Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“GEOLOGI PULAU JAWA DAN LAUT JAWA”

Di Sususn Untuk Memenuhi Tugas Geomorfologi Indonesia

(ABKA 550)

Dosen Pengampu:

Dr. H. SIDARTA ADYATMA, M.Si

Dr. DEASY ARISANTY, M.Sc.

Disusun Oleh:

ANGGI AMELIA (1710115120002)

SUCI INDAH SARI (1710115220025)

REYNALDI SAPUTRA (1710115210021)

AHMAD RIZALI (1710115210002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan segenap rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyesaikan laporan ini. Shalawat beserta salam tak lupa semoga senantiasa
terlimpah curahkan ke junjungan umat kita, Baginda Nabi Muhammad Sallallahu
Alaihi Wassalam. Adanya Tugas ini semoga dapat dijadikan suatu pengetahuan dan
wawasan bagi yang membacanya.

Tiada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa penulisan laporan
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun membutuhkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif dan korektif sebagai bahan evaluasi ke depannya.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
pembaca sekalian.

Banjarmasin, 17 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1. GEOMORFOLOGI UMUM PULAU JAWA .................................................... 3
2.2. GEOMORFOLOGIS JAWA BARAT ............................................................... 5
2.3. GEOMOFOLOGI JAWA TENGAH ............................................................... 10
2.4. GEOMORFOLOGI JAWA TIMUR ................................................................ 13
2.5 ANALISA TEKTONIK PULAU JAWA .......................................................... 16
2.6 VOLKANISME PULAU JAWA ...................................................................... 21
1. Magmatisme Pra Tersier .............................................................................. 21
2. Magmatisme Eosen ...................................................................................... 22
3. Magmatisme Oligosen-Miosen Tengah ....................................................... 23
4. Magmatisme Miosen Atas-Pliosen ............................................................... 23
5. Magmatisme Kuarter .................................................................................... 23
6. Magmatisme Belakang Busur....................................................................... 24
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara,
samudera hindia di sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur
berbatasan dengan selat Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik.
Di Indonesia lempeng pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur
pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3
gerakan lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan bergeser. Gerakan lempeng di
Indonesia adalah saling ketemu.
Lempeng benua dan samudera saling bertumbukan ditandai dengan
penunjaman ke bawah, dimana lempeng samudera dengan massa berat yang lebih besar
menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa penyusun material daratan.
Akibat penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung dan terjadi formasi
batuan yang tidak selaras sehingga terjadi pergerakan yang mempengaruhi magma
dalam bumi.
Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu semakin tinggi, sehingga
tekanan tinggi. Pada kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat menghancurkan
litosfer dan menguraikan athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam bersifat
vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali hampir sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari
uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pergerakan lempeng tektonik yang
terjadi sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Di Jawa jika terjadi gaya
endogen berupa pengangkatan dapat memunculkan busur-busur gunung api.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana geomorfologi Pulau Jawa?
2. Bagaimana geomorfologis Jawa Barat?
3. Bagaimana geomorfologi Jawa Tengah?
4. Bagaimana geomorfologi Jawa Timur?
5. Bagaimana Analisa Tektonik Pulau Jawa?

1
6. Apa saja vulkanisme yang terjadi di Pulau Jawa?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah agar terselesaikannya tugas
mata kuliah Geomorfologi Indonesia. Tujuan lainnya yaitu agar mahasiswa dapat lebih
memahami materi berkaitan dengan pembahasan di makalah ini. Adapun manfaat
penulisan makalah ini antara lain:

1. Terselesaikannya tugas mahasiswa pada mata kuliah dari Geomorfologi


Indonesia
2. Bertambahnya ilmu dan pengetahuan Mahasiswa seputar materi yang
dibahas dalam makalah.
3. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian maupun penulisan makalah
untuk waktu yang akan datang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. GEOMORFOLOGI UMUM PULAU JAWA
Pulau Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas dan hal ini disebabkan karena
beberapa keadaan. Satu diantaranya Jawa beriklim tropis. Disamping itu ciri-ciri
geografinya disebabkan karena merupakan geosiklinal muda dan jalur orogenesa
dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi seperti itu mengakibatkan Jawa
mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang. Perubahannya dalam bagian-bagian
tertentu yaitu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau Jawa.
Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipelajari di
Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan
yang cepat dan intensif, danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal.
Perbedaan topografi yang disebabkan karena adanya perbedaan batuannya kurang
nampak jelas bila dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun pulau Jawa banyak
terdapat lembah kecil dan mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan
berarti banyak air yang harus dibuang sehingga banyak terjadi dijumpai parit alam
(gully) yang begitu rapat. Karena banyaknya pari-parit yang rapat mengakibatkan
topografinya terkikis, sehingga sisa permukaan yang dulu pernah terangkat tinggal
sebagian igir yang sempit dan akan hilang dalam waktu singkat.
Sebaliknya peneplain dan permukaan yang datar juga akan terbentuk dalam
waktu yang cepat dari pada di daerah iklim lainnya. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan suatu daerah berupa peneplain, tetapi untuk pulau Jawa mungkin
mengherankan mengapa semua topografinya belum merupakan peneplain. Alasannya
bahwa erosi dan danudasi dapat diimbangi oleh orogenesa muda dan epirogenesa yang
masih bergerak, yang mana gerak lipatan/ melipat masih terus berlangsung dalam
sebuah periode era pleistosen. Akan tetapi di balik itu gunungapi banyak mengeluarkan
bahan-bahan yang banyak dari pada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada
permukaan tanah.

3
 ZONA FISIOGRAFIS
Pada dasarnya dapat dibedakan 3 zona pokok memanjang sepanjang pulau.
Ketiga zona ini sangat berbeda baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Jawa Barat.
Dibagian tengah dan bagian paling barat pulau Jawa, zona-zona serta jalurnya tampak
kurang jelas karena menunjukan adanya perubahan-perubahan. Zona-zona tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Zona Selatan
Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju laut
Hindia dan disebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona ini sering
terkikis sehingga kehilangannya bentuk platonya. Di Jawa Tengah sebagian dari zona
ini telah diganti (ditempati) oleh dataran alluvial.
b. Zona Tengah
Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Di tempat-
tempat tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian
daerahnya diganti (ditempati) oleh rangkaian pegunungan Serayu selatan, yang mana
disebelah utara berbatasan dengan depresi yang lebih kecil. Di bagian paling barat
daerah Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.

4
c. Zona Utara
Zona utara terdiri dari rangkaian gunung lipatan, berupa bukit-bukit rendah
diselingi oleh beberapa gunungapi. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran
alluvial.

2.2. GEOMORFOLOGIS JAWA BARAT


Adapun keadaan geomorfologi Jawa Barat dibagi menjadi beberapa zona,
yaitu:
a) Zona Selatan
Zona Selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas,
berawal dari Nusa Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah
barat yang terakhir dibatasi oleh laut yang dalam dari samudera Hindia.
Zona Selatan terdiri dari :
 Plato Jampang
Plato Jampang memiliki dip ke Selatan dengan escarpment di sebelah
utaranya.. Pada Plato Jampang ini terdapat cliff yang sangat mencolok
karena proses pengangkatan. Pada sudut barat daya sisa-sisa dari endapan
tanggul yang terangkat ditemukan Duyfjespada “Platform” bawah yang
menunjukan penurunan sementara ke bawah permukaan laut. Daerah ini
mempunyai keistimewaan berupa pola lembah yang sejajar dengan garis
pantai. Pola lembah tersebut terjadi karena alur sungai yang mengalir sejajar
dengan garis pantai diantara tanggul pantai yang belum terjadi
pengangkatan. Di dekat batas bagian utara daerah ini terangkat dengan

5
ketinggian kurang lebih 700 meter dan tanggul pantai bagian dalam
terangkat sampai 400 meter. Di daerah-daerah pada permukaan Lengkong
terdapat bukit-bukit yang menonjol tinggi. Jalur yang mencolok dari bukit-
bukit tersebut memotong Plato secara miring yang terletak di sebelah selatan
Cikaso Udik sampai Cibuni.
 Plato Rongga
Plato Rongga terletak di sebelah timur gunung Malang. Plato ini dipnya
merupakan “Flexur” tidak teratur berarah ke dataran Bandung dan sisi
tenggaranya dibatasi oleh massa intrusi yang lebih tinggi yaitu gunung
Cillin. Jauh ke timur seluruh escarpment besar dari zona selatan ini tertimbun
oleh pegunungan muda gunung Malabar, Papandai dan Cikurai. Plato ini
merupakan bagian plato selatan yang sudah tertutup oleh bahan-bahan
vulkanis.
 Plato Karangnunggal
Plato ini terletak jauh ke timur dekat dengan Karangnunggal dengan
permukaan 350-400 meter di atas permukaan laut. Di sebelah utaranya
terdapat igir yang lebih tinggi. Plato Karangunggal ini jauh lebih rendah,
lebih muda dan tidak diketahui apakah berkaitan dengan Plato Lengkong
atau masih lebih muda lagi.

b) Zona Tengah
Ada Persamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya
merupakan depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya
merupakan kedudukan dari gunung berapi. Selain persamaan ada beberapa perbedaaan,
yaitu :
 Zona Tengah di Jawa Barat disebut depresi tetapi memiliki kedudukan yang
masih tetap tinggi, contoh: Depresi Bandung mempunyai ketinggian 675 meter
di atas permukaan air laut.
 Pada zona tengah Jawa Barat gunung berapi tidak terletak pada garis lurus
sepanjang bagian tengah depresi.

6
 Pada zona tengah Jawa Barat terdapat beberapa igir dari lipatan yang jarang
ditemukan di zona tengah Jawa Timur, dimana keadaanya berganti-ganti
dengan depresi.
 Di bagian barat (Banten) yang menunjukan sifat yang berbeda, dimana tidak
terdapat depresi, tetapi terdapat komplek pegunungan yang sedikit demi sedikit
merendah menjadi perbukitan yang rendah sampai ke ujung sebelah barat pulau
Jawa.

Zona Tengah Jawa Barat terdiri dari beberapa bentuk fisiografis, yaitu:
1. Dataran Tasikmalaya
Gunung Sawal menempati posisi yang terpisah di tengah-tengah zona tengah.
Dan kelompok pegunungan selanjutanya terdapat di sebelah barat dari dataran
Tasikmalaya. Pegunungan ini merupakan penghalang utama dalam
menghubungkan dengan zona selatan, dimana hanya terdapat celah sempit yang
dipergunakan untuk jalur jalan raya (Galunggung, Talagabodi Cakrabuana).
2. Dataran Garut.
Kota Garut dikelilingi pada semua sisinya oleh gunung berapi, di sebelah
selatan gunung Kracak Tua dan gunung Cikaruai muda yang masih berbentuk
kerucut yang teratur dan pada sebelah barat daya, barat dan utara berhubungan
dengan gunung-gunung yang melintang yaitu gunung Papandai, Guntur,
Mandalawangi, Calancang.
3. Kompleks Pegunungan di Barat Garut.
Gunung yang paling utara ialah gunung Calancang yang tua dan kompleks,
dimana sebagian sudah merupakan zone utara. Pegunungan dibagi menjadi dua
golongan yaitu kelompok gunung Takuban Prahu dan Pegunungan Malabar
yang memanjang dari timur ke barat gunung Takuban Prahu di batas utara.
4. Lipatan Rajamandala
Di sebelah dataran Bandung terdapat gunung Rajamandala memanjang miring
memotong zona tengah dan menghubungkan antara zona selatan dengan zona
utara.

7
5. Dataran Bandung.
Di sepanjang lembah Citarum terdapat tuff air tawar, tanah liat. Daerah ini telah
mengalami patahan dan kemudian terangkat dibeberapa tempat dan tertutup
secara tidak konform oleh tuff lakustrin baru.
6. Dataran Cianjur - Sukabumi.
Depresi Cianjur telah mengalami penurunan lebih rendah dari dataran
Bandung. Bagian yang paling dalam lebih kurang 270 meter di atas permukaan
air laut. Ditengah Depresi Cianjur-Sukabumi muncul gunung Gede Panrangro,
berupa gunung kembar.
7. Kompleks gunung Gede-Pangrango
Gunung tertua pada daerah ini adalah gunung Pangrango Tua dengan kawahnya
yang besar dimana diperdalam karena proses erosi. Pada sebelah timur terdapat
topografi longsoran vulkanis yang khas yang terdiri dari kubah-kubah tidak
beraturan pada dataran rendah.
8. Sektor Banten
Bagian paling barat atau sektor Banten dari zona tengah keadaannya berbeda
dengan bagian-bagian lainnya dari zona ini. Sektor Banten terdiri dari daerah
pegunungan yang rumit yang dibangun baik oleh intrusi maupun batuan
berlapis dan terkikis kuat dengan lembah-lembah yang dalam.

b) Zona Utara
Zona utara terdiri dari :
 Daerah Lipatan
Di Jawa timur dan Jawa tengah endapan-endapan berjalan terus tanpa
gangguan selama pleosen dan pletosen tengah bagian bawah. Di Jawa Barat
endapan-endapan diselingi oleh beberapa lapisan tidak konform, dimana
lapisan pleosen atas dari alas Bojong di Banten serta alas pleosen Ciberang
dan kali Glagah diendapkan sebagai endapan laut terakhir.
 Endapan Kipas

8
Berupa celah yang besar dibagian utara dekat dengan Bogor, dimana melalui
celah ini mengalir bahan vulkanis Gede-Pangrango dan gunung Salak
memencar merupakan kipas alluvial mencapai dekat Jakarta. Rangkaian
lipatan ke timur dari celah ini ditutupi oleh endapan vulkanik lain pada
permukaan yang lebih tinggi.

 Jalur Peneplain
Di bagian barat celah Bogor terdapat suatu peneplain dengan ciri-ciri khusus
yang terdiri dari tuff sedikit terlipat diselingi oleh massa intrusif yang keras
dengan puncak yang datar dan reruntuhan pegunungan tua.
 Gunung Cireme dan Sekitarnya
Gunung Cireme berupa gunung muda endapan vulkanisnya mengalir dan
menutupi sebagian besar dari batuan lipatan lapissan bawahnya yang
dibeberapa tempat batuan tadi menonjol dari batuan vulkanik bagian luar.
Aliran vulkaniknya bebas sampai mencapai laut Cirebon. Pada lereng barat
daya terdapat reruntuhan dari pegunungan tua. Di selatan terdapat
pegunungan Celancang tua yang menutupi zona utara.
 Kompleks Takuban Prahu.
Kompleks pegunungan Takuban Prahu merupakan pusat peletusan yang
terletak di utara Bandung. Bagian yang tua telah terpotong/ terkoyak oleh
beberapa patahan, dan sebagian dari pegunungan ini telah longsor.
Pergerakan ini ada hubungannya dengan pelipatan terakhir dari pegunungan
Tambakan. Sebagian lereng selatan telah berbatasan dengan patahan
Lembang, dimana bagian utara dari kompleks ini telah terlempar dan
longsor. Dan sisa yang tertinggal dari pegunungan ini muncul lagi yang
muda.
 Kompleks Pegunungan di Banten

9
Kompleks pegunungan yang besar di barat laut yang agak terpencil berupa
komplek pegunungan dengan pusatnya berupa kaldera. Danau dibagian barat
dekat selat Sunda.

2.3. GEOMOFOLOGI JAWA TENGAH


Geomorfologi Jawa Tengah dibagi ke dalam beberapa zona yaitu:
 Zona Selatan
Di zona selatan ini sudah banyak daerah yang tertutup oleh dataran
alluvial. Dataran pantai yang terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/
penenggelaman ke bawah permukaan laut. Sisa paling timur dari zona ini
terdapat di pegunungan Progo. Sisa ini berbentuk seperti bentuk dome. Hanya
dibeberapa tempat di Nanggulan terdapat endapan batu-batuan eosen terdiri
dari breksi andesit oligosen, sebagian tertutup oleh batuan kapur meosen.
Setelah beberapa gerakan tektonik sebagian besar daerah tadi diratakan dan
untuk waktu yang lama tetap sebagai dataran rendah. Selanjutnya karena

10
pergerakan yang terjadi kemudian sebagian dari peneplain ini terangkat
sehingga terjadi dome dan di daerah sekitarnya mengalami penurunan. Pada
puncak dome beberapa bagian dari peneplain tua masih nampak demikian juga
sekelilingnya berupa daerah batuan kapur yang mempunyai kenampakan
topografi karst.
Dengan demikian pegunungan Progo dapat dimasukan ke dalam zona
selatan yang ada di sebelah timur Jawa Tengah. Oleh karena itu dapat dianggap
bahwa “updoming” dari pegunungan Progo barat seumur dengan pengangkatan
dari zona selatan yang ada di Jawa Timur. Sisi utara dari pegunungan Progo
barat ini terpotong escarpment seperti halnya dengan zona selatan. Pelipatan di
sisi utara Progo lebih kuat, sifat tektonik berubah dan dapat dikatakan peralihan
ke zona tengah. Pada kaki escarpment ini batu-batuan tua nampak menonjol
dipermukaan, tidak jauh dari candi Borobudur. Keadaan ini seperti yang terjadi
di pegunungan Jiwo. Bagian selanjutnya dari zona selatan adalah daerah
Karang Bolong yang terdiri dari lapisan meosen batuan kapur meosen muda
dengan karst relief yang menutupi batuan andesit tua. Di sebelah selatan clifnya
dibatasi oleh lautan. Di sebelah utara oleh celah (pass) yang menghubungkan
dengan barisan pegunungan dari zona tengah. Sisa zona selatan yang lain yaitu
pulau Nusa Kambangan dan bukit Selok. T. Hoen menganggap bukit Selok dan
Nusa Kambangan merupakan suatu Horst. Di Nusa Kambangan lapisan
tanahnya (strata) terangkat dan mungkin juga terlipat. Di atas strata tersebut
terdapat permukaan-permukaan yang terkikis. Dari sudut geologis Nusa
Kambangan membentuk peralihan ke zona tengah, tetapi secara fisiografi dapat
disamakan/ dimasukan dalam zona selatan.
 Zona Tengah
Berbeda dengan Jawa Timur, zona tengah disini bukan merupakan
depresi, melainkan suatu daerah pegunungan disebut pegunungan Serayu
selatan. Pada zona selatan merupakan zona plat yang terangkat, terletak lebih
ke timur, dan sebagian besar tertutup oleh dataran alluvial. Di Jawa Tengah
zona ini dipengaruhi oleh gerakan yang berlawanan. Pegunungan Serayu ini

11
dimasukan dalam zone selatan berdasarkan pertimbangan geologis. Dari sudut
geologi daerah ini mengalami lipatan dan thrusting pada waktu periode meosen,
akibatnya tidak hanya batuan tertier tua saja yang tampak tetapi juga batu-
batuan kristalin dan batu-batuan mesozoikum lainnya.
 Zona Utara
Peneplain Kendeng tertutup dibagian barat oleh batuan breksea vulkanis
yang banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro. Lapisan tersebut
menutup pegunungan Kendeng bagian barat dengan tidak konform dan terlipat
sangat kuat disini disebut Alas Damar. Zona utara terdiri dari :
 Gunung Ungaran
Tempat ini mengalami pengangkatan seperti halnya sisa-sisa dari zona
pegunungan Kendeng dan dibeberapa tempat terdapat patahan-patahan, juga
pusat dari gunung yang tua tenggelam sepanjang patahan-patahan yang
berbentuk lingkaran. Pada depresi tadi gunung Ungaran muda muncul,
sekarang dialiri oleh sungai yang telah membentuk lembah sempit menuju
lingkaran kawah yang telah terangkat dari breksea vulkanis.
 Gunung Suropati dan depresei Pening
Gunung Suropati tua yang rendah terpotong jadi dua bagian oleh lembah
yang besar. Lembah ini bergabung dengan depresi Pening dimana bahan-bahan
vulkanis dari segala arah dibawa kesitu dan terbendung di sebelah timur oleh
pungung lipatan. Terjadinya rawa Pening ini sebenarnya merupakan
pembendungan baik oleh pengangkatan punggung lipatan maupun arus
vulkanis. Sungai Tuntang memotong igir tadi, sehingga mengalirkan air Rawa
Pening, tetapi air Rawa Pening naik lagi akibat diadakan Station listrik pada
lembah Tuntang.
 Kompleks pegunungan Dieng/ Sundoro
Bagian selanjutnya dari zona utara ini ditempati oleh beberapa kompleks
pegunungan:

12
- Kompleks pegunungan Dieng terdiri dari suatu kelompok gunung,
diantaranya terdapat plato dengan beberapa pusat letusan kecil. Plato ini
disebut Dieng plato dengan beberapa candi-candi Hindu yang terkenal.
- Gunung Sundoro adalah gunung muda yang terletak disebelah tenggara
Dieng yang merupakan peralihan pegunungan zona tengah.
- Komples pegunungan Jembangan sebelah utara Dieng, terdiri dari
pegunungan tua dan depresi vulkano tektonik yang dipengaruhi oleh
patahan-patahan yang mana sebagian besar mengalami longsoran.
2.4. GEOMORFOLOGI JAWA TIMUR
Zona yang berbeda sangat jelas dan mudah dipisahkan di daerah Jawa Timur atau
paling tidak sebagian besar dari bagian tadi dapat diketahui dengan jelas.

Adapun pembagian satuan/ zona fisiografi di Jawa Timur adalah:


Zona Plato Selatan
Deskripsi fisiografi dari zona plato selatan baik dimulai disebelah barat dan pada daerah
peralihan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, karena bagian ini sangat nyata dan dapat
diamati dengan jelas, terutama berdasarkan penyelidikan mendasar dari H. Lehman.
Permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang terangkat (uplifted), meliputi
baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen muda. Peneplain ini tidak hanya
terangkat tetapi juga mengalami gerak pembengkokan (warped) ke dalam depersi dan
kulminasi yang luas. Zona Plato Selatan kondisi Fisiografinya meliputi:

13
 Topografi Karst Gunung Sewu
 Cekungan Wonosari dan Baturetno
 Escarpment Plato Selatan
 Perluasan Lembah
 Zona Plato disebelah Timur Popoh
 Semenanjung Blambangan
 Zona Tengah Vulkanik
 Kelompok Pegunungan Arjuno
 Kelompok PegununganTengger
 Kelompok pegunungan Paling Timur
 Kelompok Gunung Wilis
 Kelompok Gunung Lawu

14
Zona Utara atau Zona Lipatan.

Zona Utara ini keadaannya paling lebar di Jawa Timur ±87 km. Di Jawa
Timur dibagian utara
 Igir Pengunungan Kendeng
Igir pegunungan Kendeng merupakan kenampakan garis yang horizontal,
dimana semua punggung-punggungnya mempunyai tinggi yang sama. Menurut
Rutten yaitu terbentuk sebagai akibat kerja peneplainisasi sehingga mencapai
ketinggian permukaan yang sama. Dan ketinggian peneplain tadi menurut Lehman
berkisar ± 120-145 m yaitu tinggi dekat lembah melintang dari Bengawan Solo ke
arah barat naik sampai setinggi 180 m, dan ke timur semakin tinggi lagi ± 250 m.
Sisa peneplain hanya terdapat pada igir yang terdiri dari batuan yang tahan lapuk.
Menurut Lehman bahwa diantara igir tadi terdapat suatu sistem pengikisan
permukaan yang lebih rendah, yaitu pada ketinggian ± 150 m di atas permukaan
laut. Untuk menentukan umur dari pengikisan permukaan intramontana dan umur
dari peneplain di atas, maka harus mengarahkan penyelidikan pada endapan yang
terlipat. Untungnya stratigrafi dari endapan terlipat ini diketahui umurnya dari
penyelidikan yang dilakukan oleh L.J.C Van Es dan diteruskan Duyjes yaitu
diketemukan fosil binatang bertulang belakang. Dengan demikian urutan
geomorfologinya menurut Lehman adalah endapan yang terjadi pada plestosen tua
yang menutupi alas plestosen Kalibeng adalah alas Pucangan yang mana telah
diketemukan fauna Jetis berumur plestosen tua. Dari sebelah timur masih
merupakan endapan laut, di sebelah barat sebagian endapan terdiri dari vulkanis
dan sebagian terdiri dari tanah liat air tawar. Hal ini menunjukan pernah terjadi
regresi, menurut Duyjes dikatakan bahwa regresi yang terjadi akibat dari gerak
tektonik. Tetapi oleh Smith Sibinga dikatakan bahwa regresi tadi akibat dari karena
penurunan permukaan air laut. Di lereng sebelah selatan igir Kendeng terdapat
semacam breksea endesitik Notopuro, yang mana menutupui alas Kabuh secara
conform.
 Perbukitan Rembang
Perbukitan Rembang terdiri dari bukit-bukit lipatan, tetapi berbeda dengan
pegunungan Kendeng. Dari sudut tektonik lipatan di perbukitan Rembang lebih

15
landai dan simetris dari pada yang terdapat di Kendeng, dimana zona Kendeng
lipatannya kuat, curam, dan upturned.
Ditinjau dari sudut stratigraphy endapan neogen muda lebih tipis hal ini
disebabkan karena daerah tadi terletak di luar proses neogen geosiklin dan
merupakan daerah peralihan terhadap zona laut Jawa. Beberapa endapan terutama
plestosen atas terdiri dari batuan kapur (gb 16) yang mempunyai pengaruh dalam
topografi. Endapan-endapan plestosen bawah dan tengah sebagian terdiri dari
batuan tanah liat. Dengan demikian sangat mudah dirusak oleh gaya erosi ditempat
siklin. Gerak lipatan ini terjadi pada bagian akhir plestosen tengah.
Dari sudut fisiografi suatu perbedaan dengan pegunungan Kendeng bahwa
ia merupakan antiklin seungguhpun sebagian telah miring, tetapi secara topografi
ia masih jelas dalam kektinggiannya yang di atasnya ditutupi oleh lapisan datar dari
suatu peneplain, hal ini telah dijelaskan oleh Lehman, yaitu karena adanya gerakan
lipatan yang lambat dan berlanjut selama proses erosi dan danudasi. Permukaan
yang diratakan terletak diantara antiklin masih mempunyai tinggi kurang lebih 150-
300 meter. Diantara lipatan tersebut terdapat depresi dimana permukaan aslinya
mulai menurun dan yang sekarang telah diisi oleh endapan muda seperti cekungan
Belora, Jojongan dan lain-lain. Pola drainase asli dari antiklin adalah radial, tetapi
karena fase gerak lipatan yang terjadi kemudian dan juga gerak pengangkatan dari
beberapa antiklin maka sungai-sungai akan memperdalam lembah-lembahnya pada
permukaan dasar dan merubah aslinya menjadi subsekwen yaitu menurut batuan
yang lunak.
2.5 ANALISA TEKTONIK PULAU JAWA

Meskipun pulau Jawa dan Sumatra dalam tektonik regionalnya


mempunyai kedudukan yang sama, yaitu sebagian bagian tepi daripada lempeng
Mikro Sunda yang berinteraksi secara konvergen dengan kerak samudra dari
lempeng Hindia-Australia, namun tatanan geologi dan strukturnya menunjukkan
sifat-sifat yang lebih komplek dibangind dengan Sumatera. Tatanan yang komplek
ini mungkin disebabkan karena dijumpai jejak jalur subduksi Kapur Paleosen yang
memotong “serong” pulau Jawa dengan arah timurlaut baratdaya. Sedangkan
pulau Jawa sendiri mempunyai arah yang pararel ddengan jalur subduksi Tersier
dan sekarang, yang dengan sendirinya akan menanamkan jejak-jejak

16
deformasinya yang lebih menonjol, yaitu barat timur
Di Jawa, jalur-jalur subduksi yang dapat dikenali adalah

1) Jalur subduksi Akhir Kapur yang sekarang mempunyai arah hamper


baratdaya-timurlaut
2) Jalur tumbukan Tersier yang terletak di selatan Pulau Jawa, berimpit
dengan punggungan bawah laut dengan arah barat-timur
Dengan menerapkan konsep perkembangan tektonik yang sama seperti
di Sumatera, maka berdasarkan data pola struktur, tektonik dan
sedimentasi, perkembangan tektonik dari Pulau Jawa dapat digambarkan
sebagai berikut:
1) Pada jaman Kapur Atas – Paleosen, interaksi konvergen antara
lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Mikro Sunda,
membentuk jalur subduksi yang arahnya barat timur. Jalur tersebut
adalah singkapan mélange yang terdapat di Ciletuh, Luh-Ulo, Bayat,
dan Meratus di Kalimantan Tenggara. Busur magmanya terletak di
utara atau skitar laut Jawa dan pantai Utara Jawa sekarang

Di daerah-daerah yang terletak antara jalur subduksi dan busur


magma terdapat cekungan pengendapan “muka busur” dengan
endapan-endapan didominasi oleh volkaniklastik dan turbidit,
sedangkan pada jalur subduksi terdapat cekungan-cekungan terbatas
“upper slope basin” dengan endapan olistostrom (Formasi Ciletuh di
Jawa Barat, Formasi Karangsambung dan Totogan di Jawa Tengah).
Jalur subduksi mungkin bergeser keselatan secara berangsur
(akrasi) sampai menjelang Oligosen Akhir. Pada jaman Eosen itu
juga disertai oleh pengangkatan terhadap jalur subduksi, sehingga di
beberapa tempat tidak terjadi pengendapan. Pada saat itu terjadi
pemisahan yang penting antara bagian utara Jawa dengan
cekungannya yang dalam dari bagian selatan yang dicirikan oleh
lingkungan pengendapan darat, paparan dan dangkal. Proses
pengangkatan tersebut berlangsung hingga menjelang Oligosen
Akhir. Proses yang dampaknya cukup luas (ditandai oleh terbatasnya
sebaran endapan marin Eosen – Oligosen di Jawa dan wilayah

17
paparan Sunda), dihubungkan pula dengan berkurangnya kecepatan
gerak lempeng Hindia-Australia (hanya 3 cm/tahun). Gerak tektonik
pada saat itu didominasi oleh sesar-sesar bongkah, dengan
cekungan-cekungan terbatas yang diisi oleh endapan aliran
gayaberat (olistotrom dan turbidit)

18
2) Oligosen Akhir – Miosen Awal, terjadi gerak rotasi yang pertama
sebesar

200 ke arah yang berlawanan dengan jarum jam dari lempeng Sunda
(Davies, 1984). Menurut Davies, wilayah-wilayah yang terletak di bagian
tenggara lempeng atau sekitar Pulau Jawa dan Laut Jawa bagian timur, akan
mengalami pergeseran-pergeseran lateral yang cukup besar sebagai akibat
gerak rotasi tersebut. Hal ini dikerenakan letaknya yang jauh dari poros
rotasi yang oleh Davies diperkirakan terletak di kepulauan ANAMBAS.
Akibat gerak rotasi tersebut, gejala tektonik yang terjadi wilayah pulau Jawa
adalah:
a. Jalur subduksi Kapur-Paleosen yang mengarah barat-timur berubah
menjadi timur timurlaut-barat baratdaya (ENE – WSW)
b. Sesar-sesar geser vertical (dip slip faults) yang membatasi cekungan-
cekungan muka busur dan bagian atas lereng (Upper slope basin),
sifatnya berubah menjadi sesar-sesar geser mendatar. Perubahan gerak
daripada sesar tersebut akan memungkinkan terjadinya cekungan-
cekungan “pull apart” khususnya di Jawa Tengah utara dan Laut Jawa
bagian timur, termasuk Jawa Timur dan Madura.

19
Menjelang akhir Miosen Awal, gerak rotasi yang pertama daripada lempeng
Mikro Sunda mulai berhenti.
3) Miosen Tengah terjadi percepatan pada gerak lempeng Hindia-Australia
dengan 5-6 cm/th dan perubahan arah menjadi N200E pada saat
menghampiri lempeng Mikro Sunda. Pada Akhir Miosen Tengah, terjadi
rotasi yang edua sebesar 20-250, yang diacu oleh membukanya laut
Andaman (Davies, 1984)
4) Berdasarkan data kemagnitan purba, gerak lempeng Hindia-Australia dalam
menghampiri lempeng Sunda, mempunyai arah yang tetap sejak Miosen
Tengah yaitu dengan arah N200E. Dengan arah yang demikian, maka sudut
interasi antara lempeng Hindia dengan Pulau Jawa akan berkisar antara 700
(atau hampir tegak lurus)
Perubahan pola tektonik terjadi dijawa barat sebagai berikut :

a) Cekunagn muka busur eosin yang menampati cekunagn pengendapan


bogor, berubah statusnya menjadi cekunagn belakang busur, dengan
pengendapan turbidit (a.l. Fm. Saguling)
b) Sebagai penyerta daripada interksi lempeng konvergen, tegasan
kompresip yang mengembang menyebapkan terjadinya sesar-sesar naik
yang arahnya sejajar dengan jalur subduksi dicekunagn belakang busur.
Menurut SUJONO (1987), sesar- sesar tersebut mengontrol sebaran
endapan kipas-kipas laut dalam.
Dijawa tengah pengendapan kipas-kipas turbidit juga berlangsung didalam
cekungan “belakang busur” yang mengalami gerak-gerak penurunan
melalui sesar-sesar bongkah dan menyebapkan terjadinya sub cekungan.
Bentuk dari pada subcekungan dikontrol oleh sesar-sesar tua yang
memotong batuan dasar yang mengalami peremajaan, yaitu yang berarah
barat laut-tenggara (NW-SE) dan timur laut barat daya (NE-SW).
5) Data mengenal umur batuan volkanik tersier menunjukan adanya
kecenderungan bahwa kegiatan volkanisme berangsur bergeser keutara,
sehingga busur magma tersier atas berada disebelah utara dari jalur magma
oligosen.

20
Dijawa tengah terdapat pusat kegiatan volkanisme atas dibagian tengah
pulau, yang seolah-olah memisahkan cekungan belakang busur menjadi 2
bagian, yakni Cekungan jawa tengah utara dan selatan.
Denagn bergesernya secara berangsur pusat kegiatan magma pada jaman
terser atas hingga sekarang kearah utara, maka sebagian besar dari
cekungan-cekungan yang menempati “Bogor-kendeng basinal area” dan
“Southern Mountain”. Akan mengalami perubahan status dari cekungan
belakang busur menjadi cekungan Intra-Arc atau Intra Masif. Cekungan-
cekungan belakang busur berkembang dijwa barat utara (NW.Java Basin),
jawa tengah utara (N.Central Java Basin), dan NE.Java Basin termasuk
Madura.

2.6 VOLKANISME PULAU JAWA

Posisi pulau Jawa dalam kerangka tektonik terletak pada batas aktif
(zona penunjaman) sementara berdasarkan konfigurasi penunjamannya terletak
pada jarak kedalaman 100 km di selatan hingga 400 km di utara zona Benioff.
Konfigurasi memberikan empat pola busur atau jalur magmatisme, yang
terbentuk sebagai formasi-formasibatuan beku dan volkanik. Empat jalur
magmatisme tersebut menurut Soeria Atmadja dkk., 1991 adalah :
a. Jalur volkanisme Eosen hingga Miosen Tengah, terwujud sebagai Zona
Pegunungan Selatan.
b. Jalur volkanisme Miosen Atas hingga Pliosen. Terletak di sebelah utara
jalur Pegnungan Selatan. Berupa intrusi lava dan batuan beku.
c. Jalur volkanisme Kuarter Busur Samudera yang terdiri dari sederetan
gunungapi aktif.
d. Jalur volkanisme Kuarter Busur Belakang, jalur ini ditempati oleh sejumlah
gunungapi yang berumur Kuarter yang terletak di belakang busur volkanik
aktif sekarang.

1. Magmatisme Pra Tersier

Batuan Pra-Tersier di pulau Jawa hanya tersingkap di Ciletuh, Karang Sambung


dan Bayat. Dari ketiga tempat tersebut, batuan yang dapat dijumpai umumnya

21
batuan beku dan batuan metamorf. Sementara itu, batuan yang menunjukkan
aktifitas magmatisme terdiri atas batuan asal kerak samudra seperti, peridotite,
gabbro, diabase, basalt toleit. Batuan-batuan ini sebagian telah menjadi batuan
metamorf.

2. Magmatisme Eosen

Data-data yang menunjukkan adanya aktifitas magmatisme pada Eosen ialah


adanya Formasi Jatibarang di bagian utara Jawa Barat, dike basaltik yang
memotong Formasi Karang Sambung di daerah Kebumen Utara, batuan
berumur Eosen di Bayat dan lava bantal basaltik di sungai Grindulu Pacitan.
Formasi Jatibarang merupakan batuan volkanik yang dapat dijumpai di setiap
sumur pemboran. Ketebalan Formasi Jatibarang kurang lebih 1200 meter.

22
Sementara di daerah Jawa Tengah dapat ditemui di Gunung Bujil yang berupa dike
basaltik yang memotong Formasi Karang Sambung, di Bayat dapat ditemui di kompleks
Perbukitan Jiwo berupa dike basaltik dan stok gabroik yang memotong sekis kristalin dan
Formasi Gamping-Wungkal.

3. Magmatisme Oligosen-Miosen Tengah

Pulau Jawa terentuk oleh rangkaian gunungapi yang berumur Oligosen- Miosen
Tengah dan Pliosen-Kuarter. Batuan penyusun terdiri atas batuan volkanik
berupa breksi piroklastik,breksi laharik, lava, batupasir volkanik tufa yang
terendapkan dalam lingkungan darat dan laut. Pembentukan deretan gunungapi
berkaitan erat dengan penunjaman lempeng samudra Hindia pada akhir
Paleogen. Menurut Van Bemmelen (1970) salah satu produk aktivitas volkanik
saat itu adalah Formasi Andesit Tua.

4. Magmatisme Miosen Atas-Pliosen

Posisi jalus magmatisme pada periode ini berada di sebelah utara jalur
magmatisme periode Oligosen-Miosen Tengah. Pada periode in aktivitas
magmatisme tidak terekspresikan dalam bentuk munculnya gunungapi, tetapi
berupa intrusi-intrusi seperti dike, sill dan volkanik neck. Batuannya
berkomposisi andesitik.

5. Magmatisme Kuarter

Pada periode aktifitas kuarter ini magmatisme muncul sebagai kerucut-kerucut


gunungapi. Ada dua jalur rangkaian gunungapi yaitu : jalur utama terletak di
tengah pulau Jawa atau pada jalur utama dan jalur belakang busur. Gunungapi
pada jalur utama ersusun oleh batuan volkanik tipe toleitik, kalk alkali dan kalk
alkali kaya potasium. Sedangkan batuan volkanik yan terletak di belakan busur
utama berkomposisi shoshonitik dan ultra potasik dengan kandungan leusit.

23
6. Magmatisme Belakang Busur

Gunung Ungaran merupakan magmatisme belakang busur yang


terletak di Kota Ungaran, Jawa Tengah dengan ketinggian sekitar 2050
meter di atas permukaan laut. Secara geologis, Gunung Ungaran terletak di
atas batuan yan tergabung dalam Formasi batuan tersier dalam Cekungan
Serayu Utara di bagian barat dan Cekungan Kendeng di bagian utara-timur.
Gunung Ungaran merupakan rangkaian paling utara dari deretan gunungapi
(volcanic lineament) Gunung Merapi-Gunung Merbabu-Gunung Ungaran.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa fenomena itu berkaitan dengan
adanya patahan besar yan berarah utara-selatan.
Komposisi batuan yang terdapat di Gunung Ungaran cukup
bervariasi, terdiri dari basal yang mengandung olivin, andesit piroksen,
andesit hornblende dan dijumpai juga gabro. Pada perkembangannya,
Gunung Ungaran mengalami dua kali pertumbuhan, mulanya menghasilkan
batuan volkanik tipe basalt andesit pada kala Pleistosen Bawah.
Perkembangan selanjutnya pada Kala Pleistosen Tengah berubah menjadi
cenderung bersifat andesit untuk kemudian roboh. Pertumbuhan kedua
mulai lagi pada Kala Pleistosen Atas dan Holosen yang menghasilkan
Gunung Ungaran kedua dan ketiga. Saat ini Gunung Ungaran dalam kondisi
dormant.

24
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Kawasan pulau Jawa merupakan pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Indo-
Australia dengan lempeng Pasifik.
2. Gerakan lempeng di Indonesia sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia.
3. Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas, karena Jawa beriklim tropis, merupakan
geosiklinal muda, dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat.
Kondisi tersebut mengakibatkan pulau Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan
memanjang.
4. Dari bentuk pulau Jawa yang sempit dan memanjang, terdapat 3 zona pokok
memanjang sepanjang pulau, yaitu : Zona selatan yang kurang lebih berupa plato,
zona tengah yang berupa depresi, dan zona utara yang berupa rangkaian gunung
lipatan.
5. Ditinjau dari kondisi geologi ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda,
yaitu: zona selatan terdiri dari endapan vulkanik yang tebal dan bahan-bahan
endapan yang terlipat pada waktu periode meosen tengah, zona tengah ditempati
oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda, zona utara merupakan inti
dari geosiklinal muda dimana banyak terdapat lipatan.
6. Kondisi fisiografi Jawa :
- Jawa Timur :
Zona plato selatan dimana permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang
terangkat (uplifted), meliputi baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen
muda.
Zona utara atau zona lipatan kondisinya paling lebar di Jawa timur ±87 km dimana
dibagi menjadi 2 sub zona yang berbeda, yaitu Igir Pegunungan Kendeng dan
Perbukitan Rembang.

25
- Jawa Tengah
Zona selatan adalah daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran pantai yang
terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke bawah
permukaan laut.
Zona tengah di sini bukan merupakan depresi, melainkan suatu daerah pegunungan
yang disebut pegunungan Serayu selatan. Dari sudut geologi daerah ini mengalami
lipatan dan thrusting pada waktu periode meosen.
Zona utara merupakan peneplain Kendeng yang tertutup dibagian barat oleh batuan
breksea vulkanis yang banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro.

- Jawa Barat
Zona selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa
Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi
oleh laut yang dalam dari samudera Hindia.
Zona tengah memiliki kesamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat.
Keduanya merupakan depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-
duanya merupakan kedudukan dari gunung berapi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Out Line of The Geomorphology of Java. A.J. PANNEKOEK


TEMPO Interaktif, Bandung.
Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah"
Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur"
Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat"
Anonim www.bakosurtanal.go.id

27

Anda mungkin juga menyukai