tanpa adanya ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan pada semua
individu yang dirawat.
c. Di sisi lain, perawat keperawatan kritis merasakan bahwa unit keperawatan kritis
merupakan tempat di mana hidup dengan kewaspadaan.
d. Di sisi lain juga pasien dan keluarga merasa bahwa diterimanya di ICU sebagai tanda akan
tiba kematian karena pengalaman mereka sendiri atau orang lain. Karena perbedaan persepsi
tentang perawatan kritis antara pasien, keluarga, dan perawat, maka terputusnya komunikasi
kedua pihak harus diantisipasi. Peran sakit pada pasien yang sering ditemukan adalah peran
tidak berdaya. Stres karena penerimaan peran sakit, ketidakberdayaan dapat menyebabkan
terputusnya komunikasi antara pasien dan perawat. Ketidakberdayaan sering dihubungkan
dengan ansietas yang menjelaskan bahwa mengalami kemunduran pada pasien dewasa.
Berbagai macam perilaku koping pasien seperti mengingkari, marah, pasif, atau agresif
umumnya dapat dijumpai pada pasien. Upaya koping pasien mungkin efektif atau tidak
efektif dalam mengatasi stres dan ini mengakibatkan ansietas.

6
Jika perilaku koping efektif, energi dibebaskan dan diarahkan langsung ke penyembuhan.
Jika upaya koping gagal atau tidak efektif, maka keadaan tegang meningkatkan dan terjadi
peningkatan kebutuhan energi. Hubungan antara stres, ansietas, dan mekainsme koping
adalah kompleks dan ditunjukkan secara kontinyu dalam berbagai situasi keperawatan kritis.
Tingkat stres yang ekstrem merusak jaringan tubuh dan dapat mempengaruhi respon adaptif
jaringan patologis.
Jika koping tidak efektif, ketidakseimbangan dapat terjadi dan respon pikiran serta tubuh
akan meningkat berupaya untuk mengembalikan keseimbangan.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Masing-masing efek kondisi kritis baik bagi pasien maupun keluarga ada efek psikologis
maupun non psikologis. Adapun efek psikologis terhadap pasien kritis antara lain: stres
akibat kondisi penyakit , rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian), perasaan
isolasi, depresi, dan perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional. Adapun efek
non psikologis terhadap pasien kritis antara lain: ketidakberdayaan, pukulan (perubahan)
konsep diri, perubahan citra diri, perubahan pola hidup, perubahan pada aspek sosial-
ekonomi (pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga), keterbatasan
komunikasi (tidak mampu berkomunikasi). Adapun efek psikologis terhadap keluarga: stres
akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan, ansietas
berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga), pengingkaran
terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga). Sedangkan efek non psikologis terhadap
keluarga: perubahan struktur peran dalam keluarga, perubahan pelaksanaan fungsi peran
dalam keluarga, terbatasnya komunikasi dan waktu bersama, masalah financial keluarga,
perubahan pola hidup keluarga.

3.2 SARAN

Sebagai perawat professional kita harus mengetahui bagaimana efek kondisi kritis terhadap
pasien dan keluarga. Selain itu pemahaman terhadap konsep holism, komunikasi, dan
kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting untuk menunjang perawatan terhadap klien
agar kondisi klien lebih baik dan status kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat
ditekan semaksimal mungkin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatn Keluarga (Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu Baradro,


M., Dayrit, M., & Maratning, A. (2016). Seri Asuhan Keperawatan Kesehatan Mental
Psikiatri. (A. Linda, Ed). Jakarta: EGC Halgin, & Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal
Perspektif Klinis Pada Gangguan Psikologis (6th ed). Jakarta: Salemba Medika. Harmoko.
(2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. (S. Riyadi, Ed.) (Pertama). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai