Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

PERENCANAAN PARAWISATA PANTAI WAKA DI DESA FATKAUYON


KECAMATAN SULABESIH TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SULA

NAMA: BADRUN MADE

NIM: 2016-74-052

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2021

LEMBAR PENGESAHAN

i
Proposal penelitian ini telah di periksa dan di setujui oleh pembimbing proposal
yang selanjutnya dapat di usulkan untuk seminar dengan judul penelitian
sebagai berikut:

NAMA : BADRUN MADE

NIM : 201674052

JUDUL : PERENCANAAN PARIWISATA PANTAI WAKA


DI DESA FATKAUYON KECAMATAN
SULABESIH TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN
SULA

PROGRAM STUDI : PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS: TEKNIK

Menyetujui

Dosen Pembimbing Proposal

Ir.B.Jamlean,M.Si
NIP: 1957032119800310003

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, tak lupa juga shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan proposal ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan proposal ini.
Ucapan terima kasih antara lain kepada:

1. Dr. Pieter. Th. Berhitu ST. MT selaku Dekan Fakultas teknik.

2. Benjamin G. Tentua,ST. MT selaku Ketua Jurusan teknik mesin

3. Dr. Pieter. Th. Berhitu ST. MT selaku Ketua Program Studi

4. Ir.B.Jamlean,M.Si selaku pembimbing proposal

5. Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi dalam menyelesaikan


tugas akhir ini, Serta Semua teman-teman PWK dan semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam
penulisan Proposal ini.

Penulis menyadari sungguh, bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran serta
masukan yang bersifat membangun guna pengembangan dan kemajuan penulis
di waktu-waktu mendatang.

Penulis

Badrun Made (2016-74-052)

DAFTAR ISI

iii
COVER.........................................................................................................................i

LEMBARAN PENGESAHAN..................................................................................ii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................2

1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................3

1.3 TUJUAN PENILITIAN...........................................................................4

1.4 MANFAAT PENILITIAN.......................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................6

2.2 PENGERTIAN PARAWISATA.............................................................7

2.3 PERENCANAAN PARIWISATA..........................................................8

2.4 KONSEP PERENCANAAN...................................................................9

BAB III METODE PEILITIAN.................................................................................10

3.1. WAKTU DAN TEMPAT PENILITIAN................................................11

3.2. ALAT DAN BAHAN.............................................................................12

POPULASI DAN SAMPEL.........................................................................13

3.4. JENIS DAN SUMBER DATA...............................................................14

3.5. METODE PENGAMBILAN DATA......................................................15

3.6. FARYABEL PENILITIAN....................................................................16

3.7. METODE ANALISIS DATA.................................................................17

3.8. DIAGRAM ALIR PENELITIAN...........................................................18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memilki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum

dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya sektor pariwisata.Untuk lebih

memantapkan pertumbuhan sektor pariwisata dalam rangka mendukung pencapaian

sasaran pembangunan, maka perlu diupayakan perencanaan maupun pengembangan

produk-produk yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pariwisata.Pengembangan

kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan

pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan

kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti merubah secara total,

tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang

ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata, (Budi-

Santoso 2009)

Perencanaan Pariwisata (Tourism Planning) merupakan perencanaan yang

mempertimbangkan semua sumber daya pariwisata, organisasi, pasar, dan program di

suatu wilayah tertentu, serta mengembangkan strategi untuk tujuan rekreasi atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang akan dikunjung, sedangkan definisi

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan

ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan

mengaktifkan sektor produksi lain didalam negara penerima wisatawan. Perencanaan

pariwisata disuatu wilayah perlu direncanakan dengan baik berdasarkan potensi

Sumber Daya Alam (SDA) dan nilai wisatanya.Menurut Undang Undang No. 10/2009

1
tentang Kepariwisataan, maka yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai

macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Perencanaan

wilayah terkandung faktor penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan dan tidak hanya memberikan arahan

lokasi, tetapi juga memberikan jaminan terpeliharanya ruang yang berkualitas dan

mempertahankan keberadaan obyek-obyek wisata.

Sektor pariwisata dapat dikatakan bersentuhan langsung dengan masyarakat

dari tingkat ekonomi yang paling bawah, karena masyarakatlah yang akan melakukan

kontak langsung dengan para wisatawan. Untuk itulah Undang-undang Nomor 10

Tahun 2009 ini ditetapkan, sehingga para pengrajin, pemandu wisata, dan para pelaku

wisata kecil dan menengah dapat dibina dan dikembangkan sesuai dengan aturan yang

berlaku (Aditya Yuli, 2011). Karena banyaknya objek wisata yang ada, maka

diperlukannya suatu lembaga yang mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan

kepariwisataan itu sendiri atau yang disebut dengan Kementerian Pariwisata.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata, bahwa Kementerian Pariwisata berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Presiden yang dipimpin oleh seorang Menteri.

Kementerian Pariwisata mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang kepariwisataan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan

pemerintahan negara.

Pembangunan kepariwisataan harus ditingkatkan dan dikembangkan untuk

memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan pemerataan kesempatan berusaha

dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan nasional dengan tetap

2
mempertahankan kepribadian bangsa dan tetap terpeliharanya nilai-nilai agama,

mempercepat persahabatan antar bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, serta

memperhatikan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup.

Kabupaten Kepulauan Sula sendiri terletak di Provinsi Maluku Utara. Daerah

yang di sebelah utara berbatasan dengan laut Banda, Selatan dengan Laut Seram, Barat

dengan Laut Maluku, dan Timur dengan Sulawesi Tengah. Kabupaten Kepulauan Sula

Propinsi Maluku Utara terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor.1 Tahun 2003.

Kabupaten Kepulauan Sula memiliki 3 pulau besar yaitu Pulau Sulabesi, Pulau

Mangoli dan Pulau Taliabu, akan tetapi semenjak tahun 2013, berdasarkan undang-

undang nomor 6 tahun 2013, Pulau Taliabu secara administratif berdiri sebagai

Kabupaten baru, sehingga Kabupaten Kepulauan Sula hanya memiliki 2 Pulau besar

yaitu Pulau Mangoli dan Pulau Sulabesi. potensi dan peluang pengembangan objek

wisata, khususnya wisata bahari dan wisata alam merupakan upaya pengembangan

ekonomi masyarakat. Tidak mengherankan jika sumberdaya pengembangan potensi

pariwisata, baik wisata bahari, wisata sejarah, wisata alam, wisata budaya serta

beraneka ragam corak objek wisata yang perlu di kembangkan, semua ini merupakan

aset daerah yang produktif.

Wisata pantai Waka Desa Fatkauyon Kecamatan Sulabesi Timur Kabupaten

Kepulauan Sula memiliki keindahan yang sangat indah akan tetapi belum di kelola

dengan baik atau dengan belum memiliki sarana fasilitas pengunjung yang cukup.

Objek wisata pantai waka memiliki keindahan sendiri sehingga dapat menarik para

pengunjung, baik pengunjung lokal maupun pengunjung non lokal.Dari observasi awal

yang dilakukan oleh penulis setelah menggunjungi objek wisata pantai waka,terlihat

jelas bahwa keindahan alam yang ada tidak terawat dengan baik pada kawasan tersebut

seperti prasarana bangunan yang sudah tidak terawat dan sampah yang bertebaran

3
dimana-mana membuat pemandangan yang berada di kawasan pantai waka sangat

tidak elok dipandang, tidak adanya tempat peristirahatan dan warung-warung yang

disediakan bagi seorang pengunjung untuk menikmati keindahan pantai, melihat

permasalahan yang ada membuat ketertarikan seorang pengunjung sangat kurang

untuk berwisata di pantai waka karena keamanan dan kenyamanan bagi seorang

pengunjung

Berdasarkan pada permasalahan dalam perencaan pariwisata tersebut di atas,

maka diperlukannya penyelesaian-penyelesaian yang tepat agar mendapat solusi yang

optimal. Keterlibatan pemerintah, masyarakat dan pihak swasta akan memudahkan

proses perencanaan wisata yang semakin maksimal. Inilah yang menjadi latar

belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perencanaan Pariwisata

Pantai Waka di Desa Fatkauyon Kecamatan Sulabesi Timur Kabupaten Kepulauan

Sula.dan sekaligus memberikan gambaran tentang perencanaan pariwisata dilokasi

penelitian guna mengembangkan tempat pariwisata pantai waka kedepan.dengan

judul:`

Perencanaan Pariwisata Pantai Waka Di Desa Fatkauyon Kecamatan Sulabesih Timur

Kabupatan Kepulauan Sula

1.2. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah

Bagaimana Perencanaan Pariwisata Pantai Waka di Desa Fatkauyon Kecamatan

Sulabesi Timur Kabupaten Kepulauan Sula?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

4
Mengetahui Perencanaan Pariwisata Pantai Waka di Desa Fatkauyon Kecamatan

Sulabesi Timur Kabupaten Kepulauan Sula

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk :

1. Memberi masukan bagi pemerintah Kabupaten Kabupaten Kepulauan Sula.

khususnya Dinas Pariwisata dalam Perencanaan Pariwisata Pantai Waka di Desa

Fatkauyon Kecamatan Sulabesi Timur.

2. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan berkaitan

dengan dunia pariwisata khususnya pantai waka Desa Fatkauyon Kecamatan

Sulabesi Timur dengan segala permasalahannya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi

dalam jangka waktu sementara.Dalam UU No.10 Th. 2009 adalah berbagai macam

kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang dise-diakan

masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia

terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi.Diawali dari kegiatan yang semula

hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20,

kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia.Hal ini terjadi tidak hanya di Negara

maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang. Indonesia sebagai Negara

yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun

industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar

negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat

bertambah (Pendit, 2002). Pariwisata dapat dipergunakan sebagai katalisator dari

6
kegiatan pembangunan, kepariwisataan merupakan mata rantai panjang yang dapat

menggerakkan bermacam-macam kegiatan dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Yoeti (1998) kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia

setelah diselenggarakannya musyawarah nasional Touristme ke II di Tretes Jawa

Timur, pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958.Sebelumnya, kata ganti

pariwisata yang digunakan kata touristme yang berasal dari bahasa Belanda yang

sering pula diindonesiakan menjadi turisme.

Secara etimologis kata pariwisata yang berasal dari bahasa

sansekerta,sesungguhnya bukanlah berarti tourisme (bahasa belanda) atau tourism

(bahasa inggris). Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata

pari dan wisata.

1. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap.

2. Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata

travel dalam bahasa inggris.

Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusya diartikan sebagai perjalanan

yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain.

Lebih lanjut, pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan dengan tujuan

keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya.Wisatawan

melakukan aktivitas selama mereka tinggal di tempat tujuan wisata dan fasilitas di buat

untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan (Marpaung, 2002).Menurut Pitana dan

Gayatri (2005), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan,

daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari

perjalan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut dilakukan

secara tidak permanen.

7
Kebijakan Pariwisata Menurut Goeldner il. ali es., tourism policy adalah Suatu

kelompok peraturan, ketentuan, tujuan dan strategi untuk pengembangan/promosi,

yang menyediakan suatu kerangka untuk mengambil keputusan secara kolektif dan

invidual yang mempengaruhi pengembangan pariwisata secara langsung, serta aktifitas

harian dalam suatu destinasi.Dapat dikatakan bahwa kebijakan pariwisata mencoba

untuk menyediakan pengalaman pengunjung yang berkualitas dan memberikan

“profit”/keuntungan kepada para stakeholder destinasi sambil memastikan bahwa

destinasi tidak dikompromi dalam integritas lingkungan, sosial dan budaya.Terdapat

beberapa fungsi dari kebijakan pariwisata, yakni sebagai berikut Mendefinisikan “rules

of the game” yakni kerangka yang menjadi dasar untuk “operator-operator” pariwisata.

1. Menentukan aktifitas dan perilaku yang diharapkan.

2. Memberikan suatu arahan (direction) dan bimbinganuntuk semua stakeholder

pariwisata di suatu destinasi.

3. Memfasilitasi consensus berdasarkan strategi dan tujuan yang spesifik untuk

suatu daerah destinasi tertentu.

4. Memberikan kerangkan untuk diskusi public/swasta tentang peran dan

kontribusi dari sektor pariwisata kepada ekonomi dan kepada masyarakat

secara umum.

5. Memberikan kerangka untuk diskusi publik/swasta tentang peran dan

kontribusi dari sektor pariwisata kepada ekonomi dan kepada masyarakat

secara umum.

6. Memungkinkan pariwisata bisa berhadapan bersamadengan sektor-sektor lain

dari ekonomi.

2.2. Perencanaan Pariwisata

8
Kebijakan pariwisata memberikan filsafat dasar untuk pembangunan dan

menentukan arah pengembangan pariwisata di destinasi tersebut untuk masa depan.

Sebuah destinasi dapat dikatakan akan melakukan pengembangan wisata jika

sebelumnya sudah ada aktivitas wisata. Dalam pelaksanaan pengembangan,

perencanaan merupakan faktor yang perlu dilakukan dan dipertimbangkan. Menurut

Inskeep (1991:29), terdapat beberapa pendekatan yang menjadi pertimbangan dalam

melakukan perencanaan pariwisata, diantaranya:

1. Continous Incremental, and Flexible Approach, dimana perencanaan dilihat

sebagai proses yang akan terus berlangsung didasarkan pada kebutuhan dengan

memonitor feed back yang ada.

2. System Approach, dimana pariwisata dipandang sebagai hubungan sistem dan

perlu direncanakan seperti dengan tehnik analisa sistem.

3. Comprehensive Approach, berhubungan dengan pendekatan sistem diatas,

dimana semua aspek dari pengembangan pariwisata termasuk didalamnya

institusi elemen dan lingkungan serta implikasi sosial ekonomi, sebagai

pendekatan holistik.

4. Integrated Approach, berhubungan dengan pendekatan sistem dan keseluruhan

dimana pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai sistem dan

keseluruhan dimana pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai sistem

yang terintegrasi dalam seluruh rencana dan total bentuk pengembangan pada

area.

5. Environmental and sustainable development approach, pariwisata

direncanakan, dikembangkan, dan dimanajemeni dalam cara dimana sumber

daya alam dan budaya tidak mengalami penurunan kualitas dan diharapkan

9
tetap dapat lestari sehingga analisa daya dukung lingkungan perlu diterapkan

pada pendekatan ini.

6. Community Approach, pendekatan yang didukung dan dikemukakan juga oleh

Peter Murphy (1991) menekankan pada pentingnya memaksimalkan

keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan dan proses pengambilan

keputusan pariwisata, untuk dapat meningkatkan yang diinginkan dan

kemungkinan, perlu memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam

pengembangan dan manajemen yang dilaksanakan dalam pariwisata dan

manfaatnya terhadap sosial ekonomi.

7. Implementable Approach, kebijakan pengembangan pariwisata, rencana, dan

rekomendasi diformulasikan menjadi realistis dan dapat diterapkan, dengan

tehnik yang digunakan adalah tehnik implementasi termasuk pengembangan,

program aksi atau strategi, khususnya dalam mengidentifikasi dan mengadopsi.

8. Application of systematic planning approach, pendekatan ini diaplikasikan

dalam perencanaan pariwisata berdasarkan logika dari aktivitas.

Goals biasanya termasuk aspek-aspek seperti meningkatkan kepuasan

pengunjung, diversifikasi pasar pariwisata, meningkatkan kontribusi pariwisata kepada

ekonomi local, dan mengembangkan potensi pariwisata suatu daerah.Sementara

objectives adalah lebih spesifik (khusus) dan berhubungan dengan tindakan-tindakan

yang aktual. Objectives bertujuan untuk mengarahkan tindakan yang akan membantu

mencapai goal-goal pembangunan. Jadi objectives harus lebih realistis, dapat diukur

dan mampu dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan.

2.3. Konsep Perencanaan

10
Perencanaan adalah proses kumpulan kebijakan dan bagaimana

mengimplementasikannya. Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Claire A.

Gunn (1993: 141) yang menegaskan bahwa ada beberapa hal penting di dalam fungsi

kebijakan regional dan lokal sebagai alat yang sangat penting di dalam kegiatan

kepariwisataan, yaitu antara lain: Pertama, perencanaan harus mampu meningkatkan

pertumbuhan yang berkualitas, membutuhkan perubahan-perubahan yang

membangun, disamping pengembangan lokasi yang potensial untuk mengembangkan

kualitas atraksi yang dapat dijual. Kedua, kebijakan kepariwisataan harus lebih

memiliki peranan penting dari kegiatan promosi, kebijakan tersebut harus didukung

oleh penelitian.Ketiga, perencanaan kepariwisataan memerlukan kerjasama publik dan

privat agar segala harapan stakeholdersbisa terpenuhi.Keempat, perencanaan kebijakan

regional dan lokal harus dapat memperkuat semua perencanaan, mendukung

pembangunan pariwisata yang baik hingga pada tingkat destinasi.Kelima, perencanaan

kebijakan regionaldan lokal harus dapat merangsang usaha (bisnis) untuk memberikan

sumbangsihnya kepada pembangunan daerah. Keenam, kebijakan harus dapat

menghubungkan bisnis dengan pemerintah dan non-profit atraction, seperti kebijakan

perencanaan usaha atraksi (alam dan budaya) harus didukung oleh bisnis perjalanan

dan akomodasi lainnya

Terdapat dua jenis perencanaan menurut Faludi (1973:3) yaitu perencanaan

procedural (procedural planning) dan perencanaan substantive (substantive planning).

Teori procedural berhubungan erat dengan teori yang membahas tentang cara atau

teknik perencanaan sehingga kualitas rencana yang dihasilkan sesuai dengan yang

dikehendaki, Sedangakn teori substantive lebih merujuk pada bidang perhatian atau

substansi bidang yang sedang direncanakan. Selanjutnya menurut Muluk (2007:13)

bahwa teori substantive (theoryin planning) lebih merujuk pada bidang perhatian atau

11
substansi bidang yang direncanakan.Banyak faktor yang dapat menyebabkan

perencaan berhasil atau gagal. Secara umum Riyadi dan Dedy (2004:15) menyatakan

factor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu program

perencanaan antara lain, meliputi: 1)Faktor lingkungan; 2)Factor Sumber Daya

Manusia Perencana; 3)Faktor Sistem yang Digunakan; 4) Factor Perkembangan Ilmu

danTeknologi; 5) Faktor Pendanaan. Riyadi dan Brata kusumah (2004:41) Tujuan

pembangunan pada dasarnya adalah merupakan gambaran (deskripsi) tentang sasaran

akhir yang ingin diwujudkan melalui kegiatan pembangunan.sedangkan sasaran

pembangunan adalah jabaran lebih konkret tentang tujuan pembangunan tersebut.

Sasaran pembangunan biasanya dirumuskan dalam bentuk target pembangunan secara

makro yang harus dicapai pada akhir periode pembangunan. Penentuan tujuan dan

sasaran pembangunan ini perlu dilakukan secara hati-hati agar pencapaiannya menjadi

lebih terjamin sesuai dengan yang telah ditetapkan semula. Menurut iqbal 2007:90)

bahwa dalam pemangku kepentingan dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:

1)Pemangku kepentingan utama, yakni yang menerima dampak positif atau negative

dari suatu kegiatan; 2)Pemangku kepentingan penunjang, adalah yang menjadi

perantara dalam membantu proses penyampaian kegiatan. Mereka dapat digolongkan

atas pihak penyandang dana, pelaksana, pengawas, dan organisasi advokasi seperti

organisai pemerintah, LSM, dan pihak swasta; dan 3) Pemangku kepentingan kunci,

yakni yang berpengaruh kuat atau penting terkait dengan masalah, kebutuhan, dan

perhatian terhadap kelancaran kegiatan. Perencanaan pariwisata haruslah di dasarkan

pada kondisi dan daya dukung dengan maksud menciptakan interaksi jangka panjang

yang saling menguntungkan diantara pencapaian tujuan pembangunan pariwisata,

peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, dan berkelanjutan daya dukung

lingkungan di masa mendatang (Fandeli,1995). Indonesia sebagai negara yang sedang

12
berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata

sebagai salah satu cara meningkatkan perekonomiannya.

Perencanaan kepariwisataan, tidak hanya berkepentingan dengan wisatawan,

melainkan juga melibatkan kepentingan masyarakat setempat (local), daerah

(regional) maupun nasional pada umumnya di negara yang bersangkutan. Oleh karena

itu pengembangan kepariwisataan harus digarap bukan hanya dalam hal penyediaan

hotel dan kegiatan promosi semata, melainkan juga segi-segi lainnya yang menjadi

“kebutuhan hidup” wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara – layaknya

seorang manusia – sebagaimana kebutuhan hidup masyarakat setempat selaku tuan

rumah, mulai dari kebutuhan tempat tinggal, makan-minum, mobilitas, udara segar,

lingkungan bersih – indah – nyaman, keselamatan perjalanan, keamanan pribadi dan

harta bendanya dsb.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

.1.Waktu

Waktu yang di gunakan untuk penelitian di laksanakan sejak tanggal di


keluarkan ijin penelitian yaitu 1 bulan pengumpulan data dan 1 bulan
pengolahan data agar data yang di dapatkan lebih akurat dan mendalam
mengenai permasalahan yang akan penulis teliti.

2.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan di lakukan di kabupaten kepulauan sula provinsi


Maluku utara dan obyek penelitian yaitu, perecanaan pariwisata pantai waka
di desa fatkauyon kecamatan sulabesih timur kabupaten kepulauan sula

peta adminitrasi

3.2 Alat dan Bahan

14
Alat yang digunkan pada penelitian ini adalah kamera, alat tulis menulis dan

bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner sebagai alat

bantuwawancara.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penulisan ini adalah seluruh KK yang ada di desa fatkauyon di

tambah dengan pengunjung wisata pantai waka Sampel yang di ambil dalam penulisan

ini adalah 15% dari total pengunjung Wisata pantai waka perhari dan KK yang ada di

Desa fatkauyon

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Data primer

Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung darisumber

aslinya baik secara wawancara, jajak pendapat dari individuatau kelompok, maupun

hasil observasi dari suatu obyek, kejadian,atau hasil pengujian. Dalam hal ini, peneliti

mengumpulkan datadengan cara memberikan kuisioner atau dengan

caramengamati/observasi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidaklangsung;

misalnya melalui buku, catatan, bukti yang telah ada, atauarsip baik yang

dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikansecara umum seperti keadaan

geografis wilayah penelitian.

3.5 Metode Pengambilan Data

15
Metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut

a. Metode observasi langsung sepanjang jalur tracking di wisata pantai waka. fasilitas

yang dianggap layak dan tidak layak di catat sebagai Variabel dependen dan

memiliki daya tarik dicatat.

b. Wawancara terstruktur dengan responden yaitu para wisatawan yang

berkunjung di wisata pantai waka. pada wawancara digunakan pada saat wawancara

adalah kuisioner sehingga pertanyaan akan lebih terfokus.

3.6 Variabel Penelitian

Dalam Penulisan ini Penulis menggunakan Variabel Bebas (independen) atau

variabel yang mempengaruhi (Fasilitas dan sarana prasarana) Variabel Terikat

(Dependen) atau variable yang dipengaruhi oleh variable lain. (Kelayakan Wisata

pantai waka).

3.7.Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis diskriptif kuantitatif dengan mengambil unit analisis pada wilayah ini yaitu
Kecamatan. Analisis diskirptif kuantitatif dilakukan untuk menganalisis beberapa
variabel yang menjadi tolak ukur untuk menentukan tingkat perkembangan
wilayah, seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas wilayah, Jarak Ke
tempat pariwista, ketersediaan sarana dan sarana perekonomian Data-data yang
dikumpul kemudian diproses dalam bentuk yang lebih sederhana, sehingga mudah
dibaca dan diinterprestasikan. Proses analisa data dalam penelitian ini
menggunakan perhitungan indeks komposit.
Analisis Indeks Komposit
Tingkat perkembangan pariwisata merupakan hasil dari scalling antara
berbagai indeks yang ada dan dapat digunakan dalam menganalisis perkembangan
pariwisata, baik itu indeks ekonomi, wilayah, demografi maupun kesehatan.

16
Scalling dilakukan supaya nilai tiap-tiap variabel yang akan digunakan sama
rentangnya yaitu nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100.
Cara scalling :X Xmin 50
Xmax 100

keterangan:
X : Nilai dari variabel
Xmin : Nilai terendah dari variabel
Xmax : Nilai tertinggi dari variable
Setelah itu hasil dari scalling berbagai indeks pengaruh perkembangan
pariwisata tersebut akan dikompositkan/dijumlahkan, dan hasil penjumlahan
tersebut dibuat klasifikasi kelas (tinggi, sedang, rendah). Semakin tinggi nilai
yang dihasilkan maka tingkat perkembangan parawisata pun akan semakin tinggi
pula (Muammar, 2009).

3.8. Digram Alir Peneliitian

MULAI

Dinas pariwisata Pengumpulan data Kependudukan

Analisis
17 data
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Yuli,City Branding Sebagai Strategi Pengembangan PariwisataDitinjau

DariAspek Hukum Merek.Jurnal Ilmu HukumQISTI Vol. 5 No. 1 Januari 2011

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 tentang

KementerianPariwisata

Goeldner R, Ritchie B.R.J; McIntosh W.R. 2000, Tourism : Principles, Practices,

Philosophies.Jon Willey & Sons, Canada.

Gunn C. 1994, Tourism Planning; Basic, Concepts and Cases, Taylor andFrancis,

USA

18
Inskeep Edward, 1998, Guide for local Authorities on Developing Sustainable

Tourism.World Tourism Organization, New York.

Faludi, Andreas,1973. Planning Theory. Pergamon Press: United Kingdom.

Riyadidan Deddy S. Bratakusumah. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi

Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Gramedia Pustaka

Utama: Jakarta.

Pendit, Nyoman, 2002,Ilmu Pariwisata,Bandung: PT. Pradnya Paramita.

Yoeti, Oka, 1998,Pengantar Ilmu Pariwisata,Bandung: Angkasa

Pitana, Gde,2009,Pengantar Ilmu Pariwisata,Yogyakarta: Andi.

Iqbal,Muhammad. 2007. “analisis peran pemangku kepentingan dan implementasinya

dalam pembangunan”. Jurnal penelitian dan pengembangan Pertanian.Vol.

26.No. 3.Hal. 95-102

19
20

Anda mungkin juga menyukai