OLEH:
1515040010
PENDIDIKAN GEOGRAFI A
JURUSAN GEOGRAFI
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
Jawa. Salawat dan salam tidak lupa penulis kirimkan kepada baginda Rasulullah
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan
menuju zaman yang serba modern dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti
penyusunan makalah ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dari para pembaca untuk perbaikan
dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan................................................................................................2
2.3 Penanganan Kerusakan Vitamin larut dalam air pada Bahan Makanan..10
3.1 Kesimpulan......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui keadaan geografi fisik pulau Jawa (keadaan geografis, geomorfologi
serta tanah dan pemanfaatannya).
2. Mengetahui keadaan ekosistem pulau Jawa (iklim, laut, hidrologi serta flora dan
fauna).
3. Mengetahui keadaan ekosistem alami pulau Jawa (pantai, sungai, rawa, danau,
dataran rendah serta pegunungan).
4. Mengetahui keadaan penduduk dan sumber daya alam pulau Jawa (persebaran
penduduk, pemanfaatan sumber daya alam serta gangguan sumber daya alam
dan upaya penanggulangannya).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laut Jawa adalah perairan dangkal dengan luas kira-kira 310.000 km2 di
antara Pulau Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Sulawesi di gugusan kepulauan
Indonesia. Laut ini relatif muda, terbentuk pada Zaman Es terakhir (sekitar 12.000
tahun Sebelum Masehi) ketika dua sistem sungai bersatu. Di barat lautnya, Selat
Karimata yang menghubungkannya dengan Laut China Selatan. Di bagian barat
daya, laut ini terhubung ke samudra Indonesia melalui selat Sunda. Pada masa lalu,
Selat Karimata dan Laut Jawa ini dikenal pula sebagai Laut Sunda.
Perikanan adalah kegiatan ekonomi penting di Laut Jawa. Ada 3000 lebih
spesies kehidupan laut di daerah ini. Laut Jawa, khususnya di bagian barat memiliki
cadangan minyak bumi dan gas alam yang dapat dieksploitasi.
Daerah sekitar Laut Jawa merupakan daerah tujuan pariwisata populer. Selam
scuba menawarkan kesempatan untuk menjelajahi dan memotret gua bawah laut,
kapal tenggelam, terumbu karang, dan kehidupan bawah air. Beberapa taman
nasional berada di daerah ini. Dekat Jakarta, di Kepulauan Seribu adalah Taman
Nasional Ujung Kulon. Karimun Jawa adalah taman nasional yang terdiri dari dua
puluh tujuh pulau.
Dalam Peta Indonesia, Pantai Selatan yang selanjutnya disebut dengan Laut
selatan merupakan daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan laut lepas yaitu
samudera Hindia, batas inilah yang secara langsung membentuk karakteristik dari
parameter Oseanografi yang terjadi di daerah pantai selatan jawa, selain parameter
oseanografi, laut selatan juga akan membentuk geologi yang unik yang membentuk
kondisi oseanografi yang berbeda dibanding dengan laut yang lain. Selain memiliki
keunikan kondisi Oseanografi, Laut selatan juga berpotensi terjadi Tsunami, seperti
yang telah terjadi Tsunami Di Pangandaran Jawa Barat 2006, Hal ini relatif berbeda
dibandingkan dengan laut Utara Jawa yang doprediksi tidak akan terjadi Tsunami
selama beberapa dekade mendatang.
2.2.3 Hidrologi
Pola hidrologi kawasan kars Kendeng Utara secara regional adalah pola
aliran paralel dimana terdapat penjajaran mata air dan mengikuti struktur geologi
yang ada. Pola aliran seperti ini merupakan cerminan bahwa pola aliran sungai di
kawasan kars Sukolilo Pati dan kawasan kars Grobogan dipengaruhi oleh struktur
geologi yang berkembang. Sungai-sungai yang mengalir dibagi menjadi dua zona,
yaitu zona aliran Utara dan zona aliran Selatan. Baik zona Utara maupun Selatan
adalah sungai-sungai yang muncul dari rekahan batugamping kawasan tersebut
atau karst spring dengan tipe mata air kars rekahan (fracture springs). Terbentuknya
mata air rekahan tersebut akibat terjadinya patahan pada blok batu gamping di
kawasan ini saat proses pengangkatan dan perlipatan.
Zona ditemukannya penjajaran mata air tersebut merupakan batas zona jenuh.
Pada zona Utara pemunculan mata air kars berada pada daerah-daerah berelief
rendah hingga dataran dengan kisaran ketinggian 20 - 100 mdpl dan pada zona
Selatan muncul pada ketinggian antara 100 - 350 mdpl. Bukti lain bahwa proses
karstifikasi kawasan ini masih berlanjut dan masih merupakan fungsi hidrologis
adalah ditemukannya sungai-sungai bawah permukaan yang keluar sebagai aliran
permukaan melalui corridor-corridor mulut gua yang ada pada daerah Sukolilo.
Bukti ini dapat dilihat dari sungai bawah tanah yang terdapat di Gua Wareh, Gua
Gondang, Gua Banyu dan Gua Pancuran. Keempat gua tersebut merupakan sistem
perguaan sekaligus sistem sungai bawah tanah yang masih aktif. Fenomena tersebut
memberikan gambaran bahwa perbukitan kawasan kars Kendeng Utara berfungsi
sebagai kawasan resapan air (recharge area), kemudian air resapan tersebut
terdistribusi keluar melalui mata air-mata air yang bermunculan di bagian
pemukiman dan di daerah-daerah dataran sekitar kawasan kars Pati dan Grobogan.
Dalam kawasan kars Kendeng Utara ini terdapat 33 sumber mata air yang
mengelilingi kawasan kars Grobogan dan 79 sumber mata air yang mengelilingi
kawasan kars Sukolilo Pati (Kendeng Utara). Keseluruhan mata air tersebut
bersifatparenial artinya terus mengalir dalam debit yang konstan meskipun pada
musim kemarau. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pemunculan air di
sepanjang musim selalu berubah. Pada musim kemarau berdasarkan perhitungan dari
38 sumber air yang ada di kawasan Sukolilo mencapai lebih dari 1.009 lt/dtk, dan
mencukupi kebutuhan air lebih dari 7.882 KK yang ada di Kecamatan Sukolilo, dari
18 sumber air yang ada di Kecamatan Tawangharjo mencapai debit 462,796 lt/dtk
dan mencukupi kebutuhan air lebih dari 5.000 KK yang ada di Kecamatan
Tawangharjo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan. Perhitungan ini akan lebih
meningkat drastis pada saat musim hujan.
Dalam tradisi Indonesia, terutama Jawa, burung ini sangat dikenal dan
digemari, bahkan agak lebih "dimuliakan" dibandingkan dengan burung peliharaan
lainnya. Perkutut masih berkerabat dekat dengan tekukur, puter, dan merpati.
Persilangan (hibrida) antara perkutut dan tekukur dikenal dalam dunia burung hias
sebagai "sinom" (bahasa Jawa) dan memiliki kekhasan pola suara tersendiri.
d. Ayam hutan hijau atau ayam bekisar
Ayam hutan hijau atau ayam bekisar adalah nama sejenis burung yang
termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh,
merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam
peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di
berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas
atau tarattah (Md.).